HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN
MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS IV SD DI GUGUS KRESNA DAN
SHINTA KECAMATAN SEMARANG BARAT
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
KRISTIKA NILAN TRESNATI
NIM 1401412404
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi atas nama Kristika Nilan Tresnati, NIM 1401412404 dengan judul
“Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
pada:
hari : Senin
tanggal : 22 Agustus 2016
Panitia Ujian Skripsi
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto:
Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena
tanggung jawab, maupun tidak dapat dicuri karena tidak dapat dibeli dan
tidak dapat dihancurkan. (Hitopadesa)
Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin untuk dikerjakan, kecuali tidak
memulainya. (Penulis)
Banyak hal pendukung kesuksesan namun lingkungan keluarga adalah
pendukung kesuksesan yang terpenting. (Penulis)
Persembahan:
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan doa
sampai terselesainya skripsi ini.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat”.
Penulis menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi,
tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dukungan, dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan studi di Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin penelitian.
4. Farid Ahmadi, S.Kom., M.Kom., Ph.D., Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis
dalam penyusunan skripsi.
5. Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping
yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan nasehat
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Arini Estiastuti, M.Pd., Dosen Penguji yang telah memberikan masukan
serta arahan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Kepala SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Guru Kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang
Barat yang telah memberikan waktu dan bimbingannya dalam membantu
vii
9. Guru, Karyawan, dan Siswa SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta
Kecamatan Semarang Barat yang telah bersedia bekerjasama dalam
penelitian.
10. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan
Semarang Barat yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan dalam
penyusunan skripsi.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi
mahasiswa kependidikan pada khususnya.
Semarang, Agustus 2016
viii
ABSTRAK
Tresnati, Kristika Nilan. 2016. Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Farid Ahmadi, S.Kom.,M.Kom.,Ph.D. Pembimbing II Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S.Pd.,M.Pd.
Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh siswa. Salah satu faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap hasil belajar adalah lingkungan keluarga dan minat belajar karena keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Latar belakang keluarga siswa berbeda-beda dengan faktor yang mempengaruhi belajar siswa, baik dari segi ekonomi, kasih sayang orang tua, hubungan anggota keluarga. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, siswa kurang memiliki semangat dalam belajar. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa, siswa merasa kurang adanya dorongan dan bimbingan dari lingkungan keluarga dalam belajar. Penelitian ini penting dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta Kecamatan Semarang Barat.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi. Populasi sebanyak 325 siswa dan orang tua siswa. Teknik pengambilan sampel pada siswa adalah sampel jenuh, sedangkan pada orang tua siswa digunakan teknik pengambilan sampel kuota sampling yaitu sebanyak 30 orang tua siswa. Alat pengumpul data berupa wawancara, angket, dokumentasi, dan observasi. Teknik pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda. Uji prasyarat analisis dengan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,666. (2) ada hubungan antara minat belajar terhadap hasil belajar IPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,730. (3) ada hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS dengan koefisien korelasi sebesar 0,764.
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan keluarga dan hasil belajar IPS, ada hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar IPS, dan ada hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil belajar IPS. Bertitik tolak pada hasil penelitian maka orang tua hendaknya menciptakan suasana rumah yang nyaman dan kondusif, sehingga minat belajar siswa akan meningkat dan hasil belajar yang dicapai dapat lebih optimal.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan ... 8
1.4 Manfaat ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
2.1 Hasil Belajar ... 12
2.1.1 Pengertian Belajar ... 12
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar... 13
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16
2.1.4 Indikator Hasil Belajar ... 21
2.2 IPS ... 22
2.2.1 Pengertian IPS ... 22
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Pendidikan IPS di SD ... 23
2.3 Lingkungan Keluarga ... 26
2.3.1 Pengertian Lingkungan Keluarga ... 26
2.3.2 Fungsi Keluarga ... 28
x
Hasil Belajar ... 30
