• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh dan berapa besarnya pengaruh penerapan pembelajaran kimia dengan strategi REACT terhadap hasil belajar kimia siswa MAN Babakan Lebaksiu Tegal, pada kompetensi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dibagi dalam dua kelas, yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal tahun ajaran 2012-2013 yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah siswa sebanyak 142 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik cluster random sampling dengan terlebih dahulu melakukan

uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata (uji anava) terhadap hasil ulangan akhir semester gasal kelas XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal.

Berdasarkan hasil analisis diketahui data dari masing-masing kelas berdistribusi normal, semua kelas yang merupakan populasi mempunyai varians yang sama, dan mempunyai kesamaan rata-rata. Hal ini dapat diambil kesimpulan sampel mempunyai kondisi awal yang sama. Karena mempunyai kondisi awal

yang sama, maka dapat dilakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster

random sampling. Berdasarkan hasil pengundian terpilih kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen I, yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi REACT, sedangkan kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen II dengan pembelajaran tanpa strategi REACT. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan

kompetensi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II adalah sama, yaitu 10 jam pelajaran.

4.2.1. Proses Pembelajaran

Pada kelas eksperimen I digunakan pembelajaran dengan strategi REACT. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa diberikan sedikit penjelasan mengenai strategi pembelajaran REACT yang akan digunakan ini. Siswa dibentuk dalam kelompok kecil dimana setiap kelompok maksimal terdapat 5 orang, sehingga terbentuklah 6 kelompok belajar dalam kelas. Dalam pembelajaran yang menggunakan strategi REACT siswa dapat saling bekerjasama dan saling membantu demi keberhasilan seluruh anggota kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab individu maupun tanggung jawab terhadap kelompok. Keberhasilan individu dari siswa akan bergantung pada keberhasilan kelompok dan keberhasilan individu-individu lain yang ada didalam kelompok tersebut. Melalui strategi REACT ini tercipta kompetisi aktif antar kelompok yang mendorong siswa untuk terlibat lebih dalam pembelajaran. Dengan kompetisi antar kelompok siswa lebih termotivasi untuk lebih baik dari yang lainnya dan meningkatkan ketertarikan siswa selama pembelajaran. Interaksi yang terjadi didalam kelompok memberikan dampak yang positif, seperti misalnya jika ada siswa yang belum memahami materi dan malu bertanya kepada guru, ia dapat bertanya dan belajar kepada temannya dalam kelompok.

Dalam pembelajaran REACT, guru memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh hampir semua siswa dari pengalamannya hidupnya diluar kelas. Selanjutnya, menghubungkan

69

informasi baru yang akan dipelajari dengan berbagai pengalaman atau

pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki oleh siswa. Adanya kesempatan

siswa dalam berdiskusi, mengeksplorasi diri dan melakukan aktivitas,selain dapat

terjalin komunikasi yang baik antar siswa, tetapi juga siswa merasa menjadi lebih tertarik dan semangat dalam dalam mengikuti pembelajaran, keadaan seperti ini dapat menghilangkan kebosanan pada saat pembelajaran dan mengembangkan pola pikir siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam memecahkan suatu masalah.

Pada kelas eksperimen II diberikan pembelajaran kimia tanpa strategi REACT. Siswa tidak dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil, melainkan tetap dalam satu kelompok besar dalam kelas. Diskusi yang dilakukan pun dalam skala besar. Guru menjelaskan semua informasi tentang materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, sedangkan siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Kemudian siswa diberikan latihan soal-soal untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian indikator keberhasilan pembelajaran pada kelas eksperimen. Praktikum yang dilaksanakan pada kelas eksperimen II sama dengan praktikum pada kelas eksperimen I.

4.2.2. Hasil Belajar Kognitif

Pada pertemuan terakhir dilaksanakan tes akhir (post-test) pada kedua kelas

objek penelitian untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Nilai dari post test

inilah yang digunakan untuk uji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians data nilai

post-test pada kedua kelas eksperimen. Hasil perhitungan uji normalitas dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas eksperimen berdistribusi normal. Sehingga

Rat

a

-ra

ta

uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Sedangkan dari uji kesamaan dua varians diperoleh data memiliki varians yang sama.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil yaitu adanya pengaruh positif pembelajaran menggunakan strategi REACT terhadap hasil belajar siswa. Dari data post-test diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen I lebih besar dari kelas eksperimen II, yaitu masing-masing sebesar 82,03 dan 77,07 (lihat gambar 4.1).

