• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYEBUTKAN CONTOH NORMA DI RUMAH DAN DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS III MI MUHAMMADIYAH 16 JOMPONG-LAMONGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYEBUTKAN CONTOH NORMA DI RUMAH DAN DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS III MI MUHAMMADIYAH 16 JOMPONG-LAMONGAN."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENYEBUTKAN CONTOH NORMA DI RUMAH DAN DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS III

MI MUHAMMADIYAH 16 JOMPONG-LAMONGAN

SKRIPSI

Oleh:

Suwinnanik NIM D37213050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Suwinnanik, 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyebutkan Contoh Norma Di Rumah Dan Di Sekolah Pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 16 Jompong-Lamongan.

Kata Kunci : Meningkatkan Kemampuan Menyebutkan, PKn, Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa kelas III MI Muhammadiyah 16 Jompong dalam menyebutkan contoh-contoh norma di rumah dan di sekolah pada mata pelajaran PKn materi norma di lingkungan masyarakat. Hal ini disebabkan karena kurangnya siswa dalam menguasai materi norma di lingkungan masyarakat. Selain itu siswa masih merasa kesulitan dalam menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah serta proses pembelajaran yang kurang bervariasi atau monoton sehingga siswa dalam kegiatan pembelajaran bersifat pasif. Pada materi norma di lingkungan masyarakat, siswa membutuhkan pemahaman yang maksimal. Pemahaman yang maksimal dapat diberikan di dalam pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran kooperatif

tipe Time Token merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif

dalam pembelajaran.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Time Token dalam meningkatkan kemampuan

menyebutkan contoh norma di Rumah dan di Sekolah pada mata pelajaran PKn siswa kelas III MI Muhammadiyah 16 Jompong-Lamongan, (2) Untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token dalam meningkatkan kemampuan menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah pada mata pelajaran PKn siswa kelas III MI Muhammadiyah 16 Jompong-Lamongan

(7)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Time Token pada materi norma di lingkungan masyarakat pada

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . ... .... ... ..ii

MOTTO . ... .... ... ..iii

HALAMAN PERSEMBAHAN . ... ....iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ... vi

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI .. ... vii

ABSTRAK . ... .... ... ..viii

KATA PENGANTAR . ... .... ... ..x

DAFTAR ISI . ... .... ... .xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. ... 1

B. Rumusan Masalah.... ... 6

C. Tujuan Penelitian . .. ... 6

D. Manfaat Penelitian .. ... .7

E. Ruang Lingkup . ... ... 7

F. Rencana Tindakan … ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token . ... 10

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... .10

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... .11

3. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif ... .12

(9)

5. Pengertian Model Kooperatif Tipe Time Token ... .14

6. Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe Time Token ... .15

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe Time Token .... .17

B. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan . ... 18

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... .18

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... .19

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ... .21

4. Pengertian Norma ... .23

5. Contoh norma di rumah dan di sekolah ... .26

6. Dampak Positif dan Negatif Penerapan Norma ... .27

C. Kemampuan Menyebutkan ... .28

1. Pengertian Kemampuan Menyebutkan ... .28

2. Indikator Kemampuan Menyebutkan ... .29

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menyebutkan .... .32

D. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token ... .36

1. Evaluasi Kemampuan Menyebutkan .. ... .36

2. Cara Meningkatkan Kemampuan Menyebutkan ... .38

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian …. …. ... 42

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian... 44

1. Setting Penelitian ... .44

2. Subjek Penelitian ... .44

C. Variabel Penelitian.. ... ... .45

D. Rencana Tindakan .. . ... ..46

1. Persiapan Penelitian ... .46

2. Pelaksanaan Penelitian ... .46

E. Data dan Cara Pengumpulan Data ... 52

(10)

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Observasi ... . ... 53

2. Wawancara .... . ... .54

3. Tes ... ... 54

4. Dokumentasi ... ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 55

H. Indikator Kinerja .... ... 57

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 58

J. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... ... 61

1. Hasil Tahap Siklus I ... 63

2. Hasil Tahap Siklus II ... 78

B. Pembahasan ... ... 91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... . ... 97

B. Saran ... . ... 98

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyaknya norma-norma yang dilanggar oleh

masyarakat yang disebabkan kurang fahamnya masyarakat mengeanai

aturan. Masyarakat melanggar norma yang ada sedangkan masyarakat

tidak menyadari bahwa tindakannya melanggar norma. Banyak juga

pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Dari banyaknya aturan yang dilanggar maka pentingnya Pendidikan

Kewarganegaraan untuk menghindari tindakan kriminal. Pentingnya mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk melahirkan siswa yang

berpotensi dan berkarakter sehingga siswa dapat memilih mana tindakan

yang baik dan yang buruk dalam menghadapi perkembangan peradaban

dunia terlebih pada era globalisasi. Adapun dampak yang ditimbulkan jika

Pendidikan Kewarganegaraan tidak diberikan di Sekolah Dasar, antara

lain:

1. Norma di Rumah, siswa tidur terlalu malam karena menonton

pertandingan sepak bola ditelevisi sehingga siswa mengantuk ketika di

(12)

2. Norma di Sekolah, siswa berkelahi dan saling memumukul sesama

temannya

Pendidikan Kewarganegaraan adalah Ilmu Kewarganegaraan yang

mengkaji hubungan anatara individu dalam satu kelompok yang

terorganisir serta individu dengan negaranya1. Pendidikan

Kewarganegaraan berfungsi untuk membina kesadaran warga negara

Indonesia dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan jiwa dan

nilai konstitusi yang berlaku dalam UUD 1945.2

Pembelajaran Kewarganegaraan di Sekolah Dasar mempunyai

kedudukan yang penting dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi

warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten dalam

mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara yang cerdas, trampil,

dan berkarakter, sebagaimana diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan di lingkungan Sekolah tidak lepas

dari norma yang ditetapkan. Siswa mempunyai kewajiban menjaga

norma-norma pendidikan (Sekolah) untuk menjamin keberlangsungan proses dan

1 Tim Penyusun MKD, Civic Education (Pendidikan Kewarganegaraan), (Surabaya: Anggota IKAPI, 2013), hal 4

(13)

keberhasilan pendidikan.3 Pendidikan Kewarganegaraan materi norma di

lingkungan masyarakat diberikan di kelas III semester ganjil. Guru

memberikan materi norma pada mata pelajaran Kewarganegaraan dengan

alokasi waktu dua jam (2X35 menit). Waktu yang ditentukan oleh sekolah

belum cukup untuk memberikan pemahaman tentang materi norma di

lingkungan masyarakat terutama dalam menyebutkan contoh norma di

rumah dan di sekolah. Nilai untuk mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan dengan jumlah siswa 19 berdasarkan hasil ulangan

harian (UH) materi norma di rumah dan di sekolah pada kompetensi dasar

(KD) mengenal norma di lingkungan masyarakat hanya 10 siswa yang

sudah memahami dan menguasai materi dengan baik yang presentase nya

52,6%. Sementara, siswa yang belum memahami dan menguasai materi

dengan baik berjumlah 9 orang siswa yang presentasenya 47,3%.4

Berdasarkan hasil observasi peneliti dengan guru mata pelajaran

PKn di MIM 16 Jompong-Lamongan pada tanggal 15 september 2016

faktor yang melatar belakangi hal tersebut diantaranya5:

1. Siswa kurang menguasai materi norma di lingkungan masyarakat

yakni siswa merasa kesulitan untuk menjelaskan norma tertulis dan

tidak tertulis

3 Tim Redaksi, Peraturan PerUndang-undangan Tentang Pendidikan Nasional, (Bandung: FOKUMEDIA, 2006)hal 9

4 Hasil Dokumentar Daftar Nilai Siswa kelas III

(14)

2. Siswa merasa kesulitan menyebutkan contoh norma di rumah dan di

sekolah mengingat terdapat beragam macam norma dalam

pengaplikasiannya.

