• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pemaknaan Temuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV. Penelitian dilakukan di SD Negeri Gugus Kresna dan Shinta dengan populasi sebanyak 325 siswa dan orang tua siswa. Pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi sederhana dan korelasi ganda. Korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS. Korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, perlu dideskripsikan bagaimana lingkungan keluarga, minat belajar, dan hasil belajar siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta. Untuk mengetahui deskripsi lingkungan keluarga, minat belajar dan hasil belajar IPS, terlebih dahulu dihitung skor tertinggi, skor terendah, mean teoritik

(μ), dan standar deviasi (�) lalu dilakukan pengkategorian menjadi tiga kriteria yaitu kriteria tinggi, kriteria sedang dan kriteria rendah.

4.2.1.1 Lingkungan Keluarga Siswa Kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat

Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama di samping pendidikan di sekolah. Lingkungan keluarga di sini adalah lingkungan di

mana siswa belajar dan mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Lingkungan keluarga menyangkut aspek fisik maupun non fisik. Faktor-faktor baik buruk dari lingkungan keluarga dapat menentukan hasil belajar. Lingkungan keluarga yang mendukung belajar siswa adalah lingkungan yang terkondisi pada saat siswa belajar. Dalam lingkungan keluarga yang kurang mendukung belajar siswa, suasana rumah siswa ramai pada saat belajar, siswa kurang mendapatkan bimbingan belajar dari orang tuanya. Hal tersebut jika dibiarkan akan berdampak pada nilai hasil belajar yang dicapai. Sebaliknya dalam lingkungan keluarga yang mendukung belajar, siswa mendapatkan bimbingan dari orang tuanya, siswa terpenuhi kebutuhan belajar, dan aktivitas keluarga di rumah tidak mengganggu belajarnya.

Berdasarkan hasil penelitian, lingkungan keluarga siswa SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta berada pada kriteria tinggi dengan persentase 76,31%. Artinya lingkungan keluarga siswa mendukung belajar siswa, ditandai dengan adanya relasi antara anak dengan orang tua, orang tua siswa mendidik anaknya tidak terlalu keras, suasana rumah terkondisi pada saat belajar, kebutuhan belajar terpenuhi, adanya dorongan positif dari orang tua, dan adanya penanaman kebiasaan yang baik dari orang tua. Namun ada pula lingkungan keluarga siswa yang kurang kondusif ketika belajar. Hal ini terlihat dari adanya 4 responden yang tergolong memiliki lingkungan keluarga pada kriteria rendah. Jika lingkungan keluarga tergolong tinggi berarti bahwa lingkungan keluarga memberikan pengaruh yang baik dalam belajar siswa, maka timbulah dalam diri siswa dorongan untuk melakukan belajar yang lebih baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hasbullah dalam Yana (2014:2) yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama karena sebagian besar kehidupan anak adalah di dalam keluarga. Lingkungan keluarga memiliki enam indikator yaitu cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa indikator cara orang tua mendidik berada pada kriteria tinggi, artinya orang tua siswa selalu memberikan arahan untuk meningkatkan belajar. Orang tua memotivasi siswa untuk belajar lebih giat sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik.

Indikator yang kedua yaitu relasi antaranggota keluarga. Indikator ini berada pada kriteria tinggi, artinya siswa menceritakan kesulitannya dalam mempelajari IPS kepada orang tuanya, siswa selalu bertukar pikiran dengan anggota keluarga baik orang tua, kakak, maupun adiknya, dan orang tua memberikan perhatian yang penuh kepada anaknya.

Indikator yang ke tiga yaitu suasana rumah. Indikator ini berada pada kriteria tinggi, artinya siswa memiliki lingkungan keluarga yang tidak gaduh pada saat siswa belajar, siswa merasa nyaman saat belajar di rumah , dan aktivitas keluarga di rumah tidak mengganggu konsentrasi belajar. Suasana rumah yang tidak gaduh akan menjadikan siswa nyaman belajar di rumah. Suasana yang demikian siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar.

