• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.3. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui wawancara kuisoner kepada orang tua dan petugas medis yang menjaga anak, dan di tunjang dengan melihat data status pasien selama periode 4 bulan di ruang rawat inap anak Rindu B Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Didapatkan data-data demografi seperti jenis kelamin anak, pengukuran suhu, lama rawat, derajat demam anak selama 3 hari, pemberian antipiretik, frekuensi pemberian antipiretik, dan pemberian obat tambahan yang diberikan kepada anak yang dirawat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukandidapat anak demam yang dapat obat antipiretik sebanyak 51 orang. Ada juga anak yang tidak demam tapi tetap dapat obat antipiretik sebanyak 23 orang dan yang demam tidak dapat antipiretik sebanyak 18 orang. Dari hasil tanya jawab wawancara dengan orang tua dan tenaga medis, pemberian obat antipiretik untuk anak yang tidak demam hanya untuk membuat anak merasa nyaman dan menghilangkan rasa sakit akibat nyeri yang dirasakan.

Pada penelitian ini didapat ada anak yang demam tapi tidak dapat obat antipiretik. Dari hasil wawancara dengan para medis (dokter/perawat) yang menjaga anak bahwa sebenarnya obat antipiretik selalu diberi jika anak demam, hanya saja terkadang mereka lupa untuk menuliskannya didata status pasien.

Sebelum pemberian obat terlebih dahulu dilakukan pengukuran suhu kepada anak untuk mengetahui derajat demam anak. Pengukuran suhu dilakukan sesering mungkin sebanyak 5-6 kali dalam satu hari untuk tetap memantau kondisi pasien.

Frekuensi pemberian obat antipiretik perhari diberikan 3x1 hari untuk pemberian oral dengan dosis tergantung usia pasien dan berat badan pasien. Obat antipiretik juga diberikan tergantung kondisi pasien (kalau perlu). Pemberian obat antipiretik tergantung kondisi pasien pada anak yang bebas demam diberikan untuk mengurangi nyeri dan membuat anak merasa nyaman. Karna banyak pasien yang juga memerlukan obat antipiretik walaupun kondisinya tidak demam. hanya saja antipiretik digunakan untuk efek analgesiknya.

Semua anak demam yang dirawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan diberi obat antipiretik yaitu parasetamol. Kecuali pada anak yang memilik penyakit gangguan hati,

hipersensitivitas, dan penyakit ginjal tidak diberikan obat parasetamol. Karena obat parasetamol dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Dalam hasil penelitian ini tidak ditemukan penggunaan ibuprofen pada anak yang dirawat di RSUP. Haji Adam Malik Medan, karena efek dari parasetamol lebih aman dibanding ibuprofen.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan teori yang mengatakan bahwa pemberian obat parasetamol lebih aman dibandingkan dengan obat antipiretik yang lain untuk anak karena parasetamol tidak menghambat fungsi dari platelet dan tidak menyebabkan perdarahan gastrointestinal sehingga dianggap lebih aman dibanding ibuprofen dan AINS lainnya. Selain itu parasetamol efektif dalam melawan demam (Rachmawati 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yag telah dilakukan sebelumnya oleh A. Perrott, dkk yang menyatakan bahwa penggunaan obat parasetamol lebih aman dibandingkan penggunaan obat ibuprofen untuk penggunaan jangka pendek nyeri anak atau demam.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah waktu penelitian yang sangat terbatas sehingga jumlah sampel yang didapat hanya memenuhi jumlah sampel yang minimal dan hanya anak demam dengan penyakit serius saja yang dirawat di rumah sakit. Dalam wawancara kuesioner, beberapa orang tua hanya dapat menyebutkan jenis atau merek antipiretik yang diberikan dan tidak dapat memberikan keterangan dosis yang diberikan secara pasti. Sehingga peneliti hanya mampu melihat data status pasien. Didata status pasien juga masih ada beberapa yang kurang lengkap tentang pemberian obat antipiretik karena yang peneliti dapat ada beberapa anak yang demam tapi tidak dapat antipiretik padahal sebenarnya obat antipiretik tetap diberikan kepada anak demam.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah disebutkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Setiap anak demam yang dirawat inap di ruang Rindu B mendapat obat antipiretik. 2. Obat antipiretik yang digunakan hanyalah parasetamol dan tidak ada penggunaan

ibuprofen pada anak demam yang di rawat di RSUP. Haji Adam Malik Medan 3. Pemberian obat antipiretik berupa sprn (kalau perlu) untuk anak yang bebas demam

tergantung kondisi pasien.