3. Proses pembelajaran yang kurang bervariasi atau monoton sehingga

siswa dalam kegiatan pembelajaran bersifat pasif

Sehubungan dengan permasalahan yang dikeluhkan di MI

Muhammadiyah 16 Jompong-Lamongan, maka peneliti mengupayakan

untuk memperbaiki pembelajaran PKn materi norma di lingkungan

masyarakat. Langkah yang ditempuh pada permasalahan ini adalah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token yaitu model

pembelajaran yang berkelompok dengan diberikannya batasan waktu

dalam melakukan diskusi. model pembelajaran kooperatif tipe Time Token

merupakan pembelajaran berkelompok yang bertujuan agar siswa dapat

saling bekerja sama, bertukar pikiran dengan dapat menggunakan waktu

yang telah diberikan guru dengan sebaik mungkin.

Dengan demikian, terciptanya pembelajaran yang menarik

perhatian siswa sebagai kegiatan yang akan dilakukan guru dalam

menyampaikan pembelajaran. Salah satunya dalam pembelajaran PKn

materi norma di lingkungan masyarakat yang memerlukan diskusi dan

kerja kelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan mencari

contoh-contoh norma di rumah dan di sekolah dengan kartu batasan waktu

(15)

kesukaran dan kekompakan dari pembelajaran PKn materi norma di

lingkungan masyarakat memberi pengaruh besar dalam proses

pembelajaran sehingga hasilnya akan menjadi lebih baik.

Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan

kemandirian siswa dalam mencapai tujuan pendidikan yakni sebagai alat

pembelajaran yang berarti bagi siswa dan memaksimalkan kreatifitas

berfikirnya. Model pembelajaran kooperatif Time Token juga dapat

meningkatkan ketrampilan dasar yang dapat merangsang siswa untuk

belajar dan menemukann informasi. Adapun ketrampilan dasar yang

merangsang belajar siswa yakni konsentrasi berfokus dalam menemukan

informasi, menghubungkan informasi yang dimiliki dengan informasi

yang dimiliki temannya, dan teknik memahami dan mengingat informasi.

Berdasarkan latar belakang dan beberapa alasan maka perlu untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sehingga dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti mengambil judul: “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Untuk Meningkatkan

Kemampuan Menyebutkan Contoh Norma Di Rumah Dan Di Sekolah

Pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 16

(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

sebuah masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token untuk meningkatkan kemampuan menyebutkan contoh norma di

Rumah dan di Sekolah pada mata pelajaran PKn siswa kelas III MI

Muhammadiyah 16 Jompong-Lamongan?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Time Token dalam meningkatkan

kemampuan menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah pada

mata pelajaran PKn siswa kelas III MI Muhammadiyah 16

Jompong-Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token dalam meningkatkan kemampuan menyebutkan contoh norma

di Rumah dan di Sekolah pada mata pelajaran PKn siswa kelas III MI

Muhammadiyah 16 Jompong-Lamongan

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran penerapan model

(17)

kemampuan menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah pada

mata pelajaran PKn siswa kelas III MI Muhammadiyah 16

Jompong-Lamongan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. MI Muhammadiyah 16 Jompong - Lamongan

Dengan hasil penelitian ini diharapkan pihak Sekolah dapat lebih

meningkatkan penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan

belajar mengajar di Kelas.

2. Guru

Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan model

pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di Kelas.

3. Siswa

Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk lebih meningkatkan

semangat belajar dan kemampuan menyebutkan contoh norma di

Rumah dan di Sekolah mata pelajaran PKn.

E. Ruang Lingkup

Beberapa ruang limgkup yang ada dalam penelitian tindakan kelas, yakni:

(18)

Siswa kelas III MI Muhammadiyah 16 Jompong kecamatan Brondong

kabupaten Lamongan

2. Fokus penelitian

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kemampuan menyebutkan

contoh norma di Rumah dan di Sekolah

3. Model pembelajaran yang digunakan

Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Time Token. Model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token adalah Pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan dengan setiap kelompok

diberikannya batasan waktu dalam menyampaikan gagasan.

F. Rencana Tindakan

1. Jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token,

maka akan meningkatkan kemampuan menyebutkan contoh norma di

Rumah dan di Sekolah pada mata pelajaran PKn siswa Kelas III MI

Muhammadiyah 16 Jompong-Lamongan

2. Jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token

(19)

contoh norma di Rumah dan di Sekolah pada mata pelajaran PKn

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Falsafah dasar pembelajaran kooperatif learning human

humini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk

sosial yang berarti manusia membutuhkan orang lain. Dalam konteks

keIndonesiaan, filsafah ini mirip dengan filsafah gotong royong atau

bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dengan kata lain

filsafah dasar pembelajaran kooperatif sangat mirip dengan filsafah

pancasila.

Pembelajaran kooperatif adalah pengajaran yang melibatkan

siswa bekerja kelompok untuk menetapkan suatu tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif menekankan siswa pada pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan.1

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi siswa pada kerja

sama. Sehingga siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan

sesama temannya untuk bertukar informasi dan pengetahuan.

(21)

Komunikasi yang terjalin sesama teman tersebut diharapkan siswa

dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena siswa lebih

mudah memahami penjelasan dari temannya dibanding penjelasan

dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran siswa yang lebih

sejalan dan sepadan.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran

dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil

yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Pada kegiatan

pembelajaran, panizt menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif memusatkan

aktivitas siswa untuk bekerjasama sehingga siswa menjadi aktif

selama proses pembelajaran. Model pembelajaran digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan

termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas.2

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa

manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam

(22)

kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang mengembangkan sikap demokrasi dan ketrampilan

berfikir logis. Dalam pembelajaran kooperatif siswa harus

mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran

yakni dengan cara bekerjasama. Pembelajaran kooperatif memiliki

ciri-ciri atau karakteristik, sebagai berikut:3

a. Siswa bekerja kelompok untuk menuntaskan materi belajar

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki ketrampilan tinggi,

sedang, dan rendah

c. Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras,

budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda

d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu

3. Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk

mengembangkan aspek ketrampilan sosial sekaligus aspek kognitif

dan aspek sikap siswa.

