• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

Saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi pada peralatan lensa kontak.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mengembangkan penelitian ini.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara cara penggunaan lensa kontak dan terjadinya kontaminasi pada peralatan lensa kontak.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lensa Kontak

2.1.1. Definisi

Lensa kontak adalah lensa plastik tipis yang dipakai menempel pada kornea mata dimana memiliki fungsi yang sama dengan kacamata, yaitu mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi dan kosmetik (Klinik Mata Nusantara, 2008).

2.1.2. Klasifikasi Lensa Kontak

Klasifikasi lensa kontak beserta keuntungan dan kelemahannya berdasarkan American Optometric Association (2014):

1. Rigid gas-permeable (RGP): Dibuat dari plastik tipis yang fleksibel yang

mempermudah masuknya oksigen ke mata.

Keuntungan: penglihatan lebih baik, waktu berdaptasi pendek, nyaman, mengoreksi hampir seluruh kelainan refraksi mata, mudah digunakan dan disimpan, jangka penggunaannya relatif lama, tersedia dalam berbagai warna, dan bifokal.

Kelemahan: lebih mudah terlepas pada pusat mata daripada tipe yang lain, debris lebih mudah menempel pada lensa, memerlukan penggunaan yang konsisten dan pemeriksaan kesehatan mata.

2. Daily-wear soft lens: Dibuat dari plastik yang lembut dan fleksibel, yang

mempermudah masuknya oksigen ke mata.

Keuntungan: waktu beradaptasi sangat pendek, lebih nyaman dan tidak mudah terlepas seperti RGP, tersedia dalam berbagai warna dan bifokal, baik untuk yang selalu menjaga penampilan.

Kelemahan: tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, lensanya mudah berminyak dan harus diganti, dan memerlukan perawatan yang intensif.

3. Extended-wear: Digunakan pada malam hari, tersedia dalam jenis soft lens

dan RGP.

Keuntungan: bisa dipakai selama 7 hari tanpa dilepas.

Kelemahan: tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, risiko komplikasi meningkat, memerlukan pemeriksaan kesehatan mata yang rutin, dan pelayanan yang profesional.

4. Extended-wear disposable: Digunakan dalam waktu berjangka, dari hari

pertama sampai 6 hari kemudian diganti.

Keuntungan: tidak perlu dibersihkan, memiliki risiko yang rendah jika digunakan sesuai petunjuk, tersedia dalam berbagai warna, bifokal, dan sebagai lensa cadangan.

Kelemahan: Penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih sulit. 5. Planed replacement : Lensa ini digunakan secara berjangka sebagai pengganti

dari soft lens, kebanyakan digunakan lebih dari 2 minggu, sebulan atau 4 bulan.

Keuntungan: mudah dibersihkan dan tidak mudah terkena infeksi, baik untuk mata yang sehat, tetapi harus dengan resep dokter.

Kelemahan: penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP, tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih sulit.

2.2. Anatomi Mata Terkait Lensa Kontak

Gambar 2.1: Anatomi mata (Biographixmedia, 2006)

2.2.1. Kornea

Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) merupakan selaput bening mata dan bagian terdepan dari sklera yang bersifat transparan sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kornea berperan meneruskan dan memfokuskan cahaya ke dalam bola mata. Pembiasan terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Kornea terdiri dari beberapa lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement dan endotel (Ilyas, 2005).

2.2.2. Palpebra

Palpebra atau sering disebut kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata untuk melindungi bola

Posisi letak lensa kontak

mata terhadap trauma fisik, trauma kimiawi dan pengeringan bola mata (Ilyas, 2005). Kelopak mata membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar karena pemerataan air mata dan sekresi barbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata (Ilyas, et al; 2002). Pada kelopak mata terdapat beberapa bagian antara lain; kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal rambut bulu mata, serta kelenjar Meibom pada tarsus (Ilyas, 2005).

2.2.3. Konjungtiva

Konjungtiva atau selaput lendir mata adalah membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet dan bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Terdapat tiga bagian konjungtiva yaitu; konjungtiva tarsal yang menutup tarsus, konjungtiva bulbi membungkus bulbi okuli serta menutupi sklera, dan konjungtiva forniks sebagai tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi (Ilyas, 2005).

2.2.4. Air Mata

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal yang terletak di bagian depan rongga orbita, air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior (Ilyas, 2005).

