• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD DI GUGUS KRESNA DAN SHINTA KECAMATAN SEMARANG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD DI GUGUS KRESNA DAN SHINTA KECAMATAN SEMARANG BARAT"

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN

MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

SISWA KELAS IV SD DI GUGUS KRESNA DAN

SHINTA KECAMATAN SEMARANG BARAT

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

KRISTIKA NILAN TRESNATI

NIM 1401412404

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Kristika Nilan Tresnati, NIM 1401412404 dengan judul

“Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

pada:

hari : Senin

tanggal : 22 Agustus 2016

Panitia Ujian Skripsi

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto:

 Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena

tanggung jawab, maupun tidak dapat dicuri karena tidak dapat dibeli dan

tidak dapat dihancurkan. (Hitopadesa)

 Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin untuk dikerjakan, kecuali tidak

memulainya. (Penulis)

 Banyak hal pendukung kesuksesan namun lingkungan keluarga adalah

pendukung kesuksesan yang terpenting. (Penulis)

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan doa

sampai terselesainya skripsi ini.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat”.

Penulis menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi,

tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dukungan, dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan izin penelitian.

4. Farid Ahmadi, S.Kom., M.Kom., Ph.D., Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis

dalam penyusunan skripsi.

5. Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping

yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan nasehat

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Arini Estiastuti, M.Pd., Dosen Penguji yang telah memberikan masukan

serta arahan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Kepala SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Guru Kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang

Barat yang telah memberikan waktu dan bimbingannya dalam membantu

(7)

vii

9. Guru, Karyawan, dan Siswa SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta

Kecamatan Semarang Barat yang telah bersedia bekerjasama dalam

penelitian.

10. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan

Semarang Barat yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan dalam

penyusunan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi

mahasiswa kependidikan pada khususnya.

Semarang, Agustus 2016

(8)

viii

ABSTRAK

Tresnati, Kristika Nilan. 2016. Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Farid Ahmadi, S.Kom.,M.Kom.,Ph.D. Pembimbing II Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd.,M.Pd.

Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh siswa. Salah satu faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap hasil belajar adalah lingkungan keluarga dan minat belajar karena keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Latar belakang keluarga siswa berbeda-beda dengan faktor yang mempengaruhi belajar siswa, baik dari segi ekonomi, kasih sayang orang tua, hubungan anggota keluarga. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, siswa kurang memiliki semangat dalam belajar. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa, siswa merasa kurang adanya dorongan dan bimbingan dari lingkungan keluarga dalam belajar. Penelitian ini penting dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi. Populasi sebanyak 325 siswa dan orang tua siswa. Teknik pengambilan sampel pada siswa adalah sampel jenuh, sedangkan pada orang tua siswa digunakan teknik pengambilan sampel kuota sampling yaitu sebanyak 30 orang tua siswa. Alat pengumpul data berupa wawancara, angket, dokumentasi, dan observasi. Teknik pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda. Uji prasyarat analisis dengan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,666. (2) ada hubungan antara minat belajar terhadap hasil belajar IPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,730. (3) ada hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,764.

Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan keluarga dan hasil belajar IPS, ada hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar IPS, dan ada hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS. Bertitik tolak pada hasil penelitian maka orang tua hendaknya menciptakan suasana rumah yang nyaman dan kondusif, sehingga minat belajar siswa akan meningkat dan hasil belajar yang dicapai dapat lebih optimal.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan ... 8

1.4 Manfaat ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Hasil Belajar ... 12

2.1.1 Pengertian Belajar ... 12

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar... 13

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

2.1.4 Indikator Hasil Belajar ... 21

2.2 IPS ... 22

2.2.1 Pengertian IPS ... 22

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Pendidikan IPS di SD ... 23

2.3 Lingkungan Keluarga ... 26

2.3.1 Pengertian Lingkungan Keluarga ... 26

2.3.2 Fungsi Keluarga ... 28

(10)

x

Hasil Belajar ... 30

2.3.4 Indikator Lingkungan Keluarga ... 33

2.4 Minat Belajar ... 33

2.4.1 Pengertian Minat Belajar ... 33

2.4.2 Peranan Minat Belajar ... 35

2.4.3 Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat dalam belajar ... 37

2.4.4 Ciri-Ciri Minat Belajar ... 38

2.4.5 Indikator Minat Belajar ... 39

2.5 Kajian Empiris ... 40

2.6 Kerangka Berpikir ... 44

2.7 Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Jenis dan Desain ... 48

3.2 Prosedur Penelitian... 49

3.2.1 Tahap Persiapan ... 49

3.2.2 Tahap Pelaksanaan ... 52

3.2.3 Tahap Penyusunan Laporan ... 53

3.3 Subyek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 54

3.4 Populasi dan Sampel ... 55

3.5 Variabel Penelitian ... 56

3.5.1 Variabel Independen ... 56

3.5.2 Variabel Dependen ... 56

3.6 Definisi Operasional ... 57

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.7.1 Wawancara ... 59

3.7.2 Angket ... 60

3.7.3 Dokumentasi ... 61

3.7.4 Observasi ... 62

3.8 Uji Coba Instrumen ... 62

3.8.1 Validitas ... 62

(11)

