• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TABU MAKANAN PADA IBU HAMIL ANEMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TABU MAKANAN PADA IBU HAMIL ANEMIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

9

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TABU

MAKANAN PADA IBU HAMIL ANEMIA

Sri Martini, Erna Novita Saroh

Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi tintan_martin@yahoo.com ABSTRAK

Rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan pada ibu hamil yang akan mempengaruhi penerimaan informasi terbatas, kurangnya informasi tersebut menghambat perubahan pola hidup sehat, mereka lebih memilih saran dari nenek moyang yang dianggap lebih baik dan mengabaikan saran dari petugas kesehatan. Salah satu contohnya yaitu ibu hamil tidak dianjurkan minum susu. Tabu pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dan di jumpai banyak pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan kepada kebudayaan misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakat yang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tabu makanan pada ibu hamil dengan anemia di Puskesmas Grobogan.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sampel yang digunakan adalah 40 ibu hamil dengan anemia. Selanjutnya masing-masing ibu hamil di beri kuesioner yang berisi tentang pengetahuan tentang tabu makanan selama kehamilan.

Hasil penelitian menunjukkan dari 40 responden di dapatkan tingkat pengetahuan ibu hamil dengan anemia tentang tabu makanan dengan kategori kurang ditemukan 17 ibu hamil dengan presentase 42,5 %, kategori cukup 9 ibu hamil dengan presentase 22,5 %, dan kategori baik 14 hamil dengan prsentase 35,0 %.

Kata kunci : tingkat pengetahuan, tabu makanan

ABSTRACK

The low education of mothers will have an impact on the lack of knowledge in pregnant women which will affect the limited acceptance of information, the lack of information inhibits changes in healthy lifestyles, they prefer advice from ancestors that is considered better and ignore the advice of health workers. One example is that pregnant women are not recommended to drink milk. Taboo on certain foods, related to food that is usually considered appropriate to eat, and encountered many abstinence. Various superstitions and prohibitions based on culture, for example in pregnant women, there are some people who still believe that pregnant women should not eat.

The purpose of this study was to determine the level of knowledge of pregnant women about food taboos on pregnant women with anemia in Grobogan Health Center.

This research method uses quantitative descriptive method. The sample used was 40 pregnant women with anemia. Furthermore, each pregnant woman was given a questionnaire which contained knowledge about food taboos during pregnancy.

The results showed that from 40 respondents in the level of knowledge of pregnant women with anemia about food taboos in the category of less than 17 pregnant women with a percentage of 42.5%, enough categories of 9 pregnant women with a percentage of 22.5%, and a good category of 14 pregnant with a percentage 35.0%.

Keywords: level of knowledge, taboo of food

PENDAHULUAN

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah

(eritrosit) yang telalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin

(2)

10 yang berfungsi untuk membawa oksigen

keseluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Secara global privalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41,8 % Prevalensi anemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 %, dan di Eropa 25,1 % (WHO, 2008).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentasi ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi. (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

Anemia pada kehamilan yaitu kekurangan zat besi pada wanita yang sedang hamil. Hal ini menyebabkan kematian janin dalam kandungan pada wktu lahir, premature, keguguran (abortus), cacat bawaan, dan mengakibatkan proses persalinan membutuhkan waktu yang lama yang menyebabkan perdarahan serta syok akibat lemahnya pada saat kontraksi rahim. Anemia pada ibu hamil memiliki dampak yang buruk, baik terhadap ibu maupun janin. (Rahmawati, 2012).

Rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan pada ibu hamil yang akan mempengaruhi penerimaan informasi terbatas, kurangnya informasi tersebut menghambat perubahan pola hidup sehat, mereka lebih memilih saran dari nenek moyang yang dianggap lebih baik dan mengabaikan saran dari petugas kesehatan. Salah satu contohnya yaitu ibu hamil tidak dianjurkan minum susu. (Notoatmodjo, 2007).

Tabu pada makanan tertentu, sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dan dijumpai banyak pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan

kepada kebudayaan misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakat yang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan. (Budiyanto, 2008).

Tabu makanan adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap siapa yang melanggarnya. Dan beberapa alasan tabu makanan diantaranya adalah: khawatir terjadi keracunan, tidak terbiasa, takut mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi, khawatir menimbulkan penyakit, kebersihan-kesehatan, larangan agama, pembatasan makanan hewani, karena menyebabkan air susu ibu beracun bagi anaknya. Contoh setelah mengkonsumsi berry pasti muntah, atau tidak makan pisang saat hamil, karena khawatir bayinya terjadi bercak-bercak coklat pada kulitnya.