Adapun beberapa tujuan dari model kooperatif, yakni:4

a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik

b. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang memiliki

perbedaan

(23)

c. Mengembangkan ketrampilan sosial.

Adapun beberapa manfaat model kooperatif, yakni:5

a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosalisasi

b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap

dan perilaku selama bekerja sama

c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri

d. Meningkatkan motivasi belajar, harga diri, sikap dan sikap

perilaku positif sehingga pembelajaran kooperatif siswa akan tahu

kedudukannya dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain

e. Meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga memahami

konsep–konsep yang sulit

4. Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak keuntungan dari penerapan model pembelajaran

kooperatif, anatara lain:6

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,

ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan

pandangan-pandangan

c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

5 Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengjar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hal 81

(24)

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial

dan komitmen

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga dewasa

g. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikan

h. Meningkatkan saling percaya kepada sesama manusia

i. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang

dirasakan lebih baik

j. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat yang dirasakan

lebih baik.

5. Pengertian Model Kooperatif Tipe Time Token

Model Time Token berasal dari Time yakni waktu dan Token

yakni tanda. Time Token merupakan model belajar dengan ciri adanya

tanda waktu atau batasan waktu. Batasan waktu disini bertujuan untuk

memacu dan memotivasi siswa dalam mengeksploitasi kemampuan

berfikir dan mengemukakan gagasannya.

Model Time Token merupakan model pembalajaran yang

(25)

mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan

mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain.7

Model pembelajaran kooperatif tipe Time Token merupakan

model pembelajaran yang cocok untuk mengembangkan keterampilan

sosial siswa atau menghindari siswa mendominasi bicara dan siswa

lain hanya diam sama sekali.8 Hubungan interaksi sesama teman harus

dibangun dengan baik karena hubungan interaksi yang baik akan

mempengaruhi proses belajar siswa. Belajar membutuhkan

keterlibatan mental dan tindakan agar siswa senang dan tidak jenuh

dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang didesain

dengan metode batasan waktu dan kelompok kecil akan berpengaruh

dengan keaktifan siswa dengan meminim waktu yang telah diberikan.

Siswa cenderung akan aktif dalam proses pembelajaran dengan

memanfaatkan waktu sebaik mungkin karena pembelajaran tipe Time

Token ini didesain oleh guru agar siswa lebih meminim waktu dalam

proses pembelajaran.

6. Langkah-langkah penggunaan Model Kooperatif Tipe Time Token

Langkah-langkah dari model kooperatif tipe time token, sebagai

berikut:9

7Diakses: http://www.scribd.com/doc. 17 oktober 2016, jam 10:21

(26)

a. Mengondisikan siswa untuk melaksanakan diskusi (Cooperative)

Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk berkumpul

dengan kelompoknya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 anak.

Siswa dibagi dengan menyamaratakan kemampuan yang

dimilikinya. Sehingga kelompok memiliki anggota dengan

kemampuan yang sama. Tujuan dari pengelompokan ini agar

siswa saling berbagi pengetahuan.

b. Setiap siswa diberi kupon Time Token dengan waktu ± 30 detik.

Kupon menjawab dengan batasan waktu tertentu (sesuai

dengan instruksi guru) merupakan media yang digunakan siswa

untuk menjawab dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Kupon menjawab berbentuk gambar anak yang memakai seragam

sekolah (merah, putih dan pramuka). Tujuan diberikannya kupon

menjawab dengan batasan waktu ini agar siswa dapat menghargai

waktu dan dapat menggunakan waktu dengan sebaik mungkin.

c. Jika telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa harus

diserahkan kepada guru.

Kartu Time Token ini akan diserahkan kepada guru jika

siswa sudah menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

Tujuannya agar guru dan siswa lain mengetahui siswa mana yang

(27)

Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi,

sedangkan yang masih memegang kuponnya harus bicara sampai

kuponnya habis. Siswa tidak diperbolehkan menjawab lagi setelah

kupon diberikan kepada guru. Tujuannya agar seluruh siswa aktif

dengan satu jawaban satu kupon. Jika siswa diperbolehkan

menjawab lebih dari jumlah kupon yang diberikan akan

menimbulkan rasa tidak percaya diri terhadap siswa yang

mempunyai kemampuan sedang dengan memberikan satu

jawaban saja. Sehingga tujuan dari langkah ini adalah untuk

menyamaratakan kemampuan siswa.

d. Dan seterusnya.

Mengulang langkah pembelajaran dari kelompok pertama hingga

akhir.

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif Time Token10

Adapun beberapa kelebihan model Time Token, antara lain:

a. Memotivasi siswa untuk belajar mandiri terhadap materi

pembelajaran

b. Melatih rasa percaya diri siswa dengan terbiasa tampil saat

kegiatan belajar

c. Meningkatkan kemampuan siswa berbicara di depan orang, serta

mengemukakan ide

(28)

d. Melatih daya ingat siswa dan disiplin dalam memanfaatkan waktu

Adapun kekurangan dari model Time Token, yakni: Pembatasan

waktu dalam aktivitas belajar dapat mengurangi kesempatan berfikir

siswa untuk mengemukakan pendapatnya secara maksimal

B. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang

berfungsi untuk membina kesadaran warga negara Indonesia dalam

melaksnakan hak dan kewajiban sesuai dengan jiwa dan nilai

konstitusi yang berlaku dalam UUD 1945.11 Selain itu beberapa

pengertian dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang

cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan

HAM karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal,

seperti pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, hak

dan kewajiban warga negara, proses demokrasi, partisipasi aktif, dan

keterlibatan warga negara dalam masyarakat madani, pengetahuan

tentang lembaga-lembaga dan sistem yang terdapat dalam

(29)

pemerintahan, politik, administrasi publik dan sistem hukum,

pengetahuan HAM, kewarganegaraan aktif dan sebagainya.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang

memahami dan mampu melaksankaan hak-hak dan kewajibannya

untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.12

Menurut Soematri, Pendidikan Kewarganegaraan ditandai oleh

ciri-ciri sebgai berikut:

a. Civic Education adalah kegiatan yang meliputi seluruh program

Sekolah

b. Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan mengajar

yang dapat menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik

dalam masyarakat demokratis

c. Civic Education termasuk pula hal-hal yang menyangkut

pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat-syarat

objektif untuk hidup bernegara.13

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

12 Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006, Struktur isi

(30)

Berdasarkan permendiknas No 22/2006 tentang standart Isi

Kurikulum Nasional, tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di MI

adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu

Kewarganegaraan.

b. Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, serta anti-korupsi

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi.14

Lebih lanjut, tujuan mata pembelajaran Pendidikan

Kewarganegraaan, menurut Mulyasa adalah untuk menjadikan siswa;

a. Mampu berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam

menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di

negaranya.

