• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI RSUD

KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus Di RSUD Kabupaten Mamuju tahun 2014”, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Fatimah Mamuju.

Tak lupa Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang.

Pelaksanaan penelitian hingga akhir penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak. Banyak bantuan dan bimbingan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada kedua orang tua penulis yakni kepada Ayahanda tercinta ABD. HALE.R dan Ibunda tercinta Hj. HALIMAH atas segala pengorbanan, kasih sayang dan jerih payahnya selama membesarkan dan mendidik, serta doanya demi keberhasilan penulis. Terimakasih juga kepada seluruh keluarga besar atas segala do’a dan bantuannya kepada penulis sehinggan dapat menyelesaikan skripsi ini.

(2)

1. Ibu Hj.Salma Andi Ara Selaku Ketua Yayasan Nurul Fadhilah Mamuju 2. Bapak H. Arif Daeng Mattemmu, SE, M.Kes Selaku Ketua BPH

3. Bapak Ns, Samsualam, SKM.,S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Fatimah Mamuju

4. Bapak Dr. H. Kudding Harli selaku direktur STIKES St. Fatimah Mamuju.

5. Ibu Ns. Rubiah R, S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES St. Fatimah Mamuju

6. Ibu Ns. Yulianan D, S.Kep.,M.Kes selaku sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES St. Fatimah Mamuju

7. Bapak Ns, Safriadi Darmansyah AR.S.Kep.,M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Ririn Fatmawati SKM.,M.Kes selaku pembimbing II

8. Bapak Sahabuddin, SKM.,M.Kes selaku Penguji I dan Bapak H. Adrian Haruna, MM.,MBA selaku penguji II

9. Para Bapak / Ibu Dosen (Khususnya seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan) yang telah membekali ilmu kepada penulis

10. Ibu Dr. Titin Hayati, MARS selaku Direktur RSUD Mamuju Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat

11. Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Fatimah Mamuju khususnya angkatan 2010 yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

12. Untuk semua teman – teman dekat, yang tidak bisa saya sebut satu persatu , terima kasih karna telah menjadi teman yang baik selama ini dan terima kasih untuk bantuan kalian. Semoga kita akan sama-sama tersenyum bangga untuk keberhasilan kita, Insya Allah

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangn dan kesalahan yang disebabkan keterbatan penulisan dalam berbagai hal, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, penulis akan menerimanya dengan senang hati. Mudah mudahan skripsi ini dapat menjadi bahan informasi bagi para pembaca

(3)

penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus... 8

B. Tinjauan Umum Tentang Umur... 27

C. Tinjauan Umum Tentang Jenis Kelamin... 28

D. Tinjauan Umum Tentang Riwayat Keluarga... 29

E. Tinjauan Umum Tentang Merokok... 30

BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar pemikiran pariabel penelitian... 33

B. Kerangka pikir dan variabel penelitian... 36

(4)

D. Hipotesis kerja... 39

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 40

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 40

C. Populasi dan Sampel... 40

D. Alur penelitian... 43

E. Pengumpulan Data... 44

F. Pengelolaan dan Penyajian Data... 44

G. Etika Penelitian... 46

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 47

B. Pembahasan... 55

C. Keterbatasan penelitian ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN viii

ix

(5)

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Diabetes Mellitus dari bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air dan bahasa Latin: Mellitus, (rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula atau kencing manis yaitu kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi (Supriadi S, 2013).

1

Data dari Studi Global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang dilakukam, jumlah ini

diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Diabetes Mellitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian.

1

Lembaga kesehatan dunia, atau World Health Organisation (WHO) mengingatkan prevalensi penderita diabetes di Indonesia berpotensi mengalami kenaikan drastis dari 8,4 juta orang pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta penderita di 2030 nanti. Lonjakan penderita itu bisa terjadi jika negara kita tidak serius dalam upaya pencegahan, penaganan dan kepatuhan dalam pengobatan penyakit. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara (Trisnawati, 2013).

(6)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka prevalensi Diabetes Mellitus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1 persen), diikuti Riau (10,4 persen) dan NAD (8,5 persen). Sementara itu, prevalensi Diabetes Mellitus terendah ada di provinsi Papua (1,7 persen), diikuti NTT (1,8 persen), Prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8 persen), diikuti Sulbar (17,6 persen) dan Sulut (17,3 persen), sedangkan terendah di Jambi (4 persen), diikuti NTT (4,9 persen). Angka kematian akibat DM terbanyak pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan sebesar 14,7 persen, sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8 persen (Trisnawati, 2013).

Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Penderita yang terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun, namun mulai umur ≥ 65 tahun cenderung menurun (Kemenkes, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati tahun 2012 dengan judul faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus menunjukkan bahwa faktor risiko umur, stress, dan merokok berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus (Trisnawati tahun 2012). Penderita Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju berdasarkan data dari instalasi Rekam Medik tahun 2012 jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 71 orang (6,01%) (terdiri dari laki-laki 28 orang, perempuan 43 orang. Tahun 2013 jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 98 (7,65%) orang terdiri dari laki-laki 37 orang, perempuan 61 orang. Tahun 2014 bulan Januari sampai April jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 43 orang (5.65%) terdiri dari laki-laki 14 orang, perempuan 29 orang. (Data Rekam medik RSUD Mamuju, 2012-2014).

