• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

5.2.1. Persepsi Tubuh Ideal

Notoatmodjo (2007) mengatakan perubahan-perubahan perilaku pada diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor diantaranya faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan dan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, kuliah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan hayati di mana seseorang itu bertempat tinggal. Oleh karena itu, suatu objek yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh setiap orang.

Adanya media massa dan tekanan sosial budaya yang beragam terlihat menyebabkan meningkatnya kesadaran menjadi kurus sebagai ideal dan berkontribusi pada kesalahan persepsi berat badan yaitu bagaimana tubuh dilihat dan dievaluasi oleh individu dan oleh orang lain (Wykes, 2005).

Berbagai faktor kompleks mempengaruhi persepsi citra tubuh yaitu faktor sosio demografis seperti jenis kelamin, umur, negara, dan gizi sedangkan faktor psiko sosial misalnya, stres, dukungan sosial, dan kualitas hidup. Sebagai contoh faktor sosial demografis seperti anak perempuan lebih mungkin untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap berat badan daripada anak laki-laki di mana berat badan dan ketidakpuasan persepsi yang berkorelasi untuk praktek mengendalikan berat badan (Wang, 2009).

Berdasarkan tabel 5.6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi tubuh ideal yang memuaskan sebanyak 86 (88.7 %) orang dan yang tidak memuaskan sebanyak 11 (11.3 %) orang. Hal ini juga menggambarkan bahwa sebelum dilakukan penelitian responden sudah mengetahui gambaran tubuh yang ideal tersebut. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan tabel 5.5. dapat diketahui bahwa responden telah mendapat sumber informasi tubuh ideal dari kuliah berjumlah 64 (66%) orang, media elektronik berjumlah 9 (9.3%) orang, media cetak berjumlah 15 (15.5%) orang, dan keluarga atau teman berjumlah 9 (9.3%) orang.

5.2.2. Indeks Massa Tubuh

Di dalam era globalisasi sekarang sudah terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan. Orang-orang yang memiliki tubuh gemuk berusaha menurunkan berat badannya dengan berbagai cara. Setiap orang memiliki daya tarik tersendiri jika memiliki tubuh ideal. Memiliki tubuh yang sempurna berarti sukses, bahagia, dan mempunyai hubungan kasih. Penampilan seseorang mempunyai peranan dalam menarik lawan jenis tetapi tidak berpengaruh terhadap seksualitas (Abramson, 2007).

Azwar (2004) mengungkapkan bahwa pengertian tubuh sehat ideal dari segi kesehatan mencakup hal yang lebih luas, yang tidak cukup hanya penilaian secara lahiriah, tetapi memerlukan pemeriksaan medis meliputi pemeriksaan antropometri, fisiologi, biokimia, dan patologi anatomi. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2. dapat diketahui bahwa paling banyak responden memiliki berat badan normal yaitu sebanyak 53 (54.6 %) orang, kurus sebanyak 8 (8.2%) orang, pre-obesitas sebanyak 17 (17.5%) orang, obesitas I sebanyak 16 (16.5 %) orang, dan obesitas II sebanyak 3 (3.1%) orang. Hal ini ditunjang pula oleh hasil penelitian Katarina (2000) yang menyebutkan bahwa 98% responden mempunyai persepsi bentuk tubuh ideal tinggi dan langsing.

Ada anggapan di masyarakat bahwa dengan memiliki tubuh yang sempurna dapat terhindar dari stigma dan diskriminasi. Jika seseorang mengalami obesitas dapat disebabkan faktor internal yaitu dari individunya sendiri. Stigma yang dialami orang-orang yang bertubuh gemuk lebih dirasakan di kalangan wanita. Hal ini disebabkan umumnya wanita dihargai karena penampilan daripada prestasi mereka (Abramson, 2007).

Manusia yang sehat tidak hanya sehat jasmani tetapi juga sehat rohani. sehingga tubuh sehat dan ideal dari segi kesehatan meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit. Semua aspek tersebut akan mempengaruhi penampilan setiap individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja, berkarya, berkreasi, dan melakukan hal-hal yang produktif serta bermanfaat (Azwar, 2004).

Maulana (2009) mengungkapkan bahwa kegiatan jasmani seperti olahraga merupakan unsur penting dalam gaya hidup sehat dan membentuk tubuh ideal. Berdasarkan tabel 5.3. dapat diketahui bahwa kategori frekuensi olahraga sebagian besar responden setiap minggu adalah jarang yaitu berjumlah 80 (82.5%) orang, kategori cukup berjumlah 15 (15.5%) orang, dan kategori sering berjumlah 2 (2.1%) orang. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar responden jarang berolahraga setiap minggu. Pada tabel 5.5. dapat diketahui bahwa kategori durasi olahraga sebagian besar responden setiap hari (dalam menit) adalah kurang yaitu berjumlah 52 (53.6%) orang dan kategori cukup berjumlah 45 (46.4%) orang. Hal ini juga didukung oleh hasil survei rumah tangga di Indonesia pada tahun 2001 didapatkan sekitar 68% orang dewasa kurang melakukan aktivitas fisik. Pada data survei kesehatan nasional tahun 2003 memperlihatkan 81% orang yang berusia di atas 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik di waktu senggang (Maulana, 2009).

Azwar (2004) mengungkapkan bahwa kesehatan, pendidikan dan pendapatan setiap individu merupakan tiga faktor utama yang sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu setiap individu berhak dan harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama agar dapat hidup produktif, bahagia, dan sejahtera.

5.2.3. Konsumsi Makanan

Untuk berada dalam kondisi tubuh ideal dan sehat harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang sehat fisik atau jasmani. Diperlukan zat gizi yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari. Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh terdiri dari hidrat arang, protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan serat. Kebutuhan zat gizi sehari tergantung dari umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu lingkungan, dan kondisi tertentu (Azwar, 2004).

Berdasarkan tabel 5.7. dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan energi paling banyak yaitu konsumsi terpenuhi 84 (86.6%) orang, konsumsi lebih 7 (7.2%) orang, dan konsumsi kurang 6 (6.2%) orang. Konsumsi makanan yang berlebih sering ini dikaitkan dengan konsumsi makanan olahan. Makanan ini

sering terlalu banyak mengandung zat aditif, gula, serta lemak. Kegemaran pada makanan olahan yang seperti ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif (Arisman, 2004).

Azwar (2004) mengatakan bahwa ketidakseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi yang terkandung untuk keperluan metabolisme tubuh akan mengganggu fungsi metabolisme tersebut. Kekurangan zat gizi akan menyebabkan status gizi kurang atau gizi buruk. Sebaliknya kelebihan zat gizi akan menyebabkan status gizi lebih yang ditandai dengan kegemukan atau obesitas. Kekurangan atau kelebihan zat gizi pada seseorang dapat terjadi secara spesifik sesuai pola makan orang tersebut yang dapat menimbulkan penyakit tertentu, tergantung zat gizi apa yang kurang atau lebih dikonsumsi.

Dokumen terkait