Oleh :
Silvia Yanita Karina
110100260
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
Silvia Yanita Karina
110100260
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENGESAHAN
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2014
Nama : Silvia Yanita Karina NIM : 110100260
Pembimbing
(dr. Hj. Sri Sofyani, M.Ked(Ped), SP.A(K)) NIP: 196508281996032004
Penguji I
(dr. Muhammad Syahputra, M.Kes.) NIP: 197010071989021001
Penguji II
(dr. Suhartono, Sp.PD) NIP: 195402201980111001
Medan, 12 Januari 2015 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Seorang anak bukanlah merupakan seorang dewasa dalam wujud kecil karena anak masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Asupan gizi yang baik dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pada anak. Sesuai dengan rekomendasi WHO dan Departemen Kesehatan Indonesia, pada 6 bulan pertama sebaiknya bayi diberikan ASI ekslusif dan diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI (MP-ASI) saat bayi mulai berusia 6 bulan. Penelitian di Puskesmas Barusjahe (2012) menyatakan bahwa lebih dari setengah ibu-ibu (68%) telah memberikan makanan pendamping ASI dini pada anaknya yang berusia kurang dari 6 bulan. Hal ini banyak terjadi terutama pada ibu-ibu yang baru memiliki anak. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Belawan yang berjumlah 2.817 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling dengan besar sampel sebanyak 96 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner melalui wawancara.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Belawan yang kurang sebanyak 49%, cukup sebanyak 22.9%, dan baik sebanyak 28.1%. Peran petugas Puskesmas Belawan dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI sebanyak 66.7% masih kurang dan sebanyak 33.3% sudah baik.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
A child is not an adult in a small size because child is still experiencing a period of growth and development. Good nutrition intake can determine the growth and the development of children. According to WHO and Health Ministry of Indonesia (Depkes RI) recomendation, the first 6 month baby should be breastfed exclusively and given additionalfoodin the form ofcomplementary feeding when the baby at the age of 6 months. The research in Puskesmas Barusjahe (2012) stated that more than half mothers (68%) had given early complementary feeding to their children which are aged less than 6 months. It often occur especially in new mother. Therefore, the author is interested to find the knowledge level of pregnant women on complementary feeding.
The study was a descriptive study with a cross-sectional study approach. The population of this study is 2.817 pregnant mothers who are in the working area of Puskesmas Belawan. The sampling is conducted using quota sampling method to the 96 respondents. The data is collected by answering the questionnaire through interviewing the respondents.
From the research, it can be obtained that the knowledge levels of pregnant women on complementary feeding in the working area of Puskesmas Belawan which are 49% as poor, 22.9% as fair, and 28.1% as good. The role of health workers in Puskesmas Belawan in complementary feeding programs socialization are 66.7% as poor and 33.3% as good.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2014”. Sebagai salah satu area kompetensi dasar harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam peyusunan laporan hasil penelitian ini :
1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K), selaku Pembantu
Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Msi Sp.GK, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Kepada dr. M. Rusda M.Ked (OG), Sp.OG(K), selaku Pembantu Dekan
III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada dr. Hj. Sri Sofyani, M.Ked(Ped), Sp.A(K), sebagai dosen
pembimbing dalam penulisan penelitian ini, yang dengan sepenuh hati
telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing serta
mengarahkan penulis mulai dari awal penyusunan penelitian,
pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya penyusunan laporan hasil
penelitian ini.
6. Kepada dr. Muhammad Syahputra, M.Kes., sebagai dosen penguji satu
yang telah memberikan kritik dan saran yang berguna bagi penyusunan
laporan hasil penelitian ini.
7. Kepada dr. Suhartono, Sp.PD, sebagai dosen penguji dua yang telah
memberikan kritik dan saran yang berguna bagi penyusunan laporan
Universitas Sumatera Utara
8. Kepada kedua orangtua penulis yang tercinta, Ayahanda Ir. Sima
Sebayang dan Ibunda Dra. Jani Tarigan yang selalu memberikan
dukungan moril dan materiil.
9. Kepada seluruh teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang luar biasa, khususnya Riama Melisa, Claudy
Bunga, Peny Damanik, Apriany Cordias, Johanna Sihombing, Timotius
Kevin, Fifi Florensia dan teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu
yang telah membantu saya dalam penyusunan laporan penelitian ini.
10. Kepada seluruh petugas Puskesmas Belawan dan kader Posyandu
Puskesmas Belawan yang telah membantu penulis saat pelaksanaan
penelitian.
Sesuai dengan peribahasa “tiada gading tak retak” begitu juga dengan laporan hasil penelitian ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada laporan hasil penelitian ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan hasil penelitian ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
Medan, 8 Desember 2014
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ... 6
2.2. Makanan Pendamping ASI ... 6
2.2.1. Defenisi Makanan Pendamping ASI ... ... 6
2.2.2. Anjuran WHO Tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ... 8
2.2.3. Prinsip Pemberian MP-ASI ... 8
2.2.4. Data Pemberian MP-ASI ... 9
Universitas Sumatera Utara
2.2.6. Tahapan Pemberian MP-ASI ... 10
2.3. Konsep Kehamilan ... 12
2.3.1. Definisi Kehamilan... 12
2.3.2. Diagnosis Kehamilan ... 13
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 15
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15
3.2. Variabel dan Defenisi Operasional ... 16
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 17
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 17
4.4.1. Uji Validatas dan Reliabilitas... 18
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 19
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 20
5.1.1. Kecamatan Medan Belawan... 20
5.1.2. Puskesmas Belawan ... 20
5.2. Karakteristik Responden ... 21
5.3. Hasil ... 22
5.3.1. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil ... 22
5.3.2. Peran Petugas ... 23
5.3.3. Peran Petugas dengan Pengetahuan Ibu ... 24
5.3.4. Umur dengan Pengetahuan Ibu ... 24
5.3.5. Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu ... 25
5.3.6. Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu ... 25
Universitas Sumatera Utara
5.4. Pembahasan ... 26
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 32
6.1. Kesimpulan ... 32
6.2. Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 34
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Universitas Sumatera Utara
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 19
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 21
Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Makanan Pendamping ASI ... 23
Tabel 5.3 Peran Petugas Kesehatan di Puskesmas Belawan dalam Sosialisasi Makanan Pendamping ASI ... 23
Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Peran Petugas Kesehatan... 24
Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Umur ... 24
Tabel 5.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pendidikan ... 25
Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pekerjaan ... 25
Universitas Sumatera Utara
Nomor Judul
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Lembar Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Universitas Sumatera Utara
ASI : Air Susu Ibu
MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
WHO : World Health Organization
UNICEF : United Nation International Children’s Fund
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
Depkes : Departemen Kesehatan
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Pemko : Pemerintah Kota
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Seorang anak bukanlah merupakan seorang dewasa dalam wujud kecil karena anak masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Asupan gizi yang baik dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pada anak. Sesuai dengan rekomendasi WHO dan Departemen Kesehatan Indonesia, pada 6 bulan pertama sebaiknya bayi diberikan ASI ekslusif dan diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI (MP-ASI) saat bayi mulai berusia 6 bulan. Penelitian di Puskesmas Barusjahe (2012) menyatakan bahwa lebih dari setengah ibu-ibu (68%) telah memberikan makanan pendamping ASI dini pada anaknya yang berusia kurang dari 6 bulan. Hal ini banyak terjadi terutama pada ibu-ibu yang baru memiliki anak. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI)
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Belawan yang berjumlah 2.817 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling dengan besar sampel sebanyak 96 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner melalui wawancara.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Belawan yang kurang sebanyak 49%, cukup sebanyak 22.9%, dan baik sebanyak 28.1%. Peran petugas Puskesmas Belawan dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI sebanyak 66.7% masih kurang dan sebanyak 33.3% sudah baik.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
A child is not an adult in a small size because child is still experiencing a period of growth and development. Good nutrition intake can determine the growth and the development of children. According to WHO and Health Ministry of Indonesia (Depkes RI) recomendation, the first 6 month baby should be breastfed exclusively and given additionalfoodin the form ofcomplementary feeding when the baby at the age of 6 months. The research in Puskesmas Barusjahe (2012) stated that more than half mothers (68%) had given early complementary feeding to their children which are aged less than 6 months. It often occur especially in new mother. Therefore, the author is interested to find the knowledge level of pregnant women on complementary feeding.