(7)

menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus, dan berkaca dari potensi diabetes yang bisa menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi, maka pemerintah serius menangani masalah penyakit tersebut guna mengurangi faktor risiko diabetes tersebut, pemerintah telah mengeluarkan aturan tentang kandungan gula pada makanan ringan di Indonesia yang dimuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 208/1985 tentang Pemanis Buatan dan Permenkes No 722/1988 tentang bahan tambahan makanan.

Diabetes Mellitus bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor risiko (Kemenkes, 2010). Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus yaitu usia yang semakin bertambah, usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Jenis kelamin, pada wanita yang sudah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Riwayat keluarga yang mengalami penyakit DM, faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremeh untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Asap rokok, asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan, termasuk terhadap risiko seseorang mudah terserang penyakit Diabetes Mellitus.

Dari uraian dan data tersebut diatas menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus baik secara global, nasional maupun di daerah khususnya di RSUD Kab.Mamuju dari tahun ketahun, oleh karena itu peneliti menganggap pentingnya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju Tahun 2014.

(8)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui hubungan umur dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014

b. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014

c. Mengetahui hubungan riwayat keluarga DM dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

d. Mengetahui hubungan Obesitas dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

e. Mengetahui hubungan merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Pendidikan

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan Stikes ST Fatimah Mamuju untuk melakukan penelitian selanjutnya dan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus.

2. Pemerintah (Rumah Sakit)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada institusi pemerintah dalam hal ini rumah sakit khususnya rumah sakit umum daerah kabupaten Mamuju selaku perpanjangan tangan dari pemerintah untuk selalu meningkatkan pelayanan kesehatan guna mengurangi, atau mencegah dan merawat masyarakat yang mengalami Diabetes Mellitus.

(9)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang mengalami Diabetes Mellitus.

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat secara umum dan kepada penderita dan keluarga secara khusus tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus.

5. Bagi peneliti berikutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian tentang Diabetes Mellitus.

6. Bagi Peneliti

a. Merupakan proses belajar memecahkan masalah secara sistimatis dan logis yang menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang riset keperawatan.

b. Mendapatkan gambaran nyata tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab Mamuju.

c. Merupakan prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep).

(10)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus

1. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Andra S, 2013).

Diabetes Mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).

Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Purnamasari, 2009).

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai kom-plikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer A, dkk, 2005).

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price, S dkk. 2006).

8

Diabetes Mellitus adalah dengan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Mellitus (DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.

2. Klasifikasi Diabetes mellitus

(11)

a. DM tipe I atau Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM).

Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang bertugas menghasilkan insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin absolut. Proses destruksi ini dapat terjadi karena proses imunologik maupun idiopatik.

b. DM tipe II atau Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM).

Tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.

c. Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain atau diabetes sekunder. d. Diabetes Mellitus gestasional atau Diabetes Mellitus kehamilan.

3. Etiologi

a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)

Diabetes type ini ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta, diabetes ini biasanya terjadi pada usia 30 tahun.

1) Faktor Genetika

Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes type I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes type I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen

transplantasi dan proses imun lainnya.

(12)

Antigen) spesifik. Tipe gen ini berkaitan dengan DM tipe I yakni memberi kode kepada protein-protein yang berperan penting dalam interaksi monosit-limposit. Protein-protein-protein ini mengatur respon sel T yang merupakan bagian normal dari respon imun. Jika terjadi kelainan, fungsi limposit T yang terganggu akan berperan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau langerhans. Selain itu juga terdapat bukti adanya peningkatan antibodi terhadap sel-sel pulau langerhans yang ditujukan terhadap komponen antigenik tertentu dari sel beta.

2) Faktor Imunologi

Pada Diabetes type I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes type I.

3) Faktor Lingkungan

Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas.

b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)

(13)

1) Usia

Resistensi insulin cenderung terjadi pada usia diatas 65 tahun. Meningkatnya usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan fungsi pankreas menjadi menurun sehingga produksi insulin oleh sel beta pankreas juga ikut terganggu.

2) Obesitas

Riset melaporkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor determinan yang menyebabkan terjadinya NIDDM, sekitar 80% klien NIDDM adalah individu dengan masalah kegemukan atau obesitas (20% diatas BB ideal) karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin sehingga akan timbul kegagalan toleransi glukosa.

Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme tubuh. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami kelainan dalam pengikatan dengan insulin. Kondisi seperti ini apabia berlangsung dalam waktu yang lama maka akan menye-babkan terjadinya resistensi insulin.

3) Riwayat Keluarga

Klien dengan riwayat keluarga menderita DM akan berisiko lebih besar. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang mengerikan ini

(14)

Misalnya penduduk di amerika serikat, dimana golongan Hispanik serta penduduk asli amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Afrika.

4. Insiden

Tingkat prevalensi Diabetes Mellitus sangat tinggi di dunia terdapat sekitar 16 juta kasus Diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati diabetik pada usia yang sama, penderita diabetik paling sedikit 2 ½ kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita diabetes.

75% penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler. serangan jantung, gagal ginjal, stoke,dan ganggren adalah komplikasi yang paling utama. Selain itu kematian fetus intrauterina pada ibu yang menderita diabetes tidak terkontrol juga meningkat.

5. Patofisiologi

a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)

(15)

insulin sebagai mana mestinya. Sehingga terjadi gangguan transport glukosa ke seluruh jaringan tubuh yang berujung pada kondisi hiperglikemia.

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)

Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tesebut, maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Jika terjadi resistensi insulin pada diabetes tipe ini dan disertai dengan penurunan reaksi intra sel, maka insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, maka sekresi insulin harus meningkat. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan resistensi ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan agar kadar glukosa dapat dipertahankan pada tingkat yang normal. Akan tetapi jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin tersebut, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes.

6. Manifestasi IDDM

(16)

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran sel kedalam sel mengakibatkan molekul glukosa berkumpul dalam aliran darah, sehingga terjadi hiperglikemia. 2) Poliuria

Hiperglikemia ini dapat menyebabkan serum Hyperosmolality, sehingga cairan dari intraselular pindah kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah serta aliran darah ginjal hal ini memicu terjadinya diuresis osmotik yang mengakibatkan output urin meningkat. Gejala poliuria juga dapat terjadi sebagai respon tubuh terhadap hiperglikemia dimana tubuh berusaha mengeluarkan glukosa melalui ginjal bersama air dan kencing.

3) Glukosuria

Disaat kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal terhadap glukosa (biasanya 80 mg/dL), maka sebagai kompensasi tubuh maka glukosa dieksresi kedalam urine.

4) Polidipsia

Dengan meningkatnya output urine maka dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi sehingga mulut menjadi kering dan akan timbul rasa haus yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus minum.

5) Polyfhagia

Karena glukosa tidak dapat ditrasfer kedalam sel tanpa insulin, maka produksi energi akan menurun. Penurunan energi inilah yang menstimulasi rasa lapar, dan seseorang akan makan lebih banyak.

6) Malaise dan Fatique

(17)

sumber energi, selain itu gangguan aliran darah pada penderita diabetes lama juga berperan menimbulkan kelelahan.

7) Gangguan Penglihatan

Hiperglikemia akan menyebabkan gangguan penglihatan terutama jika terjadi komplikasi berupa retinopati yang disebabkan karena perubahan sirkulasi pada retina yang menyebabkan sel-sel pada retina mengalami iskemik. Selain itu hiperglikemia juga dapat menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu yang dapat mentraspor glukosa tanpa memerlukan insulin. Glukosa yang berlebihan tidak akan termeta-bolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi dengan perantara enzim aldose reduktase maka sebagian akan diubah menjadi sorbitol, sorbitol ini akan menumpuk dalam sel atau jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi terutama pada lensa mata yang dapat mengurangi kejerniannya sehingga penglihatan menjadi kabur.

8) Peningkatan Angka Infeksi

(18)

Pasien NIDDM mempunyai manifestasi klinik secara perlahan-lahan dan sering tidak disadari bahwa penyakit telah terjadi. Hiperglikemia biasanya tidak seberat IDDM, tetapi gejala-gejala sama, terutama polyuria dan polydipsia. Polyphagia sering tidak tampak, dan kehilangan berat badan tidak selalu ada. Akibat hiperglikemia maka akan muncul kekaburan penglihatan, fatigue dan infeksi kulit.

7. Diagnostik Test

Diagnostik test pada penderita Diabetes Mellitus menurut Corwin J, 2009 yaitu: a. Pemeriksaan Darah

Pada pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan glukosa darah lebih dari 140 mg per 100 ml darah pada dua kali pengukuran. Glukosa darah meningkat karena sebagian besar sel tidak dapat memasukkan glukosa ke dalam sel tanpa insulin dan terjadinya perangsangan glukoneoganesis.

b. Pemeriksaan Glukosa dalam Urine

Glukosa dalam urine adalah nol, tetapi apabila kadar glukosa dalam darah lebih besar dari 180 mg per 100 ml darah maka glukosa akan keluar bersama urin.

c. Pemeriksaan Keton dalam Urine

Terutama pada individu dengan diabetes tipe I yang tidak terkontrol, disini akan muncul keton pada urine si penderita.

d. Peningkatan Hemoglobin Terglikosilasi.

(19)

e. Uji toleransi Glukosa yang Melambat.

Apabila pada seorang yang nondiabetik diberikan glukosa secara oral, maka sekresi insulin dari pankreas akan meningkat dengan segera. Hal ini memungkinkan pengangkutan glukosa secara cepat keluar dari darah untuk masuk kedalam sel. Dengan demikian sampel darah yang diambil secara berkala setelah pemberian glukosa pada orang nondiabetes meningkat hanya sedikit dan biasanya kembali normal setelah 2 jam. Para pengidap diabetes tidak dapat mengeluarkan insulin (tipe I) terhadap respon pemberian glukosa atau mengalami penurunan responsifitas terhadap insulin yang mereka keluarkan (type II). Pada pengidap diabetes, setelah pemberian glukosa, sampel darah yang diambil secara berkala memperlihatkan peningkatan kadar glukosa secara bermakna dan tetap meningkat selama beberapa jam kemudian.

8. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan Diabetes Mellitus pada prinsipnya yaitu menormalkan kadar glukosa darah secara konsisten dengan variasi minimum, mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi serta mendidik penderita dalam peningkatan pengetahuan dan memberikan motivasi kepada klien agar dapat merawat sendiri sehubungan dengan penyakitnya. Tujuan ini dapat dicapai melalui program terapi yang dibagi menjadi terapi primer dan terapi sekunder.

a. Terapi Primer

1) Diet Diabetes Mellitus

(20)

Terapi diet merupakan komponen penting pada pengobatan diabetes baik itu tipe I maupun tipe II. Rencana diet diabetes dihitung secara individual bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, rencana penurunan berat badan, dan tingkat aktivitas. Sebagian pasien diabetes tipe II mengalami pemulihan kadar glukosa darah mendekati normal hanya dengan intervensi diet.

2) Program Olahraga

Terutama untuk pengidap diabetes tipe II, olah raga di sertai dengan pembatasan diet akan mendorong penurunan berat badan dan dapat meningkatkan kepekaan insulin. Untuk kedua tipe Diabetes Mellitus, olah raga terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar glukosa darah turun.

Pengidap diabetes tipe I harus berhati-hati sewaktu berolahraga karena dapat terjadi penurunan glukosa darah yang mencetuskan hipoglikemia. Hal ini terjadi apabila pemberian insulin tidak disesuaikan dengan program olah raga.

3) Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan harus sering diberikan oleh dokter atau perawat kepada para penderita Diabetes Mellitus. Penyuluhan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain pengetahuan mengenai perlunya diet secara ketat, latihan fisik, minum obat, dan juga pengetahuan tentang komplikasi., pencegahan, maupun perawatannya. Penyuluhan dapat diberikan langsung baik secara perorangan maupun kelompok, atau melalui poster/selebaran. Penyuluhan ini juga dapat dilakukan antara penderita diabetes dengan cara berbagi pengalaman mengenai segala hal yang berkaitan dengan penyakit yang mereka derita tersebut.

(21)

Koma nonketolik hiperglikemik hiperosmolar diterapi dengan pemberian cairan dalam jumlah besar dan koreksi lambat terhadap defisit kalium.

2) Intervensi Farmakologis

Jika penderita Diabetes Mellitus sudah melakukan terapi primer namun kadar glukosa darahnya masih tetap tinggi, maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan terapi dengan mengkonsumsi obat anti-diabetika. Obat-obat anti-diabetik oral yang sekarang banyak digunakan adalah berasal dari golongan Derivat Sulfonilurea dan Derivat Biguanida.

a) Obat dari golongan Sulfonilurea bekerja merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan persediaan insulinnya sebagai reaksi bila kadar gula naik. Obat dari golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :

(1) Obat dengan masa kerja yang singkat (6-12 jam), misalnya Tolbutamida (Rastinon, Artosin) dan Glukodion (glurenorm).

(2) Obat dengan masa kerja menengah ( kurang lebih 15 jam), misalnya Glibenclamide (Doanil, Englucon), gliclomida (Diamikron), dan Glipizida (Minidiab).

(3) Obat dengan masa kerja panjang (kurang lebih 70 jam), misalnya Cholorpropamide (Diabenese, Diabex).

Efek samping yang kadang ditimbulkan oleh obat dari golongan Sulfonilurea adalah gangguan lambung dan usus (mual, muntah, diare), pusing, napsu makan meningkat, dan berat badan naik. b) Obat golongan biguanida tidak merangsang sel beta pankreas, tetapi langsung bekerja

(22)

(1) Phengormin, yang sekarang tidak digunakan lagi. (2) Metformin (Gluciphage, Benofomin).

(3) Acarbose (Glukobay 50 dan 100), merupakan obat terbaru yang mampu secara efektif menghambat absorpsi glukosa dari usus.

Yang dipertimbangkan untuk diberikan kepada pasien diabetes adalah obat-obat antihipertensi. Obat ini telah dibuktikan mengurangi hipertensi pada pasien diabetes dan memperlambat awitan penyakit ginjal.

3) Insulin

Pengidap diabetes tipe I memerlukan terapi insulin. Tersedia berbagai jenis insulin dengan asal dan kemurnian yang berbeda-beda. Insulin juga berbeda-beda dalam aspek saat kerja, waktu puncak kerja, dan lama kerja. Hormon insulin yang digunakan untuk terapi yaitu:

a) insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam), misalnya Regular insulin dan Actrapid. b) Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam), misalnya Monotard

c) Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam), misalnya PZI (Protamin Zink Insulin) dan Monotard Ultralente.

