• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan

5.2 Pembahasan

Gambar 5.1 Krosstabulasi distribusi berdasarkan umur dan jenis kelamin Golongan umur yang tertinggi menderita gagal ginjal kronik adalah sekitar umur 49-57 tahun (34,7%) dengan jumlah lelaki terbanyak iaitu sebanyak 47 orang (37,3%) dan wanita sebanyak 44 orang (32,4%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh RISKESDAS pada tahun 2013 di mana di Medan proporsi penderita lelaki lebih tinggi daripada perempuan dalam golongan umur berisiko iaitu kelompok umur 49-57 tahun dan juga penelitian Martini (2009) di RSP Angkatan Darat Gatot Soebarto Jakarta di mana proporsi laki laki pada golongan umur beresiko adalah tertinggi (53,3%). Secara keseluruhan proporsi wanita lebih banyak daripada laki laki. Suatu penelitian yang telah dilakukan oleh Division of Clinical Epidemiology and Aging Research, German Cancer Research Center,Heidelberg,Germany dinyatakan bahawa lebih banyak wanita(11.5%) menderita GGK secara keseluruhan(Qi Li Zhang,2008). Dengan penuaan, ginjal mengalami banyak perubahan struktural dan fungsional. Perubahan struktural termasuk penurunan massa ginjal, korteks ginjal dan jumlah glomeruli, dan peningkatan sclerosis glomerulus. Penuaan juga dapat menyebabkan tubulointerstitial fibrosis, jaringan parut, infark dan hilangnya

massa tubular. Perubahan struktural dapat mengurangi ukuran ginjal. Pada korteks ginjal, kejadian glomerulosklerosis meningkat rata-rata dari 5% pada usia 40 tahun sampai dengan 30% dengan 80 tahun. Namun, perubahan yang berhubungan dengan usia pada ginjal dapat menjadi lebih rumit dengan kondisi seperti hipertensi, diabetes, gagal jantung kongestif, aterosklerosis, obstruksi saluran kemih dan infeksi saluran kemih berulang (Katie Flint,2011).

Tingkat pendidikan kebanyakan penderita gagal ginjal kronik adalah tingkat SLTA (55,0%). Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang faktor risiko gagal ginjal, gejala klinis dan menjalani pengobatan sesuai dengan keparahannya. Tetapi dalam penelitian yang telah dilakukan di RSUP Hj Adam Malik menunjukkan angka tertinggi pada tingkat pendidikan SLTA. Mungkin ini bisa dipengaruhi oleh jenis pekerjaan dan juga ketidakpedulian tentang kesehatan oleh seserang penderita tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wiwin Handayani di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan pada tahun 2006 di mana tingkat pendidikan SLTA menduduki tempat pertama diikuti dengan SD dan AKA.

Jenis pekerjaan yang paling tinggi menderita gagal ginjal kronik adalah ibu rumah tangga (30,2%). Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh RISKESDAS 2013 di mana hasil RISKESDAS yang tertinggi adalah wiraswasta dan diikuti dengan ibu rumah tangga tetapi sesuai dengan hasil penelitian di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerta pada tahun 2005 di mana kebanyakan pasien gagal ginjal terdiri daripada golongan tidak bekerja dengan persentasi ibu rumah tangga adalah 83,7%. Menurut penelitian yang telah dilakukan di Kingdom of Saudi Arabia oleh sekelompok dokter yang terdiri daripada universitas-universitas terkenal di Saudi Arabia dibuktikan bahawa sebanyak 70.9% penderita GGK adalah ibu rumah tangga dan dari studi tersebut dapat dilihat bahawa ibu rumah tangga mempunyai lebih banyak faktor resiko berbanding jenis pekerjaan yang lain (Ginawi,2013). Jumlah ibu rumah tangga paling tinggi mungkin karena pola hidup yang pasif di mana kurang berolahraga

dan mungkin akibat stress yang berlebihan dan menurut penelitian American Society Of Nephrology 2013 olahraga dapat mengurangkan resiko GGK.

Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak penderita gagal ginjal kronik adalah dari luar medan (69,5%) berbanding dengan dari kota Medan (30,5%). Ini bisa disebabkan oleh kekurangan fasilitas pengobatan di luar medan sehingga menyebabkan seseorang itu tidak mendapatkan perawatan sejak awal dan membiarkan sehingga menjadi kronik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohaya pada tahun 2012 di RSUP Hj Adam Malik di mana jumlah pasien dari luar medan adalah 63,9% dan juga sesuai dengan penelitian oleh RISKESDAS pada tahun 2013 iaitu jumlah penderita gagal ginjal kronik lebih banyak dari luar medan. Penderita dari luar Medan iaitu berasal dari Deli Serdang, Langkat, Karo, Asahan, Kota Binjai, Acheh, Lawas, Dairi, Toba Samosir, Nias, Serdang Bedagai, Kota Sibolga dan Labuhan Batu. Kebanyakan penderita adalah dari Deli Serdang (28%), Langkat(18,1%) dan Karo(16,5%).