The study was a descriptive study with a cross-sectional study approach. The population of this study is 2.817 pregnant mothers who are in the working area of Puskesmas Belawan. The sampling is conducted using quota sampling method to the 96 respondents. The data is collected by answering the questionnaire through interviewing the respondents.
From the research, it can be obtained that the knowledge levels of pregnant women on complementary feeding in the working area of Puskesmas Belawan which are 49% as poor, 22.9% as fair, and 28.1% as good. The role of health workers in Puskesmas Belawan in complementary feeding programs socialization are 66.7% as poor and 33.3% as good.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seorang anak bukan merupakan seorang dewasa dalam wujud kecil karena
anak memiliki sifat yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mengalami
masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat penting sehingga asupan gizi
yang cukup sangat memengaruhi kesehatan anak untuk tumbuh menjadi orang
dewasa. Gizi yang dibutuhkan anak sangat berbeda dengan orang dewasa (Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, 2010).
Gizi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kekurangan
gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan BBLR (Bayi Berat Lahir Redah) dan juga
dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan anak yang dilahirkan.
Kekurangan gizi yang terjadi pada anak dan bayi berdampak pada pertumbuhan
dan perkembangan yang terganggu apabila tidak ditangani dengan tepat. Gizi
yang dibutuhkan anak tiap masa pertumbuhannya tidak sama namun memiliki
keteraturan, saling berkaitan, dan kesinambungan sejak konsepsi sampai dewasa
(Soetjiningsih, 2010).
Untuk mendapatkan tumbuh kembang optimal pada anak, di dalam Global strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan : pertama pemberian ASI kepada bayi
segera setelah lahir dalam waktu 30 menit yang biasa disebut Inisiasi Menyusu
Dini (IMD), kedua pemberian hanya ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan atau
pemberian ASI eksklusif, ketiga pemberian makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai dengan 24 bulan, dan keempat
meneruskan pemberian ASI sampai usia anak mencapai 24 bulan atau lebih.
Makanan pendamping ASI yang disediakan bila memungkinkan berdasarkan
bahan lokal. Selain itu makanan pendamping ASI harus mudah dicerna, sesuai
dengan umur dan kebutuhan bayi serta mengandung nutrisi yang cukup (Depkes,
Bayi terus tumbuh dan berkembang serta semakin aktif sehingga ASI tidak
lagi mampu memenuhi kecukupan gizi bayi sesuai dengan pertumbuhan bayi.
Dengan demikian, pemberian makanan pendamping ASI perlu diberikan untuk
menambah asupan nutrisi bayi. Makanan pendamping ASI harus diberikan setelah
bayi berumur 6 bulan karena pada usia ini sistem pencernaan bayi mulai kuat
(WHO). Pada masa transisi ini sering terjadi gangguan gizi karena keluarga/ibu
kurang memiliki pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi bayi dan makanan
tambahan yang baik, tidak tahu cara menyiapkan makanan tambahan dari bahan
lokal bergizi, dan kemiskinan yang menyebabkan keluarga tidak mampu
menyediakan makanan yang sehat. (Soetjiningsih, 2010)
Pemberian makanan pendamping ASI pada kenyataannya sering terjadi
masalah. Pemberian yang terlalu dini ataupun terlalu lambat dapat mengganggu
pertumbuhan bayi. Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat
menyebabkan diare (karena kebersihan yang kurang) dan alergi dikemudian hari
(karena bayi masih mudah dilalui protein asing). Pemberian makanan pendamping
ASI yang terlalu lambat juga berdampak tidak baik karena ASI hanya dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai dengan usia 6 bulan sehingga
kemungkinan malnutrisi dapat terjadi. Penelitian yang dilakukan di Posyandu
Kelurahan Lamper Tengah, kota Semarang, menunjukkan pemberian makanan
pendamping ASI dini rata-rata terjadi pada usia 3,8 bulan. (Rohmani, 2010)
Penelitian yang dilakukan pada 100 Ibu yang memiliki anak kurang dari
enam bulan di Puskesmas Barusjahe, Kabupaten Karo, menunjukkan bahwa lebih
dari setengah (68%) Ibu-ibu tersebut memberikan makanan pendamping
(MP-ASI) dini kepada anaknya. (Ginting, 2013)
Belawan adalah salah satu kecamatan yang terletak di kota Medan dengan
luas wilayah 21,82 kilometer persegi. Pada daerah Belawan terdapat beberapa
pusksemas, salah satunya adalah Puskesmas Belawan yang terletak di kecamatan
Medan Kota Belawan. Pada Puskesmas ini belum terdapat data terbaru tentang
pemberian makanan pendamping ASI terutama pada ibu hamil. Oleh karena itu
dilakukan diharapkan dapat menjadi kontribusi baik bagi masyarakat setempat,
dinas kesehatan setempat, dan peneliti yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di wilayah
Puskesmas Belawan, kota Medan.
1.2.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil yang berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Belawan tentang makanan pendamping ASI?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI di wilayah kerja
Puskesmas Belawan, kota Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang : 1. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang makanan pendamping ASI.