Beberapa penelitian di dunia menemukan bahwa ibu hamil merupakan kelompok risiko tinggi kekurangan gizi karena tabu makanan (food taboo). Di wilayah Indonesia ada keyakinan bahwa wanita hamil tidak boleh makan lele, udang, telur, dan nanas. Sayuran tertentu tidak boleh dikonsumsi, seperti daun rembayung, pare, dan makanan yang digoreng dengan minyak. Setelah melahirkan atau operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam yang dibakar. (Sediaoetomo, 2008).

Ibu hamil juga tidak boleh mengonsumsi udang, ikan pari, cumi, dan kepiting karena dianggap dapat menyebabkan kaki anak mencengkeram rahim ibu dan sulit untuk dilahirkan. Semua tabu makanan ibu hamil bertujuan untuk melindungi ibu hamil dan janin dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari makanan tertentu baik karena alasan yang bersifat magis atau kesehatan.

Dari sisi magis, bahaya makanan diasosiasikan dengan bentuk makanan. Hal tersebut dapat dilihat pada pantangan makan salak atau lele. Ibu hamil pantang makan salak karena dipercaya dapat membuat kulit anak bersisik seperti salak. Pantangan makan jenis ini menggunakan alasan pendekatan secara simbolis. Alasan pendekatan pantangan makan lainnya yaitu

(3)

11 secara fungsional melihat suatu makanan

berdasarkan nilai manfaatnya terhadap kese- hatan. (Sholihah & Dewi Sartika, 2014).

Tabu makanan dapat meningkatkan risiko defisiensi protein hewani, lemak, vitamin A, kalsium, dan zat besi ibu hamil. Selain itu, risiko kekurangan zat gizi diperparah oleh peningkatan kebutuhan zat gizi kehamilan (Sholihah & Sartika, 2014). Makanan yang dikonsumsi seorang ibu hamil harus memiliki kandungan gizi yang cukup dan seimbang (Anggraini, 2013).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif . Metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian menggunakan angka-angka dengan analisis univariat yang berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-lain kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi (Hidayat,2011 dan Saryono,2011).

Teknik pengambilan sampel menggunakan Teknik Random Sampling atau

acak. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat.

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Grobogan terletak di Jl. Puger No. 160 Grobogan yang dibagi menjadi 2 gedung yaitu rawat inap dan rawat jalan, dengan jumlah tenaga kesehatan Dokter umum: 3, Bidan: 28, perawat: 10. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Grobogan terletak di Jl. Puger No. 160 Kec. Grobogan Kab. Grobogan yaitu diruang KIA pada tanggal 31 Juli – 3 Agustus 2017. Sampel dalam penelitian ini adalalah 40 ibu hamil anemia yang berada di Puskesmas Grobogan.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang usia kehamilannya di TM II dan TM III yang menderita anemia, dengan jumlah responden 40 ibu hamil. Data yang diperoleh berasal dari jawaban tiap-tiap soal pada kuesioner yang berisi tentang tabu makanan pada ibu hamil anemia.

B. Hasil Analisa

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti dalam frekuensi.

Ditribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Hamil Anemia

1. Tabel Distribusi Ibu Hamil Anemia Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Variabel Kategori Frekuensi Nilai

Pendidikan SD 17 42,5 %

SMP 15 37,5 %

SMA 7 17,5 %

PT 1 2,5%

TOTAL 40 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pendidikan ibu hamil anemia di Puskesmas Grobogan tingkat pendidikan SD 17 responden

42,5 %, SMP 15 responden 37,5 %, SMA 7 responden 17,5 %, Perguruan Tinggi 2,5 %.

2. Tabel Distribusi Ibu Hamil Anemia Berdasarkan Umur

Variabel Kategori Frekuensi Nilai

Umur ibu <20 Th 4 10,0 %

20-35 Th 27 67,5 %

(4)

12

TOTAL 40 100

Dari tabel diatas dapat diketahui umur ibu hamil anemia di Puskesmas Grobogan <20 Th 4

responden 10,0 %, 20-35 Th 27 responden 67,5 %, >35 Th 9 responden 22,5 %.

3. Tabel Distribusi Ibu Hamil Anemia Berdasarkan Pendapatan sesuai UMR

Variabel Kategori Frekuensi Nilai

Pendapatan >/= UMR 21 52,5 %

< UMR 19 47,5 %

TOTAL 40 100

Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat pendapatan ibu hamil anemia di Puskesmas Grobogan

>/=UMR 21 responden 52,5 %, <UMR 19 responden 47,5 %.

