FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN DAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA PUTRI SAAT MENGALAMI MENARCHE
DI SMP NEGERI 10 MEDAN TAHUN 2013
JUNITA 125102046
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah Junita
Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013
ABSTRAK
Latar Belakang : Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa haid pertama ialah kecemasan atau ketakutan, diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis.
Tujuan : Untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche.
Metodologi : Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 109 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Medan.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan usia menarche responden mayoritas usia 12-13 tahun sebanyak 67,9%. Faktor penyebab kecemasan dari indikator perilaku psikologis mayoritas responden mengalami mudah resah dan gelisah sebanyak 83.5%, dan pada indikator perilaku fisik mayoritas responden mengalami sakit perut atau pinggang bagian bawah serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas sebanyak 88.1%. Responden mayoritas mengalami tingkat kecemasan ringan saat menarche sebanyak 57.8%.
Kesimpulan : Disarankan kepada pihak sekolah SMP Negeri 10 Medan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kepada siswa-siswinya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga peniliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sesuai dengan waktunya.
Karya Tulis Ilmiah ini diberi judul, “Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Dan
Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche Di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013”, disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan,
masukan, dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc (CM-FM) selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang
telah memberikan bimbingan, bantuan, arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 4. Seluruh dosen dan staff / Karyawan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan studi.
5. Kepala dinas pendidikan kota Medan dan kepala sekolah SMP Negeri 10 Medan yang
6. Ayahanda H. Sageto dan Ibunda Hj. Menik tercinta yang telah telah banyak membantu
baik moril, materi, maupun spritual sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Teman-teman program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada peneliti.
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa
yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2013
Peneliti
JUNITA
125102046
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……….. i
KATA PENGANTAR... . ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR LAMPIRAN……….. viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang………. 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1. Bagi Pendidikan ... 4
1.4.2. Bagi Penulis ... 5
1.4.3. Bagi Instansi dan tenaga kesehatan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 6
2.1. Pengertian Kecemasan ... 6
2.2. Faktor Penyebab Kecemasan ... 6
2.3. Perilaku... ... 7
2.4. Tingkat Kecemasan ... 10
2.5. Remaja ... 11
2.5.1. Pengertian Remaja ... 11
2.5.2. Ciri-ciri Umum Pada Remaja ... 11
2.5.3. Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja ... 12
2.6. Menarche ... 15
2.6.1. Pengertian Menarche ... 15
2.6.2. Saat Menstruasi Pertama Datang ... 16
2.6.3. Usia Terjadi Menarche ... 16
2.6.4. Menarche dan Ras ... 17
2.6.6. Ketidakteraturan Menstruasi ... 19
2.7. Menstruasi ... 20
2.7.1. Pengertian Menstruasi. ... 20
2.7.2. Siklus Menstruasi ... 20
2.7.3. Perubahan-perubahan Remaja saat Masa Menstruasi ... 22
2.7.4. Kebersihan Diri Saat Menstruasi ... 24
2.7.5. Cara Mengatasi Nyeri Pada Saat Menstruasi/Menarche. ... 25
BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 26
3.1. Kerangka Konsep ... 26
3.2. Defenisi Operasional ... 27
BAB IV METODE PENELITIAN ... 28
4.1. Desaian Penelitian ... 28
4.2. Populasi dan Sampel ... 28
4.2.1. Populasi ... 28
4.2.2. Sampel ... 28
4.3. Tempat Penelitian ... 30
4.4. Waktu Penelitian ... 30
4.5. Etika Penelitian ... 30
4.6. Alat Pengumpulan Data ... 31
4.7. Validitas dan Reliabilitas ... 32
4.8. Prosedur Pengumpulan Data ... 33
4.9. Pengolahan Data ... 33
4.10. Analisa Data ... 33
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
5.1. Hasil Penelitian ... 34
5.2. Pembahasan ... 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
6.1. Kesimpulan ... 47
6.2. Saran... 48
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan……… 8 Tabel 2.2. Respons Perilaku, Kognitif, Dan Afektif ……….. 9 Tabel 3.1. Defenisi Operasional……….. 27 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri Saat Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013………. 34 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMPN 10 Medan Tahun 2013……… 35 Tabel 5.3.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Pertanyaan Tingkat Kecemasan Aspek Psikologis Saat Mengalami Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013……… 36 Tabel 5.3.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Pertanyaan Tingkat Kecemasan Aspek Fisik Saat Mengalami Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013... 37 Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Saat Mengalami
Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013………. 38
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Usia Menarche Terhadap Tingkat Kecemasan Responden Saat Mengalami Menarche di SMPN 10 Medan Tahun 2013……… 39
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche
di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013……… 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 2 : Lembar Informed Consent
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 5 : Balasan Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Medan Lampiran 6 : Balasan Surat Izin Penelitian dari SMP Negeri 10 Medan
Lampiran 7 : Master Data Penelitian Lampiran 8 : Hasil Out Put Penelitian
Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah Junita
Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013
ABSTRAK
Latar Belakang : Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa haid pertama ialah kecemasan atau ketakutan, diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis.