2.3.4 Indikator Lingkungan Keluarga ... 33
2.4 Minat Belajar ... 33
2.4.1 Pengertian Minat Belajar ... 33
2.4.2 Peranan Minat Belajar ... 35
2.4.3 Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat dalam belajar ... 37
2.4.4 Ciri-Ciri Minat Belajar ... 38
2.4.5 Indikator Minat Belajar ... 39
2.5 Kajian Empiris ... 40
2.6 Kerangka Berpikir ... 44
2.7 Hipotesis ... 47
BAB III METODE PENELITIAN ... 48
3.1 Jenis dan Desain ... 48
3.2 Prosedur Penelitian... 49
3.2.1 Tahap Persiapan ... 49
3.2.2 Tahap Pelaksanaan ... 52
3.2.3 Tahap Penyusunan Laporan ... 53
3.3 Subyek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 54
3.4 Populasi dan Sampel ... 55
3.5 Variabel Penelitian ... 56
3.5.1 Variabel Independen ... 56
3.5.2 Variabel Dependen ... 56
3.6 Definisi Operasional ... 57
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 59
3.7.1 Wawancara ... 59
3.7.2 Angket ... 60
3.7.3 Dokumentasi ... 61
3.7.4 Observasi ... 62
3.8 Uji Coba Instrumen ... 62
3.8.1 Validitas ... 62
xi
3.9 Analisis Data ... 68
3.9.1 Analisis Data Awal ... 70
3.9.2 Analisis Data Akhir ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76
4.1 Hasil penelitian ... 76
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ... 76
4.1.2 Analisis deskriptif ... 87
4.1.2.1 Gambaran umum lingkungan keluarga pada siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta ... 88
4.1.2.2 Gambaran spesifik lingkungan keluarga siswa ditinjau dari tiap indikator ... 89
4.1.2.3 Gambaran umum minat belajar pada siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta ... 99
4.1.2.4 Gambaran spesifik minat belajar siswa ditinjau dari tiap indikator ... 100
4.1.2.5 Gambaran umum hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Kresna dan Shinta ... 105
4.1.3 Uji prasyarat analisis korelasi ... 109
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis ... 110
4.2 Pembahasan ... 112
4.2.1 Pemaknaan temuan ... 112
4.2.2 Implikasi Hasil ... 124
BAB V PENUTUP ... 127
5.1Simpulan ... 127
5.2Saran ... 128
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai rata-rata UTS dan UAS semester 1 mata pelajaran IPS kelas
IV tahun pelajaran 2015/2016 ... 3
Tabel 3.1 Subyek dan lokasi penelitian ... 54
Tabel 3.2 Hasil uji validitas ... 65
Tabel 3.3 Hasil perhitungan reliabilitas angket variabel lingkungan keluarga ... 68
Tabel 3.4 Hasil perhitungan reliabilitas angket variabel minat belajar ... 68
Tabel 3.5 Penggolongan kriteria analisis berdasar mean teoritik ... 69
Tabel 3.6 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ... 75
Tabel 4.1 Ringkasan analisis lingkungan keluarga tiap indikator ... 98
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka penelitian hubungan lingkungan keluarga dan
minat belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD ... 46
Gambar 3.1 Desain penelitian ... 49
Gambar 4.1 Grafik variabel lingkungan keluarga ... 89
Gambar 4.2 Grafik indikator ke 1 ... 90
Gambar 4.3 Grafik indikator ke 2 ... 92
Gambar 4.4 Grafik indikator ke 3 ... 93
Gambar 4.5 Grafik indikator ke 4 ... 94
Gambar 4.6 Grafik indikator ke 5 ... 96
Gambar 4.7 Grafik indikator ke 6 ... 97
Gambar 4.8 Diagram lingkungan keluarga tiap indikator ... 99
Gambar 4.9 Grafik variabel minat belajar ... 100
Gambar 4.10 Grafik indikator ke 1 ... 101
Gambar 4.11 Grafik indikator ke 2 ... 102
Gambar 4.12 Grafik indikator ke 3 ... 103
Gambar 4.13 Diagram minat belajar tiap indikator ... 105
Gambar 4.14 Grafik hasil belajar ranah kognitif ... 106
Gambar 4.15 Grafik hasil belajar ranah afektif ... 107
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar lampiran ... 133
Lampiran 1 Daftar nama responden uji coba ... 134
Lampiran 2 Kisi-kisi angket uji coba instrumen ... 135
Lampiran 3 Angket uji coba instrumen lingkungan keluarga ... 137
Lampiran 4 Angket uji coba instrumen minat belajar ... 139
Lampiran 5 Tabulasi data uji coba instrumen ... 141
Lampiran 6 Hasil uji validitas angket lingkungan keluarga ... 143
Lampiran 7 Hasil uji validitas angket minat belajar ... 146
Lampiran 8 Daftar nama responden penelitian ... 148
Lampiran 9 Kisi-kisi instrumen penelitian... 153
Lampiran 10 Instrumen Penelitian lingkungan keluarga ... 156
Lampiran 11 Instrumen penelitian minat belajar ... 158
Lampiran 12 Lembar observasi hasil belajar afektif ... 160
Lampiran 13 Lembar observasi hasil belajar psikomotor ... 163
Lampiran 14 Hasil analisis deskriptif ... 165
Lampiran 15 Tabulasi hasil penelitian ... 169
Lampiran 16 Tabulasi angket orang tua siswa ... 182
Lampiran 17 Daftar responden orang tua siswa ... 184
Lampiran 18 Daftar nilai UTS IPS semester II 2015/2016 ... 185
Lampiran 19 Tabulasi angket orang tua ... 190
Lampiran 20 Uji normalitas ... 191
Lampiran 21 Hasil perhitungan uji hipotesis ... 192
Lampiran 22 Surat ijin penelitian ... 193
Lampiran 23 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ... 204
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Suatu negara yang memiliki kualitas sumber daya
manusia yang tinggi akan mampu menghadapi kemajuan globalisasi, yang
ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
di bidang pendidikan, informasi, komunikasi, dan transportasi. Semua kemajuan
yang terjadi tidak lepas dari sebuah peran pendidikan.
Berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada
Bab V1 pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas: 1)
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai
dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya
termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum,
program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu
yang terus menerus, 2) Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan terorganisasi
dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang dilakukan secara mandiri atau
merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas yang sengaja dilakukan
untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya, 3)
Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga
bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di
dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga,
lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam (Sudharto, dkk. 2009: 106)
mengemukakan bahwa lingkungan pendidikan dibedakan dalam tiga jenis yang
disebut dengan tri pusat pendidikan, yang dimaksud Tri Pusat Pendidikan adalah
keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan lembaga pendidikan
tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak. Dikatakan
sebagai pendidikan pertama karena anak pertama kali mendapatkan pengaruh
pendidikan adalah di dalam keluarganya. Sedangkan dikatakan sebagai
pendidikan yang utama karena sekalipun anak mendapatkan pendidikan dari
sekolah dan masyarakat, namun tanggung jawab kodrati pendidikan terletak pada
orang tuanya. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi,
dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Sekolah
merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.
Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam
mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan
masyarakat. Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan di
luar lingkungan keluarga dan sekolah. Corak dan ragam pendidikan masyarakat
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan
pengertian-pengertian, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan
Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh
siswa. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar, (Rifa’i, 2012:69). Hasil belajar sebagai hasil dari perubahan tingkah laku berupa pengembangan kemampuan yang diperoleh
siswa setelah mengalami suatu kegiatan proses belajar. Selain itu hasil belajar
digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan
tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai ilmu yang dipelajari sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan dokumentasi di SD Negeri Gugus Kresna dan Shinta
Kecamatan Semarang Barat rata-rata nilai UTS dan UAS siswa banyak yang di
bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Salah satu mata pelajaran
yang banyak nilai di bawah KKM adalah mata pelajaran IPS. Dapat dilihat pada
tabel 1.1 nilai ketuntasan UTS dan UAS pada masing-masing SD di bawah 50 %.
Tabel 1.1
Rata-rata Nilai UTS dan UAS Semester I Mata Pelajaran IPS Kelas IV Tahun Pelajaran 2015/2016
No. Nama Sekolah KKM Jumlah
siswa
Tidak Tutas
Perse
ntase Tuntas
Perse ntase
1. SDN Kalibanteng Kidul 01 70 43 23 53 % 20 47 %
2. SDN Kalibanteng Kidul 02 70 25 15 60 % 10 40 %
3. SDN Kalibanteng Kidul 03 70 20 17 57 % 13 43 %
4. SDN Kalibanteng Kulon 01 70 31 19 61 % 12 39 %
5. SDN Kalibanteng Kulon 02 70 39 24 62 % 15 38 %
6. SDN Manyaran 01 70 50 31 62 % 19 38 %
7. SDN Manyaran 02 70 36 19 52 % 17 48 %
9. SDN Ngemplak Simongan 01 70 36 20 56 % 16 44 %
10. SDN Ngemplak Simongan 02 70 20 17 57 % 13 43 %
Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
seperti faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi,
perhatian, minat, sikap, perilaku, disiplin, bakat, motivasi, kebiasaan, kematangan
dan kesiapan) dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang
ada di luar individu, seperti faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat. Ketiganya mempunyai pengaruh yang penting terhadap hasil belajar
siswa namun, pengaruh yang paling besar yaitu berasal dari keluarga.
Menurut Slameto (2010:60) lingkungan keluarga yang mempengaruhi hasil
belajar mencakup cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting
dalam perkembangan seorang anak. Proses sosialisasi seorang anak untuk pertama
kalinya terjadi di dalam keluarga.
Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa di SD Gugus Kresna dan
Shinta latar belakang siswa beda. Latar belakang keluarga siswa
berbeda-beda dengan faktor yang mempengaruhi belajar siswa, baik dari segi ekonomi,
kasih sayang orang tua, hubungan anggota keluarga. Berdasarkan studi
dalam belajar. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa,
siswa merasa kurang adanya dorongan dan bimbingan dari lingkungan keluarga
dalam meraih cita-cita. Lingkungan keluarga siswa tidak kondusif untuk kegiatan
belajar dan keadaan ekonomi keluarga yang kurang membuat siswa tidak
tercukupi kebutuhan pokoknya. Selain itu siswa kurang mendapat bimbingan dari
orang tua, hal ini disebabkan karena sebagian besar orang tua siswa bekerja dari
pagi hingga sore hari.
Maka dari itu peran keluarga dalam meningkatkan belajar anak sangat
diperlukan. Ketika orangtua maupun anggota keluarga lainnya tidak
memperhatikan sikap belajar anak maka dampak yang akan terjadi yakni anak
akan malas untuk belajar di rumah maupun di sekolah. Tetapi ketika orang tua
memperhatikan pendidikan anaknya dengan memperhatikan kegiatan belajarnya,
menciptakan suasana rumah yang tenang, dan memberikan dorongan dalam
belajar tentunya akan timbul rasa semangat belajar karena anak merasa nyaman
dalam belajar. Sehingga anak berhasil dalam belajarnya dan mendapatkan hasil
belajar yang tinggi. Sebaliknya, jika kondisi atau suasana rumah yang kurang
mendukung untuk belajar anak, maka yang terjadi anak akan malas atau kurang
berminat untuk belajar sehingga anak tidak berhasil dalam belajarnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Enceng Yana dan
Neneng Nurjanah (2014) menunjukkan terdapat hubungan positif antara
lingkungan keluarga dengan prestasi belajar siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1
Ciledug. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dapat ditentukan oleh
yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga berkorelasi terhadap prestasi belajar
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Jambi.