4. Tabel Distribusi Ibu Hamil Anemia Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Variabel Kategori Frekuensi Nilai

Pengetahuan Kurang Cukup Baik 17 9 14 42,5 % 22,5 % 35,5 % TOTAL 40 100 %

Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat pengetahuan ibu hamil anemia di Puskesmas Grobogan dengan pengetahuan kurang 17 ibu hamil 42,5 %, pengetahuan cukup 9 ibu hamil 22,5 %, pengetahuan baik 14 ibu hamil 35,5 %.

PEMBAHASAN

Kebutuhan makanan dilihat bukan hanya dalam porsi, tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. Kesadaran untuk berpola hidup sehat, keingintahuan tentang gizi sangat berkaitan erat dengan gaya hidup seseorang atau yang biasanya disebut dengan kebiasaan

.

Tabu makanan umumnya berkembang dalam tatanan sosial politik yang masih sederhana. Meskipun saat ini arus informasi berkembang sangat cepat dan luas, tabu makanan masih banyak dijumpai pada masyarakat Indonesia. (Sholihah & Dewi Sartika, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukandar (2007) dihasilkan makanan yang

ditabukan bagi ibu hamil di Jeneponto Sulawesi Selatan sangat banyak yaitu ada 20 makanan. Pepaya, lombok dan jantung pisang adalah makanan yang mempunyai alasan tabu paling banyak bagi ibu hamil. Alasan yang diberikan oleh responden tidak ada yang logis. Sebagai contoh pepaya ditabukan karena akan menyebabkan bayinya susah keluar, anak dalam perut akan sakit, akan sakit waktu melahirkan dan lain- lain.

Berdasarkan hasil penelitian dengan responden 40 ibu hamil anemia di poli rawat jalan atau ruang KIA di Puskesmas Grobogan pada tanggal 31 Juli - 3 Agustus 2017 didapatkan bahwa ibu masih belum mengerti pentingnya makanan yang bergizi seimbang pada ibu hamil sehingga masih ada beberapa yang melakukan tabu makanan tertentu. Gambaran beberapa karakteristik ibu hamil anemia yaitu:

1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu hamil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 40 responden didapatkan hasil penelitian dengan tingkat pendidikan ibu hamil SD 17 ibu hamil dengan presentase 42,5 %, SMP 15 ibu

(5)

13 hamil dengan presentase 37,5 %, SMA 7

ibu hamil dengan presentase 17,5 %, Perguruan Tinggi 1 ibu hamil dengan presentase 2,5 %.

Pendidikan ibu hamil di Puskesmas Grobogan lebih banyak yang lulusan SD yaitu 17 orang. Pengetahuan tentang Gambaran Pengetahuan Tentang Tabu Makanan di Puskesmas Grobogan dikatakan kurang karena tingkat pendidikan ibu hamil dapat meningkatkan seseorang untuk proses perkembangan mentalnya baik, akan tetapi pada umur-umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun.

Tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang juga dapat dilihat dari hasil penelitian Rahardjo & Kusumawati tahun 2011 yaitu orang dengan pendidikan dasar memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik.

Berdasarkan jurnal Pro_Health dalam Putri (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu hamil maka akan semakin mudah ibu hamil menggali informasi yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.

Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi dan semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.

2. Karakteristik responden berdasarkan umur ibu hamil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 40 responden didapatkan hasil penelitian dengan tingkat umur ibu hamil <20 Th 4 ibu hamil dengan presentase 10,0 %, 20-35 Th ibu hamil 27 dengan presentase 67,5 %, >35 Th ibu hamil dengan presentase 22,5 %. Maka dari itu umur ibu hamil di Puskesmas Grobogan ditemukan rata-rata umur 20-35 tahun.

Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Tentang

tingkat pengetahuan ibu hamil sangat mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang semakin bertambah usia akan semakin bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya.

Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyeseuaikan diri menuju usia tua, selainitu usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dalam masa kehamilan (Hardiwinoto, 2009).

Semakin usia ibu matang maka daya tangkap dan pola pikirnya semakin berkembang, sehingga pengetahuanya semakin membaik (Notoatmojo,2010)

Dengan demikian dapat disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur-umur tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiiring dengan usia semakin lanjut. (Suparyanto,2010).

3. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 40 responden didapatkan hasil penelitian dengan tingkat pendapatan ibu hamil > UMR 21 ibu hamil dengan presentase 52,5 %, pendapatan ibu hamil < UMR ibu hamil 19 dengan presentase 47,5.

