• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

5.2.1 Kualitas Tidur Responden

Dari penelitian ini didapatkan bahwa kebanyakan responden mempunyai kualitas tidur yang baik (lihat tabel 5.2). Dari data yang didapatkan dapat terlihat jumlah responden yang mempunyai kualitas tidur yang baik sebanyak 24 orang (60%), sedangkan jumlah responden yang mempunyai kualitas tidur yang buruk sebanyak 16 orang (40%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Javaheri (2008) pada 238 remaja, juga didapatkan hasil kebanyakan responden yaitu sebanyak 177 orang (74,4%) memiliki kualitas tidur baik dan 61 responden (25,6%) mempunyai kualitas tidur yang buruk.

Tetapi, Angkat (2009), mendapatkan pada penelitiannya bahwa pada remaja SMA di Tanjung Morawa, dari 287 responden didapati bahwa 220 responden (76,7%) diantaranya mempunyai kualitas tidur yang buruk dan 67 responden (23,3%) dengan kualitas tidur yang baik.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) pada 100 responden SMA Santo Thomas 2, didapati bahwa 59 responden (59%) mempunyai kualitas tidur yang buruk dan 41 responden (41%) mempunyai kualitas tidur yang buruk.

Hasil yang agak berbeda pada penelitian ini dengan dua penelitian yang dilakukan oleh Angkat 2009 dan Putra 2011 mungkin disebabkan adanya keterbatasan dalam penilaian kualitas tidur dengan kuesioner PSQI pada penelitian ini seperti banyaknya responden yang lupa akan pola dan waktu tidurnya dalam sebulan terakhir.

5.2.2 Tekanan Darah Responden

Dari penelitian ini didapatkan bahwa kebanyakan responden mempunyai tekanan darah yang normal (lihat tabel 5.3). Dari data yang didapatkan dapat terlihat bahwa jumlah responden yang mempunyai tekanan darah normal sebanyak 21 orang (52,5%), responden yang mempunyai tekanan darah prehipertensi sebanyak 10 orang (25%), responden yang mengalami hipertensi

33

tingkat 1 sebanyak 8 orang (20%), dan responden yang mengalami hipertensi tingkat 2 sebanyak 1 orang (2,5%). Hal ini mungkin disebabkan karena pada remaja fungsi jantung masih lebih baik dibanding orang yang lebih tua , serta remaja cenderung mempunyai aliran darah balik ke jantung (venous return/preload) dan resistensi perifer (afterload) yang lebih rendah dibanding orang tua (Zamani,Williams dan Lilly,2007).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Angkat (2009) pada 287 orang remaja yang berusia 15-17 tahun, juga didapatkan kebanyakan tekanan darah responden berada pada kategori yang normal. Responden yang mengalami kenaikan darah sistolik (>120mmHg) hanya sebanyak 28 responden (9,8%) sedangkan sebanyak 259 responden (90,2%) berada pada kategori tekanan darah sistolik yang normal) dan yang mengalami kenaikan darah diastolik (>80mmHg) hanya sebanyak 20 responden (7%) dibandingkan dengan responden yang mempunyai kategori tekanan darah normal sebanyak 267 orang (93%).

5.2.3 Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan darah

Dari hasil penelitian ini, peneliti mendapatkan bahwa pada 16 responden dengan kualitas tidur buruk, 10 responden diantaranya mengalami peningkatan tekanan darah, dibanding dengan 6 responden dengan tekanan darah yang normal. Demikian juga pada 24 responden yang mempunyai kualitas tidur baik, ditemukan sebanyak 15 responden mempunyai tekanan darah yang normal, dibanding dengan 9 yang mengalami kenaikan tekanan darah (lihat tabel 5.4). Hal tersebut juga mendukung fakta bahwa apabila kualitas tidur orang yang semakin baik, maka tekanan darah sesorang juga lebih baik pula. Oleh karena itu, penting memperhatikan program pencegahan hipertensi di masa yang akan datang tentang mengoptimalisasi kualitas tidur, selain hanya memperhatikan faktor-faktor lain seperti riwayat keluarga, obesitas, jenis kelamin, kurangnya aktifitas fisik, penggunaan pil kontrasepsi, dan faktor diet yang sudah diketahui selama ini (Riaz,2012).

