• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti melakukan penelitian kemudian memandingkan antara teori dengan hasil penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche. Sampel dalam penelitian ini diambil dari siswi putri SMP Negeri 10 Medan sebanyak 109 orang.

1. Usia Menarche Responden

Menurut Pearce (1999, dalam Proverawati dan Siti Misaroh, 2009), menarche diartikan sebagai permulaan menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas yang biasanya muncul pada usia 11 sampai 14 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami menarche pada usia < 12 tahun sebanyak 31,2 %, usia 12-13 tahun sebanyak 67,9%, dan usia > 13 tahun sebanyak 0,9%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 109 responden yang mengalami kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 17 responden (50%) berusia menarche responden <12 tahun dan 45 responden (60,81%) berusia menarche responden 12-13 tahun.

Sawitri (2008), didapatkan dari 29 responden yang mengalami kecemasan ringan yaitu 21 responden (72,4%) berusia 11 tahun dan 8 responden (27,6%) berusia 12 tahun.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sawitri (2008). Menurut peneliti hal ini berarti responden dengan usia menarche <12 tahun memiliki tingkat kecemasan lebih rendah dibandingkan dengan responden berusia menarche 12-13 tahun, hal ini dikarenakan responden yang berusia menarche 12-13 tahun merasa terlambat mendapatkan menstruasi pertama sehingga menimbulkan ketakutan.

Seorang gadis pada masa pubertas mendapatkan menarche terlalu awal dalam arti anak gadis tersebut masih sangat muda usianya dan kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan badan sehingga mengakibatkan anak gadis tersebut tidak siap dengan keadaan dirinya menyebabkan menstruasi yang dialaminya sebagai satu beban baru atau sebagai

tugas baru yang tidak menyenangkan. Demikian juga dengan menarche yang terlambat akan mengalami kecemasan dalam menunggu haidnya.

2. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

a. Perasaan Takut (Indikator Perilaku Psikologis)

Perilaku dari kecemasan yang dikelompokan dalam respon perilaku, kognitif dan afektif sebagai faktor penyebab kecemasan yaitu indikator perilaku psikologis adanya perasaan takut dari remaja putri saat mengalami haid yang pertama kali (Riyadi dan Teguh, 2009).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kecemasan dari perasaan takut remaja putri saat menarche yaitu timbulnya perilaku mudah resah dan gelisah yaitu 83,5%.

Hasil penelitian Nurngaini (2003), didapatkan secara emosional kesiapan dalam menghadapi menstruasi menunjukkan bahwa :a.hampir semua perasaan subjek mengalami cemas, bingung, resah, tegang, takut, kaget, gelisah dan deg-degan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurngaini (2003) bahwa remaja yang mengalami menstruasi pertama kali mengalami perasaan takut yaitu resah dan gelisah. Menurut peneliti hal ini dikaitan dengan perubahan psikologis remaja putri yaitu

menstruasi sebagai salah satu pengalaman psikis. Peristiwa haid menduduki satu eksistensi psikologis yang unik yang bisa mempengaruhi reaksi anak tersebut terhadap realita haid itu muncul. Reaksi individual anak-anak gadis pada menstruasi pertama itu sangat berbeda- beda antara lain menimbulkan kejutan hebat, iritasi yang meningkat maka rasa-rasa negatif itu muncul seperti perasaan tidak enak (perasaan bingung, gelisah, mudah putus asa dan mudah risau) dan perubahan suasana hati (mudah marah, sedih, tertekan dan cemas). Dan seharusnya menarche merupakan hal yang wajar yang pasti dialami oleh setiap wanita normal dan tidak perlu digelisahkan.

b. Ketidakmampuan Fisiologis (Indikator Perilaku Fisik)

Kecemasan dapat diekspresikan langsung melalui peubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung. Faktor-faktor penyebab kecemasan yang akan dibahas yaitu indikator perilaku fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasa yang berkaitan dengan rasa ancaman terhadap integritas diri remaja putri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kecemasan dari indikator prilaku fisik remaja putri saat mengalami menarche yaitu rasa nyeri dan pegal- pegal pada otot serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas (88,1%).

Penelitian Nurngaini (2003), didapatkan secara emosional kesiapan dalam menghadapi menstruasi menunjukkan bahwa keluhan fisik: sakit perut, kepala pusing, pegal seluruh badan, ketidaknyamanan seperti takut tembus, keterbatasan gerak, cepat marah dan ketegangan sebelum menstruasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurngaini (2003), bahwa saat

menstruasi pertama kali para remaja putri mengalami ketidakmampuan fisiologis yaitu rasa nyeri dan pegal pada otot (pegal seluruh badan) dan malas beraktivitas (keterbatasan gerak). Menurut peneliti hal ini dikaitan adanya kontraksi otot-otot halus rahim yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hiphotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan indung telur (ovarium), sehingga dapat menyebabkan gangguan fisik wanita saat menarche.

Namun tidak semua wanita mengalami gangguan fisik tersebut, tergantung kondisi psikis wanita tersebut. Timbulnya rasa tidak nyaman dan mudah lelah disebabkan karena selama menstruasi volume air di dalam tubuh kita berkurang, sehingga diperlukan intake cairan yang cukup untuk remaja agar tetap fit dan beraktivitas dengan baik (Proverawati dan Siti, 2009).

