• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.4. Pembahasan

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Belawan pada tahun 2014 umumnya berpengetahuan kurang. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI yang tergolong baik hanya sebanyak 27 orang (28.1%) dan tingkat pengetahuan yang tergolong cukup sebanyak 22 orang (22.9%). Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI yang tergolong kurang meliputi 47 orang (49%) atau hampir dari setengah total responden. Hal ini menunjukkan ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas ini belum memiliki pengetahuan yang baik tentang makanan pendamping ASI. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Siemeulue Timur, Kabupaten Siemeulue, Provinsi Aceh. Penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang makanan pendamping ASI pada daerah tersebut mayoritas baik yaitu sebesar 79.2%. (Wahyuni, 2013)

Universitas Sumatera Utara

Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan pada bayi mulai dari umur 6 bulan sebagai tambahan ASI yang tidak lagi mencukupi asupan nutrisi bayi. Makanan pendamping ini sebaiknya diberikan secara tepat. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan morbiditas pada bayi. (Depkes RI)

Berdasarkan sumber data sekunder yang penulis dapatkan dari petugas kesehatan dan kader puskesmas, praktik pemberian makanan pendamping ASI dini di Kecamatan Medan Belawan masih banyak. Hal ini dikarenakan ibu-ibu beranggapan ASI saja tidak cukup sebagai makanan bayi mereka. Anggapan tersebut dihubungkan dengan seringnya ataupun cepatnya bayi kembali menangis sesudah diberi ASI. Ibu-ibu beranggapan seringnya bayi menangis merupakan tanda bahwa bayi tidak kenyang sehingga bayi diberikan makanan padat walupun masih berusia kurang dari 4 bulan. Praktik pemberian makanan pendamping ASI dini juga dilakukan karena anjuran orang tua responden. Orang tua responden menyarankan anak mereka untuk memberikan makanan pendamping ASI secara dini dengan anggapan agar bayi kenyang dan sehat. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Pardosi (2009) yang menyatakan bahwa sebagian besar ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari 6 bulan dengan alasan agar bayi menjadi sehat sebanyak 89.1% dan agar bayi menjadi kenyang sebanyak 86.9%.

Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi. Pada penelitian yang dilakukan Ginting di Puskesmas Barusjahe menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu akan makanan pendamping ASI merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI dini. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahun dalam ketegori tidak baik telah memberikan makanan pendamping ASI dini pada bayi dengan usia kurang dari 6 bulan sebanyak 97.9%, sedangkan ibu dengan kategori tingkat pengetahuan yang baik telah memberikan makanan pendamping ASI dini kepada anaknya hanya 40.4%. Hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian di Puskesmas Barusjahe tersebut menyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori tidak baik memiliki risiko untuk

Universitas Sumatera Utara

memberikan makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan sebesar 2,425 kali lebih besar. (Ginting, 2012)

Pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI, namun dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Faktor- faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yaitu tingkat pengetahuan dan sikap ibu. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yaitu dukungan keluarga, peran petugas kesehatan, dan sosial budaya. (Ginting, 2012)

Analisis data pada tabel 5.3 dapat memberikan informasi bahwa peran petugas kesehatan di Puskesmas Belawan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI masih tergolong kurang. Dari total 96 responden, sebanyak 64 orang (66.7%) menyatakan peran petugas kesehatan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI masih kurang, sedangkan hanya 32 orang (33.3%) responden yang menyatakan peran petugas kesehatan sudah baik. Penelitian di Puskesemas Barusjahe tahun 2012 menyatakan hal yang sama yaitu peran petugas kesehatan yang tergolong baik pada wilayah ini hanya mencapai 32% dan yang tergolong tidak baik mencapai 68%. (Ginting, 2012)