xi

3.9 Analisis Data ... 68

3.9.1 Analisis Data Awal ... 70

3.9.2 Analisis Data Akhir ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1 Hasil penelitian ... 76

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ... 76

4.1.2 Analisis deskriptif ... 87

4.1.2.1 Gambaran umum lingkungan keluarga pada siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta ... 88

4.1.2.2 Gambaran spesifik lingkungan keluarga siswa ditinjau dari tiap indikator ... 89

4.1.2.3 Gambaran umum minat belajar pada siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta ... 99

4.1.2.4 Gambaran spesifik minat belajar siswa ditinjau dari tiap indikator ... 100

4.1.2.5 Gambaran umum hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta ... 105

4.1.3 Uji prasyarat analisis korelasi ... 109

4.1.4 Hasil Uji Hipotesis ... 110

4.2 Pembahasan ... 112

4.2.1 Pemaknaan temuan ... 112

4.2.2 Implikasi Hasil ... 124

BAB V PENUTUP ... 127

5.1Simpulan ... 127

5.2Saran ... 128

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai rata-rata UTS dan UAS semester 1 mata pelajaran IPS kelas

IV tahun pelajaran 2015/2016 ... 3

Tabel 3.1 Subyek dan lokasi penelitian ... 54

Tabel 3.2 Hasil uji validitas ... 65

Tabel 3.3 Hasil perhitungan reliabilitas angket variabel lingkungan keluarga ... 68

Tabel 3.4 Hasil perhitungan reliabilitas angket variabel minat belajar ... 68

Tabel 3.5 Penggolongan kriteria analisis berdasar mean teoritik ... 69

Tabel 3.6 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ... 75

Tabel 4.1 Ringkasan analisis lingkungan keluarga tiap indikator ... 98

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka penelitian hubungan lingkungan keluarga dan

minat belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD ... 46

Gambar 3.1 Desain penelitian ... 49

Gambar 4.1 Grafik variabel lingkungan keluarga ... 89

Gambar 4.2 Grafik indikator ke 1 ... 90

Gambar 4.3 Grafik indikator ke 2 ... 92

Gambar 4.4 Grafik indikator ke 3 ... 93

Gambar 4.5 Grafik indikator ke 4 ... 94

Gambar 4.6 Grafik indikator ke 5 ... 96

Gambar 4.7 Grafik indikator ke 6 ... 97

Gambar 4.8 Diagram lingkungan keluarga tiap indikator ... 99

Gambar 4.9 Grafik variabel minat belajar ... 100

Gambar 4.10 Grafik indikator ke 1 ... 101

Gambar 4.11 Grafik indikator ke 2 ... 102

Gambar 4.12 Grafik indikator ke 3 ... 103

Gambar 4.13 Diagram minat belajar tiap indikator ... 105

Gambar 4.14 Grafik hasil belajar ranah kognitif ... 106

Gambar 4.15 Grafik hasil belajar ranah afektif ... 107

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar lampiran ... 133

Lampiran 1 Daftar nama responden uji coba ... 134

Lampiran 2 Kisi-kisi angket uji coba instrumen ... 135

Lampiran 3 Angket uji coba instrumen lingkungan keluarga ... 137

Lampiran 4 Angket uji coba instrumen minat belajar ... 139

Lampiran 5 Tabulasi data uji coba instrumen ... 141

Lampiran 6 Hasil uji validitas angket lingkungan keluarga ... 143

Lampiran 7 Hasil uji validitas angket minat belajar ... 146

Lampiran 8 Daftar nama responden penelitian ... 148

Lampiran 9 Kisi-kisi instrumen penelitian... 153

Lampiran 10 Instrumen Penelitian lingkungan keluarga ... 156

Lampiran 11 Instrumen penelitian minat belajar ... 158

Lampiran 12 Lembar observasi hasil belajar afektif ... 160

Lampiran 13 Lembar observasi hasil belajar psikomotor ... 163

Lampiran 14 Hasil analisis deskriptif ... 165

Lampiran 15 Tabulasi hasil penelitian ... 169

Lampiran 16 Tabulasi angket orang tua siswa ... 182

Lampiran 17 Daftar responden orang tua siswa ... 184

Lampiran 18 Daftar nilai UTS IPS semester II 2015/2016 ... 185

Lampiran 19 Tabulasi angket orang tua ... 190

Lampiran 20 Uji normalitas ... 191

Lampiran 21 Hasil perhitungan uji hipotesis ... 192

Lampiran 22 Surat ijin penelitian ... 193

Lampiran 23 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ... 204

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Suatu negara yang memiliki kualitas sumber daya

manusia yang tinggi akan mampu menghadapi kemajuan globalisasi, yang

ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya

di bidang pendidikan, informasi, komunikasi, dan transportasi. Semua kemajuan

yang terjadi tidak lepas dari sebuah peran pendidikan.

Berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada

Bab V1 pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas: 1)

Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai

dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya

termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum,

program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu

yang terus menerus, 2) Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan terorganisasi

dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang dilakukan secara mandiri atau

merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas yang sengaja dilakukan

untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya, 3)

Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga

(16)

bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di

dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga,

lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam (Sudharto, dkk. 2009: 106)

mengemukakan bahwa lingkungan pendidikan dibedakan dalam tiga jenis yang

disebut dengan tri pusat pendidikan, yang dimaksud Tri Pusat Pendidikan adalah

keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan lembaga pendidikan

tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak. Dikatakan

sebagai pendidikan pertama karena anak pertama kali mendapatkan pengaruh

pendidikan adalah di dalam keluarganya. Sedangkan dikatakan sebagai

pendidikan yang utama karena sekalipun anak mendapatkan pendidikan dari

sekolah dan masyarakat, namun tanggung jawab kodrati pendidikan terletak pada

orang tuanya. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi,

dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Sekolah

merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.

Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam

mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan

masyarakat. Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan di

luar lingkungan keluarga dan sekolah. Corak dan ragam pendidikan masyarakat

meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan

pengertian-pengertian, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan

(17)

Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh

siswa. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik

setelah mengalami kegiatan belajar, (Rifa’i, 2012:69). Hasil belajar sebagai hasil dari perubahan tingkah laku berupa pengembangan kemampuan yang diperoleh

siswa setelah mengalami suatu kegiatan proses belajar. Selain itu hasil belajar

digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan

tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai ilmu yang dipelajari sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

Berdasarkan dokumentasi di SD Negeri Gugus Kresna dan Shinta

Kecamatan Semarang Barat rata-rata nilai UTS dan UAS siswa banyak yang di

bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Salah satu mata pelajaran

yang banyak nilai di bawah KKM adalah mata pelajaran IPS. Dapat dilihat pada

tabel 1.1 nilai ketuntasan UTS dan UAS pada masing-masing SD di bawah 50 %.

Tabel 1.1

Rata-rata Nilai UTS dan UAS Semester I Mata Pelajaran IPS Kelas IV Tahun Pelajaran 2015/2016

No. Nama Sekolah KKM Jumlah

siswa

Tidak Tutas

Perse

ntase Tuntas

Perse ntase

1. SDN Kalibanteng Kidul 01 70 43 23 53 % 20 47 %

2. SDN Kalibanteng Kidul 02 70 25 15 60 % 10 40 %

3. SDN Kalibanteng Kidul 03 70 20 17 57 % 13 43 %

4. SDN Kalibanteng Kulon 01 70 31 19 61 % 12 39 %

5. SDN Kalibanteng Kulon 02 70 39 24 62 % 15 38 %

6. SDN Manyaran 01 70 50 31 62 % 19 38 %

7. SDN Manyaran 02 70 36 19 52 % 17 48 %

(18)

9. SDN Ngemplak Simongan 01 70 36 20 56 % 16 44 %

10. SDN Ngemplak Simongan 02 70 20 17 57 % 13 43 %

Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

seperti faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi,

perhatian, minat, sikap, perilaku, disiplin, bakat, motivasi, kebiasaan, kematangan

dan kesiapan) dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang

ada di luar individu, seperti faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah dan faktor

masyarakat. Ketiganya mempunyai pengaruh yang penting terhadap hasil belajar

siswa namun, pengaruh yang paling besar yaitu berasal dari keluarga.

Menurut Slameto (2010:60) lingkungan keluarga yang mempengaruhi hasil

belajar mencakup cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang

kebudayaan. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting

dalam perkembangan seorang anak. Proses sosialisasi seorang anak untuk pertama

kalinya terjadi di dalam keluarga.

Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa di SD Gugus Kresna dan

Shinta latar belakang siswa beda. Latar belakang keluarga siswa

berbeda-beda dengan faktor yang mempengaruhi belajar siswa, baik dari segi ekonomi,

kasih sayang orang tua, hubungan anggota keluarga. Berdasarkan studi

(19)

dalam belajar. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa,

siswa merasa kurang adanya dorongan dan bimbingan dari lingkungan keluarga

dalam meraih cita-cita. Lingkungan keluarga siswa tidak kondusif untuk kegiatan

belajar dan keadaan ekonomi keluarga yang kurang membuat siswa tidak

tercukupi kebutuhan pokoknya. Selain itu siswa kurang mendapat bimbingan dari

orang tua, hal ini disebabkan karena sebagian besar orang tua siswa bekerja dari

pagi hingga sore hari.

Maka dari itu peran keluarga dalam meningkatkan belajar anak sangat

diperlukan. Ketika orangtua maupun anggota keluarga lainnya tidak

memperhatikan sikap belajar anak maka dampak yang akan terjadi yakni anak

akan malas untuk belajar di rumah maupun di sekolah. Tetapi ketika orang tua

memperhatikan pendidikan anaknya dengan memperhatikan kegiatan belajarnya,

menciptakan suasana rumah yang tenang, dan memberikan dorongan dalam

belajar tentunya akan timbul rasa semangat belajar karena anak merasa nyaman

dalam belajar. Sehingga anak berhasil dalam belajarnya dan mendapatkan hasil

belajar yang tinggi. Sebaliknya, jika kondisi atau suasana rumah yang kurang

mendukung untuk belajar anak, maka yang terjadi anak akan malas atau kurang

berminat untuk belajar sehingga anak tidak berhasil dalam belajarnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Enceng Yana dan

Neneng Nurjanah (2014) menunjukkan terdapat hubungan positif antara

lingkungan keluarga dengan prestasi belajar siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1

Ciledug. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dapat ditentukan oleh

(20)

yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga berkorelasi terhadap prestasi belajar

siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Jambi.

Selain faktor lingkungan keluarga, faktor internal dari siswa itu sendiri yang

mempengaruhi hasil belajar adalah minat. Slameto (2010:180) mengemukakan

bahwa faktor intern yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar siswa

adalah minat siswa itu sendiri, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak

sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,

karena tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya bila bahan pelajaran itu sesuai

dengan minat siswa, maka akan lebih mudah mempelajarinya karena minat

menambah frekuensi kegiatan belajar. Minat pada dasarnya adalah penerimaan

akan suatu hubungan diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau

dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2014: 121). Adanya

hubungan seseorang dengan sesuatu di luar dirinya, dapat menimbulkan rasa

ketertarikan, sehingga tercipta adanya penerimaan.