4. Penggunaan obat antipiretik di RSUP. Haji Adam Malik digunakan bukan hanya untuk menurunkan demam anak, tapi juga digunakan untuk meredahkan nyeri akibat rasa sakit yang dirasakan anak

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapakan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu keamanan dari pilihan obat antipiretik yaitu, parasetamol dan ibuprofen

2. Perlu ditingkatkan lagi kelengkapan dari data status pasien agar data peneliti selanjutnya lebih lengkap dan lebih terpercaya.

3. Kepada para medis agar lebih memberi tahu orang tua tentang dosis dan pemberian obat yang telah diberikan kepada pasien anak demam

DAFTAR PUSTAKA

A.Perrot, dkk 2004. Efficacy and Safety of Acetaminophen vs Ibuprofen for Treating Children’s Pain or Fever. Arch PediatrAdolesc Med

Behreman, kiliegman, & Arvin - 2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ED, 15, Vol.2. edisi bahasa indonesia : prof. Dr. dr.A. Samik Wahab, sp.A(K). Penyakit Infeksi., hal 854-855.

Davis, C.P., 2011. Fever in Adult. University of Texas Healt Science Center at San Antonio. Available from ver :

http://emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=58831. [update 19 April 2011].

Dr.Sastroasmoro, Sudigdo., 2011. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis., Ed. Keempat-Jakarta : Sagung Seto.

Dr. Evaria., dkk., 2014/2015. MIMS Indonesia : petunjuk konsultasi. Ed. 14.Jakarta. Indonesia : MIMS pte Ltd

Graneto, JW., 2010. Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine of Midwestern University. Available from :

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam

2.1.1. Definisi Demam

Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang regulasi hipotalamus. Pusat regulasi/pengaturan panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal perifer dingin dan panas. Faktor pengaturan lainnya adalah suhu darah yang bersirkulasi dalam hipotalamus. Integrasi sinyal-sinyal ini mempertahankan agar suhu didalam tubuh normal pada titik ambang 370C (980F) dan sedikit berkisar antara 1-1,50C. Suhu aksila mungkin 10Clebih rendah dari dalam tubuh, sebagian karena vasokonstriksi kulit, dan suhu oral mungkin rendah palsu karena pernafasan yang cepat (Nelson, 2012).

Menurut Nelwan (2009), “Suhu tubuh normal berkisar antara 36,50C-37,20C. Suhu subnormal di bawah 360C. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,20C. Hipereksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setingg5 41,20C atau lebih, sedangkan hipotermi adalah keadaan suhu tubuh di bawah 350C. Biasanya terdapat perbedaan antara pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal.

2.1.2. Etiologi Demam

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi maupun faktor non infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak- anak antara lain pneumoni, bronkitis, osteomyelitis, apendisitis, tuberkulosis, bakterimia, sepsis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lainnya (Graneto, 2010). Infeksi virus

yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak antara lain viral pneumoni, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya dan virus-virus umum seprti H1N1 (Davis, 2011). Demam yang secara tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh penyakit infeksi virus (Nelwan, 2009).

Demam akibat non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), Keganasan (penyakin Hodgkin,leukimia, hematoma, penyakit metastasis, limfoma, non hodgkin, leukoma, dll), Penyakit autoimun (artritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, dan antihistamin), penyakit radang (penyakit radang usus) (Nelson, 2012). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010).

2.1.3. Mekanisme Demam

Menurut (Sherwood, 2012) “Demam terjadi akibat adanya infeksi atau peradangan. Sebagai respon masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen. Selain efek-efeknya dalam melawan infeksi juga bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu ditingkat yang baru dan tidak mempertahankannya di suhu normal tubuh. Jika, sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,90C (1020F), maka hipotalamus mendeteksi bahwa suhu normal prademam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 38,90C. Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat dan mendorong suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi pada permulaan demam. Setelah suhu baru tercapai maka suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respon terhadap panas dan dingin tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Karena itu, terjadi demam sebagai respon terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi.