Gambar 4.1. Grafik Hasil Belajar Kognitif

Untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT pada kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II digunakan uji perbedaan dua rata-rata pihak kanan. Rumus yang digunakan adalah uji t. Hal ini disebabkan karena kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II mempunyai varians yang sama. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga thitung sebesar 2,583 sedangkan harga t(0,95)(57) sebesar 2,002 karena

thitung lebih besar dari ttabel sehingga H0 ditolak yang berarti kelas eksperimen I

71

Uji hipotesis untuk mengetahui adanya pengaruh dan besarnya pengaruh pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT terhadap hasil belajar kimia kompetensi dasar kelarutan dan hasil kali kelarutan digunakan koefisien korelasi biserial (rb) dan koefisien determinasi (KD). Dari hasil perhitungan diperoleh

besarnya koefisien korelasi biserial hasil belajar siswa (rb) sebesar 0,45. Jika

disesuaikan dengan pedoman pemberian interprestasi terhadap koefisien korelasi (Sugiyono 2005 : 216) maka dapat dikatakan bahwa penerapan strategi pembelajaran REACT berpengaruh sedang terhadap hasil belajar kimia. Kemudian dari harga koefisien korelasi biserial (rb) ini dihitung harga koefisien

determinasinya (KD). Harga koefisien determinasi (KD) ini diperoleh dari rb2 x

100%. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga koefisien determinasi (KD) hasil belajar sebesar 20,25%. Artinya, penerapan strategi pembelajaran REACT hanya memengaruhi hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sebesar 20,25% sedangkan 79,75% hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kimia kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat mencapai ketuntasan belajar atau tidak. Untuk mengetahui ketuntasan belajar individu dapat dilihat dari data hasil belajar siswa dan dikatakan tuntas jika hasil belajarnya mendapat nilai 75 atau lebih. Menurut Mulyasa (2007:254) keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Berdasarkan perhitungan uji ketuntasan belajar diperoleh hasil dimana ketuntasan belajar pada kelas eksperimen I dan eksperimen

II sebesar 86,67% dan 62,07%. Dari hasil tersebut dikatakan bahwa kelas eksperimen I telah mencapai ketuntasan belajar karena hasilnya lebih dari 85%, sedangkan kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan belajar karena hasilnya kurang dari 85%.

Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II dikarenakan pembelajaran pada kelas eksperimen I menerapkan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Strategi REACT mampu menghadirkan keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, serta melatih kepercayaan diri dan tanggung jawab siswa terhadap teman sekelompok. Adanya penghargaan kepada siswa akan keberhasilan yang dicapai dalam pembelajaran, akan membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar. Hal ini ditunjukan pada saat pembelajaran siswa terlihat antusias, siswa cenderung lebih aktif bertanya pada teman maupun pada guru. Menurut silberman (2005) pada saat belajar aktif, siswa dapat melakukan sebagian besar pekerjaan yang mereka lakukan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang telah dipelajari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kimia dengan strategi REACT berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Dalam penerapan strategi REACT, siswa secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga mendorong siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Crawford (2001) yang menyatakan bahwa strategi REACT dapat memperdalam pemahaman siswa serta membuat belajar menyeluruh dan menyenangkan. Strategi REACT juga

73

sesuai dengan pandangan konstruktivisme yang menurut Hudoyo (1998) berorientasi pada investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ismawati (2010) menunjukkan hasil belajar kelas eksperimen yang diberikan strategi pembelajaran REACT lebih baik secara signifikan bila dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan strategi REACT. Strategi REACT mempengaruhi hasil belajar siswa sebesar

33,64%. Menurut Mulyasa (2006), agar murid dapat belajar secara aktif guru

perlu menciptakan strategi yang tepat guna, sehingga siswa mempunyai motivasi tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti ini akan dapat tercipta jika guru dapat menciptakan suasana pembelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan. Adanya praktikum yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam strategi pembelajaran REACT mendorong siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut secara otomatis menjadi daya tarik bagi

siswa yang sesuai dengan pernyataan Bruce : ”Experimenting and gathering data are essential to science course and are usually interesting to students” (praktikum dan pengumpulan data merupakan sesuatu yang penting dalam sains dan biasanya menarik bagi siswa). Daya tarik tersebut dapat dijadikan sebagai dasar peningkatan motivasi belajar untuk memahami konsep lebih baik, karena motivasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap proses belajar siswa mempelajari suatu materi.