Berdasarkan wawancara awal dengan siswa di SD Gugus Kresna dan Shinta

Kecamatan Semarang Barat, sebagian siswa ada yang mengaku senang dengan

pelajaran IPS dan ada pula yang siswa yang mengaku tidak senang dengan

pelajaran IPS. Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dapat

mengindikasikan akan ketertarikan siswa. Hal ini terlihat masih ada beberapa

siswa yang tidak mencatat dan kurang memperhatikan penjelasan guru, ada

beberapa siswa yang mengantuk, adapula siswa yang mengobrol dan bercanda

(21)

yang menjawab. Siswa tidak merasa senang saat pembelajaran IPS karena tidak

didorong keinginan dari diri siswa sendiri.

Minat itu sendiri menjadi faktor dominan dalam pencapaian hasil belajar,

ketika minat siswa rendah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran maka yang

terjadi hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan. Sebaliknya, apabila

minat belajar siswa tinggi maka siswa dapat mencapai keberhasilan dalam

belajarnya dan juga memperoleh hasil belajar yang tinggi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosali Br Sembiring

dan Mukhtar (2013) mengemukakan hasil belajar matematika siswa yang minat

belajar tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang memiliki

minat belajar rendah.

Penelitian ini penting dilakukan mengingat karena lingkungan keluarga

merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam pendidikan yang

memberikan landasan bagi proses belajar di sekolah. Maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat

Belajar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD di Gugus Kresna dan

Shinta Kecamatan Semarang Barat”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana lingkungan keluarga siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan

(22)

2. Bagaimana minat belajar siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?

3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?

4. Adakah hubungan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS pada

siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?

5. Adakah hubungan antara minat belajar terhadap hasil belajar IPS pada siswa

kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?

6. Adakah hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?

1.3 Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan lingkungan keluarga siswa kelas IV SD di Gugus Kresna

dan Shinta.

2. Mendeskripsikan minat belajar siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan

Shinta.

3. Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan

Shinta.

4. Menguji hubungan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS

pada siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta.

5. Menguji hubungan antara minat belajar terhadap hasil belajar IPS pada

siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta.

6. Menguji hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap

(23)

1.4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi para

peneliti di bidang pendidikan yang berkaitan dengan lingkungan keluarga dan

minat belajar dengan hasil belajar siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Siswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memotivasi siswa untuk

menumbuhkan minat belajar IPS.

b. Guru

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pemahaman bagi guru

bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan kerja sama yang erat

antara guru dan orang tua dalam hal memperhatikan belajar siswa.

c. Sekolah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

menyusun program-program sekolah dalam usaha meningkatkan hasil belajar

siswa agar lebih meningkatkan keterlibatan orang tua dalam belajar siswa

d. Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi orang tua

untuk dapat menciptakan lingkungan keluarga yang baik dan kondusif untuk

(24)

e. Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk mempraktekkan ilmu yang

(25)

11

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

Faktor-faktor pendukung baik intern maupun ekstern dapat menentukan hasil belajar

siswa. Banyak faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, namun ada satu

faktor eksten yang paling mempengaruhi hasil belajar yaitu lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga memberikan kontribusi yang besar terhadap hasil belajar

karena sebagian besar kehidupan anak adalah di dalam keluarga sehingga

pendidikan banyak di terima oleh anak di dalam keluarga. Slameto (2010:55)

mengatakan bahwa seorang anak akan menerima pengaruh dari lingkungan

keluarga baik dari segi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, maupun latar

belakang kebudayaan.

Selain faktor ekstern, faktor intern juga memberikan pengaruh terhadap

hasil belajar. Salah satunya adalah minat belajar. Seseorang yang mempunyai

minat terhadap mata pelajaran IPS akan berusaha memahami, memperhatikan, dan

mempelajari mata pelajaran IPS dengan sungguh-sungguh sehingga anak akan

memperoleh hasil belajar yang baik. Anak yang tidak berminat terhadap pelajaran

IPS, tidak dapat memperoleh hasil belajar IPS yang baik. Menurut Djamarah

(2011:166) seorang anak yang memiliki minat belajar dapat dilihat dari adanya

perhatian aktivitas belajar dengan rasa senang, mempelajari pelajaran dengan

(26)

Lingkungan keluarga dan minat belajar menentukan hasil belajar siswa.

Oleh karena itu hubungan lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil

belajar IPS akan diuraikan sebagai berikut.

2.1 Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru. Kegiatan belajar adalah kegiatan

yang paling pokok dalam pendidikan di sekolah.

Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Djamarah (2011:13) bahwa

belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan

menurut Syah (2009:68) belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

(27)

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Salah satu tercapainya proses pembelajaran adalah dengan hasil belajar

yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan capaian yang dimiliki siswa

setelah melakukan kegiatan belajar.

Menurut Sudjana (2016:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar

menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini karena isi

rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai

siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Sedangkan menurut Rusman dalam Jamil (2014:88) hasil belajar

adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif,

afektif dan psikomotor. Hasil belajar juga bisa diartikan bila seorang telah belajar

akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sudjana

(2016:22) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni:

a. Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,

yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Menurut Sudjana (2016:23) istilah pengetahuan termasuk pula

pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk di ingat seperti

(28)

nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang

perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan

atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Pengetahuan termasuk kognitif tingkat

rendah yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi aspek hasil belajar

berikutnya.