Tabel 5.5 juga menunjukkan hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah bermakna. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

34

dilakukan oleh Javaheri et al (2008) pada 238 orang remaja dimana hasilnya menunjukkan berkurangnya durasi tidur dan efisiensi tidur yang rendah dapat meningkatkan tekanan darah masing-masing sebesar 2,8 kali dan 4,5 kali lipat dibandingkan dengan remaja yang mempunyai jumlah durasi dan efisiensi tidur yang normal, sehingga hal ini jelas memperlihatkan bahwa kualitas yang buruk jelas mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada remaja.

Selain itu, penelitian yang dilakukan Calhoun dan Harding (2012) juga mendapatkan bahwa terjadi gangguan tidur yang menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk seperti insomnia, obstructive sleep apnea syndrome (OSAS) dapat menyebabkan hipertensi pada dewasa. Sekitar 50 persen orang dengan insomnia kronis telah menunjukkan resiko kuat terjadinya hipertensi menurut penelitian tersebut. Demikian juga dengan gangguan tidur OSAS, pada penelitian ini dilaporkan bahwa pada orang dengan OSAS sedang-berat terjadi peningkatan 3,2 kali lipat kejadian hipertensi dibandingkan orang yang tidak megalami gangguan tidur tersebut. Mekanisme gangguan seperti OSAS dapat menyebabkan hipertensi terdiri dari berbagai faktor seperti terjadi hipercapnia dan hypoxemia yang menyebabkan aktivasi saraf simpatis, oksidatif stres, kemudian juga terjadi peningkatan tekanan intratorakal, dan sering terbangun pada malam hari akibat usaha respirasi untuk mengkompensasi terjadinya apnea yang berulang-ulang. Selain itu pada penelitian ini juga dilaporkan durasi tidur dibawah 5 jam per hari meningkatkan insiden hipertensi pada responden 32-59 tahun sebesar 60 persen. (Calhoun dan Harding,2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Gottlieb, et al yang dilakukan pada 5910 responden lanjut usia yang berumur rata-rata 63 tahun (range umur : 40-100) juga menunjukkan hal yang sama. Penelitian ini menunjukkan hal yang serupa yakni kurangnya durasi tidur dan kualitas tidur buruk sangat jelas meningkatkan tekanan darah, hanya saja pada penelitian ini melaporkan bahwa pengurangan durasi tidur di bawah 7 atau 8 jam saja sudah dapat menyebabkan resiko terjadinya hipertensi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Calhoun dan Harding yang menunjukkan resiko hipertensi pada responden yang durasi tidurnya apabila di bawah 5 jam per hari. Tetapi pada dasarnya beberapa penelitian tersebut

35

menyatakan bahwa buruknya durasi tidur atau adanya gangguan tidur yang membuat kualitas tidur seorang menjadi buruk merupakan salah satu faktor kuat yang dapat menyebabkan hipertensi. Pada penelitian tersebut juga dilaporkan bahwa penurunan kualitas tidur selain dapat menyebabkan hipertensi, juga dapat menyebabkan depresi dan gangguan kardiovaskuler. Selain itu, penelitian tersebut juga melaporkan bahwa hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah tidak jauh berbeda antara pria dan wanita. (Gottlieb,et al, 2006).

Dari ketiga penelitian yang dilakukan oleh Javaheri, et al pada remaja, Calhoun dan Harding pada dewasa, dan Gottlieb et al pada orang lanjut usia, ketiga penelitian tersebut menunjukkan hasil yang sama bahwa semakin buruk kualitas tidur seseorang maka orang tersebut mempunyai resiko terkena hipertensi lebih tinggi beberapa kali lipat dibandingkan pada orang yang kualitas tidurnya baik. Hal ini ditemukan pada penelitian baik pada remaja,orang dewasa maupun orang lanjut usia.

36

Dokumen terkait