Selain faktor lingkungan keluarga, faktor internal dari siswa itu sendiri yang
mempengaruhi hasil belajar adalah minat. Slameto (2010:180) mengemukakan
bahwa faktor intern yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar siswa
adalah minat siswa itu sendiri, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya bila bahan pelajaran itu sesuai
dengan minat siswa, maka akan lebih mudah mempelajarinya karena minat
menambah frekuensi kegiatan belajar. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2014: 121). Adanya
hubungan seseorang dengan sesuatu di luar dirinya, dapat menimbulkan rasa
ketertarikan, sehingga tercipta adanya penerimaan.
Berdasarkan wawancara awal dengan siswa di SD Gugus Kresna dan Shinta
Kecamatan Semarang Barat, sebagian siswa ada yang mengaku senang dengan
pelajaran IPS dan ada pula yang siswa yang mengaku tidak senang dengan
pelajaran IPS. Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dapat
mengindikasikan akan ketertarikan siswa. Hal ini terlihat masih ada beberapa
siswa yang tidak mencatat dan kurang memperhatikan penjelasan guru, ada
beberapa siswa yang mengantuk, adapula siswa yang mengobrol dan bercanda
yang menjawab. Siswa tidak merasa senang saat pembelajaran IPS karena tidak
didorong keinginan dari diri siswa sendiri.
Minat itu sendiri menjadi faktor dominan dalam pencapaian hasil belajar,
ketika minat siswa rendah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran maka yang
terjadi hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan. Sebaliknya, apabila
minat belajar siswa tinggi maka siswa dapat mencapai keberhasilan dalam
belajarnya dan juga memperoleh hasil belajar yang tinggi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosali Br Sembiring
dan Mukhtar (2013) mengemukakan hasil belajar matematika siswa yang minat
belajar tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang memiliki
minat belajar rendah.
Penelitian ini penting dilakukan mengingat karena lingkungan keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam pendidikan yang
memberikan landasan bagi proses belajar di sekolah. Maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Lingkungan Keluarga dan Minat
Belajar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD di Gugus Kresna dan
Shinta Kecamatan Semarang Barat”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana lingkungan keluarga siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan
2. Bagaimana minat belajar siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?
3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?
4. Adakah hubungan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS pada
siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?
5. Adakah hubungan antara minat belajar terhadap hasil belajar IPS pada siswa
kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?
6. Adakah hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap
hasil belajar IPS siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta?
1.3 Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan lingkungan keluarga siswa kelas IV SD di Gugus Kresna
dan Shinta.
2. Mendeskripsikan minat belajar siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan
Shinta.
3. Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan
Shinta.
4. Menguji hubungan antara lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS
pada siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta.
5. Menguji hubungan antara minat belajar terhadap hasil belajar IPS pada
siswa kelas IV SD di Gugus Kresna dan Shinta.
6. Menguji hubungan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi para
peneliti di bidang pendidikan yang berkaitan dengan lingkungan keluarga dan
minat belajar dengan hasil belajar siswa.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Siswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memotivasi siswa untuk
menumbuhkan minat belajar IPS.
b. Guru
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pemahaman bagi guru
bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan kerja sama yang erat
antara guru dan orang tua dalam hal memperhatikan belajar siswa.
c. Sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
menyusun program-program sekolah dalam usaha meningkatkan hasil belajar
siswa agar lebih meningkatkan keterlibatan orang tua dalam belajar siswa
d. Orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi orang tua
untuk dapat menciptakan lingkungan keluarga yang baik dan kondusif untuk
e. Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk mempraktekkan ilmu yang
11
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Faktor-faktor pendukung baik intern maupun ekstern dapat menentukan hasil belajar
siswa. Banyak faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, namun ada satu
faktor eksten yang paling mempengaruhi hasil belajar yaitu lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga memberikan kontribusi yang besar terhadap hasil belajar
karena sebagian besar kehidupan anak adalah di dalam keluarga sehingga
pendidikan banyak di terima oleh anak di dalam keluarga. Slameto (2010:55)
mengatakan bahwa seorang anak akan menerima pengaruh dari lingkungan
keluarga baik dari segi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, maupun latar
belakang kebudayaan.
Selain faktor ekstern, faktor intern juga memberikan pengaruh terhadap
hasil belajar. Salah satunya adalah minat belajar. Seseorang yang mempunyai
minat terhadap mata pelajaran IPS akan berusaha memahami, memperhatikan, dan
mempelajari mata pelajaran IPS dengan sungguh-sungguh sehingga anak akan
memperoleh hasil belajar yang baik. Anak yang tidak berminat terhadap pelajaran
IPS, tidak dapat memperoleh hasil belajar IPS yang baik. Menurut Djamarah
(2011:166) seorang anak yang memiliki minat belajar dapat dilihat dari adanya
perhatian aktivitas belajar dengan rasa senang, mempelajari pelajaran dengan
Lingkungan keluarga dan minat belajar menentukan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu hubungan lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil
belajar IPS akan diuraikan sebagai berikut.
