• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan di Poli Klinik Jiwa Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuluddin Away Tapaktuan didapatkan

41

Umum Daerah dr. H. Yuluddin Away Tapaktuan yaitu sedang (82,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian Suwardiman (2011) mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan beban keluarga untuk mengikuti regimen terapeutik pada keluarga klien halusinasi di RSUD Serang. Penelitian Suwardiman (2011), beban keluarga berada pada kondisi sedang dengan rata-rata penghasilan keluarga Rp.1.605.316,46,-. Bila dikaitkan dengan data demografi sebagian besar responden berpenghasilan dibawah Upah Minimum Kabupaten Tapaktuan < Rp.1.900.000,- (64,1%), tentu ini akan membuat beban keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit akan lebih dirasakan. Hal ini juga didukung Penelitian oleh Gururaj, Bada, Reddy dan Chandrashkar (2008) menemukan bahwa dari enam dimensi beban keluarga dengan skizofrenia, skor finansial memiliki rata-rata yang paling tinggi. Peneliti berasumsi bahwa faktor ekonomi bisa menjadi penyebab kekambuhan karena keluarga tidak sanggup mematuhi regimen terapeutik klien halusinasi untuk tetap mendapat perawatan kesehatannya, oleh karena itu, apabila keluarga tidak memiliki sumber dana yang cukup atau jaminan kesehatan, maka hal ini akan menjadi beban yang berat bagi keluarga. Namun saat ini pemerintah telah menyelenggarakan program Jaminan Kesahatan Nasional tentu akan sedikit membatu keluarga dalam biaya pengobatan. Dari data demografi juga didapatkan bahwa sebagian besar lama sakit

anggota keluarga ≥ 1 tahun (61,5%), dimana hal ini akan sedikit meringankan

beban keluarga dimana keluarga sudah mempunyai pengalaman dan dapat menerima segala stigma selama merawat pasien halusinasi sehingga beban yang dirasakan keluarga sedang.

42

Menurut WHO (2003), secara umum dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan adanya anggota keluarga mengalami halusinasi adalah tingginya beban ekonomi, beban emosi keluarga, stress terhadap perilaku pasien yang terganggu, gangguan dalam melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari dan keterbatasan melakukan aktivitas sosial. Selain itu juga muncul beban keluarga karena stigma sosial terhadap penderita halusinasi tersebut, beban yang muncul bisa berupa psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20 keluarga (51,3%) menyatakan setuju bahwa lama rawatan/pengobatan yang berulang membutuhkan banyak biaya. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Ngadiran (2010) mengenai studi fenomenologi pengalaman keluarga tentang beban dan sumber dukungan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi di Cimahi dan Bandung, menyatakan bahwa beban yang di hadapi oleh partisipan dalam merawat anggota keluarganya dengan halusinasi adalah beban psikologi, beban finansial dan masalah dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian diperkuat dengan Friedman, (1998) mengemukakan bahwa beban keluarga obyektif meliputi beban keluarga dalam pelaksanaan merawat salah satu anggota keluarga yang mengalami halusinasi, termasuk dalam beban keluarga obyektif ini adalah beban biaya finansial, untuk perawatan dan pengobatan, tempat tinggal, makanan, dan transportasi. Dukungan instrumental keluarga merupakan fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan yang diterapkan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

43

Gangguan jiwa dapat berdampak negatif pada keluarga. (Stuart & Laraia, 2001, dalam Suwardiman, 2011) dampak yang terjadi meliputi ; meningkatnya konflik dan stress keluarga, saling menyalahkan satu sama lain, kesulitan untuk mengerti dan menerima keluarganya yang sakit, meningkatnya emosi ketika berkumpul dan kehilangan energi, waktu, uang untuk merawat anggota keluarganya.

Hasil penelitian menunjukkan 36 keluarga (92,3%) menyatakan setuju bahwa keluarga merasa sedih memiliki anggota keluarga yang mengalami halusinasi, 32 keluarga (82,1%) menyatakan setuju keluarga merasa cemas akan keadaan penyakit yang dialami. Hal ini diperkuat pendapat Mohr (2006) bahwa beban subyektif yang di rasakan oleh keluarga sebagai respon terhadap anggota keluarga yang gangguan mengalami jiwa adalah masalah rasa kehilangan, rasa takut, merasa bersalah, rasa marah dan perasaan negatif lainnya yang dialami.

Hasil penelitian menunjukkan 36 keluarga (92,3%), keluarga menyatakan setuju bahwa keluarga takut terjadi pengerusakan diri, orang lain, lingkungan akibat halusinasi pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ngadiran (2010) mengenai studi fenomenologi pengalaman keluarga tentang beban dan sumber dukungan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi di Cimahi dan Bandung yang menyatakan bahwa beban psikologi yang dirasakan partisipan selama merawat anggota keluarganya dengan perilaku halusinasi, adalah rasa kecewa terhadap klien karena ketidak patuhan dalam minum obat, putus asa dalam menghadapai proses penyakit klien , marah terhadap perilaku klien, rasa takut terhadap perilaku klien. Hal ini dikarenakan mayoritas responden 23 orang

44

(59,3% ) adalah perempuan. dimana beban akan lebih dirasakan dalam merawat pasien. Komar dan Muhanti (2007) yang menemukan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang besar terhadap beban keluarga dalam mendukung keluarga dengan skizofrenia, dimana perempuan memiliki beban yang lebih berat jika dibandingkan dengan laki-laki.

Perilaku klien dengan halusinasi di atas menimbulkan beban bagi keluarganya, karena keluarga harus lebih sabar, perhatian , menyediakan waktu yang khusus, klien tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, selain itu masih banyak keluarga yang merasakan beban atau kesulitan dalam merawat anggota keluarganya dengan halusinasi, keluarga sangat membutuhkan sumber-sumber dukungan seperti apa yang dapat mendukung keluarga tersebut dalam merawat anggota keluarganya yang mengalamihalusinasi (Ngadiran, 2010). Hasil penelitian menunjukkan 35 keluarga (89,7% ), menyatakan setuju bahwa keluarga bingung terhadap gangguan perilaku/bicara-bicara sendiri yang sering dilakukan pasien. Hal ini dikarenakan mayoritas 28 keluarga (74,4%) memiliki hubungan dengan pasien adalah anak. Hasil penelitian Sari (2009) dan Saunders (2003) bahwa beban keluarga akan dirasakan lebih berat pada individu yang mempunyai hubungan langsung dengan klien.

Keluarga menghadapi situasi penuh stres dan ketegangan karena memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Situasi penuh stres ini diperberat dengan tuntutan ekonomi akan perawatan anggota keluarga yang mengalami halusinasi tersebut dalam jangka waktu yang tidak singkat dalam

45

perilaku maladaptif dan masa depannya. Situasi-situasi tersebut menimbulkan beban keluarga yang tidak ringan, jika tidak mendapatkan intervensi secara optimal dapat mengantarkan keluarga ke dalam krisis psikologis.

Dokumen terkait