Selama demam, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan memicu pelepasan lokal prostaglandin, yaitu mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung pada hipolamus.

Aspirin mengurangi demam dengan menghambat sintesa prostaglandin. Tanpa adanya pirogen endogen maka di hipotalamus tidak terdapat prostaglandin dalam jumlah bermakna (Sherwood, 2012).

2.1.4. Patogenesis demam

Menurut (Nelson, 2012) “berbagai macam agen infeksius, imunologis, atau agen yang yang berkaitan dengan toksin (pirogen eksogen) mengimbas produksi pirogen endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini adalah sitokin, misalnya interleukin (IL-1.β

IL-1.α IL-6). Faktor nekrosis tumor (TNF.α TNF.β), dan interferon α (INF). Pirogen

endogen menyebabkan demam dalam waktu 10-15 menit, sedangkan respon demam terhadap pirogen eksogen (misalnya, endotoksin) timbul lambat menimbulkan sintesis dan pelepasan sitokin pirogenik. Sitokin endogen yang sifatnya pirogenik secara langsung menstimulasi hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E yang kemudian mengatur kembali titik ambang pengaturan suhu. Selanjutnya transmisi neuronal ke perifer menyebabkan konservasi dan pembentukan panas, dengan demikian suhu didalam tubuh meningkat.

2.1.5. Faktor Risiko

Demam memiliki penyakit serius pada anak dan dipengaruhi oleh usia. Pada umur tiga bulan pertama, bayi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi bakteri yang serius dibanding dengan bayi dengan usia lebih tua. Demam yang terjadi pada anak pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus, akan tetapi infeksi bakteri yang serius dapat pula terjadi pada anak seperti meningitis, infeksi saluran kemih, pneumoni. Pada anak dengan usia diantara dua bulan sampai dengan tiga tahun dapat meningkatkan risiko terkena penyakit serius akibat kurangnya IgG yang merupakan bahan bagi tubuh untuk membentuk komplemen yang berfungsi mengatasi infeksi bakteri.

2.1.6. Tipe Demam

Ada lima tipe demam menurut Nelwan (2009) dari Ilmu Penyakit Dalam, yang terdiri dari :

Demam Septik : Pada tipe demam septik, suhu badan berangsung tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas

normal pada pagi hari. Sering disertai menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

Demam Remiten : Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.

Demam Intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di anatara dua serangan demam disebut kuartana.

Demam Kontinyu : Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. Demam Siklik : Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan

selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, seperti misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seseorang pasien mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas, seperti misalnya : abses pneumoni, infeksi saluran kemih atau malaria; tetapi kadang-kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam, dan keluhan serta gejala lain yang menimbulkan demam (Nelwan, 2009).

2.2. Antipiretik

Antipiretik adalah obat penurun panas yang sering di gunakan untuk anak demam. Cara kerja obat Antipiretik adalah dengan menurunkan set point di hipotalamus melalui

pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase sehingga membuat pembuluh darah kulit melebar dan pengeluaran panas ditingkatkan. Antipiretik yang sering di berikan kepada anak adalah paracetamol (acetaminofen) dan ibuprofen.

2.3. Parasetamol 2.3.1. Definisi

Parasetamol (Asetaminofen) merupakan metabolit aktif fenasetin dan bertanggung jawab atas efek analgesiknya. Obat ini adalah penghambat COX-1 dan COX-2 yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi. Temuan terbaru menunjukkan bahwa asetaminofen dapat menghambat enzim ketiga, yakni COX-3, di sistem saraf pusat (SSP). COX-3 tampaknya merupakan varian splice gen COX-1 (Katzung, 2012)

Rumus bangun asetaminofen adalah :

(Sumber : Frust & Ulrich, Basic and Clinical Pharmacology 10th Ed, 2007) Gambar 2.1. Rumus Bangun Asetaminofen

2.3.2. Farmakodinamik

Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu paresetamol tidak digunakan Antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah.

