• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Penderita CLM Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.1. diketahui bahwa penderita dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang (100%), sedangkan tidak terdapat penderita dengan jenis kelamin perempuan pada sampel (0%).

Penelitian yang dilakukan pada wisatawan yang akan keluar dari Brazil menunjukkan CLM lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan, yaitu sebanyak 75,2% pada laki-laki dan 24,8% pada perempuan (Heukelbach et al, 2007). Penelitian lain di Manaus juga menunjukkan CLM lebih banyak pada laki- laki (69,2%) dibandingkan perempuan (30,8%) (Schuster et al, 2011). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan pada penderita CLM di RSUP Haji Adam Malik pada studi ini. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di tempat lain di Brazil yang menunjukkan bahwa 663 (55,9%) penderita CLM adalah perempuan, sedangkan 522 (44,1%) penderita adalah laki-laki, walaupun perbedaan yang didapati tidak terlalu signifikan (Heukelbach et al, 2004)

Penelitian yang dilakukan pada wisatawan Jerman yang baru berlibur dari luar negeri juga menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan terhadap penderita CLM berdasarkan jenis kelamin. Pada penelitian tersebut didapati sebanyak 54 (55,1%) penderita adalah laki-laki, sedangkan sebanyak 44 (44,9%) adalah perempuan (Jelinek et al, 1994)

27  

Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan dan tingkat higinitas yang berbeda pada laki-laki dan perempuan. Pada musim hujan khususnya, perempuan cenderung tinggal di rumah, melakukan pekerjaan rumah tangga, mengobrol dengan teman-teman, atau merawat adik-adik, sedangkan laki-laki cenderung bermain sepak bola tanpa alas kaki di tanah umum yang luas, dimana anjing dan kucing berkeliaran di sekitarnya (Heukelbach et al, 2007). Namun, kebiasaan dan tingkat higinitas yang berbeda dari masing-masing individu dapat menyebabkan hasil yang berbeda dari tiap penelitian.

5.2.2. Karakteristik Penderita CLM Berdasarkan Usia

Berdasarkan karakteristik usia pada tabel 5.2. diketahui bahwa penderita CLM terbanyak pada kelompok usia ≤25 tahun yaitu sebanyak 3 orang (605)

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di Barbados yang dilakukan oleh Tremblay et al (2000) juga menunjukkan CLM lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda. Selain itu, penelitian lain di Brazil menunjukkan pada musim kemarau, insiden CLM terbanyak terjadi pada kelompok usia 5-9 tahun (47%), sedangkan pada musim hujan insiden CLM terbanyak terjadi pada kelompok usia ≤4 tahun (51,1%) (Heukelbach et al, 2007). Hal ini berkaitan dengan kebiasaan anak kecil yang jarang menggunakan alas kaki saat keluar rumah.

5.2.3. Karakteristik Penderita CLM Berdasarkan Tempat Tinggal

Berdasarkan tabel 5.3. diketahui bahwa seluruh penderita CLM pada sampel bertempat tinggal di daerah urban (100%).

Pada studi ini, pengelompokan urban dan rural masih dibuat berdasarkan definisi urban dan rural menurut Paul H. Landis, yaitu rural adalah daerah dengan jumlah penduduk kurang dari 2500 orang. Kemudian, dari alamat pasien yang didapat dari rekam medis, dilihat ke hasil sensus penduduk Indonesia 2010 untuk mendapatkan jumlah penduduk pada daerah tersebut.

Hasil yang didapat pada studi ini mungkin disebabkan karena pengelompokan tempat tinggal pada penelitian ini masih berdasarkan pembagian

28  

menurut jumlah penduduk, sehingga tidak dapat mencerminkan pembagian tempat tinggal berdasarkan definisi rural dan kota secara agrarisnya.