2. Peran petugas kesehatan dalam sosialisasi program makanan pendamping
ASI yang telah dilakukan Puskesmas Belawan, kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Mengetahui gambaran wawasan ibu hamil di Puskesmas Belawan, kota
Medan tentang makanan pendamping ASI.
2. Meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya pemberian
3. Meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang cara pemberian makanan
pendamping ASI yang baik dan benar.
4. Sebagai kontribusi bagi tenaga kesehatan dan Dinas Kesehatan kota
Medan untuk meningkatkan upaya promotif dalam promosi program
pemberian makanan pendamping ASI.
5. Sebagai bahan yang diharapkan dapat berkontribusi dalam
pengembangan penelitian ilmiah selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pengetahuan
2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” yang terjadi ketika orang telah
mengadakan pengindraan terhadap sesuatu. Pengindraan tersebut bisa dengan
menggunakan penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Proses
pengindraan yang menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian terhadap suatu objek. Pengetahuna seseorang terhadap suatu hal
mengandung dua aspek yaitu positif dan negatif. Aspek ini yang akan menentukan
sikap seseorang terhadap hal tersebut apakah positif atau negatif. (Wawan, 2011)
2.2.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hal penting yang dapat membentuk tindakan
seseorang. Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif memiliki 6 tingkat :
1. Tahu (know)
Mengingat sesuatu yang sudah diketauhi sebelumnya. Merupakan tingkat
pengetahuan paling rendah.
2. Memahami (comprehention)
Mampu menjelaskan dan menginterpretasikan suatu hal secara benar
yang sudah diketuhui.
3. Aplikasi (application)
Mampu menggunakan sesuatu yang telah dipelajarinya pada keadaan
nyata.
4. Analisis (analysis)
Mampu menyatakan suatu hal ke dalam komponen-komponen namun
masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih saling berkaitan.
5. Sintesis (syntesis)
Mampu menunjukkan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
6. Evaluasi (evaluation)
Mampu memberikan penilaian terhadap suatu hal. (Wawan, 2011)
2.2.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
1. Pendidikan
Bimbingan yang telah diberikan kepada seseorang menuju arah cita-cita
tertentu yang dapat menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
2. Pekerjaan
Pekerjaan ialah keburukan yang harus dilakukan seseorang untuk
menunjang kehidupan dan mencari nafkah.
3. Umur
Umur seseorang terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai orang tersebut
berulang tahun. Menurut kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
dewasa lebih dipercayai dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini
dilihat dari segi pengalaman dan kematangan jiwa. (Wawan, 2011)
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan semua kondisi yang ada di sekitar manusia serta
pengaruhnya dapat memengaruhi perkembangan dan perilaku orang ataupun
kelompok.
2. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada di mayarakat dapat memengaruhi sikap
seseorang dalam menerima suatu informasi.
2.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. (Depkes,2006)
Menurut penelitian yang telah dilakukan WHO, pemberian makanan
pendamping ASI paling tepat yaitu diberikan pada bayi usia 6 bulan. Pada usia ini
ASI eksklusif tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi karena pada tahap
ini bayi menjadi sangat aktif sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang lebih
banyak. Berikut grafik kebutuhan energi tiap kelompok usia dibanding energi
yang disediakan ASI. Berikut bagan yang menunjukkan kesenjangan energi yang
dibutuhkan anak dan energi yang dapat disediakan oleh ASI saja pada anak usia 6
bulan ke atas. (Saadeh, 2000)
Gambar 1.1
Kebutuhan Energi Anak dan Jumlah Energi pada ASI
Makanan pendamping ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan orang dewasa. Pemberian makanan pendamping ASI harus bertahap.
Berhubung bayi belum pernah merasakan makanan lain selain ASI, maka kita
harus memperkenalkan makanan pendamping ASI secara bertahap. Pemberian
makanan pendamping ASI harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan
bayi dan kebutuhannya. Disamping pemberian makanan pendamping ASI, ASI
2.2.2. Anjuran WHO tentang Makanan Pendamping ASI
Menurut WHO, dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding,
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) harus memperhatikan :
a. Timely : bayi diperkenalkan saat kebutuhan energi dan nutrisi melebihi dari yang dapat disediakan baik secara ASI eksklusif dan pemberian ASI
yang sering.
b. Adequate : makanan yang diberikan memenuhi energi, protein, dan nutrisi mikro yang dapat mencapai kebutuhan nutrisi bayi.
c. Safe : makanan disediakan dan disimpan secara bersih dan aman, serta diberikan dengan alat makan bersih yang digunakan dengan tangan dan
bukan dengan botol ataupun puting tiruan.
d. Properly fed : diberikan secara konsisten dengan memperhatikan tanda rasa lapar dan kenyang bayi, dan secara sering dengan metode
mendorong bayi untuk memakan sendiri makanannya dengan tangan
atau sendok sesuai dengan umurnya.
Oleh karena itu, pemberian makanan pendamping ASI tidak hanya
berdasarkan waktu pemberian tetapi juga harus memperhatikan jenis, tekstur,
komposisi serta cara pemberian.
2.2.3. Prinsip Pemberian Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan bertahap sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan tiap usia perkembangan anak. Pemberian makanan
pendamping ASI juga harus diperhatikan waktu pemberian, komposisi, keamanan
dan kebersihan makanan serta cara yang tepat untuk memberikan makanan.
Berikut adalah prinsip pemberiaan makanan pendamping ASI : Dimulai pada usia 6 bulan
Hindari makanan dengan potensi alergi yang tinggi (susu sapi, telur,
ikan, kacang, kacang kedelai)
Saat usia yang cukup, dorong anak untuk menggunakan mangkok atau
gelas dari pada botol susu
Energi yang dikandung harus melebihi energi yang dapat diberikan ASI Pemberian zink dengan makanan seperti daging, prodik susu, gandum,
dan nasi
Asupan fitat sebaiknya rendah untuk meningkatkan absorpsi mineral ASI sebaiknya dilanjutkan sampai 12 bulan
Cairan selain ASI, formula, dan air sebaiknya mulai diberikan (Heird,
2007)
2.2.4. Data Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI sering terlalu cepat ataupun
terlambat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan anak. Pemberian makanan
pendamping ASI pada kenyataannya sering terjadi masalah. Pemberian yang
terlalu dini ataupun terlalu lambat dapat mengganggu pertumbuhan bayi.
Pemberian yang terlalu dini dapat menyebabkan diare karena kebersihan yang
kurang dan alergi di kemudian hari karena bayi masih mudah dilalui protein asing.
Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu lambat juga berdampak tidak
baik karena ASI hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai dengan usia 6
bulan sehingga kemungkinan malnutrisi dapat terjadi. Penelitian yang dilakukan
di Posyandu Kelurahan Lamper Tengah, kota Semarang, menunjukkan program
pemberia makanan pendamping ASI belum berjalan sesuai dengan yang
diharapkan yaitu pemberian makanan pendamping ASI dini rata-rata terjadi pada
usia 3,8 bulan yang serharusnya diberikan pada usia 6 bulan. (Rohmani, 2010)
2.2.5. Jenis-Jenis Makanan Pendamping ASI
Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang diolah di rumah
tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat,
mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan
pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi. Makanan tambahan lokal ini disebut
juga dengan makanan pendamping ASI lokal. (Depkes, 2006)
Pemberian makanan tambahan lokal memiliki beberapa dampak positif,
dari pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga
ibu dapat melanjutkan pemberian makanan tambahan secara mandiri,
meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat
kelembagaan seperti posyandu, memiliki potensi meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui penjualan hasil pertanian, dan sebagai sarana dalam
pendidikan atau penyuluhan gizi. (Depkes, 2006)
2.2.6. Tahapan Pemberian Makanan Pendamping
Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus dilakukan
secara bertahap baik dalam bentuk maupun jumlahnya disesuaikan dengan
kemampuan pencernaan anak. Tahapan tersebut sebagai berikut (Nadesul, 2004
dalam Su’adi, 2010) :
a. Makanan bayi berumur 0-4 bulan
Hanya ASI saja (ASI Eksklusif selama 6 bulan).
Hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit
pertama setelah melahirkan .
Dengan menyusui anak, maka akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
Berikan kolostrum karena kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat
kekebalan yang dibutuhkan bayi.
Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan bayi.
b. Makanan bayi berumur 4-6 bulan:
Pemberian ASI tetap diteruskan sesuai dengan keinginan anak.
Bentuk makanan lumat, halus, bayi sudah memiliki aktivitas atau reflex
mengunyah.
Contoh makanan lumat antara lain pisang yang dilumatkan, pepaya yang
dilumatkan, biscuit yang ditambah dengan air susu, atau bubur susu. Diberikan 2 kali sehari, dan setiap kali pemberian 2 sendok makan
Diberikan sambil mengajak bicara kepada bayi agar timbul sentuhan
kasih sayang.
Jangan sekali-kali makanan pendamping ASI diberikan dengan botol
susu sambil tiduran karena dapat menyebabkan infeksi telinga pada anak.
c. Makanan bayi berumur 6-9 bulan:
Pemberian ASI tetap diteruskan sesuai dengan keinginan anak.
Bentuk makanan lumat karena alat pencernaan bayi sudah dapat
berfungsi lebih baik, contoh : nasi tim, bubur susu. Berikan 2 kali sehari setelah anak diberikan ASI. Porsi tiap pemberian makanan sebagai berikut :
o Pada umur 6 bulan : 6 sendok makan
o Pada umur 7 bulan : 7 sendok makan o Pada umur 8 bulan : 8 sendok makan
o Pada umur 9 bulan : 9 sendok makan
o Untuk menambah nilai gizi, nasi tim juga dapat ditambahkan sumber zat lemak sedikit demi sedikit, seperti santan, margarine, minyak
kelapa.
o Bila bayi masih lapar, ibu dapat menambah makanan pendamping ASI.
d. Makanan bayi umur 9-12 bulan : Pemberian ASI tetap diberikan
Pada usia ini bayi diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap dengan takaran yang cukup. Bentuk makanan yang diberikan lunak.
Berikan makanan selingan satu kali dalam sehari.
Makanan selingan diusahakan bernilai gizi tinggi seperti bubur kacang
Biasakan mencampurkan berbagai lauk pauk dan sayuran kedalam
makanan lunak.
Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini berpengaruh baik dalam
kebiasaan makan anak.
e. Makanan bayi umur 12-24 bulan :
Frekuensi pemberian ASI dikurangi sedikit demi sedikit.
Susunan makanan seperti makanan orang dewasa, terdiri dari makanan
pokok lauk-pauk sayuran dan buah.
Porsi makanan adalah separuh dari makanan orang dewasa. Gunakan angka ragam bahan makanan setiap harinya. Diberikan sekurang-kurangnya tiga kali dalam sehari. Berikan makanan selingan dua kali dalam sehari. Anak dilatih untuk makan dan mencuci tangan sendiri.
Biasakan anak mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan. Biasakan anak makan bersama-sama dengan keluarga.
2.3. Konsep Kehamilan
2.3.1. Definisi Keahamilan
Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi dalam Federasi Obstetri
Ginekologi Internasional.
Bila dihitung mulai dari fertilisasi hingga bayi dilahirkan, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kahamilan dibagi menjadi 3 trimester, di mana
trimester pertama berlangsung 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu
13 hingga 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu 28-minggu
2.3.2. Diagnosis Kehamilan
a. Bukti Presumtif Kehamilan
Bukti presumtif kehamilan umumnya didasarkan pada gejala-gejala subyektif
berupa (Cunningham, 2006) :
1. Mual dengan atau tanpa muntah
2. Gangguan berkemih
3. Fatigue
4. Persepsi adanya gerakan janin
Yang termasuk tanda presumtif adalah :
1. Terhentinya menstruasi
2. Perubahan pada payudara
3. Perubahan warna mukosa vagina
4. Meningkatnya pigmentasi kulit dan striae abdomen
5. Yang terpenting, apakah wanita yang bersangkutan merasa dirinya hamil
b. Gejala Kehamilan
1. Mual dengan atau tanpa muntah
2. Persepsi gerakan janin
c. Tanda Kehamilan
1. Terhentinya menstruasi
2. Perubahan pada mukus serviks
3. Perubahan payudara
4. Perubahan warna mukosa vagina
5. Meningkatnya pigmentasi kulit dan munculnya striae abdomen
d. Bukti Kemungkinan Hamil
1. Pembesaran abdomen
2. Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus
4. Kontraksi Braxton Hicks
5. Ballottement
6. Kontur fisik janin
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel :
Variabel independen : - Ibu hamil
- Karakteristik ibu hamil : ∙ Umur
∙ Pendidikan ∙ Pekerjaan
∙ Sudah memiliki anak sebelumnya - Peran Petugas Kesehatan
Variabel dependen : Tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang makanan
pendamping ASI Karakteristik Ibu Hamil :
- Umur - Pendidikan - Pekerjaan
- Sudah Memiliki Anak Sebelumnya
Peran Petugas Kesehatan
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan
3.2. Variabel dan Defenisi Operasional
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.
Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Hasi Ukur Skala
Umur Umur ibu hamil Kuesioner Umur dalam tahun Ratio
Pendidikan Pendidikan formal
terakhir yang pernah
ditempuh ibu hamil
Kuesioner Rendah : Tidak
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional, bertujuan untuk mendapatkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) serta
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan tersebut.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari September 2014 sampai dengan Desember 2014.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Belawan, Jalan Stasiun Nomor
1 Komplek PJKA, Belawan, Medan, Sumatera Utara.
4.3. Populasi dan Sample Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Ibu-ibu hamil yang
terdaftar pada wilayah kerja Puskesmas Belawan pada tahun 2014. Populasi
penelitian ini berjumlah sekitar 2.817 orang. (Puskesmas Belawan)
4.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari Ibu-ibu hamil dalam
populasi. Penentuan besar sampel yang akan digunakan didapat berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
d : Jika interval kepercayaan 95% maka d=0.05 Jika interval kepercayaan 90% maka d=0.1
Dengan menggunakan interval kepercayaan 90% maka didapatkan sampel
sebanyak 96 orang Ibu hamil yang terdaftar di wilayah kerja Puskesmas Belawan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan quota sampling.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan
pengisian kuesioner oleh reponden (Ibu hamil). Sebelum pembagian kuesioner,
peneliti akan memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian
dan tata cara pengisian kuesioner. Peneliti melampirkan informed consent pada kuesioner untuk ditandangani oleh calon responden yang bersedia menjadi responden
penelitian. Responden kemudian diwawancarai untuk mengisi kuesioner sesuai dengan
penjelasan yang telah disampaikan.
Data sekunder yang didapat adalah data yang berasal dari pihak Puskesmas
Belawan untuk menunjang data primer yang didapat peneliti.
4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada kuesioner yang telah disusun sebelumnya dilakukan uji validitas dan
realibilitas menggunakan program pengolahan data. Sampel untuk uji validitas dan
realibilitas sebanyak 20 orang ibu hamil. Uji validitas dan reliabilitas ini dilaksanakan
pada bulan September 2014.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson. Skor yang
didapatkan dari setiap pertanyaan kemudian dikorelasikan dengan skor total setiap
variabel. Nilai-nilai yang didapatkan dari korelasi tersebut dibandingkan dengan r
Universitas Sumatera Utara
adalah 0,561. Jika nilai koefisien korelasi Pearson yang didapat pada suatu pertanyaan
lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Reliabilitas Alpha. Jika
nilai alpha pada kuesioner lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut
reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas setiap pertanyaan pada kuesioner dapat
dilihat pada tabel 5.1 berikut :
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Variabel Nomor
Pertanyaan
Total Pearson
Correlation Status Alpha Status
Pengetahuan 1 0.673 Valid 0.892 Reliabel
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara data dikumpulkan
kemudian dikoreksi dan diberi kode secara manual oleh peneliti. Data yang sudah
diberi kode akan dimasukkan ke dalam program pengolah data yang ada di komputer
dan diperiksa kembali untuk menghindari kesalahan pemasukan data. Data kemudian
disimpan dan dianalisa.
Data kemudian diolah dengan menggunakan program pengolahan data dan akan
disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan tujuan peneliti yaitu untuk mngetahui
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
5.1.1. Kecamatan Medan Belawan
Kecamatan Medan Belawan terletak di daerah pesisir Kota Medan dengan luas
wilayah 21,82 kilometer persegi. Kecamatan ini merupakan wilayah bahari dan
maritim yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan memiliki batas-batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan
- Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka
Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Belawan sekitar 95.506 jiwa (2012).
Kecamatan Medan Belawan terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Sicanang,
Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Belawan Bahari, Kelurahan Belaawan II,
Kelurahan Bagan Deli, Kelurahan Belawan I.
Pada daerah ini terdapat Pelabuhan Belawan yang merupakan Pelabuhan terbuka
untuk perdagangan internasional, regional dan nasional. Pelabuhan Belawan ini
merupakan urat nadi perekonomian Sumatera Utara khususnya sebagai arus keluar
masuknya barang dan penumpang melalui angkutan laut, sehingga Kota Medan
dikenal dengan pintu gerbang Indonesia bagian barat. (Pemko Medan)
5.1.2. Puskesmas Belawan
Puskesmas Belawan terletak di Jalan Stasiun Nomor 1 Komplek PJKA Belawan,
Medan. Puskesmas Belawan memiliki wilayah kerja seluas 2182 Ha. Wilayah kerja
Puskesmas Belawan meliputi 6 kelurahan dan 143 lingkungan yaitu
- Kelurahan Belawan I : 31 lingkungan
- Kelurahan Belawan II : 44 lingkungan
- Kelurahan Belawan Bahari : 13 lingkungan
Universitas Sumatera Utara
- Kelurahan Bagan Deli : 15 lingkungan
- Kelurahan Belawan Sicanang : 20 lingkungan
Puskesmas Belawan merupakan puskesmas induk yang ada di Kecamatan Medan
Belawan. Puskesmas induk ini dibantu oleh 5 puskesmas pembantu (Pustu) yang
masing-masing terletak di setiap kelurahan.
5.2. Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Umur (tahun)
Tinggi (akademi, Perguruan Tinggi) 5 5.2
Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
Responden dengan usia kehamilan pada trimester pertama sebanyak 9 orang
(9.4%), trimester kedua sebanyak 23 orang (24%), dan trimester ketiga sebanyak 64
orang (66.7%). Distribusi ibu-ibu hamil yang sudah memiliki anak sebanyak 67 orang
(69.8%), sedangkan yang belum memiliki anak sebanyak 23 orang (30.2%).
Dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan terbanyak pada ibu-ibu hamil yaitu
SMP dan SMA sebanyak 70 orang (72.9%). Sedangkan pada akademi dan perguruan
tinggi hanya sebanyak 5 orang (5.2%) dan pada SD ataupun tidak sekolah sebanyak 21
orang (21.9%).
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu-ibu hamil
tidak memiliki pekerjaan selama satu tahun terakhir yaitu sebanyak 80 orang atau 83%
dari total responden, sedangkan ibu-ibu hamil yang memiliki pekerjaan hanya 16
orang atau 16.7% dari total responden. Sebagian besar responden yang memiliki
penghasilan per bulan sebesar satu juta rupiah – tiga juta rupiah sebanyak 52 orang
(54.2%), kurang dari satu juta rupiah sebanyak 38 orang (39.6%), dan lebih dari tiga
juta rupiah hanya sebanyak 6 orang (6,3%).