Aspek hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah

pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu

yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,

atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.

Aspek hasil belajar aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi

konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut berupa ide, teori, atau petunjuk

teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.

Aspek hasil belajar analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan

suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu

memahami hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Dengan

analisis diharapkan seseorang mampu mempunyai pemahaman dan dapat memilah

menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, memahami prosesnya, memahami cara

bekerjanya, memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah berkembang

pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara

kreatif.

Aspek hasil belajar sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau

bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan salah satu

(29)

menemukan atau menciptakan sesuatu. Dengan kemampuan sintesis, orang

menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu.

Aspek hasil belajar evaluasi merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam

ranah kognitif. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang

dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, dan materi.

b. Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,

responding atau jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi nilai.

Penerimaan yakni semacam kepekaan dalam menerima stimulus dari luar

dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala. Dalam aspek ini termasuk kesadaran,

keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan

dari luar.

Responding atau jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,

perasaan, dan kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar.

Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau

stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai,

latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap

nilai.

Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai

yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang

(30)

Internalisasi nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Ranah psikomotoris

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Aspek psikomotoris yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif interpretatif.

Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor sebenarnya tidak berdiri

sendiri-sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain. Seseorang yang berubah

tingkat kognitifnya sebenarnya telah berubah pula sikap dan perilakunya. Carl

Rogers dalam Sudjana (2016:31) berpendapat bahwa seseorang yang telah

menguasai tingkat kognitif perilakunya sudah bisa diramalkan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah siswa mempelajari dan

mengalami proses belajar yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor. Hasil belajar dapat dilihat melalui penilaian hasil belajar yang

bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat

kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang optimal tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan

(31)

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor intern dibedakan menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah,

faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

1. Faktor jasmaniah

Faktor jasmani yaitu kondisi fisik individu yang sedang belajar. faktor

jasmaniah terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh.

a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang

terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,

mudah pusing, ngatuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun

gangguan-gangguan fungsi alat indera dan tubuhnya. Agar seseorang

dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan

badannya tetap terjamin dengan cara selalu memperhatikan ketentuan

tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan

ibadah.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

(32)

tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dll. Keadaan cacat tubuh juga

mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya akan terganggu.

2. Faktor psikologis

Terdiri atas intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,

dan kesiapan.

a) Intelegensi

Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih

berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

Namun siswa yang mempunyai intelegensi tinggi belum pasti berhasil

dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses

yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya,

sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di antara faktor yang

lain. Jika faktor lain itu berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya

siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat

intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar jika

belajar dengan baik. Artinya belajar dengan menerapkan metode yang

efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor

jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi

pengaruh yang positif.

b) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus

(33)

pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbulah kebosanan,

sehingga tidak lagi suka belajar.

c) Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa

tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik

baginya. Bahan pelajaran yang menarik siswa lebih mudah dipelajari

dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih. Misalnya orang yang berbakat mengetik akan lebih cepat dapat

mengetik dengan lancar dibandingkan orang lain yang kurang atau tidak

berbakat di bidang mengetik.

e) Motif

Untuk mencapai tujuan perlu berbuat, sedangkan yang menjadi

penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai penggerak. Dalam

proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar

dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk melaksanakan

kegiatan yang berhubungan dengan belajar.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkatan dalam pertumbuhan

(34)

kecakapan baru. Misalnya tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk

menulis dan dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak. Anak

yang sudah matang belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum

belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk

melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses

belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan maka hasil

belajarnya akan lebih baik.

3. Faktor kelelahan

Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani

dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya

tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan

rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga

minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan

mempengaruhi belajar siswa. Agar siswa dapat belajar dengan baik

haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.

(35)

b. Faktor Ekstern

Adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor

ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dikelompokkan menjadi 3

faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1. Faktor keluarga

Terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar

belakang kebudayaan.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan

gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

hasil belajar faktor tersebut diantaranya kegiatan siswa dalam masyarakat,

mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2.1.4 Indikator Hasil Belajar

Indikator merupakan karakteristik terhadap apa yang akan diukur.

Menurut Rusman dalam Jamil (2014:88) hasil belajar adalah sejumlah

pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif,

(36)

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Tipe hasil belajar kognitif lebih sering digunakan guru untuk

mengukur tingkat kemampuan siswa namun hasil belajar psikomotor dan afektif

juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di

sekolah. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria

dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.

Berdasarkan teori dari Sudjana (2016:30) dapat disimpulkan bahwa

indikator hasil belajar afektif adalah religius, jujur, santun, percaya diri, toleransi,

disiplin, kerja keras, gotong royong, komunikatif, dan tanggung jawab. Sedangkan

hasil belajar psikomotor menurut Syah (2009: 218) dapat dilihat dari (a)

kecakapan mengkoordinasikan gerakan mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh

lainnya, (b) kefasihan melafalkan atau mengucapkan, (c) kecakapan membuat

mimik dan gerakan jasmani.