Indikator yang ke empat yaitu keadaan ekonomi keluarga. Indikator keadaan ekonomi keluarga juga berada pada kriteria tinggi, artinya siswa terpenuhi fasilitas dalam belajarnya seperti buku, alat tulis, meja, kursi, dan penerangan yang cukup. Selain itu siswa juga terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan, pakaian, dan kesehatan.

Indikator yang ke lima yaitu pengertian orang tua. Indikator ini berada pada kriteria tinggi, artinya orang tua siswa tidak membebani tugas-tugas rumah ketika anaknya sedang belajar. Orang tua juga membantu anaknya jika memiliki tugas sekolah yang susah.

Indikator yang ke enam yaitu latar belakang kebudayaan. Indikator ini berada pada kriteria tinggi, artinya orang tua siswa menanamkan sikap disiplin kepada anaknya untuk mendorong semangat belajar. Menurut pendapat Slameto (2010:64) penanaman kebiasaan-kebiasaan yang baik akan mendorong semangat anak untuk belajar.

Lingkungan keluarga memiliki beberapa indikator yang menyusunnya, dimana tiap indikator tersebut mempunyai pengaruh tinggi rendahnya siswa memiliki tingkat baik dan buruknya lingkungan keluarga. Berdasarkan perhitungan mean teoritik tiap indikator, indikator yang memperoleh mean teoritik terbesar adalah pengertian orang tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa indikator pengertian orang tua memiliki peran terbesar dalam lingkungan keluarga. Hasil ini mengidentifikasi bahwa indikator pengertian orang tua merupakan hal yang menyebabkan siswa memiliki lingkungan keluarga tergolong tinggi.

4.2.1.2 Minat Belajar Siswa Kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat

Minat belajar merupakan keinginan dari dalam diri untuk melakukan kegiatan belajar karena adanya daya tarik terhadap sesuatu yang dipelajari. Seseorang yang mempunyai minat terhadap bidang tertentu maka ia akan senantiasa mengarahkan dirinya terhadap bidang tersebut dan menekuninya dengan sungguh-sungguh tanpa adanya paksaan. Minat belajar dapat dilihat dari kebiasaannya memperhatikan aktivitas dalam belajar secara konsisten, mempelajari pelajaran dengan sungguh-sungguh, dan aktif dalam kegiatan belajar. Dari hasil penelitian, secara umum minat belajar siswa SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta kecamatan Semarang Barat berada pada kriteria tinggi. Artinya siswa memiliki minat yang tinggi dalam belajar IPS. Minat tersebut dapat ditunjukkan dari memperhatikan aktivitas belajar secara konsisten dengan rasa senang, mempelajari pelajaran dengan sungguh-sungguh, dan aktif dalam kegiatan belajar. Jika minat belajar tergolong tinggi berarti bahwa siswa tertarik dengan pelajaran maka timbulah dalam diri anak dorongan untuk melakukan belajar yang lebih baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Djamarah (2011:166) yang menyatakan bahwa minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.

Minat belajar memiliki tiga indikator, yaitu memperhatikan aktivitas belajar secara konsisten dengan rasa senang, mempelajari pelajaran dengan sungguh- sungguh, dan aktif dalam kegiatan belajar. Berdasarkan analisis deskriptif

diperoleh gambaran indikator memperhatikan aktivitas belajar secara konsisten dengan rasa senang berada pada kriteria tinggi. Artinya siswa selalu menyimak pelajaran, siswa belajar IPS atas kemauannya sendiri tanpa ada yang menyuruh, dan siswa merasa materi pelajaran IPS sangat bermanfaat bagi dirinya.

Indikator yang ke dua yaitu mempelajari pelajaran dengan sungguh- sungguh. Aspek ini berada pada kriteria tinggi, artinya siswa selalu mencatat materi-materi pokok ketika guru sedang menjelaskan. Siswa juga mempelajari kembali materi yang diajarkan guru di sekolah dan siswa tertarik dengan pelajaran IPS.

