• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN (Halaman 48-53)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik chi–square menggunakan program SPSS dan disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui faktor umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM, perilaku merokok yang berhubungan dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju, maka pembahasannya adalah sebagai berikut :

1. Umur

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan dari 33 responden yang paling banyak adalah usia > 40 tahun yang memiliki risiko tinggi yaitu sebanyak 27 orang (81,8%) , dan umur < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang ( 15,2%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 maka Hal ini berarti ada hubungan antara umur dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden dari 33 responden dari 27 orang responden yang berisiko tinggi perempuan 26 orang (96,3%) yang mengalami diabetes Mellitus, dan terdapat 1 orang responden (3,7%) yang tidak diabetes Mellitus. Sedangkan dari 6 responden (18,2%) yang risiko rendah laki – laki terdapat 1 orang (16,7%) yang diabetes Mellitus dan 5 orang (83,3%) yang tidak diabetes Mellitus.

Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p < 0,05 dimana nilai p = 0,000 < 0,05 maka HO di tolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh I Gusti Made Geria Jelantik (2013) dengan judul “ Hubungan Faktor Risiko, Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan, Dan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram” menunjukkan

bahwa umur penerita diabetes pada usia >40 tahun 3 kali lebih banyak di banding usia muda <40 tahun, umur >40 tahun berkaitan terjadinya diabetes karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darahnya tinggi. Dari hasil penelitian pada kelompok kasus >40 tahun sebanyak 45 orang (90,0%) dan yg berumur <40 tahun sebanyak 5 orang (10,0%) di dapatkan nilai p= 0,000 (p= <0,05). Hal ini ada hubungan antara faktor umur dengan kejadian diabetes mellitusdi wilayah kerja puskesmas mataram.

Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin

Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33 responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan sebanyak 27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki -laki sebanyak 6 orang (18,2%) Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test)

diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju

Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)” Faktor risiko kejadian diabetes mellitus type II di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat tahun 2012” menunjukkan prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2

Hal ini sejalan dengan teori Klien dengan riwayat keluarga menderita DM akan berisiko lebih besar. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang mengerikan ini.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Melitus dimana pada wanita yang telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Diabetes secara umum untuk pria datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa terlindungi dari diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormon wanita estrogen, yaitu hormon reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden yang memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang (87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,014 < 0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju

Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)” Faktor risiko kejadian diabetes mellitus type II di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat tahun 2012” kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 bahwa ada hubungan yang signifikan (OR 4,19; 95%CI 1,246-14,08). Sebagian besar responden memiliki riwayat DM keluarga. Terdapat 22 (75,9%) responden dengan riwayat DM keluarga, sebagian besar hubungan responden adalah dengan orang tua. Responden yang memiliki keluarga dengan DM harus waspada. Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010). Bagi masyarakat yang memiliki keluarga yang menderita DM, harus segera memeriksa kadar gula darahnya karena risiko menderita DM besar.

4. Perilaku Merokok

Berdasarkan Tabel diatas tentang perilaku merokok Dan terpapar asap rokok dari 33 responden yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang (75,8%), dan yang berisiko rendah sebanyak 8 orang (24,2%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p =

0,020 < 0,05 Hal ini berarti ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju

Hal ini sejalan dengan skripsi yang disusun oleh Anna Widiastuty Rahman (2013) yang berjudul “Faktor risiko dan deteksi dini kejadian diabetes Mellitus tipe B dikecamatan Tempe” yang menunjukkan Merokok merupakan masalah dunia. Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan berhubungan terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (p=0,000). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Gabrielle,Cappri, et.al (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian DM Tipe 2 (p=0,001) dengan OR 2,66.

Begitupula penelitian oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan, 2010).

Merokok secara langsung meningkatkan resistensi insulin. Respon insulin pada pembebanan glukosa oral lebih banyak pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. Perokok memiliki ciri khas sindrom resistensi insulin termasuk di dalamnya gula darah puasa yang meningkat ( Chiolero, 2008 dalam Jafar, Nurhaedar, 2011).

Asap rokok menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes mellitus. merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para peneliti menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi yang tahan terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens DM lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.terpapar asap rokok dan tidak terpapar asap rokok hampir merata. Responden yang terpapar asap rokok merupakan perokok aktif dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok, sebagaian besar

adalah perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok aktif. Penelitian oleh Houston mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan,2010).

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam dokumen FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN (Halaman 48-53)

Dokumen terkait