5.2.4. Karakteristik Penderita CLM Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan tabel 5.4. diketahui bahwa penderita CLM terbanyak pada kelompok dengan pekerjaan sebagai pelajar yaitu sebanyak 2 orang (40%). Hal ini mungkin dikarenakan CLM umumnya lebih banyak terjadi pada penderita dengan usia yang lebih muda (Tremblay et al, 2000).

Literatur lain mengatakan orang yang pekerjaannya sering kontak dengan tanah atau pasir tersebut dapat meningkatkan risiko terinfeksi larva CLM. Hal ini disebabkan larva infektif penyebab CLM banyak terdapat pada tanah atau pasir yang lembab (Aisah, 2000). Namun pada studi ini didapati bahwa hanya 1 kasus CLM (20 %) yang ditemukan pada pekerja dengan banyak riwayat kontak dengan tanah (petani,nelayan,dll). Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu mungkin disebabkan karena sedikitnya jumlah penderita yang menjadi sampel dalam penelitian ini sehingga sampel yang ada kurang representatif terhadap populasi. Hal lain yang juga turut menjadi pertimbangan adalah, walaupun RSUP H. Adam Malik adalah merupakan pusat rujukan di Sumatera, masyarakat mungkin lebih memilih berobat ke pusat pelayanan kesehatan yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya untuk pengobatan CLM yang dalam keseharian memang bukanlah tergolong kasus emergensi dan jarang memerlukan rujuk khusus. Selain itu, membawa penderita anak berobat ke RSUP H. Adam Malik akan lebih sulit/merepotkan bagi orangtua suspek penderita CLM bila domisilinya tergolong jauh dari rumah sakit tersebut, Di sisi lain, kurang lengkapnya rekam medis dan masih banyaknya petugas kesehatan yang masing sering salah mendiagnosis CLM juga menyebabkan sedikitnya jumlah sampel.

5.2.5. Karakteristik Penderita CLM Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan tabel 5.5. diketahui bahwa penderita CLM terbanyak pada kelompok pendidikan tamat SD yaitu sebanyak 3 orang (60%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di Brazil yang menunjukkan bahwa dari 354 orang dengan

29  

tingkat pendidikan rendah yang diperiksa, didapati 51 orang (14,4%) menderita CLM, sedangkan dari 760 orang dengan tingkat pendidikan tinggi yang diperiksa, didapati 94 orang (12,4%) menderita CLM, walaupun perbedaan yang didapati tidak terlalu signifikan (p value = 0,34) (Heukelbach et al, 2007).

Hal ini mungkin berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat berpendidikan rendah yang masih jarang menggunakan alas kaki saat keluar rumah. Namun, di sisi lain, masih banyak masyarakat berpendidikan tinggi yang juga masih jarang menggunakan alas kaki saat sedang berlibur di pantai. Sehingga, tidak terdapat perbedaan yang berarti pada angka kejadian CLM antara masyarakat berpendidikan rendah dan tinggi bila dikumulatifkan untuk kasus- kasus yang muncul sepanjang tahun. Begitu pun, ada kemungkinan peningkatan jumlah kasus pada masyarakat berpendidikan tinggi terutama hanya pada musim liburan, tidak sepanjang tahun.

5.2.6. Karakteristik Penderita CLM Berdasarkan Cuaca

Berdasarkan tabel 5.6. diketahui bahwa seluruh kejadian CLM pada penelitian ini terjadi pada cuaca hujan (100%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di Brazil yang menunjukkan bahwa angka kejadian CLM meningkat 2,6 kali lipat pada musim hujan dibandingkan musim panas (Heukelbach et al,

2007).

Peningkatan angka kejadian CLM di cuaca hujan dikarenakan telur dan larva cacing tambang penyebab CLM bertahan lebih lama di tanah yang basah dibandingkan di tanah yang kering. Selain itu, hujan menyebabkan telur dan larva dapat tersebar secara luas (Heukelbach dan Feldmeier, 2008).

30  

Dokumen terkait