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan menyatakan peran petugas kesehatan baik sebanyak 20 orang (74%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan menyatakan peran petugas kesehatan masih kurang sebanyak 44 orang (93%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu- ibu hamil yang berpengetahuan baik cenderung menyatakan bahwa peran petugas kesehatan sudah baik dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI, sedangkan ibu-ibu hamil yang berpengetahuan kurang cenderung menyatakan bahwa peran petugas kesehatan masih kurang dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan antara peran petugas kesehatan dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI dengan tingkat pengetahuan ibu. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakuakan oleh Ginting (2012), pengetahuan yang baik dapat menentukan pemberian makanan pendamping ASI yang baik.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Barusjahe ini juga menyatakan bahwa dari 68 ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan dalam kategori tidak baik sebanyak 58 orang (85.3%) telah memberikan makanan pendamping ASI dini kepada bayi usia kurang dari 6 bulan. Sebaliknya, ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan dalam kategori baik hanya sebanyak 10 orang (31.3%) yang telah memberikan makanan pendamping ASI dini kepada bayinya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian makanan pendamping ASI dini. Hubungan tersebut dinyatakan bahwa peran petugas kesehatan dalam kategori tidak baik mempunyai risiko sebesar 2,73 kali untuk memberikan makanan pendamping ASI pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan sehingga baik tingkat pengetahuan ibu maupun peran petugas kesehatan memiliki pengaruh dalam pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. (Ginting, 2012)

Data tabulasi silang pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa mayoritas ibu dengan pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik berada pada usia dewasa awal dan ibu dengan pengetahuan makanan pendamping ASI yang kurang berada pada usia remaja akhir. Pada kelompok usia dewasa akhir semua responden berpengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan usia ibu hamil dan tingkat pengetahuan ibu hamil tidak memiliki kecenderungan yang berarti. Hal ini dapat dilihat yaitu pada usia yang paling tua yitu dewasa akhir, tingkat pengetahuan ibu akan makanan pendamping ASI adalah kurang. Hal ini mungkin disebabkan usia responden yang tidak berdistribusi normal atau tidak tersebar secara merata pada tiap kelompok usia yang ada. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ginting (2012), bahwa tidak ada pengaruh secara bermakna antara umur ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI dini pada usia kurang dari 6 bulan. Penelitian di Puskesmas Barusjahe ini menunjukkan bahwa 85% ibu dengan usia 35 tahun kebawah memberikan makanan pendamping ASI dini pada anak meraka yang berusia kurang dari 6 bulan dan ibu dengan usia di atas 35 tahun juga memberikan makanan pendamping ASI dini kepada anak mereka yang berusia kurang dari 6 bulan sebanyak 86.7%.

Tabel 5.6 juga menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan tingkat pengetahuan ibu. Hasil analisis data

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik dan buruk mayoritas berasal dari ibu dengan tingkat pendidikan sedang yaitu SMP atau SMA. Hasil uji statistik oleh Ginting (2012) juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada pengaruh secara bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas Barusjahe. Tidak adanya kecenderungan yang dapat dihasilkan pada analisi tabel 5.6 mungkin dapat juga disebabkan karena distribusi tingkat pendidikan yang tidak merata. Hal ini dapat dilihat pada karakteristik responden dengan pendidikan yang tinggi hanya 5 orang (5,2%) dari total 96 orang responden.

Analisa data pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa tidak adanya kecenderungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pekerjaan ibu karena tingkat pengetahuan ibu yang baik dan buruk sebagian besar berasal dari ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Penelitian yang dilakukan Sua’di (2010) menyatakan bahwa pekerjaan ibu tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI. Hal ini sejalan dengan data yang telah dianalisa pada tabel 5.7. Tidak adanya kecenderungan antara pekerjaan ibu dengan tingkat pengetahuan mungkin disebabkan karena distribusi ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja tidak tersebar secara merata. Tabulasi silang antara ada atau tidaknya anak dan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa ibu yang sudah memiliki anak sebelumnya mempunyai pengetahuan yang baik tentang makanan pendamping ASI sebanyak 25 orang (92.6%) dari total 27 ibu yang berpengetahuan baik. Hal ini menunjukkan ibu yang sudah memiliki anak sebelumnya cenderung memiliki pengetahuan yang baik tentang makan pendamping ASI. Ibu dengan pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik akan mengurangi risiko pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Soedibyo (2007) dalam Banjarnahor (2010) di Unit Pediatri Rawat Jalan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian tersebut menyatakan bahwa responden (ibu) yang berusia lebih dari 30 tahun mayoritas sudah memiliki anak lebih dari satu sehingga mempunyai pengalaman tentang pemberian makanan pendamping ASI sesuai dengan usia bayi dan tidak lagi memberikan makanan pendamping ASI

Universitas Sumatera Utara

kepada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan melainkan memberikan ASI saja secara eksklusif sesuai dengan usia pada bayi mereka.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen terkait