Parasetamol diberikan per oral. Absorbsinya bergantung dengan kecepatan pengosongan lambung, dan kadar puncaknya dalam darah biasanya tercapai dalam waktu 30-60 menit. Parasetamol sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukoronida. Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Waktu paruh obat ini adalah 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh dan dieksresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

2.3.4. Indikasi

Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Obat ini tidak mempengaruhi kadar asam urat dan tidak mempunyai sifat menghambat trombosit. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, sakit gigi, demam disertai influenza, dan demam setelah imunisasi. Parasetamol infus diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek untuk sakit sedang, terutama setelah operasi dan dan pengobatan jangka pendek demam. ketika pemberian intravena adalah pemberian yang dianggap perlu secara klinis untuk mengobatirasa sakit atau hipertermi dan/atau ketika pemberian rute yang lain tidak memungkinkan (ISO, 2014/2015). 2.3.5. Kontra indikasi - Hipersensitifitas - Gangguan hati - Gangguan ginjal 2.3.6. Efek samping

Bila dikonsumsi dalam dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati, pusing, sakit kepala, distonia, mual, muntah, konstipasi, ruam kulit atau utrikaria sampai syok anafilaksis pernah terjadi dan pengobatan harus dihentikan. Malaise dan hipersensitifitas, hipotensi dan peningkatan kadar serum transaminase dihati, trombositopenia, leukopenia, neutropenia. 2.3.7. Dosis terapi

Dosis parasetamol perkali beri : - <1 tahun : 50 mg/kali beri

- 1 – 5 tahun : 50-100 mg/kali beri - 3 – 6 tahun : 100-200 mg/kali beri - >10 tahun : 250 mg/kali beri Dalam sehari : 1 hari 3 kali beri

3 x 50mg = 150 mg/hari Per cc : 1 cth = 5 ml

Lama pengobatan 5 hari = 5 ml x 3 x 5 hari

= 75 ml atau 75cc 2 botol Panadol Tempra

Drop : untuk anak 2-3 thn: 1,6 ml 10-24 bln : 1,2 ml 24 tetes 3-6 bln : 0,8 ml 16 tetes Untuk anak 3-9 bln : 0,8 cc 0-24 bln : 1,2 cc 2-3 thn : 1,6 cc NB: dalam 1cc = 20 tetes Sanmol drop Untuk anak <1 thn = 0,6 ml 1-2 thn = 0,6-1,2 2.4. Ibuprofen 2.4.1. Definisi

Ibuprofen merupakan turunan sederhana asam fenilpropionat. Pada dosis sekitar 2400 mg per hari, efek anti-inflamasi ibuprofen setara dengan 4 g aspirin. Ibuprofen oral sering diresepkan dalam dosis yang lebih kecil (<2400mg/ hari); pada dosis ini ibuprofen efektif sebagai analgesik tapi tidak sebagai anti-inflamasi. Obat ini tersedia bebas dalam dosis yang kecil dan dijual dalam berbagai nama dagang.

Obat Anti-Inflamasi Non Steroit (AINS) derifat asam propionat hampir seluruhnya terikat pada protein plasma, efek interaksi misalnya penggeseran obat warfarin dan oral hipoglikemik hampir tidak ada. Tetapi pada pemberian bersamaan dengan warfarin, tetap harus waspada karena adanya gangguan fungsi trombosit yang memperpanjang masa perdarahan. Derivat asam propionat dapat mengurangi efek diuresis dan natriuresis

furosemid dan tiazid, juga mengurang efek antihipertensi obat β- bloker, prazosin dan kaptopril. Efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis PG ginjal.

2.4.3. Farmakokinetik

Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimal dalam plasma dalam dicapai selama 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 90% ibuprofen terkait dalam protein plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira- kira 90% dari dosis yang diabsorbsi akan dieksresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi.

2.4.4. Indikasi

Meringankan rasa nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri haid, sakit gigi dan sakit kepala.

2.4.5. Kontraindikasi

Pada orang-orang yang hipersensitif ibuprofen, penderita ulkus peptikum, gejala ashma dan kehamilan trimester pertama. Perhatian : untuk pasien dengan riwayat penyakit saluran cerna bagian atas, gangguan fungsi ginjal, gangguan pembekuan darah dan asma harap mengkonsultasikan ke dokter terlebih dahulu pemakaian jangan dibarengi dengan pemakaian asetosal atau obat lain yang mengandung ibuprofen.

