HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN
PEMBERIANNYA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS LENTENG KABUPATEN SUMENEP
SKRIPSI
Oleh :
SUSANTI ROSMALA DEWI 0 3 2 0 1 0 1 0 1 0 0 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JEMBER
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN
PEMBERIANNYA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS LENTENG KABUPATEN SUMENEP
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan Fakultas Kedokteran (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran
Oleh :
SUSANTI ROSMALA DEWI 0 3 2 0 1 0 1 0 1 0 0 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JEMBER
viii
RINGKASAN
Hubungan Tingkat Pendidikan Formal, Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Dengan Pemberiannya Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep; Susanti Rosmala Dewi, 032010101002; 2007: 88 halaman; Jurusan Fakultas Kedokteran Umum Universitas Jember.
Pemberian makanan pendamping sangat diperlukan bagi bayi setelah usia 6
bulan untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi sehingga dapat
mempertahankan kondisi tubuh sekaligus meningkatkan status gizinya. Namun,
banyak orang tua yang tidak mengerti sehingga memberikan makanan pendamping
secara dini pada bayinya, apalagi mereka menganggap bayinya dapat gemuk sehingga
kelihatan sehat. Padahal, pemberian makanan pendamping sebelum berusia 6 bulan
akan mengakibatkan bayi merasa kenyang dan banyak tidur. Begitu juga kebutuhan
ASI semakin hari akan semakin berkurang, akibatnya produksi ASI juga berkurang
dan dampaknya zat-zat gizi yang seharusnya didapatkan oleh bayi akan berkurang
juga, yang pada akhirnya dapat menurunkan konsumsi ASI dan menyebabkan
sebagian bayi mengalami obesitas. Menurut Laporan Tahunan Puskesmas tahun 2005
di wilayah kerja Puskesmas Lenteng, dari sejumlah 575 ibu menyusui didapatkan
data 70% dari jumlah ibu tersebut memberikan MP-ASI secara dini. Adanya data
tersebut menunjukkan bahwa sangat diperlukan penanganan yang serius melalui
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai
usia 6 bulan dan bahaya-bahaya pemberian MP-ASI secara dini.
Penulis melakukan penelitian mengenai pendidikan formal, pengetahuan, dan
sikap ibu dikaitkan dengan pemberian MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan,
karena hal ini dapat menyebabkan banyak terjadi infeksi pada bayinya terutama
kampung-ix
kampung untuk memberikan MP-ASI pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan,
berupa nasi atau pisang yang dikunyah terlebih dahulu oleh ibunya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan
formal, pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan pendamping ASI dengan
pemberiannya pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Lenteng Kabupaten Sumenep.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai masukan bagi
Petugas Puskesmas sehingga dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini untuk
memberikan penjelasan dan dukungan pada ibu menyusui untuk lebih mengutamakan
pemberian ASI pada bayinya sampai usia 6 bulan.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain
retrospektif, yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lenteng Kabupaten
Sumenep pada bulan Agustus-September 2006. Sampel penelitian ini adalah Ibu-ibu
yang mempunyai bayi usia 7-24 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Lenteng. Besar sampel yang diteliti sebanyak 85 responden dengan menggunakan
teknik simple random sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan analisis Chi-Square dengan α<0,05. Pengolahan data menggunakan
program Statistical Package for the Social Sciences 11,5 (SPSS 11,5).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu yaitu sebesar 30,6%
memiliki tingkat pendidikan SD, sebagian besar keluarga yaitu sebesar 50,6%
memiliki tingkat pengetahuan sedang, sebagian besar keluarga yaitu sebesar 71,8%
memiliki sikap positif terhadap pemberian MP-ASI dini dan sebagian besar Ibu yaitu
sebesar 70,6% memiliki tindakan pemberian MP-ASI dini sedang. Dari hasil analisis
uji statistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal, pengetahuan dan sikap
Ibu tentang MP-ASI mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberiannya
pada bayi usia 0-6 bulan (α<0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara
tingkat pendidikan formal, pengetahuan dan sikap Ibu tentang MP-ASI dengan
pemberiannya pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lenteng
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi, serta mempunyai nilai
tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia, seperti susu
sapi. ASI sangat menguntungkan ditinjau dari beberapa segi, baik dari segi gizi,
kesehatan, ekonomi maupun sosial psikologis dan ASI juga dapat memenuhi seluruh
kebutuhan bayi terhadap zat-zat untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai usia 6
bulan. Sesudah itu, ASI tidak dapat lagi memenuhi seluruh kebutuhan, karena itu
bayi memerlukan pula makanan pendamping agar dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Namun, dalam
pemberian makanan pendamping pada bayi haruslah sesuai dengan usia bayi jadi
makanan untuk bayi terdiri dari dua unsur pokok yaitu ASI dan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) (Suharjo, 1999).
ASI ekslusif sebaiknya diberikan sampai umur 6 bulan (WHO, 2002).