2.3. Pemilihan Lensa Kontak

2.3.1. Indikasi Penggunaan Lensa Kontak

Menurut Windia (2010), indikasi-indikasi penggunaan lensa kontak adalah sebagai berikut:

a. Indikasi optik

Digunakan pada anisometropia, aphakia unilateral, myopia yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatisma irregular. Lensa kontak dapat

digunakan oleh setiap orang yang memiliki kelainan refraksi mata dengan tujuan kosmetik.

b. Indikasi terapeutik

1. Penyakit pada kornea, contohnya ulkus kornea non-healing, keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi kornea yang rekuren.

2. Penyakit pada iris mata, contohnya aniridia, koloboma, albino untuk menghindari kesilauan cahaya.

3. Pada pasien glukoma, lensa kontak digunakan sebagai alat pengantar obat.

4. Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk oklusi. 5. Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan

perforasi mikrokornea. c. Indikasi preventif

Digunakan untuk prevensi simblefaron dan restorasi forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis, dan trichiasis.

d. Indikasi diagnostik

Digunakan selama menggunakan gonioskopi, elektroetinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irregular, fundus fotografi, dan pemeriksaan goldman’s 3 bayangan.

e. Indikasi operasi

Lensa kontak digunakan selama operasi goniotomi untuk glukoma congenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular.

f. Indikasi kosmetik

Digunakan apabila terdapat skar pada kornea mata yang menyilaukan mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sclera kosmetik pada phthisis bulbi.

g. Indikasi occupational

2.3.2. Kontraindikasi Penggunaan Lensa Kontak

Menurut Lima, et-al; (2004), sebelum memilih lensa kontak untuk tujuan koreksi mata, adalah penting untuk mengevaluasi motivasi pasien, kebutuhan mata, dan riwayat penyakit mata. Pasien yang tidak termotivasi, cenderung tidak mematuhi metode dan rejimen perawatan lensa kontak, dan ini menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar terhadap komplikasinya .

a. Peradangan akut atau subakut pada segmen anterior mata b. Infeksi mata akut dan kronis

c. Setiap penyakit mata yang mempengaruhi kornea, konjungtiva, dan kelopak mata, misalnya: kelainan epitel (epithelial fragility), kelainan pada endotel, mata kering (dry eye syndrome), alergi, pinguekula dan pterigium d. Hipesthesia kornea

e. Glaukoma yang tidak terkontrol

f. Vitreocorneal pada aphakia (mata tanpa lensa) g. Intoleransi psikologis

h. Lingkungan kerja yang terpapar dengan debu dan kotor (M Kellogg Eye Center, 2015).

i. Ketidak mampuan untuk menangani dan merawat lenasa dengan benar (M

Kellogg Eye Center, 2015).

2.4. Cairan Lensa kontak

Sistem perawatan lensa dan cairan lensa kontak digunakan untuk membersihkan, mendisinfeksi, dan menyimpan lensa kontak. Perawatan lensa kontak yang tepat adalah penting untuk menjaga kesehatan mata yang bebas dari infeksi (CDC, 2015).

Tujuan dari mendisinfeksi dan membersihkan lensa kontak adalah untuk mengurangi jumlah mikroorganisme yang menumpuk pada lensa kontak, sehingga mengurangi risiko terjadinya infeksi mata. Cairan lensa kontak dapat meningkatkan kenyamanan pada mata dengan menyimpan permukaan lensa kontak lebih basah. Mengusap dan membilas lensa kontak dengan cairan pembersih sebelum dan selepas pemakaian adalah langkah yang

direkomendasikan oleh rezim perawatan. Pengosongan cairan pembersih dalam wadah, membersihkan dan mengeringkan wadah lensa kontak setiap kali pakai dan mengganti dengan cairan pembersih yang segar setiap kali lensa disimpan dalam wadah adalah hal yang penting dalam penggunaan lensa kontak (British Contact Lens Association, 2015).

2.4.1. Kandungan Cairan Lensa Kontak

Tabel 2.1. Kandungan Cairan Lensa Kontak Aqueous

(saline) vehicle

Wetting agent

Other polymer Buffering

agent Preservative (Pengawet) NaCl NaCl + KCl saline mixed salts not specified PEG-11 lauryl ether carboxylic acid polamine poloxamer (e.g. pluronic- F127) carboxymethylcelluluse hydroxyethylcellulose hydroxypropyl guar hypromellose glycerine polyethylene glycol (PEG) polyvinyl alcohol (PVA) povidone sodium hyaluronate not specified borate (boric acid) citrate phosphate trometamol chlorite / peroxide chloriteperoxycompound (CPC) Polyhexamethylene Biguanide (PHMB) polidronium polyhexanide sodium perborate sorbic acid stabilised oxychlorite Sumber: Michael J Doughty, 2010.