2.1 Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru. Kegiatan belajar adalah kegiatan
yang paling pokok dalam pendidikan di sekolah.
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Djamarah (2011:13) bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan
menurut Syah (2009:68) belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Salah satu tercapainya proses pembelajaran adalah dengan hasil belajar
yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan capaian yang dimiliki siswa
setelah melakukan kegiatan belajar.
Menurut Sudjana (2016:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini karena isi
rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai
siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Sedangkan menurut Rusman dalam Jamil (2014:88) hasil belajar
adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Hasil belajar juga bisa diartikan bila seorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sudjana
(2016:22) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni:
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Menurut Sudjana (2016:23) istilah pengetahuan termasuk pula
pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk di ingat seperti
nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang
perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan
atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Pengetahuan termasuk kognitif tingkat
rendah yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi aspek hasil belajar
berikutnya.
Aspek hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu
yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
Aspek hasil belajar aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut berupa ide, teori, atau petunjuk
teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
Aspek hasil belajar analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Dengan
analisis diharapkan seseorang mampu mempunyai pemahaman dan dapat memilah
menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, memahami prosesnya, memahami cara
bekerjanya, memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah berkembang
pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara
kreatif.
Aspek hasil belajar sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau
bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan salah satu
menemukan atau menciptakan sesuatu. Dengan kemampuan sintesis, orang
menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu.
Aspek hasil belajar evaluasi merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam
ranah kognitif. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, dan materi.
b. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
responding atau jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi nilai.
Penerimaan yakni semacam kepekaan dalam menerima stimulus dari luar
dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala. Dalam aspek ini termasuk kesadaran,
keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan
dari luar.
Responding atau jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,
perasaan, dan kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar.
Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai,
latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap
nilai.
Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai
yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang
Internalisasi nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Ranah psikomotoris
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Aspek psikomotoris yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, dan gerakan ekspresif interpretatif.
Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor sebenarnya tidak berdiri
sendiri-sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain. Seseorang yang berubah
tingkat kognitifnya sebenarnya telah berubah pula sikap dan perilakunya. Carl
Rogers dalam Sudjana (2016:31) berpendapat bahwa seseorang yang telah
menguasai tingkat kognitif perilakunya sudah bisa diramalkan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah siswa mempelajari dan
mengalami proses belajar yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Hasil belajar dapat dilihat melalui penilaian hasil belajar yang
bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang optimal tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor intern dibedakan menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah,
faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1. Faktor jasmaniah
Faktor jasmani yaitu kondisi fisik individu yang sedang belajar. faktor
jasmaniah terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh.
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngatuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun
gangguan-gangguan fungsi alat indera dan tubuhnya. Agar seseorang
dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan
badannya tetap terjamin dengan cara selalu memperhatikan ketentuan
tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan
ibadah.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dll. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya akan terganggu.
2. Faktor psikologis
Terdiri atas intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
dan kesiapan.
a) Intelegensi
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Namun siswa yang mempunyai intelegensi tinggi belum pasti berhasil
dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses
yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya,
sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di antara faktor yang
lain. Jika faktor lain itu berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya
siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar jika
belajar dengan baik. Artinya belajar dengan menerapkan metode yang
efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor
jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi
pengaruh yang positif.
b) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbulah kebosanan,
sehingga tidak lagi suka belajar.
c) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
baginya. Bahan pelajaran yang menarik siswa lebih mudah dipelajari
dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih. Misalnya orang yang berbakat mengetik akan lebih cepat dapat
mengetik dengan lancar dibandingkan orang lain yang kurang atau tidak
berbakat di bidang mengetik.
e) Motif
Untuk mencapai tujuan perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai penggerak. Dalam
proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar
dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk melaksanakan
kegiatan yang berhubungan dengan belajar.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkatan dalam pertumbuhan
kecakapan baru. Misalnya tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk
menulis dan dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak. Anak
yang sudah matang belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum
belajar.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan maka hasil
belajarnya akan lebih baik.
3. Faktor kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan
rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan
mempengaruhi belajar siswa. Agar siswa dapat belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
b. Faktor Ekstern
Adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dikelompokkan menjadi 3
faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1. Faktor keluarga
Terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
3. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
hasil belajar faktor tersebut diantaranya kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.1.4 Indikator Hasil Belajar
Indikator merupakan karakteristik terhadap apa yang akan diukur.