(31)

b. Mau berpatisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan

bertanggung jawab, sehingga dapat bertindak secara cerdas dalam

semua kegiatan

c. Dapat berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu

hidup bersama dengan bangsa lain. Serta mampu berinteraksi

dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan

baik.15

Dari berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk membentuk siswa menjadi

manusia yang tanggap akan berbagai keadaan dalam lingkungannya.

Untuk mengahadapi hal ini yang dapat dilakukan yakni dalam

kemampuan yang diungkapkan dengan cara berfikir kritis, tindakan,

dan lain sebagainya.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) MI

Ruang lingkup pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI

dinyatakan pada kurikulum nasional yang tercantum dalam

permendiknas 22/ 2006 tentang standart isi adalah sebagai berikut:16

a. Persatuan dan kesatuan meliputi hidup rukun dalam perbedaan,

cita lingkugan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah

15 Muh Murtadho, Arif Mansuri, dkk, pembelajaran PKN MI, (Surabaya: Aprinta, 2009), paktet 1, hal 8-9

16

(32)

pemuda, keutuhan Negara Kesatun Republik Indonesia,

keterbukaan dan jaminan keadilan

b. Norma, hukum, dan peraturan meliputi tata tertib dalam

kehidupan keluarga, serta tata tertib di Sekolah, norma yang

berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan di daerah,

norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum

dan peradilan nasional, dan hukum dan peradilan internasional.17

c. Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anggota

masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,

kemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM

d. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga

diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,

kebebasan mengeluarkan pendapat, mengahragai keputusan,

prestasi dari persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan

konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah

digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan

konstitusi.

17 Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006, Struktur isi

(33)

f. Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahna desa dan

kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, sistem

pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi

g. Kedudukan Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai

dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila

dalam kehidupan sehari-hari

h. Globalisasi, meliputi globalisasi dilingkungannya, politik luar

negri Indonesia diera globalisasi, dampak globalisasi, hubungan

internasional, dan organisasi internasional dan mengevaluasi

globalisasi.

Dalam penelitian yang dilakukan ruang lingkup yang diambil

yaitu pada materi norma didalam keluarga dan sekolah. Materi ini

berhubungan dengan keadaan yang ada dilingkungannya. Materi ini

mencakup pengertian norma, contoh norma di rumah dan di sekolah,

dampak baik dan buruk bagi setiap yang mentatai norma di rumah dan

di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pengertian Norma

Norma adalah suatu peraturan, ketentuan yang mengikat suatu

kelompok dalam masyarakat.18 Norma dalam pengertian lain yakni

(34)

penjabaran dari nilai sebagai penuntun perilaku seseorang atau

masyarakat.19 Norma atau aturan sangatlah perlu diadakan, karena

norma atau peraturan sebagai panduan, tatanan, dan pengendalian

tingkah laku bagi masyarakat agar sesuai dengan masyarakat dan

diterima oleh masyarakat. Norma yang dijadikan sebagai penuntun

perilaku seseorang ini mempunyai beberapa macam-macam norma,

antara lain:

a. Norma agama:

Norma agama adalah petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan

yang disampaikan melalui utusan-Nya, yang berisi perintah,

larangan dan anjuran-njuran dari Tuhan. Contoh: rajin

beribadah, berdoa sebelum makan dan mencegah tindakan yang

melanggar agama.

b. Norma kesopanan:

Norma kesopanan adalah norma kesusilaan atau moral yang

dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Contoh:

berpamitan kepada kedua orang tua dan berkata jujur

c. Norma hukum:

Norma hukum adalah aturan yang berlaku dimasyarakat

berdasarkan tingkah laku. Contoh: mendengarkan nasihat orang

(35)

tua, membungkukkan badan ketika lewat didepan orang yang

lebih tua.

Norma atau aturan terbagi menjadi dua norma, yakni:

a. Norma tertulis :

Norma tertulis adalah norma yang tertera dalam suatu tulisan

diatas kertas yang sudah disepakati secara bersama-sama

dalam suatu kelompok tertentu. Contohnya: peraturan yang

tertera dalam UUD.

b. Norma tidak tertulis (lisan) adalah norma yang disepakati secara

lisan, ucapan atau perkatan suatu kelompok tertentu.

Contohnya: tidak melakukan tindakan yang senonoh

(mabuk-mabukan)

Dari kedua norma diatas jelas, bahwasannya seseorang yang

melanggar suatu norma dalam suatu kelompoknya akan mendapatkan

sanksi dari suatu kelompok itu sendiri. Norma atau aturan dalam suatu

kelompok jelas memiliki kesepakatan yang berbeda-beda dalam sisi

aturan untuk setiap pengaplikasiannya dan sanksi dari setiap norma itu

sendiri20. Sebagaimana norma yang ada di Rumah jelas berbeda

dengan norma yang ada di Sekolah.

(36)

5. Contoh norma di rumah dan di sekolah

Adapun contoh norma di rumah, antara lain:21

a. Bangun sebelum jam enam pagi

b. Sarapan sebelum berangkat sekolah

c. Berpamitan kepada orang tua sebelum berangkat ke Sekolah

d. Mengucapkan salam ketika masuk dan keluar Rumah

e. Belajar tanpa disuruh

f. Menghormati kedua oang tua

g. Berbicara sopan kepada orang tua

h. Taat kepada perintah orang tua

i. Membantu kedua orang tua

j. Menyayangi keluarga (Ayah, ibu, kakak dan adik)

Adapun contoh norma di Sekolah, antara lain:22

a. Datang tepat waktu

b. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar

c. Memakai atribut lengkap dan sesuai jadwal yang sudah

ditentukan (seragam, ikat pinggang, dasi dan topi)

d. Mengikuti kegiatan belajar dengan tertib

e. Menghormati guru

21 Ibid, hal 35-38

(37)

f. Berbicara sopan kepada guru

g. Taat kepada perintah guru

h. Menyayangi sesama teman

i. Tidak berkelahi

j. Tidak menyontek saat ujian

k. Menjenguk teman yang terkena musibah

l. Menjaga kebersihan

6. Dampak Positif dan Negatif dari penerapan norma di rumah dan di

sekolah.23

Adapun dampak positif, yakni:

a. Menjadi anak yang pandai dan disiplin

b. Menjadi panutan bagi teman-temannya

c. Disenangi oleh orang tua, guru dan teman

d. Lingkungan menjadi indah dan bersih

Adapun dampak negatif, yakni:

a. Akan menimbulkan kekacauan

b. Kegiatan belajar tidak terlaksana dengan baik

c. Dibenci oleh teman

d. Lingkungan menjadi rusak dan kotor akibat ulah kita

(38)

C. Kemampuan Menyebutkan

1. Pengertian Kemampuan Menyebutkan

Pembelajaran merupakan suatu proses, cara, memberikan dan

menjadikan seseorang untuk belajar. Ditinjau dari hasil belajar tujuan

pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pendidikan yang mencakup

tiga aspek yakni kognitif, efektif dan psikomotorik. Menurut taksonomi

meningkatnya hasil belajar dapat dilihat melalaui enam katogori salah

satunya yakni kemampuan pemahamannya. Siswa dapat dikatakan

mampu jika siswa tersebut sudah memahami materi yang telah

disampaikan.

Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang mempunyai arti

dapat atau bisa. Kemampuan adalah kesanggupan, sanggup, dapat

melakukan, memecahkan masalah. Sedangkan ditinjau dari segi bahasa

Indonesia, kemampuan merupakan kesanggupan seseorang untuk

berinteraksi disuatu masyarakat mencakup sopan santun, memahami

giliran berbicara. Kemampuan didefenisikan sebagai kecakapan

seseorang untuk mempergunakan bahasa yang secara sosial dapat

diterima dan memadai.24 Sedangkan menyebutkan berasal dari kata

“sebut” yang memiliki arti mengucapkan, melafalkan, menceritakan

dan mengatakan.25 Kemampuan menyebutkan sering kali digunakan

24 Diakses:http://www.scribd.com/doc. 24 oktober 2016, jam 13:00

(39)

oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Misalnya mata pelajaran PKN

materi menyebutkan contoh norma di Rumah dan di Sekolah.

Kemampuan menyebutkan yang terlaksana dalam pembelajaran dapat

diukur dari hasil tes tulis.

2. Indikator Kemampuan Menyebutkan

Pada prinsipnya, kemampuan menyebutkan diukur oleh

pemahaman yang kemudian dilihat dari segi hasil belajarnya. Siswa

dapat dikatakan mampu menyebutkan jika siswa tersebut sudah

memahami materi yang telah disampaikan sehingga dapat

mengutarakan dengan menyebutkan. Indikator kemampuan

menyebutkan mengarah pada ranah kognitif dengan menggunakan tes

tulis. Tes tulis yang dilaksanakan tidak luput dengan SK, KD dan

indikator. Tes tulis dikatakan berhasil apabila hasil belajar sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh guru ataupun pemerintah

(KKM). Sebagaimana hasil belajar merupakan proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh perubahan, kognitif, efektif, psikomotorik

sebagai hasil dari pengalaman seseorang berinteraksi dengan

lingkungannya.26

Hasil belajar diklasifikasikan kedalam tiga ranah (domain), yaitu:27

26 Muhibbin Syah, Psikologi Blajar, (Jakarta: PT Rajawali Press, 2012), hal 64-65

(40)

a. Domain Kognitif:

Pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan

kecenderungan logika-matematika,

b. Domain Afektif

Sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan

kecerdasan antar pribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional

c. Domain Psikomotor,

Keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,

[image:40.595.148.547.204.665.2]

kecerdasan visual-spasial dan kecerdasan musikal.

TABEL 2.1

JENIS DAN INDIKATOR HASIL BELAJAR28

No Ranah Indikator

1 Ranah Kognitif

a. Pengetahuan

b. Pemahaman

c. Penerapan

d. Analisis

Mengidentifikasi, mendefinisikan, menalar,

mencocokkan, menetapkan, meyebutkan, melabel, menggambarkan, memilih.

Menterjemahkan, menguraikan dengan kata-kata

sendiri, menulis kembali, merangkum,

membedakan, menduga, mengambil kesimpulan, menjelaskan.

Menggunakan, mengoprasikan,/ melakukan,

menciptakan,/ membuat perubahan, menyelesaikan,

menunjukkan, memperhitungkan, menyiapkan,

menentukan

Membedakan, memilih, membedakan antara, memisahkan, membagi, mengidentifikasi, merinci, menganalisis, membandingkan.

(41)

e. Menciptakan

, membangun

f. Penilaian

Membuat pola, merencanakan, menyusun,

mengubah, mengatur, menyimpulkan, membangun, merencanakan.

Menilai, membandingkan, membenarkan,

mengkritik, menjelaskan, menafsirkan,

menyimpulkan, merangkum, menilai.

2 Ranah Afektif

a. Penerimaan b. Menjawab/ menanggapi c. Penilaian d. Organisasi e. Menentukan ciri-ciri nilai

Mengikuti, memilih, mempercayai, memutuskan, bertanya, memegang, memberi, menemukan. Membaca, mencocokkan, membantu, menjawab, mempraktekan, memberi, melaporkan, menyambut, menceritakan, melakukan, membantu.

Memprakarsa, meminta, mengundang,

membagikan, bergabung, mengikuti,

mengemukakan, membaca, belajar, bekerja,

menerima, melakukan, mendebat

Mempertahankan, mengubah, menggabungkan, mempersatukan, mendengarkan, mempengaruhi,

mengikuti, memodifikasi, menghubungkan,

menyatukan

Mengikuti, menghubungkan, memutuskan,

menyaikan, menggunakan, menguji, menanyai,

menegaskan, mengemukakan, memecahkan,

mempengaruhi, menunjukkan

3 Ranah

Psikomotorik a. Gerakan pokok b. Gerakan umum c. Gerakan ordinat d. Gerakan

Membawa, bergerak pelan, mendengar, memberi reaksi, memindahkan, mengerti, berjalan,

memanjat, melompat, memgang, berdiri, berlari Melatih, membangun, membongkar, merubah, melompat, merapikan, memainkan, mengikuti, menggunakan, menggerakkan.

Bermain, menghubungkan, mengaitkan, menerima, menguraikan, mempertimbangkan, membungkus, menggerakkan, bermain, berenang, memperbaiki, menulis.

(42)

kreatif menggunakan, memainkan, membangun,

menunjukkan, melakukan, membuat.

Dengan melihat tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

hasil belajar harus dapat mengembangkan tiga ranah, yakni: kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini dilakukan pada ranah

kognitif, yakni pada indikator menyebutkan. Siswa dikatakan mencapai

indikator menyebutkan jika siswa dapat membedakan dari contoh yang

disebutkan apakah contoh dari norma di rumah ataukah contoh dari

norma di sekolah, selain itu dapat diketahui jika hasil belajar siswa diatas

KKM pendidikan kewarganegaraan yakni 70.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemampuan Menyebutkan

Faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan

belajar siswa terdapat dua macam faktor, yakni:

a. Faktor Internal (Diri Sendiri),29

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam

diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Berikut faktor

internal, yakni:

1) Faktor psikologis, meliputi kecerdasan, minat, bakat dan potensi.30

2) Faktor pematangan fisik, atau psikis.

(43)

Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya, yakni:31

1) Kecerdasan anak

Kecerdasan anak sangat mempengaruhi cepat atau

lambatnya menyerap suatu pembelajaran. Kecerdasan merupakan

suatu potensi dasar bagi pencapaian hasil belajar yang dibawa

sejak lahir. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk

menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran dan

keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan.

2) Kesiapan dan kematangan

Kematangan atau kesiapan juga turut menentukan

keberhasilan dalam belajar, karena kematangan ini erat

hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak.

