BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa kemampuan menyebutkan
contoh norma di rumah dan di sekolah terhadap materi norma di
lingkungan masyarakat siswa kelas III MI Muhammadiyah 16 Jompong
mengalami peningkatan dari sebelum dilaksanakannya penelitian yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token. Sebelum
diterapkannaya model pembelajaran kooperatif Time Token diperoleh nilai
rata-rata sebesar 65,2 dari 19 siswa di kelas tersebut hanya 10 siswa yang
tuntas sedangkan 9 siswa lainnya belum tuntas.
Sedangkan pada siklus I setelah diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe Time Token diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 76 atau
13 siswa yang tuntas dan 23,5 atau 5 siswa yang masih belum tuntas. Hasil
pada siklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan,
maka dilakukan perbaikan untuk melaksanakan siklus II. Pada siklus II
terjadi peningkatan pada nilai rata-rata siswa yakni 84,7 atau 17 siswa
tuntas dan hanya 15,3 atau 2 siswa yang tidak tuntas. Hal ini dapat dilihat
Diagram 4.1 Nilai Rata-Rata Siswa
Peningkatan yang terjadi pada nilai rata-rata kemampuan
menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah terhadap materi
norma di lingkungan masyarakat diikuti pula dengan peningkatan hasil
ketuntasan belajar siswa. Sebelum dilaksanakannya penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token diperoleh
prosentase ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 52,6%.
Hal ini karena kemampuan menyebutkan contoh norma di rumah
dan di sekolah terhadap materi norma di lingkungan masyarakat masih
rendah, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah: siswa
kurang menguasai materi norma di lingkungan masyarakat,siswa merasa
kesulitan menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah, proses
pembelajaran yang kurang bervariasi atau monoton sehingga siswa dalam
kegiatan pembelajaran bersifat pasif dan media yang kurang bervariasi. 0 20 40 60 80 100
Setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Time
Token pada siklus I, terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari
sebelumnya 52,6% pada pra siklus menjadi 68,4% pada siklus I.
Peningkatan yang terjadi masih belum mencapai prosentase yang
diharapkan yakni minimal 85%, sehingga dilakukanlah siklus II dengan
perbaikan dari siklus I. Pada siklus II diperoleh hasil ketuntasan belajar
siswa sebesar 89,4%, di mana ketuntasan belajar siswa telah tercapai. Hal
ini dapat dilihat dari diagram berikut:
Diagram 4.2
Ketuntasan Belajar Siswa
Selain hasil ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata siswa, data
diperoleh melalui aktivitas guru maupun siswa. Berdasarkan hasil dari
pengamatan guru pada siklus I diperoleh hasil nilai akhir sebesar 77,7 dan
hasil pengamatan siswa pada siklus I mencapai 66,6. 0 20 40 60 80 100
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I dapat diketahui
kekurangan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time
Token diantaranya adalah guru kurang bisa mengkondisikan siswa,
sehingga siswa kurang siap dalam menerima pelajaran, belum
maksimalnya pemberian arahan pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe Time Token, dan kurang memberikan pertanyaan pada
siswa mengenai materi.
Agar suasana lebih bersemangat dalam satu kelompok, setiap
kelompok yang dapat menjawab dengan urutan pertama akan
mendapatkan reward bintang dengan jumlah anggota setiap kelompok.
Dengan demikian, siswa lebih bertanggung jawab pada tugasnya serta
siswa lebih bersemangat dalam berdiskusi. Selain itu menyiapkan media
yang lebih menarik dan membuat kartu-kartu konsep yang lebih berwarna
dan berkarakter, agar siswa dapat memahami materi dan dapat
menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah dengan baik.
Setelah dilakukan refleksi pada siklus I maka dilakukan perbaikan
pada siklus II. Pada siklus I hasil pengamatan aktivitas guru sebesar 77,7
kemudian meningkat menjadi 88,8. Hal ini dapat dilihat diagram dibawah
Diagram 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Guru
Peningkatan pada keaktifan guru disertai pula peningkatan pada
aktivitas siswa. Pada siklus I keaktifan siswa hanya mencapai 66,6,
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 86,1. Prosentase keaktifan
siswa dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Diagram 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
72 74 76 78 80 82 84 86 88 90 SIKLUS 1 SIKLUS 2 0 20 40 60 80 100 SIKLUS 1 SIKLUS 2
Pada siklus I siswa lebih sulit untuk dikondisikan karena guru
kurang bisa mengkondisikan siswa. Dalam memberikan arahan
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token masih
belum bisa dipahami oleh siswa, sehingga siswa masih kebingungan saat
melaksanakan diskusi dalam mengerjakan soal yang diberikan.