Menurut Rusman dalam Jamil (2014:88) hasil belajar adalah sejumlah
pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif,
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Tipe hasil belajar kognitif lebih sering digunakan guru untuk
mengukur tingkat kemampuan siswa namun hasil belajar psikomotor dan afektif
juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di
sekolah. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Berdasarkan teori dari Sudjana (2016:30) dapat disimpulkan bahwa
indikator hasil belajar afektif adalah religius, jujur, santun, percaya diri, toleransi,
disiplin, kerja keras, gotong royong, komunikatif, dan tanggung jawab. Sedangkan
hasil belajar psikomotor menurut Syah (2009: 218) dapat dilihat dari (a)
kecakapan mengkoordinasikan gerakan mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh
lainnya, (b) kefasihan melafalkan atau mengucapkan, (c) kecakapan membuat
mimik dan gerakan jasmani.
2.2 IPS
2.2.1 Pengertian IPS
Setiap orang sejak lahir tidak terpisah dari manusia lain. Tanpa bantuan
orang lain manusia tidak dapat berkembang. Dalam kurikulum sekolah, ilmu yang
mempelajari tentang interaksi manusia, hubungan sosial, dan kehidupan
bermasyarakat dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang lebih sering disebut IPS merupakan
mata pelajaran yang ada di pendidikan dasar dan menengah. Sardjiyo (2009:1.26)
menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek
kehidupan secara terpadu. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Taneo
(2009:1.14) IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep
pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah
berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran
pada tingkat persekolahan.
Wiyono dalam Tasrif (2008: 2) mengemukakan bahwa IPS adalah mata
pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan
interaksinya dalam masyarakat. Selanjutnya Depdiknas dalam Tasrif (2008: 2)
juga memberikan definisi IPS sebagai mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah,
antropologi, sosiologi dan tata negara dengan menampilkan permasalahan
sehari-hari.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS adalah
suatu mata pelajaran yang mempelajari kehidupan manusia, interaksi sosial, dan
masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat.
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Pendidikan IPS di SD
Setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses
belajar mengajar. Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran di tingkat SD bertujuan
untuk membentuk siswa memahami dan memiliki kemampuan berinteraksi
dengan lingkungan. Menurut Sardjiyo (2009:28) secara keseluruhan tujuan
a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak di masyarakat.
b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
di masyarakat.
c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama
warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa
mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Manfaat yang didapat setelah mempelajari IPS menurut Sardjiyo
a. Pengalaman langsung apabila guru memanfaatkan lingkungan alam sekitar
sebagai sumber belajar.
b. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
c. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat.
d. Kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun
sebagai anggota masyarakat.
Dari tujuan dan manfaat tersebut, pembelajaran IPS di SD sangat penting
guna membekali siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan Ilmu
Pengetahuan Sosial siswa mampu memecahkan masalah sosial yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Setelah mempelajari IPS akan diperoleh manfaat yaitu
pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar
sebagai sumber belajar; kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat;
kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat; kemampuan
mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota
2.3 Lingkungan Keluarga
2.3.1 Pengertian Lingkungan Keluarga
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan, salah
satunya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh
pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu
di lingkungan keluarga manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan
sejak dalam kandungan.
Dalyono (2009: 129), membedakan pengertian lingkungan menjadi tiga
macam pendekatan, yaitu pendekatan fisiologis, pendekatan psikologis, dan
pendekatan sosio kultural. Secara fisiologis lingkungan meliputi segala kondisi
dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, sistem
syaraf dan kesehatan jasmani. Secara psikologis lingkungan mencakup segenap
stimulus yang diterima oleh individu sejak dalam konsepsi, kelahiran sampai
matinya. Sedangkan secara sosio kultural lingkungan mencakup segala stimuli,
interaksi dan kondisi dalam hubunganya dengan perlakuan atau karya orang lain.
Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, latihan belajar termasuk sebagai
lingkungan tersebut.
Soekanto dalam Jamil (2014:90) mengatakan lingkungan pertama yang
berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya serta
mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Slameto (2010:61) bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan
bangsa, negara dan dunia.
Menurut Aziz (2015:15) secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa
terdiri dari dua kata yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga
adalah anggota. Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa
pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya.
Menurut Achmad Hufad dalam Aziz (2015:15), keluarga adalah suatu
kelompok sosial yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi,
dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang
disetujui secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan
sosialnya. Pendapat lain juga dikemukakan Hasbullah dalam Yana (2014:2)
lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena
dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan.
Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar kehidupan anak
adalah di dalam keluarga sehingga pendidikan yang banyak di terima oleh anak
adalah dalam keluarga. Sedangkan menurut Dalyono (2009:59) keluarga adalah
ayah, ibu dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang
pertama dan utama paling berpengaruh terhadap belajar seorang anak. Di dalam
keluarga, anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan sehingga
2.3.2 Fungsi Keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Suatu pekerjaan yang dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang
disebut dengan fungsi. Keluarga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya
antaranggota keluarga untuk mencurahkan pikiran.
Aziz (2015:17) mengemukakan fungsi keluarga diantaranya:
a. Fungsi Ekonomi
Keluarga menjadi tulang punggung memperoleh sekaligus mengelola
kegiatan ekonomi secara profesional. Antara penghasilan dan pengeluaran dapat
tersusun dan terencana secara tepat sehingga tidak besar pasak dari pada tiang.
b. Fungsi Sosial
Keluarga merupakan sarana pertama dalam proses interaksi sosial dan
menjalin hubungan yang erat baik dalam satu keluarga maupun secara luas.