3) Bakat anak

Menurut Chaplin yang dimaksud dengan bakat adalah

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki

bakat atau potensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat

tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa bakat dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar.

(44)

4) Kemauan belajar anak adalah keinginan anak untuk mencari

informasi

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh guru adalah untuk

membuat siswa untuk mau belajar dan giat belajar. Kemauan

belajar yang tinggi dapat menjadi salah satu penentu dalam

mencapai hasil belajar yang maksimal.

5) Minat anak

Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Seorang siswa yang memiliki minat yang besar akan

memusatkan perhatiannya secara intensif dan siswa akan belajar

lebih giat. Kemudian dapat mencapai hasil belajar yang sesuai

dengan yang diinginkannya.

6) Model penyajian materi pelajaran

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada

model penyajian materi. Model penyajian yang menarik,

menyenangkan dan mudah dimengerti dapat memudahkan siswa

dalam meraih hasil belajar yang maksimal.

7) Pribadi dan sikap guru

Kepribadian dan sikap guru juga sangat menentukan

(45)

inovatif dapat menjadi contoh untuk siswa menjadi aktif dan

kreatif juga

8) Suasana pengajaran

Suasana pengajaran juga merupakan faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa. Suasana belajar yang tenang,

menyenangkan, dan aktif tentunya akan menjadikan nilai lebih

pada pembelajaran. Hal ini juga akan berdampak pada

keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.

9) Kompetensi guru

Suasana pengajaran juga merupakan faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa. Suasana belajar yang tenang,

menyenangkan, dan aktif tentunya akan menjadikan nilai lebih

pada proses belajar siswa. Hal ini juga akan berdampak pada

keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.

b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri

siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya. Berikut faktor eksternal,

yakni:

1) Faktor sosial, meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan Sekolah,

lingkungan kelompok, dan lingkungan masyarakat.

2) Faktor budaya, meliputi: adat istiadat, ilmu pengetahuan,

(46)

3) Faktor lingkungan fisik, meliputi: fasilitas Rumah dan Sekolah.

Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, sudah jelas

bahwasannya hasil belajar kemampuan menyebutkan tidak luput dari

faktor internal dan eksternal. Tinggi rendahnya hasil belajar akan

diukur oleh hasil belajar.

D. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token dapat

dilihat dari hasil evaluasi yang kemudian akan diberikannya sebuah solusi.

Adapun yang pertama dilakukan yakni:

1. Evaluasi Kemampuan Menyebutkan

a. Pengertian Evaluasi

Evaluasi menurut bahasa adalah penilaian yang berkaitan

dengan kegiatan pendidikan.32 Sedangkan menurut istilah evaluasi

pendidikan adalah adalah kegiatan atau proses untuk mengukur

dan selanjutnya menilai, sampai manakah tujuan yang telah

dirumuskan sudah dapat dilaksanakan dalam pembelajaran.33

Proses evaluasi pembelajaran dilaksanakan menggunakan

penilaian dan pengukuran. Evaluasi, penilaian dan pengukuran

(47)

saling berhubungan. Dalam mengambil suatu hasil belajar

perlunya tindakan pengukuran, sehingga dapat diambil suatu

penilaian yang sesuai dengan kemampunya. Dalam melaksanakan

suatu pengukuran tindakan guru menggunakan instrumen tes dan

non tes sebagai hasil dari penilaian hasil belajar. Ketika

mengetahui kemampuan siswa tersebut maka dapatlah diambil

suatu tindakan sebagai evaluasi dari keberhasilan belajar siswa

dari pembelajarann yang telah terlaksana. Evaluasi yang

dilaksanakan dalam pembelajaran sama halnya dengan

pengukuran yang sudah terlaksana yakni menggunakan instrumen

tes dan non tes sebagai acuan kemampuan pengetahuan siswa.

b. Fungsi evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi perlu diketahui apa yang

harus diperbaiki. Pelaksanakan evaluasi yang tidak didasari

perbaikan didalamnya maka tidak ada artinya.34 Fungsi evaluasi

adalah untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Adapun fungsi

evaluasi pembelajaran, yakni:

1) Bagi Guru.35

a) Sebagai penilaian menagajar yang telah terlaksana.

Sehingga guru mengetahui model, metode, strategi dan

(48)

media mana yang akan diperbaiki dan dirubah dalam

proses pembelajarannya.

b) Sebagai landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang

telah dicapai siswa

c) Sebagai bahan informasi, guna mengetahui posisi

masing-masing siswa ketika berkelompok bersama temannya

d) Sebagai bahan informasi memilih dan menetapkan status

siswa

e) Sebagai bahan informasi sejauh mana program pengajaran

yang telah ditentukan dan telah dicapai.

2) Bagi Siswa.36

a) Sebagai bahan evaluasi dari proses dan cara belajarnya

b) Sebagai bahan evaluasi sejauh mana kemampuan yang ada

pada dirinya.

c) Sebagai motivasi atau dorongan dalam hal belajar, dalam

meningkatkan prestasi

2. Cara Meningkatkan Kemampuan Menyebutkan

Setelah diketahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi kemampuan menyebutkan maka diketahui pula cara

mengubah suatu proses pembelajaran untuk meningkatkan

(49)

kemampuan menyebutkan. Adapun langkah-langkah yang

digunakan dalam meningkatkan kemampuan menyebutkan, yakni:

a. Menyiapkan Fisik dan Mental

Langkah yang pertama yakni dengan menyiapkan fisik dan

mental siswa. Karena apabila siswa tidak siap fisik dan

mentalnya dalam belajar, maka pembelajaran akan berlangsung

dengan sia-sia atau pembelajaran akan menjadi tidak efektif.

Dengan kesiapan fisik dan mental, siswa akan belajar lebih

efektif sehingga akan mendapat hasil belajar yang meningkat

menjadi lebih baik.

b. Meningkatkan Kosentrasi

Meningkatkan kosentrasi dapat dilakukan guru dengan

memberikan ice breaking baik diawal, ditengah maupun diakhir

pembelajaran. Ice breaking dapat dilakukan dengan melihat

situasi dan kondisi siswa, jika ice breaking dilakukan dengan

tidak menyesuaikan situasi dan kondisi maka pembelajaran akan

menjadi semakin gaduh dan siswa tidak akan berkonsentrasi

dengan baik. Apabila siswa tidak berkonsentrasi dengan baik,

maka hasil belajar tidak akan mencapai kehasil yang maksimal.

Sebagai guru mengetahui karakter adalah hal yang terpenting.

Karena guru dapat mengubah gaya belajar sesuai dengan

(50)

c. Meningkatkan Motivasi.37

Kegiatan belajar siswa dapat terjadi apabila siswa mendapat

perhatian dan dorongan terhadap stimulus belajar. Sehingga

guru harus mengupayakan dan mempertahankan perhatian dan

dorongan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Upaya memberikan perhatian dan dorongan dapat dilakukan

diawal, ditengah dan diakhir pembelajaran.

d. Mengguanakan Model, Strategi, metode, dan media.