2.2 IPS

2.2.1 Pengertian IPS

Setiap orang sejak lahir tidak terpisah dari manusia lain. Tanpa bantuan

orang lain manusia tidak dapat berkembang. Dalam kurikulum sekolah, ilmu yang

mempelajari tentang interaksi manusia, hubungan sosial, dan kehidupan

bermasyarakat dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang lebih sering disebut IPS merupakan

mata pelajaran yang ada di pendidikan dasar dan menengah. Sardjiyo (2009:1.26)

(37)

menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek

kehidupan secara terpadu. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Taneo

(2009:1.14) IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep

pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah

berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran

pada tingkat persekolahan.

Wiyono dalam Tasrif (2008: 2) mengemukakan bahwa IPS adalah mata

pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan

interaksinya dalam masyarakat. Selanjutnya Depdiknas dalam Tasrif (2008: 2)

juga memberikan definisi IPS sebagai mata pelajaran yang mempelajari

kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah,

antropologi, sosiologi dan tata negara dengan menampilkan permasalahan

sehari-hari.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS adalah

suatu mata pelajaran yang mempelajari kehidupan manusia, interaksi sosial, dan

masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat.

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Pendidikan IPS di SD

Setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses

belajar mengajar. Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran di tingkat SD bertujuan

untuk membentuk siswa memahami dan memiliki kemampuan berinteraksi

dengan lingkungan. Menurut Sardjiyo (2009:28) secara keseluruhan tujuan

(38)

a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam

kehidupannya kelak di masyarakat.

b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan

menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan

di masyarakat.

c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama

warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.

d. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan

keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa

mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Manfaat yang didapat setelah mempelajari IPS menurut Sardjiyo

(39)

a. Pengalaman langsung apabila guru memanfaatkan lingkungan alam sekitar

sebagai sumber belajar.

b. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif

pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

c. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat.

d. Kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun

sebagai anggota masyarakat.

Dari tujuan dan manfaat tersebut, pembelajaran IPS di SD sangat penting

guna membekali siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan Ilmu

Pengetahuan Sosial siswa mampu memecahkan masalah sosial yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat. Setelah mempelajari IPS akan diperoleh manfaat yaitu

pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar

sebagai sumber belajar; kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan

menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat;

kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat; kemampuan

mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota

(40)

2.3 Lingkungan Keluarga

2.3.1 Pengertian Lingkungan Keluarga

Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan, salah

satunya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan

pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh

pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu

di lingkungan keluarga manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan

sejak dalam kandungan.

Dalyono (2009: 129), membedakan pengertian lingkungan menjadi tiga

macam pendekatan, yaitu pendekatan fisiologis, pendekatan psikologis, dan

pendekatan sosio kultural. Secara fisiologis lingkungan meliputi segala kondisi

dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, sistem

syaraf dan kesehatan jasmani. Secara psikologis lingkungan mencakup segenap

stimulus yang diterima oleh individu sejak dalam konsepsi, kelahiran sampai

matinya. Sedangkan secara sosio kultural lingkungan mencakup segala stimuli,

interaksi dan kondisi dalam hubunganya dengan perlakuan atau karya orang lain.

Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, latihan belajar termasuk sebagai

lingkungan tersebut.

Soekanto dalam Jamil (2014:90) mengatakan lingkungan pertama yang

berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya serta

mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Hal ini sesuai dengan pendapat

Slameto (2010:61) bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

(41)

tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan

bangsa, negara dan dunia.

Menurut Aziz (2015:15) secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa

terdiri dari dua kata yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga

adalah anggota. Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa

pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya.

Menurut Achmad Hufad dalam Aziz (2015:15), keluarga adalah suatu

kelompok sosial yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi,

dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang

disetujui secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan

sosialnya. Pendapat lain juga dikemukakan Hasbullah dalam Yana (2014:2)

lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena

dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan.

Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar kehidupan anak

adalah di dalam keluarga sehingga pendidikan yang banyak di terima oleh anak

adalah dalam keluarga. Sedangkan menurut Dalyono (2009:59) keluarga adalah

ayah, ibu dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang

pertama dan utama paling berpengaruh terhadap belajar seorang anak. Di dalam

keluarga, anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan sehingga

(42)

2.3.2 Fungsi Keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab

masing-masing. Suatu pekerjaan yang dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang

disebut dengan fungsi. Keluarga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya

antaranggota keluarga untuk mencurahkan pikiran.

Aziz (2015:17) mengemukakan fungsi keluarga diantaranya:

a. Fungsi Ekonomi

Keluarga menjadi tulang punggung memperoleh sekaligus mengelola

kegiatan ekonomi secara profesional. Antara penghasilan dan pengeluaran dapat

tersusun dan terencana secara tepat sehingga tidak besar pasak dari pada tiang.

b. Fungsi Sosial

Keluarga merupakan sarana pertama dalam proses interaksi sosial dan

menjalin hubungan yang erat baik dalam satu keluarga maupun secara luas.