Setelah dilakukannya perbaikan pada siklus I maka diterapkannya
siklus II. Dengan menerapkan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Time Token, membuat siswa lebih aktif dan melatih kerja
sama melalui diskusi kelompok. Penggunaan kartu berisi batasan waktu
membantu siswa menuangkan ide-ide pikir dan memberikan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan menyebukan contoh norma di rumah
dan di sekolah oleh siswa dalam menggunakan waktu dengan sebaik-
baiknya, karena melalui batasan waktu siswa lebih berantusias dalam
menyampaikan jawabannya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Time Token memberi
wawasan baru bagi siswa dalam proses pembelajaran, terutama pada saat
mengunggapkan gagasan atau jawabannnya sehingga dapat meningkatkan
kemampuan menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua
siklus dengan menerapkan pembelajaran model kooperatif tipe Time Token
dapat disimpulkan sebagai berikut
A. Simpulan
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token pada mata
pelajaran PKn materi norma di lingkungan masyarakat kelas III MI
Muhammadiyah 16 Jompong terlaksana dengan baik dengan dua
siklus. Hal ini dapat dibuktikan meningkatnya hasil pengamatan
aktivitas guru dan hasil pengamatan aktivitas siswa. Hasil pengamatan
guru pada siklus I adalah 77,7 dan hasil pengamatan pada siklus II
adalah 88,8. Sedangkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I
adalah 66,6 dan hasil pengamatan pada siklus II adalah 86,1. Selama
proses pembelajaran guru dan siswa mampu menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe Time Token dengan baik.
2. Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Time Token,
menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan menyebutkan
kelas III MI Muhammadiyah 16 Jompong. Hal ini dapat dilihat dari
adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.
Pada siklus I nilai rata-rata yang didapat adalah 76 dengan prosentase
ketuntasan 68,4%, karena pada siklus I belum mencapai indikator
ketuntasan, maka dilaksanakannya siklus II. Pada siklus II nilai rata-
rata siswa adalah 84,7 dengan prosentase ketuntasan belajar adalah
89,4%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada setiap siklusnya
telah mengalami peningkatan hingga memenuhi indikator ketuntasan
pada siklus II.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan
kelas dengan menerakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token
dalam meningkatkan kemampuan menyebutkan contoh norma di rumah
dan di sekolah pada mata pelajaran PKn siswa kelas III MI
Muhammadiyah 16 Jompong, dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token,
hendaknya guru menggunakan volume suara yang lantang dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga siswa tidak
kesulitan mengikuti proses pembelajaran. Dengan menggunakan
menjelaskan langkah-langkah dalam menerapkan model pebelajaran
kooperatif tipe time Time Token maka siswa akan lebih mudah
memahami proses pembelajaran dan guru tidak perlu mengulang
penjelasan kembali kepada siswa sehingga dalam proses pembelajaran
dapat memanfaatkan waktu dengan baik.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Time Token dapat digunakan
sebagai alternatif guru dalam meningkatkan kemampuan menyebutkan
contoh norma di rumah dan di sekolah pada pembelajaran PKn materi
norma di lingkungan masyarakat. Dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Time Token dapat meningkatkan
keaktifan siswa dan mempermudah siswa dalam mengungkapkan
pikirannya melalui tulisan dengan bantuan kartu Time Token. Selain
itu mempermudah siswa dalam mengingat contoh norma yang ada di
rumah dan di sekolah karena materi norma merupakan materi yang
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada
Media Group
Al-hakim Suparlan. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks
Indonesia. Malang: Anggota IKAPI
Anas Sudijono. (2012). Evaluasi Pendidika. Jakarta: PT RAJA GRAFINDO
PERSADA
Basrowi dan Suwandi. (2010). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor
:Ghalia Indonesia
Daryanto. (2012). Penelitan Tindakan Kelas. Jakarta: PT Pestasi Pustakarya
Hidayat Amie. (2015). Pendidikan Kewarganegaraan SD/ MI Kelas III.
Surabaya: PT Jepe Press Media Utama
Hidayat Komaruddin, Azyumardi Azra. (2008). Penididkan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group
Majid Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Manan Arsyad. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan. Surabaya: Alpha
MK Dekdibud. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai
Ngalimun. (2011). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo
Nurgiantoro Burhan. (1988). Menentukan Ciri-ciri Nilai Dasar-dasar
Pengembangan kurikulum Sekolah
Murtadho Muh, Arif Mansuri, dkk. (2009). pembelajaran PKN MI. Surabaya:
Aprinta paktet 1
Sulaeman Momon. (2006). Pendidikan kewarganegaraan untuk SD Kelas III.
Jakarta: PT GELORA AKSARA PRATAM
Suprijono Agus. (2009). Cooperatif Learning. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR
Suryani Nunuk dan Leo Agung. (2012.) Strategi Belajar Mengjar.
Yogyakarta: Penerbit Ombak
Syah Muhibbin. (2012). Psikologi Blajar. Jakarta: PT Rajawali Press
Tim Penyusun. (2013). Civic Education (Pendidikan Kewarganegaraa).
Surabaya: Anggota IKAPI
Tim Redaksi. (2006). Peraturan PerUndang-undangan Tentang Pendidikan
Nasional. Bandung: FOKUMEDIA
Trianto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PRESTASI
PUSTAKARAYA
Wardhani Igak. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Unervestas
Winarno. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Zainal Aqib. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Krama Widya
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun
2006. (2006). Struktur isi Untuk Satuan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Departemen Pendidikan nasional
http://deanwardana77.blogspot.co.id/2015/06/prestasi-belajar.html
http://www.scribd.com/doc. 17 oktober 2016