5.3. Hasil
5.3.1. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tingkat pengetahuan ibu dalam penelitian ini dinilai dengan mengajukan 11
pertanyaan tentang pemberian makanan pendamping ASI. Pertanyaan tersebut akan
diberi skor dan total skor akan didistribusikan menjadi tiga tingkat pengetahuan yaitu
baik, cukup dan kurang. Hasil penelitian menunjukkan responden diperoleh data
bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 47 orang (49%) berpengetahuan
kurang. Responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 22 orang (22.9%) dan
berpengetahuan baik 27 orang (28.1%). Dari data di atas maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat pengetahuan Ibu-ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Belawan masih
tergolong kurang. Penilaian tingkat pengetahuan ibu-ibu hamil tentang makanan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Makanan Pendamping ASI
Tingkat Pengetahuan Jumlah(%)
Baik 27(28.1)
Cukup 22(22.9)
Kurang 47(49.0)
Total 96(100.0)
5.3.2. Peran Petugas
Dalam penelitian ini peran petugas puskesmas dinilai dengan mengajukan 9
pertanyaan pada responden. Setiap pertanyaan akan diberi skor. Penilaian peran
petugas akan dibagi menjadi baik dan kurang. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak
64 orang (66.7%) responden menyatakan peran petugas kesehatan masih kurang,
sedangkan hanya sebanyak 32 orang (33.3%) responden menyatakan sudah baik. Dari
hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa peran petugas Puskesmas Belawan masih
tergolong kurang. Penilaian peran petugas kesehatan ini ditunjukkan pada tabel 5.3
berikut ini
Tabel 5.3 Peran Petugas Kesehatan di Puskesmas Belawan dalam Sosialisasi
Makanan Pendamping ASI
Peran Petugas Jumlah(%)
Baik 32(33.3)
Kurang 64(66.7)
Universitas Sumatera Utara
5.3.3. Peran Petugas dengan Pengetahuan Ibu
Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Peran Petugas
Kesehatan
Berdasarkan data tabulasi silang antara peran petugas kesehatan dan tingkat
pengetahuan ibu hamil, didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik dan menyatakan peran petugas kesehatan baik sebanyak 20 orang
(74%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan
menyatakan peran petugas kesehatan kurang 44 orang (93%).
5.3.4. Umur dengan Pengetahuan Ibu
Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Umur
Umur (tahun) Tingkat Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
Berdasarkan data tabulasi silang antara umur dan tingkat pengetahuan ibu hamil,
didapatkan data bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mayoritas
Universitas Sumatera Utara
memiliki tingkat pengetahuan kurang mayoritas berada pada usia remaja akhir
sebanyak 29 orang(61.7%).
5.3.5. Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu
Tabel 5.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pendidikan
Pendidikan
Berdasarkan data tabulasi silang antara pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu
hamil, diperoleh data bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan kurang
mayoritas berada pada tingkat pengetahuan sedang (SMP atau SMA) sebanyak 23
orang (85.2%) dan 29 orang (61.7%).
5.3.6. Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu
Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pekerjaan
Bekerja Tingkat Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
Tidak 19(70.4%) 21(95.5%) 40(85.1%) 80(83.3%)
Ya 8(29.6%) 1(4.5%) 7(14.9%) 16(16.7%)
Total 27(100%) 22(100%) 47(100%) 96(100%)
Berdasarkan data tabulasi silang antara pekerjaan dan tingkat pengetahuan ibu
hamil, dapat diperoleh data bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik
sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 19 orang (70.4%). Responden yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang juga sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak
Universitas Sumatera Utara
5.3.7. Anak dengan Pengetahuan Ibu
Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Ada atau Tidak
Ada Anak Sebelumnya
Anak Tingkat Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
Ada 25(92.6%) 18(81.8%) 24(51.1%) 67(69.8%)
Tidak 2(7.4%) 4(18.2%) 23(48.9%) 29(30.2%)
Total 27(100%) 22(100%) 47(100%) 96(100%)
Berdasarkan data tabulasi silang antara ada atau tidaknya anak dengan tingkat
pengetahuan Ibu hamil di atas, dapat diperoleh data bahwa ibu hamil yang
berpengetahuan baik dan sudah memiliki anak sebelumnya sebanyak 25 orang
(92.6%), sedangkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang dan tidak memiliki anak
sebelumnya sebanyak 23 orang (48.9%).
5.4. Pembahasan
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Belawan pada tahun 2014
umumnya berpengetahuan kurang. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan
pendamping ASI yang tergolong baik hanya sebanyak 27 orang (28.1%) dan tingkat
pengetahuan yang tergolong cukup sebanyak 22 orang (22.9%). Tingkat pengetahuan
ibu hamil tentang makanan pendamping ASI yang tergolong kurang meliputi 47 orang
(49%) atau hampir dari setengah total responden. Hal ini menunjukkan ibu-ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas ini belum memiliki pengetahuan yang baik tentang
makanan pendamping ASI. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan di Kecamatan Siemeulue Timur, Kabupaten Siemeulue, Provinsi
Aceh. Penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang
makanan pendamping ASI pada daerah tersebut mayoritas baik yaitu sebesar 79.2%.
Universitas Sumatera Utara
Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan pada bayi mulai
dari umur 6 bulan sebagai tambahan ASI yang tidak lagi mencukupi asupan nutrisi
bayi. Makanan pendamping ini sebaiknya diberikan secara tepat. Pemberian makanan
pendamping ASI yang terlalu dini merupakan salah satu faktor risiko yang dapat
meningkatkan morbiditas pada bayi. (Depkes RI)
Berdasarkan sumber data sekunder yang penulis dapatkan dari petugas kesehatan
dan kader puskesmas, praktik pemberian makanan pendamping ASI dini di Kecamatan
Medan Belawan masih banyak. Hal ini dikarenakan ibu-ibu beranggapan ASI saja
tidak cukup sebagai makanan bayi mereka. Anggapan tersebut dihubungkan dengan
seringnya ataupun cepatnya bayi kembali menangis sesudah diberi ASI. Ibu-ibu
beranggapan seringnya bayi menangis merupakan tanda bahwa bayi tidak kenyang
sehingga bayi diberikan makanan padat walupun masih berusia kurang dari 4 bulan.
Praktik pemberian makanan pendamping ASI dini juga dilakukan karena anjuran
orang tua responden. Orang tua responden menyarankan anak mereka untuk
memberikan makanan pendamping ASI secara dini dengan anggapan agar bayi
kenyang dan sehat. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Pardosi (2009) yang
menyatakan bahwa sebagian besar ibu memberikan makanan tambahan pada bayi
kurang dari 6 bulan dengan alasan agar bayi menjadi sehat sebanyak 89.1% dan agar
bayi menjadi kenyang sebanyak 86.9%.
Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya praktik pemberian makanan pendamping ASI
dini pada bayi. Pada penelitian yang dilakukan Ginting di Puskesmas Barusjahe
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu akan makanan pendamping ASI
merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pemberian makanan
pendamping ASI dini. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ibu yang memiliki
tingkat pengetahun dalam ketegori tidak baik telah memberikan makanan pendamping
ASI dini pada bayi dengan usia kurang dari 6 bulan sebanyak 97.9%, sedangkan ibu
dengan kategori tingkat pengetahuan yang baik telah memberikan makanan
pendamping ASI dini kepada anaknya hanya 40.4%. Hasil analisis yang telah
dilakukan pada penelitian di Puskesmas Barusjahe tersebut menyatakan bahwa ibu
Universitas Sumatera Utara
memberikan makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6
bulan sebesar 2,425 kali lebih besar. (Ginting, 2012)
Pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6
bulan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan
pendamping ASI, namun dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain.
Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 Faktor-faktor, yaitu Faktor-faktor internal dan Faktor-faktor
eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping
ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yaitu tingkat pengetahuan dan
sikap ibu. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemberian makanan
pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan yaitu dukungan
keluarga, peran petugas kesehatan, dan sosial budaya. (Ginting, 2012)
Analisis data pada tabel 5.3 dapat memberikan informasi bahwa peran petugas
kesehatan di Puskesmas Belawan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI masih
tergolong kurang. Dari total 96 responden, sebanyak 64 orang (66.7%) menyatakan
peran petugas kesehatan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI masih kurang,
sedangkan hanya 32 orang (33.3%) responden yang menyatakan peran petugas
kesehatan sudah baik. Penelitian di Puskesemas Barusjahe tahun 2012 menyatakan hal
yang sama yaitu peran petugas kesehatan yang tergolong baik pada wilayah ini hanya
mencapai 32% dan yang tergolong tidak baik mencapai 68%. (Ginting, 2012)
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik
dan menyatakan peran petugas kesehatan baik sebanyak 20 orang (74%), sedangkan
responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan menyatakan peran petugas
kesehatan masih kurang sebanyak 44 orang (93%). Hal ini menunjukkan bahwa
ibu-ibu hamil yang berpengetahuan baik cenderung menyatakan bahwa peran petugas
kesehatan sudah baik dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI, sedangkan
ibu-ibu hamil yang berpengetahuan kurang cenderung menyatakan bahwa peran
petugas kesehatan masih kurang dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI.
Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan antara peran petugas kesehatan
dalam sosialisasi program makanan pendamping ASI dengan tingkat pengetahuan ibu.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakuakan oleh Ginting (2012), pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Barusjahe ini juga menyatakan bahwa dari 68
ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan dalam kategori tidak baik sebanyak 58
orang (85.3%) telah memberikan makanan pendamping ASI dini kepada bayi usia
kurang dari 6 bulan. Sebaliknya, ibu yang menyatakan peran petugas kesehatan dalam
kategori baik hanya sebanyak 10 orang (31.3%) yang telah memberikan makanan
pendamping ASI dini kepada bayinya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada
hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian makanan pendamping
ASI dini. Hubungan tersebut dinyatakan bahwa peran petugas kesehatan dalam
kategori tidak baik mempunyai risiko sebesar 2,73 kali untuk memberikan makanan
pendamping ASI pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan sehingga baik tingkat
pengetahuan ibu maupun peran petugas kesehatan memiliki pengaruh dalam
pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan.
(Ginting, 2012)
Data tabulasi silang pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa mayoritas ibu dengan
pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik berada pada usia dewasa awal dan
ibu dengan pengetahuan makanan pendamping ASI yang kurang berada pada usia
remaja akhir. Pada kelompok usia dewasa akhir semua responden berpengetahuan
kurang. Hal ini menunjukkan usia ibu hamil dan tingkat pengetahuan ibu hamil tidak
memiliki kecenderungan yang berarti. Hal ini dapat dilihat yaitu pada usia yang paling
tua yitu dewasa akhir, tingkat pengetahuan ibu akan makanan pendamping ASI adalah
kurang. Hal ini mungkin disebabkan usia responden yang tidak berdistribusi normal
atau tidak tersebar secara merata pada tiap kelompok usia yang ada. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Ginting (2012), bahwa tidak ada pengaruh secara bermakna
antara umur ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI dini pada usia kurang
dari 6 bulan. Penelitian di Puskesmas Barusjahe ini menunjukkan bahwa 85% ibu
dengan usia 35 tahun kebawah memberikan makanan pendamping ASI dini pada anak
meraka yang berusia kurang dari 6 bulan dan ibu dengan usia di atas 35 tahun juga
memberikan makanan pendamping ASI dini kepada anak mereka yang berusia kurang
dari 6 bulan sebanyak 86.7%.
Tabel 5.6 juga menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan yang bermakna
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan makanan pendamping ASI yang
baik dan buruk mayoritas berasal dari ibu dengan tingkat pendidikan sedang yaitu
SMP atau SMA. Hasil uji statistik oleh Ginting (2012) juga menunjukkan hal yang
sama yaitu tidak ada pengaruh secara bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan
pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas Barusjahe. Tidak adanya
kecenderungan yang dapat dihasilkan pada analisi tabel 5.6 mungkin dapat juga
disebabkan karena distribusi tingkat pendidikan yang tidak merata. Hal ini dapat
dilihat pada karakteristik responden dengan pendidikan yang tinggi hanya 5 orang
(5,2%) dari total 96 orang responden.
Analisa data pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa tidak adanya kecenderungan
antara tingkat pengetahuan ibu dengan pekerjaan ibu karena tingkat pengetahuan ibu
yang baik dan buruk sebagian besar berasal dari ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah
tangga. Penelitian yang dilakukan Sua’di (2010) menyatakan bahwa pekerjaan ibu
tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI. Hal ini
sejalan dengan data yang telah dianalisa pada tabel 5.7. Tidak adanya kecenderungan
antara pekerjaan ibu dengan tingkat pengetahuan mungkin disebabkan karena
distribusi ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja tidak tersebar secara merata.
Tabulasi silang antara ada atau tidaknya anak dan tingkat pengetahuan ibu tentang
makanan pendamping ASI pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa ibu yang sudah
memiliki anak sebelumnya mempunyai pengetahuan yang baik tentang makanan
pendamping ASI sebanyak 25 orang (92.6%) dari total 27 ibu yang berpengetahuan
baik. Hal ini menunjukkan ibu yang sudah memiliki anak sebelumnya cenderung
memiliki pengetahuan yang baik tentang makan pendamping ASI. Ibu dengan
pengetahuan makanan pendamping ASI yang baik akan mengurangi risiko pemberian
makanan pendamping ASI dini pada bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Soedibyo (2007) dalam Banjarnahor (2010) di Unit Pediatri Rawat
Jalan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
responden (ibu) yang berusia lebih dari 30 tahun mayoritas sudah memiliki anak lebih
dari satu sehingga mempunyai pengalaman tentang pemberian makanan pendamping
Universitas Sumatera Utara
kepada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan melainkan memberikan ASI saja secara
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilaksanakan pada bulan September
2014 sampai dengan Desember 2014 di Puskesmas Belawan, Medan, pada 96
responden, maka melalui analisa data dan pembahasan hasil penelitian, peneliti dapat
mengemukakan beberapa hal yang menjadi kesimpulan :
1. Mayoritas ibu-ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan tentang makanan
pendamping ASI yang kurang (49%).