Cairan lensa kontak umumnya mengandung 4 jenis bahan yaitu aqueous

(saline) vehicle, wetting agent (agen pembasah), polymer dan buffering agent

(untuk memberikan PH cairan yang tepat). Tambahan bahan pengawet pada cairan lensa kontak sebagai suatu agen antimikroba, khususnya digunakan untuk melemahkan atau mencegah pertumbuhan mikroba dalam botol cairan lensa kontak. Beberapa bahan pengawet tertentu dapat menyebabkan terjadinya efek toksik pada mata yaitu salah satunya dapat menyebabkan alergi mata (Doughty, 2010).

2.4.2. Jenis-jenis Cairan lensa Kontak:

Sistem perawatan terbaru menggabungkan cairan-cairan lama menjadi dua jenis cairan yaitu peroksida (Hydrogen Peroxide-Based Lens Care Systems) dan cairan serbaguna (Multipurpose Contact Lens Solutions). Kedua cairan ini mengandung agen pembersih seperti senyawa bifosfonat untuk membersihkan protein dan struktur polimer untuk mencegah penempelan lensa dan protein. Cairan tersebut pada umumnya juga mengandung bahan pelembab seperti selulosa, propylene glycol, atau polyvinyl. Selain itu terdapat juga pengatur keasaman dan pengawet.

Cairan peroksida sendiri merupakan cairan yang secara kimiawi berbahaya untuk jaringan mata, namun memiliki sifat pembunuh bakteri yang superior dibanding cairan serbaguna. Maka dalam cairan peroksida yang digunakan untuk lensa kotak terkandung juga didalamnya penetral peroksida untuk mencegah kerusakan jaringan mata.

Cairan serbaguna menggunakan polimer sebagai disinfektan, namun fungsi lainnya yang lebih diutamakan adalah sebagai media penyimpanan steril selama lensa kontak tidak digunakan. Karena lensa kontak yang direndam dalam cairan ini dapat langsung digunakan ke mata maka agen polimer yang digunakan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mengiritasi mata dengan mengurangi kekuatan disinfeksinya (Kosasih, 2015).

2.5. Teknik Penggunaan Lensa Kontak

Menurut Johnson-Johnson Vision Care (2009), terdapat beberapa langkah terhadap cara memasang dan melepaskan lensa kontak.

2.5.1. Cara Memakai Lensa Kontak

Langkah 1: Benar-benar mencuci dan mengeringkan tangan dengan sabun dan kain bersih.

Langkah 2: Bilas lensa kontak dengan cairan lensa kontak untuk menghilangkan debris. (untuk menghindari tercampur lensa kontak, selalu memakai dan melepaskan lensa pada mata KANAN terlebih dahulu).

Langkah 3: Tempatkan lensa kontak pada ujung jari telunjuk dan pastikan lensa benar-benar berorientasi dengan baik.

Langkah 4: Gunakan tangan yang lain untuk menahan kelopak mata atas sehingga mata tidak akan berkedip.

Langkah 5: Tarik kelopak mata bawah dengan jari-jari tangan yang memasang lensa kontak.

Langkah 6: Lihat ke atas dan letakkan lensa kontak di bagian bawah mata secara perlahan.

Langkah 7: Perlahan-lahan lepaskan kelopak mata dan tutup mata.

Langkah 8: Kedip mata beberapa kali untuk memposisikan lensa di tengah mata.

Langkah 9: Jika matanya tidak nyaman, lepaskan lensa kontak dan memeriksa kerusakan atau debris pada lensa kontak serta bilas kembali dengan cairan lensa kontak dan memakai pada mata.

2.5.2. Cara Melepaskan Lensa Kontak

Langkah 1: Benar-benar mencuci dan mengeringkan tangan dengan sabun dan kain bersih.

Langkah 2: Lihat ke atas dan menarik kelopak mata ke bawah. (untuk menghindari tercampur lensa kontak, selalu melepaskan dengan urutan yang sama).