Fungsi sosial ini dapat dimaknai pula bahwa keluarga adalah sumber inspirasi

pertama dalam membangun komunikasi melalui proses bicara secara sopan dan

tepat.

c. Fungsi Pendidikan

Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama bagi seorang anak. Tanpa

keluarga pendidikan pada lembaga formal tidak akan berjalan secara utuh dan

berhasil.

d. Fungsi Psikologis

Keluarga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan dan

(43)

pengasuhan secara keras, maka anak akan mengikuti pola dan irama atas model

pengasuhan tersebut sehingga terbentuklah karakter yang keras. Begitu

sebaliknya, jika anak diberikan kesempatan, penghargaan, kasih sayang dan

kelembutan maka ia akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan mampu

menjadi dirinya sendiri secara utuh serta berakhlak mulia

e. Fungsi Reproduksi

Tanpa adanya ikatan yang sah dalam sebuah keluarga tidak akan

menghasilkan keturunan yang sah pula.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Helmawati dalam Aziz (2015:19)

fungsi keluarga mencakup:

a. Fungsi Agama

Fungsi ini dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai keyakinan berupa iman

dan takwa.

b. Fungsi Biologis

Sebagai fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan kehidupan tetap

terjaga.

c. Fungsi Ekonomi

Berhubungan dengan pengaturan penghasilan yang diperoleh untuk

memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga.

d. Fungsi Kasih Sayang

(44)

e. Fungsi Perlindungan

Setiap anggota keluarga berhak mendapatkan perlindungan dari anggota

lainnya. Sehingga kepala keluarga harus mampu memberikan keamanan dan

kenyamanan dalam keluarga sehingga tidak sepantasnya terjadi sikap saling

menyakiti satu sama lain.

f. Fungsi Rekreasi

Adalah penyegaran pikiran, menenangkan jiwa dalam bentuk rekreasi guna

mengakrabkan tali kekeluargaan.

2.3.3 Faktor-Faktor Lingkungan Keluarga yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan anak, begitu

pula dalam perkembangan belajar. Hasil belajar siswa ada yang tinggi dan ada

pula yang rendah dikarenakan pengaruh situasi dan kondisi lingkungan keluarga.

Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat perkembangan anak dipengaruhi oleh

kondisi keluarga.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang tidak kalah penting

dari lembaga formal dan non-formal. Menurut Slameto (2010:55-60) siswa yang

belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:

1. Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar

anaknya. Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik

yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tak sampai

(45)

memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya

untuk belajar, adalah cara mendidik yang juga salah. Dengan demikan anak

tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar. Anak yang

memiliki kesukaran-kesukaran dalam belajar dapat ditolong dengan

memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan

orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

2. Relasi Antaranggota Keluarga

Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi antar orang

tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan

anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Demi

kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik

didalam keluarga. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh

dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap

terlalu keras, ataukah sikap acuh tak acuh dan sebagainya. Hubungan yang

baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kaih sayang, disertai

dengan bimbingan. Sehingga anak sukses dalam belajarnya.

3. Suasana Rumah

Suasana dirumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian

yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana

rumah yang gaduh tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.

Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak

penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut, dan sering terjadi

(46)

rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajar menjadi kacau. Agar hasil

belajar anak baik perlu suasana rumah yang tenang dan tentram. Didalam

rumah yang tenang dan tentram selain anak betah di rumah, anak juga dapat

belajar dengan baik.

4. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Jika anak

hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi,

maka hal tersebut dapat mengganggu belajar anak. Sebaliknya keluarga yang

kaya raya, orang tua sering cenderung memanjakan anak. Anak hanya

bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat

memusatkan perhatiannya pada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu

belajar anak. Maka dari itu sebagai orang tua harus pandai-pandai mengatur

kebutuhan belajar anak.

5. Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Orang tua harus

mengerti apabila anak mempunyai tugas sekolah maka jangan diganggu

dengan memberikan tugas rumah. Jika anak mulai lemah semangat, orangtua

harus memberikan dorongan yang positif untuk mengembalikan semangat

anak.

6. Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam keluarga mempengaruhi

(47)

yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. Ketika orang tua

kurang peduli dengan pendidikan anaknya maka yang terjadi anak akan malas

belajar sehingga anak kurang/tidak berhasil dalam belajarnya. Jika orang tua

memperhatikan pendidikan anaknya tentunya timbul rasa semangat dan minat

yang tinggi untuk belajar. Apabila lingkungan keluarga harmonis, maka siswa

akan cenderung memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti proses belajar

mengajar. Dengan adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar maka

kondisi belajar akan berjalan secara efektif.

2.3.4 Indikator Lingkungan Keluarga

Dari beberapa uraian di atas, maka dapat ditentukan indikator dari lingkungan

keluarga sebagai berikut:

1) Cara orang tua mendidik

2) Relasi antaranggota keluarga

3) Suasana rumah

4) Keadaan ekonomi keluarga

5) Pengertian orang tua

6) Latar belakang kebudayaan

2.4 Minat Belajar

2.4.1 Pengertian Minat Belajar

Minat merupakan suatu keinginan dari diri sendiri untuk mempelajari

(48)

pada diri seseorang. Dengan adanya minat seseorang akan melakukan sesuatu hal

yang kiranya akan memberikan manfaat bagi dirinya.

Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan

menurut Djamarah (2011:166-167) minat adalah kecenderungan yang menetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang

berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara

konsisten dengan rasa senang. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Minat tidak dibawa sejak lahir.

Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya

serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru.

Crow dan Crow dalam Djaali (2014:121) mengatakan bahwa minat

berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi

atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh

kegiatan itu sendiri. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang

menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat

pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak

dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Syah (2009:152) yang

mendeskripsikan secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat

(49)

tertentu sehingga siswa akan memusatkan perhatian terhadap materi yang

memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat.

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa paling efektif untuk

membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan

minat-minat siswa yang telah ada. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada

sebaiknya para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri

siswa. Hal ini dapat dicapai dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan

berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta

kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu (Slameto, 2010:57).