Pengobatan dengan hormon insulin biasa diberikan kepada pasien muda yang gagal disembuhkan dengan terapi oral, atau pada wanita hamil dan pada penderita dengan infeksi akut atau komplikasi ginjal. Preparat insulin yang sudah banyak beredar pada saat ini, sudah dibuat Human Mono Companent, sehingga memiliki toleransi yang lebih tinggi dengan kemungkinan alergi yang lebih kecil.

(23)

Kemajuan mutakhir dalam teknik-teknik penggantian sel pulau langer-hans memungkinkan lebih dari 3000 orang di seluruh dunia diterapi dengan transplantasi sel pulau langerhans, pengobatan cara ini memberikan harapan bagi penyembuhan diabetes dimasa mendatang.

5) Insersi Gen untuk Insulin

Saat ini juga sedang dilakukan eksperimen-eksperimen pendahuluan yang dirancang untuk memunkinkan insersi gen insulin kepada pengidap diabetes tipe I. Di masa mendatang prosedur ini lebih memberikan harapan bagi penyembuhan diabetes dibanding dengan terapi obat-obatan. 9. Komplikasi

Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.

Komplikasi Metabolik Akut 1) Ketoasidosis Diabetik

Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal

2) Hipoglikemia

(24)

akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.

Komplikasi Vaskular Jangka Panjang 1) Mikroangiopaty

Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetik), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia.

2) Makroangiopaty

Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :

a) Penimbunan sorbitol dalam intima vaskular b) Hiperlipoproteinemia

c) Kelainan pembekuan darah

Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.

Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.

(25)

Menurut (Harlock, 2005) Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan . Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.

Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin

Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Penderita yang terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun. Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59 tahun

(26)

C. Tinjauan Umum Tentang Jenis Kelamin

Pengertian jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Melitus dimana pada wanita yang telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Diabetes secara umum untuk pria datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa terlindungi dari diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormon wanita estrogen, yaitu hormon reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) menunjukkan prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2 (Irawan, 2010).

D. Tinjauan Umum Tentang Riwayat Keluarga

(27)

tipe antigen HLA (Human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012) kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 bahwa ada hubungan yang signifikan (OR 4,19; 95%CI 1,246-14,08). Sebagian besar responden memiliki riwayat DM keluarga. Terdapat 22 (75,9%) responden dengan riwayat DM keluarga, sebagian besar hubungan responden adalah dengan orang tua. Responden yang memiliki keluarga dengan DM harus waspada. Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010). Bagi masyarakat yang memiliki keluarga yang menderita DM, harus segera memeriksa kadar gula darahnya karena risiko menderita DM besar.

E. Tinjauan Umum Tentang Merokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.

(28)

statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (p=0,000). Hal ini sejalan dengan penelitian Gabrielle,Cappri, et.al (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian DM Tipe 2 (p=0,001) dengan OR 2,66. Begitupula penelitian oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan, 2010).

Merokok secara langsung meningkatkan resistensi insulin. Respon insulin pada pembebanan glukosa oral lebih banyak pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. Perokok memiliki ciri khas sindrom resistensi insulin termasuk di dalamnya gula darah puasa yang meningkat (Chiolero, 2008 dalam Jafar, Nurhaedar, 2011).

Merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada manfaatnya bahkan tidak ada manfaatnya terlebih lagi dari segi kesehatan, merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes mellitus.

Merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh darah. Para peneliti menyatakan bahwa merokok juga dapat menyebabkan kondisi yang tahan terhadap insulin. Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens DM lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.

(29)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

(30)

Beberapa faktor yang berhubungan Diabetes Mellitus yaitu usia yang semakin bertambah, usia dia atas 40 tahun. Jenis kelamin, prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Asap rokok, asap menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap Risiko seseorang mudah terserang penyakit Diabetes Mellitus. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes.

33

Dari uraian diatas maka peneliti memilih variabel faktor yang berhubungan: Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM, Obesitas, Merokok dan kejadian Diabetes Mellitus sebagai variabel yang akan diteliti. Selain itu juga telah dilakukan identifikasi alasan yang melatar belakangi pemilihan variabel sebagai berikut :

1. Umur

Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes Mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami menopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin.

Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

2. Jenis kelamin

(31)

trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki, dan juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari –hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya penyakit Diabetes Mellitus. Jumlah lemak pada laki – laki dewasa rata –rata berkisar antara 15 – 20 % dari berat badan total, dan pada perempuan sekitar 20 – 25 %.

Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada lakilaki, sehingga faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki – laki yaitu 2-3 kali, (Imam Soeharto, 2005).

3. Riwayat keluarga DM

Diabetes Mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan.

Adanya riwayat diabetes mellitus dalam keluarga terutama orang tua dan saudara kandung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes. Ahli menyebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Umumnya laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

4. Merokok (paparan asap rokok)

Merokok adalah suatu hal yang belum jelas ada manfaatnya bahkan tidak ada manfaatnya terlebih lagi dari segi kesehatan, merokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Asap rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap Risiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes mellitus.

(32)

Orang yang merokok ≥ 20 batang/hari memiliki insidens DM lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok.

B. Kerangka Pikir Dan Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). (Nursalam. 2009) Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2009).

Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor yang berhubungan: Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM, merokok. Sedangkan variabel dependen nya adalah kejadian Diabetes mellitus. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependen

Gambar 3.1: Kerangka Pikir Penelitian

Kejadian Diabetes Mellitus Jenis Kelamin Umur

Riwayat Keluarga DM Merokok

(33)

: Variabel Independen : Variabel dependen

: Penghubung Variabel yang diteliti

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Diabetes Mellitus a. Definisi Oprasional

DM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pasien yang terkena penyakit DM yang didiagnosa oleh dokter.

b. Kriteria objektif

DM : Bila pasien menderita DM dan di diagnosa oleh dokter Tidak DM : Bila pasien tidak menderita DM

2. Umur

a. Definisi Operasional

Umur Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Umur pasien pada saat menjadi responden. b. Kriteria Objektif

Risiko tinggi : Bila umur pasien ≥ 40 tahun. Risiko Rendah : Bila umur pasien ≤ 40 tahun. 3. Jenis kelamin

a. Definisi Operasional

Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kelamin responden/ pasien. b. Kriteria Objektif

Perempuan : Jika jenis kelamin pasien perempuan Laki-laki : Jika jenis kelamin pasien laki-laki. 4. Riwayat Keluarga DM

a. Definisi Operasional

Riwayat keluarga Yang dimaksud pada penelitian ini adalah ada atau tidaknya keturunan atau anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit Diabetes sebelum responden mengalami DM. b. Kriteria Objektif

Risiko tinggi : Jika responden mempunyai riwayat keluarga DM Risiko Rendah : Jika responden tidak mempunyai riwayat keluarga DM

5. Merokok

a. Definisi Operasional

Merokok Yang dimaksud pada penelitian ini adalah perilaku menghisap Rokok yang dilakukan secara rutin berdasarkan apa yang disampaikan oleh responden.

b. Kriteria Objektif

Risiko tinggi : Jika responden mengkonsumsi rokok ≥ 20 batang/ hari Risiko rendah : Jika responden mengkonsumsi Rokok < 20 batang /hari

(34)

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005) hipotesis kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Umur merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

2. Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

3. Riwayat keluarga DM merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014

4. Merokok merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk melihat faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes

mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(35)

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat tahun 2014. 2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Juni sampai 17 agustus 2014 di RSUD Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat tahun.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Ircham, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung ke RSUD Kab.Mamuju satu tahun terakhir.

40 2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasinya yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Luknis, 2008). Menurut Nursalam (Hidayat, 2007) sampel merupakan populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karateristik yang dimiliki populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010) Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Dalam penelitian dapat di hitung sebagai berikut :

Keterangan :

N = Perkiraan populasi (jumlah sampel sebanyak 43 penderita Diabetes Mellitus)

n = Perkiraan jumlah sampel.

(36)

P = Proporsi Pasien DM (10%)

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang yang memenuhi kriteria inklusi. 3. Teknik Penarikan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan tehknik random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana adalah setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

4. Kriteria Sampel

(37)

2) Kriteria Eksklusi

a) Tidak bersedia menjadi responden

b) Pasien yang tidak ada pada saat penelitian.

D. Alur Penelitian

Menyiapkan Proposal Penelitian

Alur penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut: Kesimpulan Dan Saran

Hasil Dan Pembahasan Penelitian Analisa Data

Pengolahan data : editing, koding, tabulasi Pengumpulan data

Informed Concent

Sampel (pasien yang bersedia menjadi responden yang mengalami DM ) Simpel Random

sampling

Populasi (semua pasien yang berkunjung ke RSUD Pengurusan Izin Penelitian

(38)

Gambar 4.3: Alur penelitian

E. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini ada dua sebagai berikut: 1. Data Primer

Data primer pengumpulannya di peroleh melalui wawancara lansung dengan responden menggunakan kuesioner terstruktur.

2. Data Sekunder

Selain mengumpulkan data primer peneliti juga melaksanakan pengumpulan data sekunder yang meliputi antara lain: data awal dari RSUD Kab. Mamuju.

F. Pengolahan dan Penyajian Data

Prosedur pengolahan dan analisa data yang dilakukan adalah : 1. Editing (pemeriksaan data)

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan memeriksakan keseragaman data.

2. Coding (pengkodean data)

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data yang perlu di sederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (Pengkodean). Pengkodeaan dilakukan dengan memberi nomor halaman daftar pertanyaan, nomor pertanyaaan, nomor variabel nama variabel dan kode.

3. Tabulasi Data

a. Lakukan pemberian skor pada item.

b. Berikan kode pada variabel yang diberikan skor.

c. Mengubah jenis data, dilakukan modifikasi sesuai dengan teknik analisis 4. Analisa data

(39)

a. Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentase dari tiap variabel bebas (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan merokok) dengan variabel terikat (kejadian Diabetes mellitus)

b. Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependent dan independent. Setalah data diolah kemudian dianalisa dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS. Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent dan dependen dengan menggunakan uji statistic Chi-Square (X²) dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Dari hasil uji statistik tersebut dapat diketahui dengan tingkat signifikan hubungan antara kedua variabel

5. Penyajian data

Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan disertai dengan narasi. Penyajian data dalam bentuk tabel dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan analisis dan interpretasi terhadap data hasil penelitian yang didapatkan dilapangan, sehingga dapat dibuat kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal RSUD Kab Mamuju. Setelah memperoleh ijin dari instansi tersebut, penelitian dilakukan dengan menekankan masalah etika meliputi :

1. Informend consent

Lembaran persetujuan diberikan kepada setiap calon responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak dapat memeriksa dan tetap menghormati hak-hak yang bersangkutan.