Langkah 3: Letakkan jari telunjuk pada tepi bagian bawah lensa kontak. Langkah 4: Geser lensa kontak kearah bagian putih mata.

Langkah 5: Jepit lensa kontak dengan jari telunjuk dan ibu jari secara perlahan dan lepaskannya berlahan.

Langkah 6: Menggunakan cara yang sama untuk melepaskan lensa kontak pada mata yang lain.

2.5.3. Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman

Rekomendasi dari American Optometric Association (2014) bagi para pengguna lensa kontak terkait hal-hal yang harus dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari agar penggunaannya aman:

1. Selalu cuci tangan sebelum mengendalikan lensa kontak.

2. Membersihkan lensa kontak secara rutin, usap lensa kontak dengan jari dan bilas sebelum lensa berendam dalam wadah yang sudah diisi larutan serbaguna yang cukup untuk benar-benar menutupi seluruh lensa.

3. Meletakkan lensa dalam wadah penyimpanan lensa yang tepat dan mengganti wadah penyimpan minimal setiap tiga bulan sekali.

4. Gunakan hanya produk cairan pembersih yang direkomendasikan oleh dokter mata untuk membersihkan dan mendisinfeksi lensa kontak. Saline

solution dan rewetting drops adalah bukan cairan untuk disinfeksi lensa.

5. Gunakan cairan yang masih baru untuk membersihkan dan menyimpan lensa kontak. Jangan menggunakan cairan yang sudah dipakai. Cairan lensa kontak harus diganti menurut rekomendasi pabrikan, meskipun lensa kontaknya sendiri tidak dipakai setiap hari.

6. Selalu ikuti jadwal penggantian lensa kontak sesuai resep dokter.

7. Lepaskan lensa kontak sebelum berenang atau merendam dalam air panas. 8. Konsultasi ke dokter mata secara rutin untuk melakukan pemeriksaan

mata.

2.5.4. Cara Perawatan Lensa Kontak

Lensa kontak sekali buang didesain untuk hanya dipaki sekali dan langsung dibuang, jadi tidak perlu kawatir untuk membesihkan dan menyimpan lensa kontak. Langkah perawatan lensa kontak adalah sangat mudah untuk dilakukan apabila memakai lebih dari satu hari. Pengguna lensa kontak harus mengikuti rutinitas yang disarankan oleh tenaga medis profesional, untuk menjaga kesehatan mata dan kenyamanan memakai lensa kontak dengan memilih cairan lensa kontak yang sesuai (Bausch +Lomb, 2015).

Merunut Bausch + Lomb (2015) cara penggunaan cairan lensa kontak adalah: Langkah 1: Teteskan 3 tetes cairan pembersih pada kedua permukaan lensa

kontak dan gosok secara lembut selama 20 detik. Hal ini memastikan bahawa permukaan lensa kontak bebas dari debu dan deposit.

Langkah 2 : Membilas kedua permukaan lensa kontak selama 5 detik dengan cairan pembersih lensa kontak.

Langkah 3: Letakkan lensa kontak di dalam wadah lensa kontak yang diisi oleh cairan pembersih lensa kontak yang segar (membuang cairan dari wadah lensa kontak setelah digunakan).

Rendam lensa kontak paling tidak 4 jam.

Sekarang lensa kontak siap untuk dipakai kapanpun kita inginkan.

2.6. Keberadaan Kontaminan

2.6.1. Flora Normal Pada Kulit

Karena kulit secara konstan selalu kontak atau berhubungan dengan lingkungannya baik dengan udara, air, tanah dan sebagainya, kulit manusia mengandungi bermacam-macam mikroorganisme. Namun demikian, kulit manusia tidak memberikan suasana yang menguntungkan bagi kebanyakan mikroorganisme, terutama mikoorganisme yang patogen karena harus mengadakan kompetisi dengan flora mikroba yang telah ada pada kulit.

Flora normal yang ada pada kulit secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu flora tetap (resident flora) dan flora tidak menetap (transient

flora). Flora tetap terdiri atas mikroorganisme yang relatif menetap pada kulit atau

bagian-bagian tertentu dari kulit. Flora tetap umumnya bersifat komensal dan non- invasif pada lingkungannya yang terbatas. Pada keadaan tertentu dapat berpindah tempat, misalnya kedalam aliran darah atau jaringan lain, maka flora residen ini akan menjadi ganas dan dapat menimbulkan penyakit. Mikroorganisme ini disebut sebagai patogen oportunistik. Mekanisme bacterial interference mencegah kolonisasi dari bakteri patogen. Flora residen yang terdapat pada kulit antara lain

adalah Basil difteroid, Streptococcus viridians, Streptococcus faecalis,

Staphylococcus epidermidis, basil pembentuk spora, mikrobakteria saprofitik.