4.2.3. Hasil Observasi Afektif

Penilaian aspek afektif secara umum menunjukan kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II. Hal ini berarti penerapan startegi pembelajaran REACT tidak hanya berpengaruh pada hasil belajar kognitif saja, tetapi pada aspek afektif juga. Rata-rata pada kelas eksperimen mencapai 24,68 dan kelas eksperimen II 24,11. Selain itu diketahui banyaknya siswa yang memperoleh nilai afektif dengan kriteria tinggi di kelas eksperimen I sebanyak 11 siswa dan nilai dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 7 siswa. Sedangkan di kelas eksperimen II, banyaknya siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria tinggi sebanyak 13 siswa dan nilai dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 3 siswa. Artinya, jumlah siswa yang tuntas aspek afektif pada kelas eksperimen I sebanyak 18 siswa, sedangkan di kelas eksperimen II sebanyak 16 siswa. Hasil observasi aspek afektif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik Hasil Observasi Afektif

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 1 2 3 4 5 6 7 R ata -R ata S ko r

Aspek yang Dinilai

Hasil Observasi Afektif

Eksperimen I Eksperimen II

75

Keterangan:

1 : Kehadiran siswa di kelas 5 : Disiplin tugas

2 : Aktivitas siswa dalam pembelajaran 6 : Bekerjasama

3 : Keaktifan siswa memberikan tanggapan 7 : Kesopanan

4 : Bertanggung jawab

Pada kelas eksperimen siswa I cenderung lebih aktif, hal ini terlihat jelas pada aspek kedua, ketiga, kelima, dan keenam. Aspek kedua dan ketiga yaitu aktivitas siswa dalam pembelajaran dan keaktifan siswa dalam memberikan tanggapan, siswa kelas eksperimen I lebih bisa memberikan perhatian lebih terhadap proses belajar, sehingga siswa lebih aktif dalam memberikan tanggapan atau umpan balik terhadap materi yang disampaikan guru. Sedangkan kelas eksperimen II kurang bisa memberikan perhatian lebih terhadap proses pembelajaran, sehingga keaktifan dalam memberikan tanggapan terhadap materi juga kurang. Pada aspek kelima dan keenam yaitu disiplin tugas dan bekerjasama, siswa kelas eksperimen I lebih memiliki disiplin tugas yang tinggi dikarenakan dapat menjalin kerjasama yang baik antar anggota kelompoknya. Kerja kelompok dapat juga bermanfaat tuntuk mengatasi atau mengurangi kefakuman, karena siswa yang mampu diharapkan dapat membimbing temannya yang kurang mampu (Saleh, 2012).

Tingginya aspek afektif pada kelas eksperimen I dikarenakan penciptaan lingkungan yang baru di dalam kelas melalui strategi pembelajaran REACT. Pada penerapan strategi pembelajaran REACT, siswa terlibat secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, siswa belajar untuk mengembangkan sikap percaya diri tentang apa yang ditemukan dalam proses diskusi. Pembelajaran kelompok tidak hanya membantu siswa dalam berinteraksi satu sama lain, namun secara tidak

langsung dapat menumbuhkan ide-ide alternatif serta menghasilkan suatu pemecahan masalah melalui adanya diskusi (Pandey & Kishore, 2003). Adanya diskusi dan tanya jawab yang dilakukan selama pembelajaran pada kelas eksperimen I mendorong siswa untuk aktif dan berfikir dalam pembelajaran. Hal ini dapat terjadi, karena belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan melalui bimbingan. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang sesuai dengan hasil penelitian Steven bahwa pemahaman konsep melalui metode diskusi menunjukan hasil yang lebih baik daripada siswa yang hanya membaca dari buku ajar (Arifin, 2003). Selain itu, dengan adanya berfikir maka seseorang akan mengalami perkembangan intelektual yang semakin matang.

4.2.4.Hasil Observasi Psikomotorik

Pada analisis deskriptif aspek psikomotorik diperoleh rata-rata nilai psikomotorik kelas eksperimen I sebesar 34,88 dan kelas eksperimen II sebesar 33,74. Hasil ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran REACT tidak hanya berpengaruh pada hasil belajar siswa aspek kognitif saja, tetapi juga berpengaruh positif terhadap aspek psikomotorik siswa. Selain itu diketahui banyaknya siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria tinggi di kelas eksperimen I sebanyak 16 siswa dan nilai dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 4 siswa. Sedangkan di kelas eksperimen II, banyaknya siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria tinggi sebanyak 13 siswa dan nilai dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 3 siswa. Artinya, jumlah siswa yang tuntas aspek afektif pada kelas eksperimen I sebanyak

77

20 siswa, sedangkan di kelas eksperimen II sebanyak 16 siswa. Hasil observasi psikomotorik siswa dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Grafik Hasil Observasi Psikomotorik Keterangan:

1: Melaksanakan prosedur percobaan 6 : Menuliskan hasil pengamatan

2: Mengamati perubahan yang terjadi 7 : Menarik kesimpulan

3: Bekerjasama dengan anggota kelompok 8 : Mempersiapkan alat dan bahan

4: Mendiskusikan hasil percobaan 9 : Mengecek kebersihan alat

5: Menyusun laporan praktikum 10 : Mengetahui fungsi alat & bahan

Hasil analisis lembar observasi psikomotorik menunjukkan hasil yang bervariasi, secara keseluruhan tiap aspek pada kelas eksperimen I menunjukkan hasil yang lebih baik daripada kelas eksperimen II, yaitu pada aspek melaksanakan prosedur percobaan, mengamati perubahan yang terjadi, mendiskusikan hasil percobaan, menuliskan laporan sementara, menarik kesimpulan, dan mengetahui fungsi alat dan bahan. Kelas eksperimen II menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik dari kelas eskperimen II pada aspek kelima dan kesembilan, yaitu aspek menyusun laporan praktikum dan mengecek kebersihan alat. 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 R ata -R ata S ko r

Aspek yang Dinilai

Hasil Observasi Psikomotorik

Eksperimen I Eksperimen II

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kimia dengan strategi REACT memberikan pengaruh positif terhadap psikomotorik siswa. Hal ini terjadi karena siswa kelas eksperimen I sudah terbiasa belajar bekerjasama, berkomunikasi, dan saling bertukar pendapat dengan teman sebayanya dalam kelompok. Sedangkan kelas eksperimen II belum terbiasa dengan kerjasama tim, dan masih cenderung individualistik. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Meita (2012) juga menujukkan bahwa kelas yang diberikan pembelajaran dengan REACT memiliki keterampilan proses sains yang lebih baik dibandingkan dengan kelas tidak diberikan strategi REACT. Penelitian lainnya yaitu penelitian tentang pengaruh pembelajaran melalui metode pemecahan masalah terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar oleh Aka et al. (2010). Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut adalah keterampilan proses sains dan hasil belajar pada kelompok eksperimen yang belajar melalui metode pemecahan masalah cenderung lebih unggul dibandingkan kelompok kontrol yang belajar melalui metode tradisional. Adapun relevansinya terhadap penelitian dengan strategi pembelajaran REACT, yaitu terletak pada prinsip di mana strategi pembelajaran REACT menekankan pembelajaran yang terkait dengan berbagai permasalahan-permasalahan pada situasi dunia nyata.

4.2.5.Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kimia dengan Strategi REACT

Hasil analisis angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia dengan strategi REACT dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan strategi REACT. Rata-rata siswa memberikan tanggapan positif (senang) terhadap

79

masing-masing indikator yang terdapat dalam angket. Tanggapan siswa tersebut menunjukan bahwa pembelajaran dengan strategi REACT membuat siswa lebih aktif dan dapat memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan lebih jelas, sehingga hasil belajarnya lebih baik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penerapan strategi REACT memiliki beberapa kelebihan, yaitu : (1) lebih tercipta suasana pembelajaran kimia yang menyenangkan karena penerapan strategi REACT melibatkan siswa secara langsung untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, (2) dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dalam penerapan strategi REACT membuat perhatian siswa berpusat pada pembelajaran, lebih termotivasi untuk giat belajar karena merasa tertarik dengan model pembelajaran REACT ini, (3) mempermudah siswa dalam memecahkan masalah sebab dalam strategi pembelajaran ini siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalah secara mandiri maupun bekerjasama dengan teman sebayanya. Hasil analisis angket selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Hasil Analisis Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Kimia Dengan Strategi REACT

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ju m lah r e sp o n d e n (% )

Pernyataan dalam Angket

Hasil Analisis Angket Tanggapan Siswa

SS S TS STS

Selama penelitian penerapan pembelajaran dengan strategi REACT, peneliti menemui beberapa kendala antara lain: (1) waktu yang diperlukan untuk pembelajaran lebih lama karena dalam pembelajaran siswa tidak langsung diberikan materi tetapi terlebih dahulu diberikan permasalahan dan siswa diarahkan untuk lebih aktif agar dapat memecahkan masalah; (2) masih ada siswa yang belum aktif dalam kegiatan kelompok dan mengandalkan teman yang pintar dalam kelompoknya.

Untuk mengatasi kendala yang muncul selama penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah, yaitu: (1) melakukan persiapan yang matang dengan

mempertimbangkan pengalokasian waktu pada setiap langkah-langkah

pembelajaran REACT; (2) memberikan motivasi dan pertanyaan pemicu kepada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran agar lebih mampu melakukan eksplorasi dan penyelidikan terhadap masalah yang ada; dan (3) memberikan apresiasi lebih terhadap siswa jika mampu melaksanakan tugas dengan baik.

81

BAB 5

Dokumen terkait