Hasil belajar yang diperoleh sangatlah berpengaruh dengan

model, strategi, metode, dan media yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran. Siswa akan mendapatkan hasil belajar

yang baik jika mereka faham dengan materi yang diajarkan

melalui perantara dan perangkat yang diguanakan guru dalam

proses pembelajaran. Jika dirasa perangkat dan media yang

digunakan tidak dapat meningkatkan gaya belajar dan hasil

belajar siswa maka guru diharuskan untuk memperbaiki dan

mengubahnya.

e. Membiasakan Berbagi

Tingkat pemahaman siswa pastinya berbeda-beda antara

satu dengan yang lain. Untuk siswa yang sudah memahami dan

(51)

mampu menyebutkan materi yang telah diajarkan diharapkan

dapat membagi pengetahuannya dengan siswa yang belum

memahami materi yang telah diajarkan. Dengan kata lain

mereka saling berbagi pengetahuan.

Dalam penelitian yang dilakukan, model kooperatif tipe Time

Token meruapakan model yang dapat mengondisikan kelas dengan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk

penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri seseorang yang

terlibat dalam suatu yang diteliti seperti guru, siswa dan kepala sekolah

dengan situasi sosial (sekolah) dengan tujuan untuk memperbaiki

proses pembelajaran.1 Pelaksanaan penelitian ini dengan melakukan

wawancara atau tanya jawab mengenai kegiatan pembelajaran PKn

dengan guru yang bersangkutan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu guru

juga dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan

bahwa guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang

dikelolanya.

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Kurt

Lewwin. Model Kurt Lewwin terdiri dari empat tahapan dalam

melakukan penelitian, yakni:2

1. Perencanaan (Planning)

(53)

Proses menentukan program atau perencanaan yang berasal dari

ide peneliti

2. Aksi atau Tindakaan (Acting)

Pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dengan

perencanaan yang disusun oleh peneliti

3. Pengamatan (Observation)

Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas tindakan

atau pengumpulan informasi tentang berbagai kekurangan tindakan

yang dilakukan

4. Refleksi (Reflecting).

Kegiatan tentang menganalis hasil observasi sehingga

memunculkan program atau perencanaan baru.

Perencanaan

Perencanaan

Siklus II

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

(54)

[image:54.595.146.514.251.549.2]

Gambar 3.1

Presedur Model Kurt Lewwin

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

Setting penelitian dan karakteristik penelitian ini terdiri dari dua

macam, yakni:

1. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI Muhammadiyah 16

Jompong-Lamongan pada mata pelajaran PKn siswa kelas III

materi norma di lingkungan masyarakat

b. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan yakni bulan

September 2016 sampai Januari 2017 pada pertengahan

semester untuk mata pelajaran PKn materi norma di lingkungan

masyarakat. Siklus penelitian tindakan kelas dilakukan dengan

II siklus.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada siswa kelas III dengan

jumlah 19 siswa yang terdiri dari 11 laki-laki dan 8 perempuan.

(55)

aturan yang berlaku dilingkungan masyarakat sekitar dan

menyebutkan contoh-contoh aturan-aturan yang berlaku di

lingkungan masyarkat”. Objek penelitian ini adalah siswa kelas III

MI Muhammadiyah 16 Jompong-Lamongan dengan hasil belajar

dalam materi menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah

pada mata pelajaran PKn masih dibawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yakni 70.

C. Variable Penelitian

Variabel yang menjadi sasaran PTK ini adalah untuk

meningkatkan kemampuan menyebutkan contoh norma di rumah dan

di sekolah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Time Token pada mata pelajaran PKn siswa kelas III MI

Muhammadiyah 16 Jompong. Berikut beberapa variabel yang lain,

yakni:

1. Variabel Input : Siswa kelas III MI Muhammadiyah 16

Jompong- Lamongan

2. Varabel Proses : Penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Time Token pada mata pelajaran PKn

3. Variabel Output : Kemampuan menyebutkan contoh norma

di Rumah dan di Sekolah mata pelajaran

(56)

D. Rencana Tindakan

Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua

tahap, yakni:

1. Persiapan Penelitian

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dengan menggunakan metode Time Token. Penggunaan metode

Time Token, diharapakaan dapat meningkatkan kemampuan

menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah pada mata

pelajaran PKn siswa kelas III MI Muhammadiyah 16

Jompong-Lamongan. Metode kartu time token menggunakan kartu Time

Token sebagai perantara palaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe Time Token.

b. Mempersiapkan media yang dapat digunakan sebagai penunjang

pembelajaran.

c. Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran mengenai cara

melakukan penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan peneliti adalah model

Kurt Lewwin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari

(57)

a. Perencanaan (Planning)

b. Aksi atau Tindakan (Acting)

c. Observasi (Observing)

d. Refleksi (Reflecting)

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token

dilakukan dengan dua siklus yang sebelumnya di lakukan pra siklus

sebagai tolak ukur perbandingan hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah dilaksanakannya penelitian tindakan kelas.

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus,

yakni:

Siklus I

a. Tahap perencanaan

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dengan standart kompetensi dan kompetesi dasar mata

pealajaran PKn Kelas III MI Muhammadiyah 16

jompongLamongan semester ganjil dengan menggunakan

model kooperatif tipe Time Token (Lampiran 4)

2) Menyiapkan lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan

oleh siswa pada proses pembelajaran

3) Menyiapkan alat bantu mengajar, lembar soal, dan kartu

reward

(58)

a) Lembar aktifitas siswa selama proses pembelajaran

b) Lembar aktifitas guru selama proses pembelajaran

5) Mendesaian alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan

siswa dalam meningkatkan kemampuan menyebutkan

siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Time

Token. Keberhasilan pembelajaran ditetapkan jika 85%

siswa mencapai ketuntasan belajar dengan nilai minimal

70.

b. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan PTK dilaksanakan di MI Muhammadiyah

16 Jompong-Lamongan pada mata pelajaran PKn dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token

untuk meningkatkan kemampuan menyebutkan contoh norma

di rumah dan di sekolah pada semester ganjil tahun ajaran

2016. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP

yang sudah dibuat, adapun langkah-langkah dari RPP yakni:

1) Kegiatan Pendahuluan (±10 menit)

2) Kegiatan Inti (±50 menit)

3) Kegiatan Penutup (± 10 menit)

c. Tahap pengamatan

Pada tahap pengamatan peneliti melakukan

(59)

diolah dan dianalisis. Adapun instrumen penelitian yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1) Hasil tes kemampuan menyebutkan contoh norma di rumah

dan di sekolah. Peneliti memperoleh data ini dengan

mengadakan evaluasi tes tulis yang telah dibuat pada tahap

perencanaan dan dilaksanakan pada tahap pelaksanaan. Tes

evaluasi berupa tes tulis digunakan untuk memperoleh data

hasil belajar setelah proses pembelajaran.