Flora tidak menetap terdiri atas mikroorganisme non-patogen dan patogen potensial yang tidak menetap atau selalu ada pada kulit , mungkin hanya beberapa jam, beberapa hari atau beberapa minggu. Flora yang tidak menetap ini diperoleh dari lingkungan sekitarnya dan tidak membahayakan selama flora residen tetap intak. Apabila flora residen terganggu, transien flora akan berkembang biak dan dapat menyebabkan penyakit (Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003).

2.6.2. Flora Normal Pada Mata

Tanpa pemakaian lensa kontak, kornea dianggap steril. Namun, pada konjungtiva dan kelopak mata terdapat kediaman mikroorganisme semasa pemakaian yang tidak rumit. Flora normal yang terdapat pada permukaan lensa adalah koagulase staphylococci negatif, Corynebacterium sp., Micrococcus sp.,

Bacillus sp., dan Propionibacterium sp. (Szczotka-Flynn, 2010). Mikroorganisme

konjungtiva terutama adalah difteroid (Corynebacterium xerosis), S. epidermidis dan steptokokus non hemolitik. Sering juga ditemui Neisseria dan basil gram negatif yang menyerupai spesies Hemophilus (Moraxella). Flora konjungtiva dalam keadan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang mengandung lisozim (Brooks, 2005).

2.7. Dasar Masalah Pada Pemakaian Lensa Kontak

a. Pemakaian lensa kontak yang berpanjangan b. Cara penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai c. Cara pembersih lensa kontak yang tidak professional d. Kerutinan pencucian lensa kontak

e. Kekurangan higienitas dalam pengendalian lensa kontak f. Tidur malam tanpa melepaskan lensa kontak (Graham, 2012).

2.8. Kontaminasi Pada Cairan Pembersih

Botol cairan pembersih sendiri mudah terkontaminasi dan menjadi sumber mikroba yang mungkin mencemari wadah penyimpanan lensa, mengikuti lensa dan menyebabkan reaksi inflamasi, atau menginfeksi kornea. Sebenarnya, keratitis mikroba telah dikaitkan dengan produk perawatan yang terkontaminasi. Semua jenis cairan pembersih, termasuk hidrogen peroksida, telah terbukti menjadi terkontaminasi, bahkan apabila botol pembersih yang masih belum dibuka atau disegal. Meskipun, koagulase-negatif staphylococci biasanya terdeteksi, patogen potensial seperti S.marcescens dan P.aeruginosa biasanya terisolasi, dan menyebabkan kekhawatiran, karena organisme ini bisa langsung menginfeksi kornea dalam kondisi yang tertentu. Disamping itu , mikroorganisme ini dapat berfungsi sebagai sumber makanan bagi organisme patogen lain seperti

Acanthamoeba sp. (Szczotka-Flynn, 2012). Selain itu, bakteri potensial patogen

seperti Pseudomonas sp., Serratia sp., E.coli, Haemophilus influenza,

Streptococcus dan Staphylococcus mampu mengikuti lensa kontak menyebabkan

keratitis mata (Ibrahim, 2008).

2.9. Mikroorganisme Yang Sering Terdapat Pada Cairan Pembersih Lensa Kontak

Antara bakteri yang umumnya sering terdeteksi dalam cairan pembersih lensa kontak adalah Staphylococcus aureus (21%), Pseudomonas sp. (19.5%),

Bacilus sp. (9.5%), Klebsiella sp.(5%), coagulase-negative staphylococcus (2.5%), Micrococcus (1%), E.coli (0.5%) dan Nil fermenter Gram negative Bacilli

(0.5%) (Thakur, 2014). Daripada penelitian Ibrahim pada tahun 2008, mengenai mikroba yang terdapat daripada isolasi wadah lensa kontak dan cairan pembersih lensa kontak adalah Pseudomonas aeruginosa (38.9%), Citrobacter freundii

(16%), Proteus mirabilis (10.7%), Serratia marcescens (9,2%), E.coli (9.2%), Proteus vulgaris (4.6%), Enterobacter aerogenes (3.8%), Acinetobacter (3.8%), Staphylococcus aureus (2.3%) dan Psedomonas putida (1.5%).