2. Mayoritas ibu-ibu hamil menyatakan peran petugas kesehatan di Puskesmas
Belawan masih kurang (66.7%).
3. Ibu-ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang makanan pendamping ASI
dalam kategori baik, cenderung menyatakan peran petugas kesehatan sudah
baik (74%).
4. Ibu-ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang makanan pendamping ASI
dalam kategori baik, cenderung telah memiliki anak (93%).
6.2. Saran
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Perlu dilakukan lebih banyak penelitian di Kecamatan Medan Belawan
karena masih sedikitnya informasi mengenai keadaan kesehatan masyarakat
di wilayah ini.
2. Penelitian mengenai makanan pendamping ASI perlu diperluas sehingga kita
dapat lebih mengetahui mengapa masih banyak ibu-ibu yang memberikan
makanan pendamping ASI terlalu cepat dan masih rendahnya pemberian ASI
eksklusif.
3. Perlu peningkatan kegiatan edukasi pada ibu-ibu hamil tentang makanan
pendamping ASI secara lebih dini agar praktik pemberian makanan ASI dini
Universitas Sumatera Utara
4. Peran petugas kesehatan dalam sosialisasi dan edukasi tentang makanan
pendamping ASI perlu ditingkatkan melihat masih rendahnya tingkat
pengetahuan tentang makanan pendamping ASI dan kurangnya peran petugas
kesehatan dalam sosialisasi makanan pendamping ASI.
5. Edukasi tentang pemberian makanan pendamping ASI yang baik dan benar
serta dampak yang dapat ditimbulkan dari pemberian makanan pendamping
ASI yang tidak tepat melalui media massa perlu ditingkatkan.
6. Edukasi tentang pemberian makanan pendamping ASI yang baik dan benar
juga perlu diberikan kepada anggota keluarga, khususnya kepada anggota
keluarga yang akan membantu ibu hamil dalam mengasuh anak nantinya
(seperti orang tua, saudara, sepupu, dsb) karena praktik pemberian makanan
pendamping ASI dini kerap kali terjadi atas saran dari orang tua maupun
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Banajarnahor, B. F. 2010. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam
Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) pada Bayi Usia 0-6 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Balata Tahun 2010.
G. Cunningham, N. F.2006. Kehamilan. In: G. Cunningham, N. F. Gant, K. J. Leveno, L. C. Gilstrap III, J. C. Hauth, & K. D. Wenstrom, Obstetri Williams,Ed.21,Vol.1. Jakarta: EGC, 15-31.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Umum Pemberian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Ginting, D., Sekarwarna, N., & Sukandar, H. 2012. Pengaruh Karakteristik, Faktor
Internal dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi Usia <6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Barusjahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera
Utara.
Kliegman, R. M., Behrman, R. E., Jenson, H. B., & Stanton, B. F. 2007. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Ed.15, Vol.1. USA: Saunders Elsevier, 191-211.
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 115-130.
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 213-220.
Rohmani, A. 2010. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Anak Usia
1-2 Tahun di KelurahProsan Lamper Tengah Kecamatan Semarang Selatan, Kota
Semarang. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 81-87.
Universitas Sumatera Utara
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto. 16-55.
Soedibyo, S., & F., W. Maret 2007. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
pada Bayi yang Berkunjung ke Unit Pediatri Rawat Jalan. Sari Pediatri, Vol. 8 , 270-275.
Soetjiningsih, & IKG, S. 2010. Gizi untuk Tumbuh Kembang Anak. Dalam M. B.
Narendra, T. S. Sularyo, Soetjiningsih, H. Suyitno, I. N. Ranuh, & S. Wiradisura,
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto, 26-42.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Perumbuhan dan Perkembangan
Anak. Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 145-167.
Su'adi, P. S.2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini Pada Bayi 6-24 Bulan di Kelurahan Pematang Kandis Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi Tahun 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Wahyuni, I. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendampng
ASI (MP-ASI) Pada Anak Usia 6-24 ulan di Kecamatan Seimeulue Timur Kabupaten Siemeulue.
Wawan, A., & M., D. 2011. Konsep Pengetahuan. Dalam: Teori & Pengukuran PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MANUSIA. Yogyakarta: Nuha Medika, 18.
WHO. 2003. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. Geneva: WHO, 7-9.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Nama Lengkap : Silvia Yanita Karina
Tempat,tanggal lahir : Jakarta, 18 November 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl.Setia Budi no.194 Medan 2122
Nomor telepon : 085717177832
Alamat e-mail : catarina_storm@yahoo.co.id
Kewarganegaraan : Indonesia
Riwayat Pendidikan :
Tahun 1997-1999 : TK Ignatius Slamet Riyadi
Tahun 1999-2005 : SD Ignatius Slamet Riyadi
Tahun 2005-2008 : SMP Ignatius Slamet Riyadi
Tahun 2008-2011 : SMAN 28 Jakarta
Tahun 2011- sekarang : Universitas Sumatera Utara – Fakultas Kedokteran
Riwayat organisasi : Anggota Pramuka SD Ignatius Slamet Riyadi
Anggota OSIS SMP Ignatius Slamet Riyadi
Ketua(Pratami) Pramuka SMP Ignatius Slamet Riyadi
Anggota OSIS SMAN 28 Jakarta
Anggota Paduan Suara FK USU
Anggota Divisi Keuangan SCORE PEMA FK USU 2013-2014
Anggota Divisi Program SCORE PEMA FK USU 2014-2015
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
Lembar Penjelasan
Saya Silvia Yanita Karina, saat ini saya sedang menjalani program Pendidikan
Kedokteran Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Makanan Pendamping ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2014.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian tersebut untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program pendidikan dokter dan memperoleh gelar sarjana kedokteran di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada penelitian ini, saya akan melakukan wawancara dan memberikan kuesioner
dimana pertanyaan yang diberikan ada menyangkut makanan pendamping ASI.
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela tanpa paksaan apapun.
Identitas dan jawaban yang diberkan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian
dan tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain serta dirahasiakan.
Jika selama penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka Ibu dapat
menghubungi saya, Silvia Yanita Karina (085717177832)
Demikian lembar penjelasan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh
tanggung jawab tanpa paksaaan dari pihak manapun.
Medan...2014 Hormat Saya