• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian

Dari hasil penelitian didapati mayoritas responden adalah 35 orang (38,9%) SMA, 20 orang (22,2%) SMP. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008) dari 6 kelurahan di Palembang dengan proporsi responden SMA (36,5%) dan SMP (21,5%). Secara umum dapat disimpulkan dari karakteristik pekerjaan hanya 3 orang (3,3%) yang bekerja sebagai PNS, dan 32 orang (35,6%) bekerja sebagai ibu rumah tangga. Santoso dalam penelitiannya juga mendapati hanya 2,8% yang bekerja sebagai PNS. Sedikit berbeda dengan yang diungkapkan Marlina (2005) menunjukkan responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 32,3%.

Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.

5.2.2 Pengetahuan

Dari 10 pertanyaan yang telah dirancang, maka dilakukan uji validitas untuk mengukur apakah pertanyaan yang digunakan bisa mengukur variabel yang diinginkan oleh peneliti. Dari hasil uji validitas, hanya didapati 3 pertanyaan yang valid yakni pertanyaan pertama, ke-2 dan ke-3. Lalu dilakukan uji validitas kembali dengan 25 pertanyaan yang berbeda dan diapat 4 pertanyaan yang valid yakni pertanyaan ke-4, ke-5, ke-6 dan ke-7. Dari tujuh pertanyaan yang telah valid ini, nilai maksimum yang bisa dicapai responden adalah 10.

Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan tentang DBD yang masih belum cukup baik karena rata-rata nilai total pengetahuan responden hanya 5.27 dari nilai maksimum 10. Pada tabel 5.2 dapat dilihat mayoritas responden memiliki pengetahuan sedang yakni 75 orang (83,3%). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Florensi (2004) yakni sebanyak 79% responden mempunyai pengetahuan sedang. Namun berbeda dengan apa yang diperlihatkan oleh Hutapea (2007) dalam penelitiannya di Kelurahan Gung Negeri, Kabupaten Karo didapatkan 98,2% responden berpengetahuan baik dan hanya 1.8% yang berpengetahuan sedang. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah sampel dan distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan dari penelitian Hutapea (2007).

Dengan mengetahui sebaran jawaban responden pada pertanyaan yang menilai pengetahuan, selain memberikan gambaran pengetahuan responden dapat dilihat pula banyak salah paham mengenai DBD yang terjadi di masyarakat. Dari tabel 5.4 dapat dilihat sebanyak 74 orang (82.2%) menjawab penyebab DBD adalah nyamuk, bukan virus. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh media. Namun Florensi (2004) memberikan hasil yang berbeda yakni sebanyak 52% responden dapat menjawab penyebab DBD adalah virus, sedangkan 42% lainnya menjawab nyamuk.

Selain itu, dari tabel 5.4 dapat dilihat sebanyak 37 responden (41.1%) menjawab ciri demam pada DBD adalah suhunya yang tinggi terus-menerus. Peneliti berasumsi bahwa responden yang menjawab demikian karena gambaran demam DBD adalah pelana kuda, yakni suhu yang meningkat tiba-tiba, lalu tetap

Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.

tinggi selama kurang lebih 3 hari lalu pada hari ke-4 demam baru akan turun dan kembali demam pada hari ke-6. Jadi karena adanya fase demam yang tingi terus menerus sehingga banyak yang menjawab ciri demam pada DBD adalah suhunya tinggi terus-menerus. Hal yang sama ditunjukkan oleh penelitian Olga (2008) bahwa 70,5% menjawab ciri demam DBD adalah suhu yang tinggi terus menerus.

Kesalahpahaman yang lain mengenai DBD adalah penanganan awal pasien tersangka DBD selama di rumah yang cenderung memilih pemberian jus jambu biji merah sebanyak 53 orang (58,9%). Padahal penanganan awal pasien tersangka DBD selama di rumah menurut Ditjen PPM&PL adalah pengkompresan dan memberi obat penurun demam. Penelitian yang dilakukan Olga (2008) juga menyatakan hal serupa, dimana responden lebih memilih memberikan jus jambu sebagai obat yang bisa diberikan di rumah. Namun karena pada penelitian Olga (2008), responden bisa memilih lebih dari satu jawaban, maka responden yang memilih pemberian antipiretik sebanyak 72,3% sebagai obat yang bisa diberikan di rumah. Berbeda dengan apa yang didapat dari penelitian ini yaitu hanya 33 orang (36,7%) yang akan memberikan obat penurun panas.