Indikator yang ke tiga yaitu aktif dalam kegiatan belajar. aspek ini berada pada kriteria tinggi, artinya jika ada materi IPS yang tidak dimengerti siswa menanyakan pada guru. Selain itu juga siswa aktif mencari tambahan materi selain dari buku paket yang diberikan sekolah.

Minat belajar mempunyai tiga indikator yang menyusunnya, dimana tiap indikator tersebut mempunyai pengaruh tinggi rendahnya siswa terhadap minat belajar. Berdasarkan perhitungan mean teoritik tiap indikator, indikator mempelajari pelajaran dengan sungguh-sungguh memperoleh mean teoritik terbesar. Hal tersebut menunjukkan bahwa indikator mempelajari pelajaran dengan sungguh-sungguh memiliki peran terbesar dalam meningkatkan minat belajar. Hal ini mengidentifikasikan bahwa indikator mempelajari pelajaran dengan sungguh-sungguh merupakan hal yang menyebabkan siswa memiliki minat belajar yang tinggi.

4.2.1.3 Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah siswa mempelajari dan mengalami proses belajar yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Tipe hasil belajar kognitif lebih sering digunakan guru untuk mengukur tingkat kemampuan siswa namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Tipe hasil belajar afektif tampak dari perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Sedangkan hasil belajar psikomotor tampak pada kecakapannya mengkoordinasikan gerakan mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. Selain itu juga kefasihannya dalam melafalkan dan kecakapan membuat mimik atau gerakan jasmani.

Berdasarkan penelitian, hasil belajar ranah kognitif siswa SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat berada pada kriteria sedang, artinya siswa memiliki nilai Ulangan Tengah Semester II mata pelajaran IPS antara 69 sampai 79. Sedangkan hasil belajar ranah afektif berada pada kriteria tinggi, artinya siswa memiliki perhatian terhadap pelajaran, disiplin, memiliki motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, memiliki kebiasaan belajar yang baik, dan hubungan sosial yang baik.

Hasil belajar ranah psikomotor berada pada kriteria sedang, artinya siswa membuat ringkasan pelajaran IPS, siswa juga terlibat aktif dalam diskusi di kelas, siswa dapat menjawab pertanyaan apabila guru memberikan pertanyaan secara langsung, siswa mampu menjelaskan materi yang dijelaskan guru, dan siswa mengacungkan jari ketika tidak paham materi IPS. Namun siswa juga terkadang tidak membuat ringkasan, kurang terlibat aktif dalam diskusi, tidak dapat menjawab pertanyaan apabila guru memberikan pertanyaan, kurang mampu menjelaskan materi yang dijelaskan guru, dan siswa kadang tidak mengacungkan jari ketika tidak paham materi IPS.

4.2.1.1 Hubungan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar IPS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Lingkungan keluarga menentukan tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Lingkungan keluarga yang mendukung belajar siswa akan membuat siswa merasa nyaman dalam belajar sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar dan memperoleh nilai hasil belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan teori Slameto (2010:54) bahwa faktor ekstern yang mempengaruhi belajar adalah faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Ketiganya mempunyai pengaruh yang penting terhadap hasil belajar siswa namun pengaruh yang paling besar yaitu berasal dari keluarga.

Semakin tinggi kualitas lingkungan keluarga maka semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sebaliknya semakin rendah kualitas lingkungan keluarga maka

semakin rendah hasil belajarnya. Hal ini berarti dengan adanya lingkungan keluarga yang mendukung akan dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar tinggi. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi tinggi sehingga hasil belajar siswa pun juga tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari siswa yang memiliki skor lingkungan keluarga tinggi akan memiliki skor hasil belajar yang tinggi, begitu juga sebaliknya siswa yang memiliki skor lingkungan keluarga rendah akan memiliki skor hasil belajar yang rendah.