(40)

Untuk menjaga kerahasian peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode tertentu.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan antara bulan juni dan Juli 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Mamuju. RSUD Kabupaten Mamuju terletak di bagian Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 1˚38’110” 2˚, 54’522” Lintang selatan; dan 11˚54”47” 15˚54”47” -15˚5’35” bujur timur dari Jakarta (0˚0’0” - 160˚48’28” bujur timur green wich), dengan batas wilayah yaitu :

a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Mamuju Utara b. Sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu

c. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Majene

(41)

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Mamuju selama 1 bulan dari tanggal 26 Juni sampai dengan 17 Agustus 2014, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Militus di RSUD Kabupaten Mamuju.

Jumlah sampel yang berhasil diperoleh peneliti sebanyak 33 responden dengan karakteristik yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014

Umur Jumlah %

Berdasarkan tabel 5.1 tentang usia responden dari 33 orang yang paling banyak adalah usia > 40 tahun yang merupakan usia yang paling berisiko yaitu sebanyak 28 orang (84,8%) , selanjutnya usia < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang ( 15,2%).

(42)

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah %

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33 responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan sebanyak 27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki -laki sebanyak 6 orang (18,2%)

c. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014

(43)

d. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014

Pekerjaan Jumlah % pekerjaan yang paling banyak adalah petani sebanyak 12 orang (30,3%), dan paling sedikit bekerja sebagai nelayan sebanyak 3 orang ( 9,1%).

e. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga DM Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga Pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014.

Riwayat Keluarga Jumlah %

Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden yang memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang (87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%).

(44)

Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014

Merokok Jumlah % responden yang berisiko tinggi sebanyak 25 orang (75,8%), dan yang berisiko rendah sebanyak 8 orang (24,2%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel untuk mengetahui variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan tabulasi silang (crosstab) dengan uji Chi – Square . Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah status responden yang mengalami Diabetes Mellitus sedangkan variabel independen adalah Umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan merokok(terpapar asap rokok). Adapun penyajian analisis bivariat sebagi berikut :

a. Hubungan antara Umur dengan kejadian Diabetes Millitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014. Tabel 5.7

Hubungan antara umur dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014

Umur Status DM RespondenDM Tidak DM Total P

(45)

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dari 33 orang yang paling banyak adalah usia > 40 tahun yang memiliki risiko tinggi yaitu sebanyak 27 orang (81,8%) , dan umur < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang ( 15,2%).

Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 maka Hal ini berarti ada hubungan antara umur dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD

Mamuju.

b. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD kab. Mamuju tahun 2014.

Table 5.8

Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014

Jenis kelamin

Status DM Responden

Total P

DM Tidak DM

N % n % n %

Risiko Tinggi

27 96,3% 1 3,7% 27 81,8

% 0,000

Risiko Rendah

1 16,7% 5 83,3% 6 18,2

%

Total 26 78,8% 7 21,2% 33 100

(46)

Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 33 responden, yang memiliki risiko tinggi adalah perempuan sebanyak 27 orang (81,8%) sedangkan untuk responden laki -laki sebanyak 6 orang (18,2%)

Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes Mellitus di

RSUD Mamuju

c. Hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Kab. Mamuju tahun 2014.

Table 5.9

Hubungan Antara Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014

Riwayat Keluarga

Status DM Responden

Total P

DM Tidak DM

N % N % n %

Risiko tinggi 26 78,7% 3 9,0% 29 87,9%

0,014

Risiko rendah 1 3,0% 3 9,0% 4 12,1%

Total 27 81,8% 6 18,1% 33 100

Sumber : Data Primer 2014

(47)

Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,014 < 0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian diabetes

Mellitus di RSUD Mamuju.

d. Hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Mamuju tahun 2014.

Tabel 5.10

Hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju Tahun 2014

Perilaku merokok

Status DM Responden

Total P

DM Tidak DM

N % n % n %

Risiko tinggi 23 69,6% 2 6,0% 25 75,8%

0,020

Risiko rendah 4 12,1% 4 12,1% 8 24,2%

Total 27 81,8% 6 18,1% 33 100

Sumber : Data Primer 2014

(48)

Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,020 < 0,05 Hal ini berarti ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian diabetes Mellitus di

RSUD Mamuju

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik chi–square menggunakan program SPSS dan disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui faktor umur, jenis kelamin, riwayat keluarga DM, perilaku merokok yang berhubungan dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju, maka pembahasannya adalah sebagai berikut :

1. Umur

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan dari 33 responden yang paling banyak adalah usia > 40 tahun yang memiliki risiko tinggi yaitu sebanyak 27 orang (81,8%) , dan umur < 40 tahun yang berisiko rendah sebanyak 5 orang ( 15,2%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 maka Hal ini berarti ada hubungan antara umur

dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden dari 33 responden dari 27 orang responden yang berisiko tinggi perempuan 26 orang (96,3%) yang mengalami diabetes Mellitus, dan terdapat 1 orang responden (3,7%) yang tidak diabetes Mellitus. Sedangkan dari 6 responden (18,2%) yang risiko rendah laki – laki terdapat 1 orang (16,7%) yang diabetes Mellitus dan 5 orang (83,3%) yang tidak diabetes Mellitus.

Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p < 0,05 dimana nilai p = 0,000 < 0,05 maka HO di tolak. Hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin

dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh I Gusti Made Geria Jelantik (2013)

dengan judul “ Hubungan Faktor Risiko, Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan, Dan Hipertensi

(49)

bahwa umur penerita diabetes pada usia >40 tahun 3 kali lebih banyak di banding usia muda

<40 tahun, umur >40 tahun berkaitan terjadinya diabetes karena pada usia tua, fungsi tubuh

secara fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga

kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darahnya tinggi. Dari hasil penelitian

pada kelompok kasus >40 tahun sebanyak 45 orang (90,0%) dan yg berumur <40 tahun sebanyak

5 orang (10,0%) di dapatkan nilai p= 0,000 (p= <0,05). Hal ini ada hubungan antara faktor

umur dengan kejadian diabetes mellitusdi wilayah kerja puskesmas mataram.

Salah satu faktor yang berhubungan seseorang mengalami diabetes mellitus adalah faktor umur dimana usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah tua (lebih dari 40 tahun) dan telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin

Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

2. Jenis Kelamin

(50)

diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan

kejadian diabetes Mellitus di RSUD Mamuju

Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)” Faktor risiko kejadian diabetes mellitus type II di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat tahun 2012” menunjukkan prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi

daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2

Hal ini sejalan dengan teori Klien dengan riwayat keluarga menderita DM akan berisiko

lebih besar. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang mengerikan ini.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Melitus dimana pada wanita yang telah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin. Diabetes secara umum untuk pria datang lebih cepat dari wanita. Wanita bisa terlindungi dari diabetes sampai mencapai usia menopause karena pengaruh hormon wanita estrogen, yaitu hormon reproduksi yang membantu mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.

(51)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 33 responden yang memiliki risiko tinggi sebanyak 29 orang (87,9%), dan berisiko rendah sebanyak 4 orang (12,1%). Hasil uji statistik dengan Chi-Square (Fisher's Exact Test) diperoleh nilai p = 0,014 < 0,05 maka hal ini berarti ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian diabetes Mellitus di RSUD

Mamuju

Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia Trisnawati (2012)” Faktor risiko kejadian diabetes mellitus type II di puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat tahun 2012” kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 bahwa ada hubungan yang signifikan (OR 4,19; 95%CI 1,246-14,08). Sebagian besar responden memiliki riwayat DM keluarga. Terdapat 22 (75,9%) responden dengan riwayat DM keluarga, sebagian besar hubungan responden adalah dengan orang tua. Responden yang memiliki keluarga dengan DM harus waspada. Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010). Bagi masyarakat yang memiliki keluarga yang menderita DM, harus segera memeriksa kadar gula darahnya karena risiko menderita DM besar.

4. Perilaku Merokok

(52)

0,020 < 0,05 Hal ini berarti ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian diabetes

Mellitus di RSUD Mamuju

Hal ini sejalan dengan skripsi yang disusun oleh Anna Widiastuty Rahman (2013) yang berjudul “Faktor risiko dan deteksi dini kejadian diabetes Mellitus tipe B dikecamatan Tempe” yang menunjukkan Merokok merupakan masalah dunia. Prevalensi merokok masih cukup tinggi dan berhubungan terhadap risiko penyakit dan tingginya angka kematian (Hariadi S, 2008). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (p=0,000). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Gabrielle,Cappri, et.al (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan merokok dengan kejadian DM Tipe 2 (p=0,001) dengan OR 2,66.

Begitupula penelitian oleh Houston juga mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan, 2010).

Merokok secara langsung meningkatkan resistensi insulin. Respon insulin pada pembebanan glukosa oral lebih banyak pada perokok dibandingkan yang tidak merokok. Perokok memiliki ciri khas sindrom resistensi insulin termasuk di dalamnya gula darah puasa yang meningkat ( Chiolero, 2008 dalam Jafar, Nurhaedar, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado. Raya Adipura, Kima Atas, Mapanget, Manado 95259, Sulawesi Utara. Pemilihan jenis tanaman yang tepat merupakan faktor penentu dalam

Hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa peranan advokat dapat dilihat dari pelaksanaan kewajibannya sebagai pemberi jasa hukum dalam perkara tindak

“ Masyarakat Salatiga belum mengetahui sejarah atau lahirnya Batik Plumpungan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dengan alasan yang telah diuraikan di atas, maka akan muncul berbagai masalah. Meskipun seni pertunjukan Topeng Ireng lebih menonjol sebagai hiburan, namun kalau diteliti lebih