Dari tabel 5.3, gejala dan tanda DBD yang diketahui paling banyak oleh responden adalah nyeri otot dan bintik-bintik merah yaitu sebanyak 80 orang (88,9%). Olga (2008) dalam penelitiannya, ada sekitar 87,5% dari responden yang mengetahui bintik-bintik merah merupakan tanda dari DBD, namun hanya 27,7% yang mengetahui nyeri tulang merupakan gejala DBD. Gejala pembesaran hati adalah gejala DBD yang paling sedikit diketahui responden yaitu 16 orang (17,2%), mungkin dikarenakan tidak setiap orang yang terkena DBD mempunyai gejala pembesaran hati dan pembesaran hati dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik yang memerlukan kemampuan khusus.

Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan informasi sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi yang didapatkan. Dilihat dari distribusi jenjang pendidikan terakhir, responden terbanyak adalah lulusan SMA sebanyak 35 orang (38,9%).

Pengetahuan baik dan sedang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan. Semakin banyak

Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.

orang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

5.2.3 Sikap

Awalnya ada 5 soal yang dibuat untuk mengukur sikap responden mengenai DBD, namun setelah dilakukan uji validitas tidak ada satu pun pernyataan yang valid. Lalu dilakukan uji validitas ulang terhadap 7 pertanyaan yang berbeda, dan didapatkan 5 pernyataan yang valid.

Sikap responden mengenai DBD tampak belum cukup baik karena 63,3% masih dikategorikan mempunyai sikap sedang, dan hanya 21,1% yang bersikap baik. Hasil ini berkebalikan dengan Marlina (2005), dimana didapatkan 100% responden berpengetahuan baik dan Hutapea (2007) mendapatkan 99,7% responden mempunyai sikap yang baik.

Sebanyak 70 orang (77,8%) bersikap akan mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan. Hal ini merupakan indikator harus adanya stimulus yang tidak baik dulu, baru akan ada respon dari masyarakat yaitu berupa sikap. Sejumlah 55 orang (61,1%) bersikap hanya akan menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah, hal ini menunjukkan ketidaktahuan masyarakat mengenai tempat perindukan yang paling nyamuk Aedes aegypti sukai adalah tempat penampungan air yang di dalam rumah.

Responden yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa masih menyimpan botol-botol bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat sebanyak 48,9%. Lain halnya yang diungkapkan oleh Olga (2008) yakni ada 85,7% tidak setuju dengan pernyataan masih menyimpan botol-botol bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat.

5.2.4 Tindakan

Tindakan di ukur dengan 5 pertanyaan mengenai pencegahan dan penatalaksanaan awal pada pasien yang diduga terkena DBD. Proporsi paling

Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.

tinggi adalah responden dengan tindakan sedang sebesar 83,3%. Hasil ini didukung pula oleh Marlina (2005) yang memperlihatkan proporsi tertinggi untuk tindakan adalah kategori sedang. Begitu juga yang ditunjukkan oleh Hutapea (2007) dimana ada 99,11% responden yang mempunyai tindakan sedang.

Namun, ada ketidaksesuaian antara pengetahuan dan tindakan. Jika dilihat kembali banyaknya responden yang menjawab memberi obat penurun demam hanya 36,7%, tetapi pada pertanyaan tindakan, responden yang memberi obat penurun panas jika ada salah satu anggota keluarga yang diduga terkena DBD sebanyak 78 responden (86,7%). Menurut Notoatmodjo (2003) seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya, dengan kata lain tindakan seseorangtidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Tindakan menguras bak mandi minimal satu kali seminggu ada 80% dan menutup tempat penampungan air ada 83,3% responden yang melakukannya. Marlina (2005) juga menunjukkan hasil yang sama yakni sebanyak 79,7% respondennya melakukan pengurasan bak mandi minimal satu kali dalam seminggu dan 77,6% yang melakukan penutupan tempat penampungan air.

Tindakan penatalaksanaan awal pada pasien tersangka DBD sudah sangat baik. Dari pengkompresan (72,2%), pemberian air minum yang sebanyak- banyaknya (90%), dan memberi obat pernurun panas (86,7%). Hal ini sesuai apa yang disarankan oleh Ditjen PPM&PL untuk mengurangi kejadian keterlambatan pengobatan pada pasien DBD.

Tindakan merupakan realisasi dari pengalaman dan sikap menjadi perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata dan terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, tetapi tidak selalu orang yang berpengetahuannya baik langsung melakukan tindakan yang benar.

Dina Marini : Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mengenai DBD Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, 2010.

Dokumen terkait