Dengan demikian hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ysiyar Jayantri (2014) dalam jurnal pedagogi yang berjudul

“Hubungan antara Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah dengan Prestasi

Belajar IPS”, Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar IPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,640, (2) terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan sekolah dengan prestasi belajar IPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,837, (3) terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah dengan prestasi belajar IPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,897.

4.2.1.2 Hubungan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara minat belajar terhadap hasil belajar IPS. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Minat belajar menjadi faktor dominan dalam pencapaian hasil belajar. Minat belajar siswa berperan dalam menentukan hasil belajar siswa. Dengan adanya minat belajar siswa akan merasa senang dalam mengikuti pelajaran tanpa adanya

paksaan. Hal ini sesuai dengan teori Slameto (2010:180) yang menyatakan bahwa faktor intern yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar siswa adalah minat siswa itu sendiri, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya bila bahan pelajaran itu sesuai dengan minat siswa, maka akan lebih mudah mempelajarinya karena minat menambah frekuensi kegiatan belajar.

Minat menjadi faktor yang utama dalam pencapaian hasil belajar. Siswa akan memiliki hasil belajar yang baik artinya bahwa siswa rajin melakukan kegiatan belajar apabila siswa merasa senang dalam belajar IPS. Jika siswa merasa senang dalam belajar IPS, maka anak tersebut akan dapat memusatkan perhatian terhadap materi yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat. Sebaliknya, anak tidak mungkin untuk belajar lebih giat jika siswa tidak merasa senang dalam belajar IPS. Dengan kata lain semakin tinggi minat belajar maka akan semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sebaliknya, semakin rendah minat belajar siswa maka semakin rendah hasil belajarnya. Hal tersebut terbukti dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti bahwa siswa yang memiliki skor minat belajar tinggi maka akan memiliki skor hasil belajar yang tinggi begitu juga sebaliknya siswa yang memiliki skor minat belajar yang rendah maka akan memiliki skor hasil belajar yang rendah.

Dengan demikian penelitian ini konsisten dengan penelitian Binuko

Pambagyo (2015) dengan judul “Pengaruh Minat Belajar dan Latar Belakang

SMK Ma’arif 1 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015”. Hasil penelitian

menunjukkan (1) ada hubungan yang positif antara latar belakang keluarga terhadap prestasi belajar praktik motor starter siswa kelas XI TKR di SMK

Ma’arif 1 Kebumen dengan sumbangan efektif 13,77%, (2) ada hubungan yang

positif antara minat belajar dan latar belakang keluarga secara bersama-sama terhadap prestasi belajar praktik motor starter siswa kelas XI TKR di SMK

Ma’arif 1 Kebumen dengan kontribusi sebesar 38,60%. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2014) bahwa semakin siswa berminat dalam mengikuti pelajaran matematika maka hasil belajar matematikanya akan baik pula. Djali (2014:121) menyatakan bahwa minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.

Minat belajar itu harus dibangkitkan dan dikembangkan. Demikian pula minat belajar itu bukanlah sesuatu yang telah ada namun sesuatu yang harus dibangkitkan karena minat tidak dibawa sejak lahir namun diperoleh kemudian. Hal ini sesuai pendapat Djamarah (2011:166) yang menjelaskan bahwa minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya. Minat tidak dibawa sejak lahir, minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat- minat baru.