2.4.6. Efeksamping

Jarang terjadi; mual, muntah, gangguan saluran cerna. Pernah dilaporkan ruam kulit, trombositopenia dan limfopenia. Penurunan ketajaman penglihatan (sangat jarang).

2.4.7. Dosis terapi

Dewasa : 3- 4x sehari dalam 200mg Anak- anak : 1- 2 thn = 30 mg

3- 7 thn = 100mg 8- 12 thn =200mg

Untuk demam dosis rekomendasi sehari 20 mg/kgBB dalam dosis terbagi. Tidak direkomendasikan untuk anak- anak <1 thn.

2.6. Kerangka Teori Inhibisicox-2 Infeksi, Toksin mikroba, mediator inflamasi, reaksi imunologis Monosit, Makrofag, Sel endotel, dll Pirogen endogen, sitokin, 1,

IL-6, TNF, IFN

Endotel hipotalamus

Asam arakhidonat

PGE2-2 Siklik AMP

Peningkatan set poin di hipotalamus Konversi panas, Demam Kompre s hangat Antipireti Parasetamol dan Ibuprofen Demam turun STOP pemberian Antipiretik Sirkulas

Skema 2.2 KerangkaTeori

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1.KerangkaKonsepdanDefinisiOperasional 3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Antipiretik

Antipiretik adalahobat penurun panas yang mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase dihipotalamus. Obat Antipiretik yang sering diberi ketika anak demam adalah parasetamol dan ibuprofen. Parasetamol lebih sering diberi pada anak karena efek samping dari obat parasetamol lebih kecil dibanding dengan ibuprofen.

- Cara ukur : Observasi dan wawancara

- Alat ukur : kuisoner dan data status pasien - Skala Pengukuran : Data Nominal

- Hasil Ukur :- Demam dapat antipiretik

- Tidak demam tidak dapat antipiretik

3.2.2. Demam

Demam adalah peningkatan set point dihipotalamus akibat adanya infeksi atau proses peradangan. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,50C-37,20C. Demam dapat dikatakan jika suhu tubuh >37,20C. Penyebab demam yang sering menyebabkan demam pada anak adalah infeksi bakteri dan virus. Suhu lingkungan yang tinggi juga dapat menyebkan demam pada anak. Banyak kasus anak demam yang dirawat di Rumah Sakit karena infeksi seperti meningitis, infeksi saluran nafas, pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis, dll. Pada bayi umur tiga bulan pertama paling sering terkena infeksi bakteri.

- Cara Ukur : Observasi langsung dengan pasien dan

Melihatdata status pasien.

- Alat Ukur : Data status pasien

- Skala Pengukuran : Data Nominal

- Hasil Ukur : - Demam

- Tidak demam

3.3. Hipotesis

Ada hubungan antara penggunaan Antipiretik dengan profil demam anak yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari batas normal yang berhubungan dengan peningkatan set point di hipotalamus akibat infeksi virus dan bakteri atau adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,50C - 37,20C (Nelwan, 2009). Demam biasanya terjadi sebagai respon terhadap infeksi atau peradangan.

Demam bukan suatu penyakit melainkan hanya merupakan gejala dari suatu penyakit.Demam juga dapat merupakan suatu gejala dari penyakit yang serius seperti Demam Berdarah Dengue, demam typhoid, infeksi dan lain-lain (Riandita, 2012) . Maka dari itu, terlebih dahulu harus difikirkan penyebab demam pada anak.

Demam dengan peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi memerlukan kewaspadaan karena dapat berdampak buruk seperti meningkatkan resiko kejang demam terutama pada anak dibawah 5 tahun. Selain itu demam di atas 410C dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolism, fisiologis, dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat. Keadaan koma terjadi bila suhu >430C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 430C sampai 450C (Riandita, 2012).

Pada pasien demam yang diakibatkan oleh infeksi virus maupun bakteri perlu untuk dilakukan rawat inap di rumah sakit dibagian anak. Karena pada pasien demam yang diakibatkan infeksi virus ataupun bakteri butuh perawatan yang intensif dan pengobatan yang tepat. Jika demam pada anak tidak membahayakan, cukup diberikan terapi

simptomatis kepada anak berupa pemberian obat Antipiretik yang diberi hanya pada saat

Dokumen terkait