2.9.1. Pseudomonas aerugienosa

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif yang paling

sering ditemukan menjadi penyebab dari infeksi okular. Kemampuan

P.aeruginosa yang mengikuti erat pada permukaan lensa kontak menyebabkan

mikrobial keratitis (Willcox, 2007). Organisme ini merupakan basilus Gram- negatif yang motil dan hidup dalam suasana aerob. Bakteri ini terdapat di mana- mana pada lingkungan, tetapi jarang terdapat pada flora orang yang sehat. Jumlah pembawa meningkat dengan perawatan inap di rumah sakit. Lingkungan yang lembab merupakan tempat hidup Pseudomonas aeruginosa, seperti bak cuci, keran air dan disinfektan yang digunakan lebih dari 24 jam (Irianto, 2013).

P.aeruginosa dapat bergerak dan berbentuk batang, ukurannya 0.6 × 2µm

dan terlihat sebagai bentuk tunggal, ganda dan kadang-kadang dalam rantai pendek. P.aeruginosa adalah aerobic obligat yang tumbuh dengan cepat pada berbagai tipe media, kadang memproduksi bau manis, seperti anggur atau jagung (corn taco-like odor). Beberapa galur menghemolisis darah. P.aeruginosa membentuk koloni bulat, halus dengan warna fluresen kehijauan (Brooks, 2005).

2.9.2. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif dengan sel yang

berbentuk bola dengan diameter 1µm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur. Stafilokokus bersifat non motil dan tidak membentuk spora. Stafilokokus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobik atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 37ºC namun pembentukan pigmen yang berbaik adalah pada temperatur kamar (20-35 ºC). Koloni pada media yang padat berbentuk bulat, lembut, dan mengkilat. S.

aureus biasanya membentuk koloni abu-abu hingga kuning emas dan bersifat

koagulase positif. Stafilokokus yang patogen sering menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma dan menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler dan toksin (Brooks, 2005).

2.9.3. Serratia marcescens

Serratia marcescens adalah bakteri gram negatif berbentuk batang

dengan diameter 0,5-0,8 m dan panjangnya 0,9-2,0 m. Serratia marcescens berasal dari keluarga Enterobacteriaceae. Bakteri ini merupakan bakteri anaerob fakultatif yang dapat tumbuh dengan atau tidak adanya oksigen pada suhu antara 30 ° C -37 ° C (Currey, 2011). Serratia sp. tersebar luas di lingkungan. Beberapa strain S. marcescens mampu menghasilkan pigmen yang disebut prodigiosin, yang berkisar dalam warna merah gelap hingga merah muda, yang tergantung pada usia koloni. Pasien yang terinfeksi Serratia marcescens menyebabkan infeksi mata dengan keratitis atau endophthalmitis (Ania, 2015).

2.9.4. Acanthamoeba

Acanthamoeba adalah mikroskopis, amoeba hidup bebas yang

menyebabkan infeksi kronis pada mata, kulit dan sistem saraf pusat. Amoeba dapat ditemukan secara luas dalam linkungan air dan tanah. Acanthamoeba dapat menyebarkan ke mata melalui penggunaan lensa kontak, luka kulit atau menghirup ke dalam paru-paru. Cara penggunaan lensa kontak yang tidak aman menyebabkan lensa kontak atau cairan pembersih lensa kontak terinfeksi oleh

Acanthamoeba sp. Acanthamoeba menginfeksi lapisan transparan mata atau

kornea dan menyebabkan Acanthamoeba keratitis. Acanthamoeba keratitis dapat terjadi pada orang yang sehat dan dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen atau kebutaan (CDC, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lensa kontak adalah suatu jenis alat medis yang dipakai langsung pada kornea mata. Lensa kontak digunakan sebagai alternatif pengganti kacamata untuk mengatasi kelainan refraksi mata dan berfungsi untuk menambah atau mengurangi kekuatan fokus pada kornea dan lensa mata (M Kellogg Eye Center, 2015).

Menurut Food & Drug Administration survey pada tahun 2006, sekitar 80 juta orang di seluruh dunia memakai lensa kontak. Di Amerika Serikat sekitar 30 juta orang memakai lensa kontak (CDC, 2015).

Bahan pembuatan lensa kontak dan sifat fisik lensa kontak telah

Dokumen terkait