4.2.1.3 Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima. Lingkungan keluarga dan minat belajar berperan dalam hasil belajar siswa. Lingkungan keluarga yang mendukung belajar dan minat siswa yang tinggi akan mendorong siswa memiliki semangat belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan tinggi. Hal ini sejalan dengan teori Slameto (2010:60) yang menyatakan jika orang tua memperhatikan pendidikan anaknya tentunya timbul rasa semangat dan minat yang tinggi untuk belajar. Apabila lingkungan keluarga harmonis, maka siswa cenderung memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Anak akan merasa senang dalam belajar apabila anak merasa nyaman dalam lingkungan keluarga. Anak merasa nyaman di rumah apabila lingkungan keluarga mendukung belajar siswa, anak tersebut akan memiliki minat untuk melakukan belajar yang lebih giat sehingga anak akan berhasil dalam belajarnya Sebaliknya, anak tidak akan merasa nyaman di rumah apabila lingkungan keluarga kurang mendukung belajar siswa, anak tersebut tidak memiliki minat untuk melakukan belajar yang lebih giat sehingga anak kurang berhasil dalam belajarnya. Dengan kata lain semakin tinggi kualitas lingkungan keluarga dan minat belajar siswa maka semakin tinggi pula hasil belajarnya. Sebaliknya, semakin rendah kualitas lingkungan keluarga siswa maka semakin rendah minat belajarnya. Hal ini terbukti dari hasil analisis deskriptif bahwa siswa yang memiliki skor lingkungan

keluarga dan minat belajar tinggi maka akan memiliki skor hasil belajar yang tinggi. Begitu juga siswa yang memiliki skor lingkungan keluarga dan minat belajar yang rendah akan memiliki skor hasil belajar yang rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriyanto dan Budiyono (2016) dengan judul penelitian “Hubungan Faktor Keluarga dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antara faktor keluarga terhadap prestasi belajar matematika siswa; (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa; (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara faktor keluarga terhadap minat belajar siswa; serta (4) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara faktor keluarga dan minat belajar secara bersamasama terhadap prestasi belajar matematika siswa.

4.2.2 Implikasi Hasil

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dua variabel independen yaitu lingkungan keluarga dan minat belajar berhubungan dengan hasil belajar IPS. Begitu juga lingkungan keluarga berhubungan dengan minat belajar. Dengan demikian lingkungan keluarga dan minat belajar merupakan salah satu faktor penentu hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi antara lain:

4.2.2.1Implikasi Teoritis

Adanya hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS mengindikasikan bahwa bila siswa memiliki lingkungan keluarga yang mendukung belajar siswa akan meningkatkan pula hasil belajar IPS siswa. Begitu pula siswa yang memiliki lingkungan keluarga yang mendukung belajar siswa akan mendorong minat siswa untuk belajar. Bila siswa memiliki minat untuk mempelajari IPS maka meningkat pula hasil belajar IPS. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu cara meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas empat adalah dengan menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung belajar siswa dan meningkatkan minat belajar IPS pada siswa.

4.2.2.2Implikasi Praktis

Hasil penelitian membuktikan bahwa kedua variabel yaitu lingkungan keluarga dan minat belajar mempunyai hubungan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta, hal ini membawa implikasi praktis yaitu dengan adanya lingkungan keluarga yang baik dan minat belajar maka siswa mampu meraih hasil belajar IPS yang maksimal. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan inspirasi baru bagi orang tua dan siswa khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar melalui perbaikan dalam lingkungan keluarga dan menumbuhkan minat belajar.

4.2.2.3Implikasi Pedagogis

Untuk menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung belajar siswa maka perlu kerjasama antara orang tua dengan pihak sekolah guna memberikan pemahaman terhadap orang tua tentang pentingnya menciptakan lingkungan

keluarga yang kondusif. Untuk meningkatkan minat belajar siswa juga diperlukan pembinaan dari pihak sekolah maupun dari orang tua siswa tentang pentingnya minat belajar.

127

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Uji hipotesis antara lingkungan keluarga dan hasil belajar IPS diterima. Hal

tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta. Koefisien korelasi sebesar 0,666 maka ada hubungan yang kuat antara variabel lingkungan keluarga dengan hasil belajar siswa. Hal ini berarti dengan adanya lingkungan keluarga yang mendukung akan dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar tinggi.

2. Uji hipotesis antara minat belajar dan hasil belajar IPS diterima. Hal tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan antara minat belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta. Koefisien korelasi sebesar

Dokumen terkait