Dapat dikategorikan bahwa ibu hamil dengan tingkat pendapatan ibu hamil diatas UMR sudah baik yang berada di Puskesmas Grobogan. Hal ini tidak sesuai dengan Notoatmojo (2010) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kesehatan yang menyampaikan bahwa status ekonomi dan pendapatan seseorang menetukan tersedianya fasilitas untuk melakukan kegiatan tertentu sehingga pendapatan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

(6)

14 4. Karakteristik responden berdasarkan

pengetahuan responden

Dari hasil penelitian ibu hamil tentang pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Grobogan yang dikategorikan baik 14 ibu hamil dengan presentase 35,0 %, cukup 9 ibu hamil dengan presentase 22,5 % dan kurang 7 ibu hamil dengan presentase 42,5 %. Maka dari itu berdasarkan pengetahuan dengan pengetahuan baik sebanyak 14 ibu hamil rata-rata berpengetahuan baik.

Kebiasaan dan tradisi dalam kelompok dapat mempengaruhi proses masuknya pengetahuan diri seorang individu yang ada dalam kelompok atau masyarakat tesebut sehingga pengetahuan seseorang menjadi lebih baik.

Cara memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu secara tradisional dan non tradisional (ilmiah) yakni tanpa melakukan proses penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian ilmiah. (Notoadmodjo, 2010;10-20).

Pengetahuan merupakan suatu yang diketahui oleh seorang diri manusia yang didapat dari berbagai sumber. Pengetahuan itu sendiri juga bisa didapat dari panca indra contohnya indra pendengar, perasa, penglihat, pencium, dan indra peraba. Dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari indra pendengar dan penglihatan (Notoatmojo,2010)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. 2013. Pantangan Makan Ibu Hamil dan Pasca Melahirkan di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Biokultur, Volume III, No. 2, Juli – Desember hal 167

Dahlan, M.S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke lima. Salemba Medika. Jogjakarta.

Dinas Kesehatan Grobogan. 2016. Data Akhir Tahun Ibu Hamil dengan Anemia.

Depkes RI (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2015 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta tersdia di http://.Depkes.go.id.

Hidayat, A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika. Jakarta

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Martini, S & Setiyani, Y. 2017. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kebutuhan Hubungan Seksual selama Kehamilan. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi, Volume 2, No. 2

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Prawirohardjo,S. 2010. Ilmu Kebidanan. PT

Bina Husada. Jakarta.

Proverawati. 2013. Anemia Pada Ibu Hamil. EGC. Jakarta.

Rahardjo, S & Kusumawati, E. 2011. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan dengan Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) pada Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmasindo, Volume 4, No. 2, hlm. 150 -158

Riwidikdo, H. 2010. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Pustaka Rihama. Yogyakarta.

Romauli,S. 2011. Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Sediaoetomo. 2007. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid 1. Dian Rakyat. Jakarta.

(7)

15 Sholihah, LA dan Dewi Sartika, RA. 2014.

Makanan Tabu pada Ibu Hamil Suku Tengger. Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Volume 8, No. 7 Februari.

Sukandar, D. 2007. Makanan Tabu di Jeneponto Sulawesi Selatan. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2007 (1) : 42 - 46

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi ke empat Cetakan ke-2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Gambar

Tabu  makanan   dapat   meningkatkan  risiko  defisiensi  protein  hewani,  lemak,   vitamin  A,  kalsium,  dan  zat  besi  ibu  hamil
Tabu  makanan  umumnya

Referensi

Dokumen terkait

This study is aimed at examining the language learning strategies applied by the students of TOEFL preparation class at LBPP LIA Malang, and the correlation between the

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil trimester 3 tentang senam hamil di BPM Mien

Robot Avoider ini menggunakan sensor inframerah sebagai masukan, dimana jarak objek dengan sesnsor dapat dihitung degan mengukur besarya output pada sensor, output

Keberadaan madrasah ini menjadi pelita tanah air di tengah gelapnya akses pendidikan bagi kaum pribumi pada masa pemerintahan kolonial. Misbahul Wathan merupakan wujud

0DVDODK GDODP SHQHOLWLDQ LQL \DLWX ³%DJDLPDQD SURVHGXU SHQ\XVXQDQ LQVWUXPHQ HYDOXDVL SHODWLKDQ \DQJ digunakan oleh widyaiswara untuk mengukur keberhasilan pelatihan di Balai

adalah proses kompilasi pikiran alam ke dalam pikiran manusia yang akan terungkap kembali saat kita berdialog dengan alam. • Berdialog dengan alam tidak

Namun yang perlu diketahui bahwa dalam SNI 1729:2015 terdapat persyaratan DKI (Desain Kekuatan Ijin) yang juga harus dipernuhi.Disisi lain padasegi perencanaan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Good Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan, pengungkapan Corporate