Kebanyakan penderita gagal ginjal kronik memiliki riwayat penyakit hipertensi (34,0%) sebelum menderita gagal ginjal kronik dan diikuti dengan riwayat penyakit diabetes mellitus (23,3%). Hasil ini sesuai dengan faktor risiko gagal ginjal kronik di mana hipertensi dan diabetes mellitus merupakan faktor risiko tertinggi untuk menderita gagal ginjal kronik (Joseph,2013). Hipertensi akan menyebabkan pengerasan ginjal (nefroskelerosis) sehingga menyebabkan fungsi ginjal menurun dan kelajuan glomerulus juga menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di University Hospital Cracow oleh Departmen Nefrologi di mana 65% penderita mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan juga penelitian yang telah dilakukan oleh Center of Disease Control and Prevention 2013 kasus hipertensi sebanyak 71,16%. Menurut International Journal Of Nephrology suatu penelitian yang telah dilakukan di daerah-daerah tertentu di Dhaka pada tahun 2012 didapati sebanyak 11,6% penderita mempunyai hipertensi manakala 4,1% penderita mempunyai diabetes mellitus.

Berdasarkan hasil penelitian saya, sejumlah 191(72,9%) orang penderita gagal ginjal kronik mempunyai kadar ureum lebih dari 200mg/100ml dan sebanyak 71(27,1%) orang penderita mempunyai kadar ureum kurang dari 200mg/100ml. Kadar ureum yang paling tinggi dalam penelitian saya adalah 552mg/100ml dan paling rendah adalah 92.4mg/100ml. Menurut Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, salah satu indikasi dialisis di RSUP Hj Adam Malik, Medan adalah kadar ureumnya lebih dari 200mg/100ml. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di Pakistan Institute of Medical Islamabad di mana 53% pasien GGK mempunyai kadar ureumnya rata-rata 200-300mg/100ml dan menjalani hemodialisis(Raja Tahir,2014). 27,1% pasien yang menjalani hemodialisis walaupun kadar ureumnya kurang 200mg mungkin karena disebabkan atas indikasi-indikasi yang lain seperti kadar kreatininnya atau mempunyai uremic syndrome.

Kadar kreatinin yang paling tinggi yang telah saya dapati dari penelitian saya adalah 38,6mg/100ml dan paling rendah adalah 5,15mg/100ml. Menurut Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, salah satu indikasi dialisis di RSUP Hj Adam Malik, Medan adalah kadar kreatininnya lebih dari 8mg/100ml. Indikasi ini sesuai dengan hasil penelitian saya. Sebanyak 24,8% penderita mempunyai kadar kreatininnya <8mg/100ml tetapi tidak kurang dari 5mg/100ml. Hasil ini

sesuai dengan penelitian di

kadar kreatinin lebih daripada 4,7mg/100ml dan telah menjalani dialisis.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUP Hj Adam Malik, proporsi penderita gagal ginjal kronik berdasarkan keadaan sewaktu pulang, sebanyak 123 orang penderita pulang berobat jalan, 109 orang penderita pulang atas permintaan sendiri manakala 30 orang penderita meninggal. Kebanyakan penderita pulang berobat jalan karena pengobatan untuk gagal ginjal kronik harus berlanjutan dan masih dapat dilakukan berobat jalan. Malah penelitian saya terhadap penderita yang menjalani hemodialisis yang dapat berobat jalan karena hemodialisis yang dilakukan 3-4/minggu dengan rata-rata 2-4jam/dialisis. Hasil

ini sesuai dengan penelitian oleh Divisions of Nephrology and Clinical Care Research, Department of Medicine, New England Medical Center, Boston, Massachusetts, USA di mana 53.5% pasien yang menjalani hemodialis pulang berobat jalan. Bagi penderita PAPS mungkin karena keterbatasan biaya. Penderita yang meninggal adalah 30 orang di mana dalam umur yang berisiko iaitu 49-57 tahun sebanyak 9 orang penderita, jenis kelamin yang tertinggi adalah lelaki iaitu sebanyak 15 orang, riwayat penyakit tertinggi adalah hipertensi iaitu sebanyak 12 orang dan kebanyakannya adalah wiraswasta iaitu 14 orang. 26 orang penderita daripada 30 orang yang meninggal mempunyai kadar kreatinin yang lebih dari 8mg/100ml dan 27 orang mempunyai kadar ureum yang lebih dari 200mg/100ml

Dokumen terkait