3. Pernyataan Tingkat Kecemasan a. Aspek Psikologis

Seperti dijelaskan sebelumnya, menarche sebagai suatu perubahan pada anak perempuan menyangkut aspek fisik dan psikis. Menarche menyebabkan bermacam konsekuensi psikologis, adanya perasaan negatif dan positif. Beberapa aspek terhadap menstruasi tersebut seperti potensi kram dan ketidaknyamanan cenderung mengkaitkan reaksi anak perempuan terhadap menarche dengan kecemasan (Feldman, 2000 dalam Ninawati dan Jessy, 2006).

Hasil menunjukkan bahwa pernyataan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche dari aspek psikologis mayoritas mengalami ketidaknyamanan dalam menggunakan pembalut saat menstruasi pertama kali sebanyak 74 (67,9%).

Daradjat (dikutip oleh Hartanti & Dwijayanti, 1997) mengatakan gejala-gejala kecemasan sering ditandai dengan munculnya gejala-gejala baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat mental. Gejala yang bersifat mental seperti adanya rasa takut, perasaan khawatir, sulit konsentrasi, tidak berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, dan perasaan tidak nyaman.

Perasaan tidak nyaman pada remaja putri saat mengalami menarche dengan penggunaan pembalut dikarenakan menarche merupakan pengalaman pertama mereka dalam menstruasi dan ada rasa khawatir akan ketembusan menstruasi yang mereka alami. Hal ini juga merupakan reaksi negatif dari remaja putri yang mengalami menarche yaitu Reaksi negatif disebabkan oleh kerepotan dan ketidakbersihan dari menarche. Sebagian anak perempuan juga mengatakan bahwa menarche menyebabkan ketidaknyamanan fisik, tingkah laku menjadi tidak bebas atau terbatas, dan menyebabkan perubahan emosional (Santrock, 1998 dalam Ninawati dan Jessy, 2006 ).

b. Aspek Fisik

Dirga Gunarsa dan Gunarsa (1995, dalam Ninawati dan Jessy, 2006) menguraikan bahwa gejala kecemasan umumnya disertai oleh perubahan fisiologis, seperti perubahan ekspresi wajah, muka tiba-tiba memerah, pupil mata membesar, otot muka bergerak-gerak, perubahan gerak gerik tubuh, menggigit-gigit jari sendiri dan macam-macam tingkah laku kompulsif lain.

Hasil menunjukkan bahwa pernyataan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche dari aspek fisik mayoritas mengalami gangguan pencernaan atau sakit perut sebanyak 48 (44,0%).

Gejala kecemasan ditandai dengan munculnya gejala bersifat fisik yaitu keluhan- keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan atau sakit perut, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2004).

Adanya gangguan pencernaan ataupun sakit perut ini dikarenakan gejala dari fisik yang sebelum ataupun saat menstruasi yaitu perubahan nafsu makan seperti kehilangan nafsu makan atau keinginan makan makanan yang berlemak dan mual (Pieter dan Lumongga, 2011).

4. Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Menarche

Tomb (1993, dalam Riyadi & Teguh, 2009, hal. 43) kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologi, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.

Hasil penelitian menujukkan bahwa dari 109 remaja putri saat menarche tidak cemas sebanyak 37 responden (33,9%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 63 responden (57,8%), kecemasan sedang sebanyak 9 responden (8,3%).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa remaja putri mengalami kecemasan dalam katagori ringan (57,8%) saat mendapatkan menstruasi pertama kali. Hal ini berarti dari 20 pernyataan tingkat kecemasan pada kuesioner tersebut sebagian responden tidak mengalami seluruhnya.

Hasil penelitian Sawitri (2008) di SDN 04 Pagi Pondok Labu Jakarta Selatan didapatkan responden mengalami kecemasan ringan 29 responden (55.8%), sedangkan responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 23 responden (44.2%).

Mulyani (2006), di SMPN 1 Suruh Kabupaten Semarang didapatkan responden tidak mengalami cemas saat menarche sebanyak 23%, yang mengalami cemas ringan sebesar 37%, responden yang mengalami cemas sedang sebesar 19%, cemas berat 20% dan panik 1%.

Menurut Struat (2006 dalam Riyadi , 2009, hal. 44), menyatakan kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Remaja putri mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi menarche yaitu kesiapan remaja putri dalam menerima menarche itu hadir sebagai suatu keadaan yang telah matang secara reproduksi dan sebagai suatu hal yang normal dialami oleh wanita.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sawitri (2008) dan Mulyani (2006), bahwa remaja putri mengalami kecemasan ringan saat mengalami menstruasi pertama kali. Menurut peneliti hal ini terjadi karena ketidaksiapan remaja putri dalam menerima menarche dalam dirinya ini mengakibatkan penolakan dari keadaan yang fisiologis tersebut karena menarche merupakan pengalaman baru yang kurang menyenangkan bagi remaja putri. Hal ini juga dikaitkan dari respon ataupun reaksi dari prilaku remaja putri dalam menyikapi menarche tersebut. Respon fisik dan mental dari proses penerimaan

keadaan menarche juga mempengaruhi dari tingkat kecemasan remaja putri dalam mengalami haid pertama kali.

                                                 

Dokumen terkait