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah keinginan dari dalam

diri untuk melakukan kegiatan belajar karena adanya daya tarik terhadap sesuatu

yang dipelajari. Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu hal atau bidang

tertentu, maka ia akan senantiasa mengarahkan dirinya terhadap bidang tersebut

dan menekuninya dengan sungguh-sungguh tanpa adanya paksaan.

Dengan minat yang tinggi tentunya akan menghasilkan prestasi belajar

yang tinggi pula. Apabila siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap mata

pelajaran IPS hasil belajar IPS pun akan tinggi pula. Hal ini juga dapat dilihat

apabila hasil belajar siswa tinggi tentunya siswa tersebut mempunyai minat

belajar yang tinggi pula.

2.4.2 Peranan Minat Belajar

Minat belajar memiliki peran yang sangat penting. Dengan minat belajar

(50)

belajar cenderung memiliki hasil belajar yang tinggi. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Khairani (2014:146) beberapa peranan minat dengan pelaksanaan

belajar antara lain:

a. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi

Minat memudahkan terciptanya konsentrasi seseorang. Perhatian serta merta

yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang

memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap

suatu pelajaran. Jadi tanpa adanya minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit

diperhatikan.

b. Minat mencegah gangguan perhatian dari luar

Minat mencegah gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang

berbicara. Seseorang dapat dengan mudah terganggu perhatiannya atau sering

mengalami pengalihan dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, itu disebabkan

karena minat belajarnya kecil.

c. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

Daya ingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana kalau seseorang

berminat dalam pelajarannya. Misalnya, jika dalam membaca suatu bacaaan

didukung oleh minat yang kuat maka pasti akan mengingatnya dengan baik

walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, suatu bahan bacaan yang

berulang-ulang di hafal mudah terlupakan apabila tanpa adanya minat.

d. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri

Segala sesuatu yang membosankan, sepele dan terus-menerus berlangsung

(51)

sesuatu lebih banyak bersumber dari dalam diri seseorang. Maka kebosanan

dalam belajar hanya dapat dihilangkan dengan menumbuhkan minat belajar pada

diri sendiri dan kemudian meningkatkan minat tersebut.

2.4.3 Faktor-Faktor yang dapat Menumbuhkan Minat dalam Belajar

Minat sebagai salah satu faktor internal psikologis yang mempengaruhi

kualitas pencapaian hasil belajar tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi

banyak faktor yang menyebabkan minat dalam diri siswa itu timbul. Menurut

Taufani (2008:38), ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat yaitu:

a. Faktor dorongan dalam

Yaitu dorongan dari individu itu sendiri, sehingga timbul minat untuk

melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk memenuhinya. Misalnya,

dorongan untuk belajar dan menimbulkan minat untuk belajar.

b. Faktor motivasi sosial

Yaitu faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat diterima dan diakui

oleh lingkungannya. Minat ini merupakan semacam kompromi pihak individu

dengan lingkungan sosialnya. Misalnya, minat pada studi karena ingin

mendapatkan penghargaan dari orangtuanya.

c. Faktor emosional

Yakni minat erat hubungannya dengan emosi karena faktor emosional selalu

menyertai seseorang dalam berhubungan dengan objek minatnya. Kesuksesan

(52)

perasaan suka atau puas, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak

senang dan mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan yang bersangkutan.

Dengan demikian faktor-faktor yang menumbuhkan minat belajar siswa

disebabkan karena faktor dorongan dari diri individu sendiri maupun dari luar diri

individu.

2.4.4 Ciri-Ciri Minat Belajar

Seseorang yang mempunyai minat akan mendorong dirinya untuk

memperhatikan kegiatan-kegiatan dan ingin mempelajari lebih banyak lagi suatu

hal yang menjadi minatnya. Menurut Djamarah (2011:166) minat belajar siswa

ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Siswa memperhatikan aktivitas dalam belajar secara konsisten dengan rasa

senang.

Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung

untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat

dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

b. Siswa mempelajari pelajaran dengan sungguh-sungguh.

Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan

mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Anak

(53)

c. Siswa aktif dalam kegiatan belajar.

Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan

sama sekali tak menghiraukan sesuatu yang lain.

Sedangkan menurut Slameto (2010:58) siswa yang berminat dalam belajar

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati.

d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat

belajar dapat dilihat dari perhatian yang lebih

Gambar

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai UTS dan UAS Semester I Mata Pelajaran IPS Kelas
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar terhadap Hasil belajar IPS Siswa Kelas IV SD
Gambar 3.1 Desain penelitian
Tabel 3.1 Subyek dan Lokasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji koefisien determinasi (R²) diperoleh sebesar 0,281 menunjukan bahwa besarnya pengaruh Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kemampuan Individu terhadap Minat

Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan dan mengetahui pengaruh minat membaca, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar pelajaran

Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi (Studi Pada Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 14 Bandung Tahun

Novita Sari. Hubungan Minat Belajar Dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Swasta Amir Hamzah Medan Tahun

Hasil : Hubungan antara minat masuk program studi diploma III Kebidanan dengan prestasi belajar konsep kebidanan mempunyai koefisien korelasi sebesar 0.615 dengan

Hasil analisis regresi ganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara lingkungan keluarga dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif yang signifikan antara fasilitas belajar dan lingkungan keluarga secara bersama-sama dengan minat

sehingga lingkungan belajar dan minat belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS tidak terdapat hubungan yang signifikan ini disebabkan