2) Data aktifitas guru selama proses pembelajaran. Data ini

diperoleh dari hasil pengamatan guru berkolaborase dengan

menggunakan lembar observasi guru.

3) Data aktifitas siswa. Data ini diperoleh dari hasil

pengamatan guru berkolaborase dengan lembar observasi

siswa.

d. Tahap Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap hasil-hasil yang

telah dicapai, kendala dan dampak perbaikan pembelajaran

terhadap guru dan siswa pada siklus I. Refleksi dilakukan

berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan, hasil

evaluasi dalam proses dan akhir pembelajaran. Hasil refleksi

(60)

pada siklus II. Perbaikan ini dengan merubah Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang sebelumnya sudah dilakukan.

Siklus II

a. Tahap perencanaan

1) Melakukan refleksi dan analisa bersama antara guru dan

peneliti dari hasil siklus I

2) Mengidentifikasi masalah

3) Menganalisa dan mencari alternatif pemecahan masalah

yang muncul pada siklus I yang belum teratasi

4) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yakni mengganti

proses kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan pada

siklus I, mengganti soal yang ada pada siklus I dengan

bobot soal yang sama pada siklus I dan penggunaan media.

b. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini menggunakan tindakan perbaikan sesuai

dengan yang direncanakan dalam RPP. Pada pelaksanaanya,

peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran PKn kelas

III MI Muhammadiyah 16 Jompong. Peneliti menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Time Token berdasarkan

hasil refleksi pada siklus pertama. Perbedaan pada siklus II ini

pada penggunaan media yakni dengan menggunakan media

(61)

c. Tahap Pengamatan

1) Hasil tes kemampuan menyebutkan contoh norma di

rumah dan di sekolah. Peneliti memperoleh data ini

dengan cara mengadakan evaluasi tes tulis yang dibuat

pada tahap perencanaan dan dilaksanakan pada tahap

pelaksanaan. Tes evaluasi digunakan untuk memperoleh

data hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.

2) Data aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Data ini

diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan guru yang

berkolaborator dengan menggunakan lembar observasi

guru.

3) Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Data ini

diperoleh dari hasil pengamatan guru yang berkolaborator

dengan menggunakan lembar observasi siswa.

d. Tahap Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksnaan pada

siklus pertama serta menganalisis untuk membuat kesimpulan

dari pelaksnaan model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token dalam meningkatkan kemampuan menyebutkan pada

mata pelajaran PKn siswa kelas III MI Muhammadiyah 16

(62)

E. Data dan Cara Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Guru

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Time Token dalam meningkatkan

kemampuan menyebutkan contoh norma di rumah dan di

sekolah pada mata pelajaran PKn siswa kelas III.

b. Siswa

Mendapatkan data tentang perkembangan kemampuan

menyebutkan contoh norma di rumah dan di sekolah serta hasil

belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Data kualitatif

Data yang berbentuk penjelasan dan tidak berbentuk angka3.

Adapun yang termasuk data kualitatiif pada penelitian ini

adalah:

1) Materi yang disampaikan pada Penelitian Tindakan Kelas

(PTK)

2) Metode pembelajaran yang digunakan dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK)

b. Data kuantitatif

(63)

Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka4.

Data ini menjadi data primer dalam penelitian yang meliputi:

1) Data jumlah siswa kelas III MI Muhammadiyah 16

Jompong-Lamongan

2) Data presentase ketuntasan minimal

3) Data nilai siswa

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah salah satu proses pengambilan data dalam

penelitian dimana peneliti melihat situasi penelitian. Peneliti

melakukan pengamatan terhadap proses, metode serta suasana

kelas pada saat proses pembelajaran. Data hasil observasi

digunakan peneliti sebagai penunjang untuk mengukur hasil belajar

yang telah dilakukan. Dari hasil observasi yang diperoleh mealalui

kegiatan pengamatan, peneliti mendapatkan suatu refleksi untuk

melakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Cara pengumpulan data dengan menggunakan observasi yakni

dengan mengumpulkan data sebagai berikut:

a. Aktivitas siswa siklus I dan siklus II

b. Aktivitas guru siklus I dan siklus II

(64)

Pengamatan ini dilakukan di kelas pada saat proses

pembelajaran yang sedang berlangsung. Hasil pengamatan tersebut

dapat dijadikan sebagai bahan refleksi dari pembelajaran yang

telah dilakukan. Selain itu dapat dijadikan sebagai acuan dalam

perbaikan kegiatan selanjutnya.

2. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan

beberapa pernyataan secara lisan kepada subjek penelitian.

Wawancara memiliki sifat yang luwes sehingga pertanyaan yang

diberikan dapat disesuaikan dengan subjek penelitian. Wawancara

digunakan untuk menggali beberapa hal yang berkaitan dengan

masalah pembelajaran.5 Dari proses wawancara peneliti

mendapatkan hasil tentang karakteristik siswa, Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) pada mata pelajaran yang akan diteliti, dan

persiapan guru sebelum pembelajaran dilaksanakan.

3. Tes

Tes ini berupa tes tulis uraian. Tes tulis uraian diberikan

guru setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe Time Token. Pengumpulan

data menggunakan tes tulis uraian yang digunakan untuk

(65)

mengumpulkan data kemampuan menyebutkan contoh norma

siklus I dan kemampuan menyebutkan contoh norma siklus II.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah laporan tertulis tentang suatu peristiwa

yang terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa

tersebut. Dokumen terdiri atas buku-buku, surat, dokumen resmi

dan foto. Pada penelitian ini metode dokumentasi yang digunakan

untu

Gambar

 TABEL 2.1
Gambar 3.1
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Klasikal
gambar membuat siswa dapat melihat materi yang tertera di papan

Referensi

Dokumen terkait

Rikrik Gemi Setelah dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dengan menggunakan metode Konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) maka dapat diambil

 Siswa dapat mengakui adanya Allah swt melalui ciptaan alam semesta raya dan seisinya melalui dalil aqli  Siswa dapat. mengenal Allah melalui keindahan alam semesta

Jika kendala diatas tidak dapat dipecahkan maka akan menghambat kelancaran kegiatan pada bagian keuangan.Pengaturan gaji membutuhkan suatu sistem, dimana sistem penggajian

Berdasarkan Hasil Evaluasi Evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis (Sampul I) Seleksi Umum dan Penetapan Peringkat Teknis oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Non Fisik di

2006 2006 © © © surya@fisika.ui.ac.id surya@fisika.ui.ac.id surya@fisika.ui.ac.id Arus Bolak-Balik (AC) dalam Induktor • Induktor memiliki sifat yang berbeda.

3.3 Diagram Kelas Keseluruhan +TampilMenuPembayaran() +TampilPilihanPembayaran() +PilihMenuTagihan() +PilihPembayaranPulsa() +PilihOperator() +TampilTagihan()

Adanya prioritas pengembangan program kerja sistem informasi/teknologi informasi secara lebih tepat dan berdaya guna yang disertai dengan penyiapan dukungan infrastruktur

[r]