Rekomendasi Pemberian ASI ekslusif sampai 6 bulan karena kandungan energi pada
ASI yang masih dapat memenuhi kebutuhan energi rata-rata bayi sesuai dengan
masukan ASI hanya dapat terpenuhi sampai 6 bulan (WHO,2002).
Pemberian ASI ekslusif dapat memberikan keuntungan bagi bayi dan Ibu.
Bayi yang diberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan mempunyai morbiditas yang lebih
rendah dalam infeksi saluan cerna dibandingkan dengan bayi yang dibeikan ASI
hanya sampai 3-4 bulan. Pemanjangan waktu ASI ekslusif dapat dihubungkan
dengan penurunan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) dan penyakit Atopik.
Beberapa studi bahkan memberi kesan peningkatan perkembangan neurocognitive,
melindungi terhadap kondisi dan penyakit kronis seperti obesitas, DM type I,
Cronh’s disease dan lymphoma (WHO, 2002). Sedangkan keuntungan bagi Ibu
2
wanita premenopause, kanker ovarium, dan osteoporosis. Selain itu, Ibu yang
memberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan memiliki pemanjangan waktu amenorrhea
karena laktasi (WHO, 2001).
Pemberian makanan pendamping sangat diperlukan bagi bayi setelah usia 6
bulan untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi sehingga dapat
mempertahankan kondisi tubuh sekaligus meningkatkan status gizinya. Namun,
banyak orang tua yang tidak mengerti sehingga memberikan makanan pendamping
secara dini pada bayinya, apalagi mereka menganggap bayinya dapat gemuk
sehingga kelihatan sehat. Padahal, pemberian makanan pendamping sebelum berusia
6 bulan akan mengakibatkan bayi merasa kenyang dan banyak tidur. Begitu juga
kebutuhan ASI semakin hari akan semakin berkurang, akibatnya produksi ASI juga
berkurang dan dampaknya zat-zat gizi yang seharusnya didapatkan oleh bayi akan
berkurang juga, yang pada akhirnya dapat menurunkan konsumsi ASI dan
menyebabkan sebagian bayi mengalami obesitas (Rulina, 2004). Akibat yang lain
adalah pemberian makanan padat terlalu awal dapat mengakibatkan eksema pada
awal umur 12 bulan yang disebabkan oleh pemberian makanan padat sebelum atau
pada umur 17 minggu terutama pada bayi laki-laki ( Morgan et al, 2004) dan
pemberian pisang pada awal makanan padat merupakan faktor resiko yang penting
untuk memunculkan Symptom of Intestinal Obstruction (gejala-gejala pembuntuan
usus) pada neonatus ( Wiryo et al, 2003)
Hasil survey demografi kesehatan di Indonesia tahun 1997 menunjukkan
bahwa pemberian makanan pendamping secara dini cukup besar, yaitu sebanyak
35 % pada bayi usia kurang dari 2 bulan dan sebanyak 37 % pada usia diatas 3 bulan
serta gangguan pertumbuhan pada bayi terjadi pada saat menginjak usia 3-4 bulan
( Depkes RI, 2003). Selain itu hasil penelitian terhadap 900 ribu ibu disekitar
Jabotabek pada tahun 1999 diperoleh fakta bahwa yang dapat memberikan ASI
eklusif sampai usia 6 bulan hanya sekitar 5% dari 98% ibu yang menyusui dan
3
Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Lenteng pada tahun 2005, dari sejumlah 575
ibu menyusui didapatkan data 70% dari jumlah ibu tersebut memberikan MP-ASI
secara dini ( Laporan Tahunan Puskesmas, 2005). Adanya data tersebut
menunjukkan bahwa sangat diperlukan penanganan yang serius melalui penyuluhan
kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai usia 6 bulan
dan bahaya-bahaya pemberian MP-ASI secara dini.
Penulis melakukan penelitian mengenai pendidikan formal, pengetahuan, dan
sikap ibu dikaitkan dengan pemberian MP-ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan,
karena hal ini dapat menyebabkan banyak terjadi infeksi pada bayinya terutama
infeksi saluran pencernaan (diare). Apalagi hal ini merupakan kebiasaan di
kampung-kampung untuk memberikan MP-ASI pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan,
berupa nasi atau pisang yang dikunyah terlebih dahulu oleh ibunya. Sedangkan cara
memasak, menyimpan, dan memberikan makanan pendamping tidak menghiraukan
kebersihan, sehingga bardampak pada gangguan tumbuh kembang bayi. Adapun
pemilihan wilayah kerja Puskesmas Lenteng sebagai tempat penelitian oleh karena
penulis sudah tahu kondisi yang sebenarnya tentang penduduk dari kecamatan
Lenteng ini yang masih mempunyai tingkat pendidikan formal dan pengetahuan yang
rendah serta masih banyaknya ibu menyusui yang memberikan MP-ASI secara dini
pada bayinya sebelum usia 6 bulan, apalagi belum ada penelitian sejenis yang
dilakukan di tempat tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut “Adakah hubungan antara tingkat pendidikan formal,
pengetahuan dan sikap Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan
pemberiannya pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Lenteng Kabupaten