Fungsi sosial ini dapat dimaknai pula bahwa keluarga adalah sumber inspirasi
pertama dalam membangun komunikasi melalui proses bicara secara sopan dan
tepat.
c. Fungsi Pendidikan
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama bagi seorang anak. Tanpa
keluarga pendidikan pada lembaga formal tidak akan berjalan secara utuh dan
berhasil.
d. Fungsi Psikologis
Keluarga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan dan
pengasuhan secara keras, maka anak akan mengikuti pola dan irama atas model
pengasuhan tersebut sehingga terbentuklah karakter yang keras. Begitu
sebaliknya, jika anak diberikan kesempatan, penghargaan, kasih sayang dan
kelembutan maka ia akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan mampu
menjadi dirinya sendiri secara utuh serta berakhlak mulia
e. Fungsi Reproduksi
Tanpa adanya ikatan yang sah dalam sebuah keluarga tidak akan
menghasilkan keturunan yang sah pula.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Helmawati dalam Aziz (2015:19)
fungsi keluarga mencakup:
a. Fungsi Agama
Fungsi ini dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai keyakinan berupa iman
dan takwa.
b. Fungsi Biologis
Sebagai fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan kehidupan tetap
terjaga.
c. Fungsi Ekonomi
Berhubungan dengan pengaturan penghasilan yang diperoleh untuk
memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga.
d. Fungsi Kasih Sayang
e. Fungsi Perlindungan
Setiap anggota keluarga berhak mendapatkan perlindungan dari anggota
lainnya. Sehingga kepala keluarga harus mampu memberikan keamanan dan
kenyamanan dalam keluarga sehingga tidak sepantasnya terjadi sikap saling
menyakiti satu sama lain.
f. Fungsi Rekreasi
Adalah penyegaran pikiran, menenangkan jiwa dalam bentuk rekreasi guna
mengakrabkan tali kekeluargaan.
2.3.3 Faktor-Faktor Lingkungan Keluarga yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan anak, begitu
pula dalam perkembangan belajar. Hasil belajar siswa ada yang tinggi dan ada
pula yang rendah dikarenakan pengaruh situasi dan kondisi lingkungan keluarga.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat perkembangan anak dipengaruhi oleh
kondisi keluarga.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang tidak kalah penting
dari lembaga formal dan non-formal. Menurut Slameto (2010:55-60) siswa yang
belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
1. Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik
yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tak sampai
memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya
untuk belajar, adalah cara mendidik yang juga salah. Dengan demikan anak
tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar. Anak yang
memiliki kesukaran-kesukaran dalam belajar dapat ditolong dengan
memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan
orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.
2. Relasi Antaranggota Keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi antar orang
tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan
anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Demi
kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik
didalam keluarga. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh
dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap
terlalu keras, ataukah sikap acuh tak acuh dan sebagainya. Hubungan yang
baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kaih sayang, disertai
dengan bimbingan. Sehingga anak sukses dalam belajarnya.
3. Suasana Rumah
Suasana dirumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian
yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana
rumah yang gaduh tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.
Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak
penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut, dan sering terjadi
rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajar menjadi kacau. Agar hasil
belajar anak baik perlu suasana rumah yang tenang dan tentram. Didalam
rumah yang tenang dan tentram selain anak betah di rumah, anak juga dapat
belajar dengan baik.
4. Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Jika anak
hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi,
maka hal tersebut dapat mengganggu belajar anak. Sebaliknya keluarga yang
kaya raya, orang tua sering cenderung memanjakan anak. Anak hanya
bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat
memusatkan perhatiannya pada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu
belajar anak. Maka dari itu sebagai orang tua harus pandai-pandai mengatur
kebutuhan belajar anak.
5. Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Orang tua harus
mengerti apabila anak mempunyai tugas sekolah maka jangan diganggu
dengan memberikan tugas rumah. Jika anak mulai lemah semangat, orangtua
harus memberikan dorongan yang positif untuk mengembalikan semangat
anak.
6. Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam keluarga mempengaruhi
yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. Ketika orang tua
kurang peduli dengan pendidikan anaknya maka yang terjadi anak akan malas
belajar sehingga anak kurang/tidak berhasil dalam belajarnya. Jika orang tua
memperhatikan pendidikan anaknya tentunya timbul rasa semangat dan minat
yang tinggi untuk belajar. Apabila lingkungan keluarga harmonis, maka siswa
akan cenderung memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti proses belajar
mengajar. Dengan adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar maka
kondisi belajar akan berjalan secara efektif.
2.3.4 Indikator Lingkungan Keluarga
Dari beberapa uraian di atas, maka dapat ditentukan indikator dari lingkungan
keluarga sebagai berikut:
1) Cara orang tua mendidik
2) Relasi antaranggota keluarga
3) Suasana rumah
4) Keadaan ekonomi keluarga
5) Pengertian orang tua
6) Latar belakang kebudayaan
2.4 Minat Belajar
2.4.1 Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan suatu keinginan dari diri sendiri untuk mempelajari
pada diri seseorang. Dengan adanya minat seseorang akan melakukan sesuatu hal
yang kiranya akan memberikan manfaat bagi dirinya.
Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan
menurut Djamarah (2011:166-167) minat adalah kecenderungan yang menetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang
berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara
konsisten dengan rasa senang. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Minat tidak dibawa sejak lahir.
Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya
serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru.
Crow dan Crow dalam Djaali (2014:121) mengatakan bahwa minat
berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi
atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat
pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak
dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Syah (2009:152) yang
mendeskripsikan secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat
tertentu sehingga siswa akan memusatkan perhatian terhadap materi yang
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa paling efektif untuk
membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan
minat-minat siswa yang telah ada. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada
sebaiknya para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri
siswa. Hal ini dapat dicapai dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan
berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta
kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu (Slameto, 2010:57).
Jadi dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah keinginan dari dalam
diri untuk melakukan kegiatan belajar karena adanya daya tarik terhadap sesuatu
yang dipelajari. Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu hal atau bidang
tertentu, maka ia akan senantiasa mengarahkan dirinya terhadap bidang tersebut
dan menekuninya dengan sungguh-sungguh tanpa adanya paksaan.
Dengan minat yang tinggi tentunya akan menghasilkan prestasi belajar
yang tinggi pula. Apabila siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap mata
pelajaran IPS hasil belajar IPS pun akan tinggi pula. Hal ini juga dapat dilihat
apabila hasil belajar siswa tinggi tentunya siswa tersebut mempunyai minat
belajar yang tinggi pula.
2.4.2 Peranan Minat Belajar
Minat belajar memiliki peran yang sangat penting. Dengan minat belajar
belajar cenderung memiliki hasil belajar yang tinggi. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Khairani (2014:146) beberapa peranan minat dengan pelaksanaan
belajar antara lain:
a. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi seseorang. Perhatian serta merta
yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang
memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap
suatu pelajaran. Jadi tanpa adanya minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit
diperhatikan.
b. Minat mencegah gangguan perhatian dari luar
Minat mencegah gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang
berbicara. Seseorang dapat dengan mudah terganggu perhatiannya atau sering
mengalami pengalihan dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, itu disebabkan
karena minat belajarnya kecil.
c. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
Daya ingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana kalau seseorang
berminat dalam pelajarannya. Misalnya, jika dalam membaca suatu bacaaan
didukung oleh minat yang kuat maka pasti akan mengingatnya dengan baik
walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, suatu bahan bacaan yang
berulang-ulang di hafal mudah terlupakan apabila tanpa adanya minat.
d. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri
Segala sesuatu yang membosankan, sepele dan terus-menerus berlangsung
sesuatu lebih banyak bersumber dari dalam diri seseorang. Maka kebosanan
dalam belajar hanya dapat dihilangkan dengan menumbuhkan minat belajar pada
diri sendiri dan kemudian meningkatkan minat tersebut.
2.4.3 Faktor-Faktor yang dapat Menumbuhkan Minat dalam Belajar
Minat sebagai salah satu faktor internal psikologis yang mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi
banyak faktor yang menyebabkan minat dalam diri siswa itu timbul. Menurut
Taufani (2008:38), ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat yaitu:
a. Faktor dorongan dalam
Yaitu dorongan dari individu itu sendiri, sehingga timbul minat untuk
melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk memenuhinya. Misalnya,
dorongan untuk belajar dan menimbulkan minat untuk belajar.
b. Faktor motivasi sosial
Yaitu faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat diterima dan diakui
oleh lingkungannya. Minat ini merupakan semacam kompromi pihak individu
dengan lingkungan sosialnya. Misalnya, minat pada studi karena ingin
mendapatkan penghargaan dari orangtuanya.
c. Faktor emosional
Yakni minat erat hubungannya dengan emosi karena faktor emosional selalu
menyertai seseorang dalam berhubungan dengan objek minatnya. Kesuksesan
perasaan suka atau puas, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak
senang dan mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan yang bersangkutan.
Dengan demikian faktor-faktor yang menumbuhkan minat belajar siswa
disebabkan karena faktor dorongan dari diri individu sendiri maupun dari luar diri
individu.
2.4.4 Ciri-Ciri Minat Belajar
Seseorang yang mempunyai minat akan mendorong dirinya untuk
memperhatikan kegiatan-kegiatan dan ingin mempelajari lebih banyak lagi suatu
hal yang menjadi minatnya. Menurut Djamarah (2011:166) minat belajar siswa
ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa memperhatikan aktivitas dalam belajar secara konsisten dengan rasa
senang.
Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
b. Siswa mempelajari pelajaran dengan sungguh-sungguh.
Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Anak
c. Siswa aktif dalam kegiatan belajar.
Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan
sama sekali tak menghiraukan sesuatu yang lain.
Sedangkan menurut Slameto (2010:58) siswa yang berminat dalam belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati.
d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki minat
belajar dapat dilihat dari perhatian yang lebih