Tujuan : Untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche.
Metodologi : Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 109 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Medan.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan usia menarche responden mayoritas usia 12-13 tahun sebanyak 67,9%. Faktor penyebab kecemasan dari indikator perilaku psikologis mayoritas responden mengalami mudah resah dan gelisah sebanyak 83.5%, dan pada indikator perilaku fisik mayoritas responden mengalami sakit perut atau pinggang bagian bawah serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas sebanyak 88.1%. Responden mayoritas mengalami tingkat kecemasan ringan saat menarche sebanyak 57.8%.
Kesimpulan : Disarankan kepada pihak sekolah SMP Negeri 10 Medan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kepada siswa-siswinya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan usia di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun. Peristiwa penting yang terjadi pada gadis
remaja ialah datang haid yang pertama kali (menarche), biasanya sekitar umur 10 sampai 16 tahun (Jones, 2005).
Menurut Soetjiningsih (dalam Nugraha, 2010, ¶ 1), data demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk dunia dari remaja
berumur 10 - 19 tahun. Sekitar Sembilan ratus juta berada dinegara sedang berkembang. Data Demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10 - 19 tahun
sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik jumlah penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10 - 19 tahun adalah 22 %, yang terdiri dari 50,9 %
remaja laki - laki dan 49,1 % remaja perempuan.
Menurut Henderson dan Jones (2003, dalam Sawitri 2008, ¶ 3), kematangan
seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh, penampilan fisik dan karakteristik fisiologis yang berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Traspormasi biologis dikenal sebagai pubertas dan disertai perubahan besar dalam status psikologi dan tanggung
jawab dimasa remaja. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi sebagai hasil pertumbuhan tulang dan otot serta adanya perkembangan organ reproduksi eksternal dan internal yang ditandai dengan menarche.
Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16
tahun atau pada masa awal remaja ditengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menarche merupakan suatu tanda awal adanya perubahan lain seperti
pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah pinggul (Proverawati & Maisaroh, 2009).
Akhir-akhir ini terjadi perubahan usia menarche. Studi pada 1166 remaja putri umur 12-16 tahun di Inggris menunjukkan median usia menarche adalah 12 tahun 11 bulan, dibandingkan 20-30 tahun yang lalu turun 6 bulan. Studi yang dilakukan di Amerika
juga menunjukkan adanya penurunan usia menarche 1-3 bulan per dekade. Di India penurunan usia menarche rata-rata 6 bulan per dekade pada tiga dekade terakhir, mungkin hal yang sama juga terjadi pada negara berkembang lainnya termasuk Indonesia (Harpenas
et.el, 2012).
Untuk negara Indonesia rata-rata usia menarche adalah 11-14 tahun, dan di kota Medan juga terdata bahwa anak-anak perempuan biasanya mencapai rata-rata usia
menarche pada usia tersebut. Anak-anak perempuan sekarang mengalami kematangan fisik yang semakin dini. Di kota Medan sendiri, ada juga yang mengalaminya kelas 4 SD (umur
9 tahun), dan yang seperti itu bisa tergolong earlymaturation (Harpenas et.el, 2012).
Menurut Yetty (2005, dalam Kurniawan, 2009, ¶ 4), remaja putri yang mempunyai
kecenderungan nerotis dalam usia pubertas, banyak mengalami konflik batin dari datangnya menstruasi pertama yang dapat menimbulkan beberapa tingkah laku patologis, meliputi kecemasan-kecemasan berupa fobia, wujud minat yang sangat berlebih, rasa
berdosa atau bersalah yang sangat ekstrim yang kemudian menjelma menjadi reaksi paranoid.
seperti kurangnya percaya diri, malu, dan menjauhkan diri dari pergaulan serta
menganggap hal ini sebagai penyakit. Masalah yang sering muncul adalah kecemasan dan ketakutan serta diperkuat oleh keinginan remaja putri untuk menolak proses fisiologis
tersebut.
Gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa haid pertama ialah kecemasan atau ketakutan, diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis.
Kadang-kadang pada saat itu timbul pula sikap menyalahkan ibunya, mengapa ibunya melahirkan dirinya sebagai wanita dalam kondisi “genangan dosa”, yang harus ditebusnya
dengan siklus menstruasi setiap bulan. Dan timbul rasa bersalah dan berdosa, serta fantasi-fantasi yang tidak riil mengenai proses haid. Lalu menganggap peristiwa haid sebagai suatu bencana atau sebagai satu proses penembusan dosa. Maka pada banyak peristiwa,
menstruasi pertama itu dihayati oleh anak gadis sebagai suatu pengalaman traumatis (Kartono, 1992).
Menurut Ibrahim Zakaria (2002, dalam Sawitri, 2008, ¶ 5), menarche pada remaja putri merupakan pengalaman baru yang bersifat fisiologis dan psikologis dalam rangka mencapai kematangan dan kesempurnaan sebagai wanita. Menarche berkaitan dengan
berbagai faktor psikis laten pada diri wanita yaitu marah, malu, minder, perasaan bersalah, menganggap sebagai malapetaka, dan peristiwa yang menyenangkan yang menandai
kedewasaan dan kesempurnaan sifat kewanitaan.
Dari hasil penelitian Sawitri (2008), hubungan tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan remaja putri usia 10-14 tahun dalam menghadapi
menarche di SDN 04 Pagi Pondok Labu Jakarta Selatan diketahui bahwa mayoritas responden berumur 11 tahun sebanyak 35 orang (67,3%) dan minoritas berumur 12 tahun
menarche sebanyak 47 orang (90,4%) dan minoritas tidak mengalami kecemasan saat
menarche sebanyak 5 orang (9,6%).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini “ adakah faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche ?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat
mengalami menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur menarche remaja.
2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kecemasan remaja putri saat mengalami menarche berdasarkan perasaan takut dan ketidakmampuan fisiologis.
3. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche
1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan informasi bagi kepentingan dan tambahan kepustakaan dalam mengembangkan ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Program D IV Bidan Pendidik dalam hal mencari faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat
kecemasan remaja putri saat mengalami menarche. b. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu tahapan proses belajar dalam merencanakan dan melaksanakan
selama perkuliahan dalm penelitian serta menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
bagi peneliti.
c. Bagi Instansi dan Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kecemasan
Menurut Freud (2000, dalam Safaria & Nofrans, 2009, hal. 49), kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan
berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi disebut dengan traumatik.
Kecemasan adalah pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik (Suliswati et.el, 2008).
Stuart (1995, dalam Riyadi & Teguh, 2009, hal. 43) mengatakan bahwa kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya.
Tomb (1993, dalam Riyadi & Teguh, 2009, hal. 43) kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala
fisiologi, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.
2.2. Faktor Penyebab Kecemasan
Menurut Purba, dkk (2008), kecemasan dapat disebabkan oleh:
a. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam suatu lingkungan tertentu.
d. Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan terhadap kebutuhan dasar
e. Adanya ancaman terhadap konsep diri: identitas diri, harga diri, dan perubahan peran.
Sue, dkk. (Kartikasari, 1995 dalam Purba, 2008), manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini :
1. Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang seringkali memikirkan
tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi
2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu
seperti gemetar
3. Perubahan somatik, muncul dalam keaadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan sebagainya.
4. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah dan perasaan tegang yang berlebihan.
2.3. Perilaku
Kecemasan dapat dieksperisikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara
tidak langsung melalui timbul gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari kecemasan.
Intensitas dari perilaku akan meningkatkan sejalan dengan peningkatan kecemasan.
Tabel 2.1. Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan
Sistem Tubuh Respon
Kardiovaskuler Palpitasi
Jatung berdebar
Tekananan darah meningkat Denyut nadi menurun Pingsan
Pernafasan Nafas cepat
Sesak nafas
Pembengkakan tenggorokan Sensasi tercekik
Nafas dangkal Tekanan pada dada
Neuromuskuler Reflek meningkat
Reaksi terkejut Mata berkedip-kedip Insomnia
Gelisah Wajah tegang Kelemahan umum Gerakan yang janggal Tremor
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan
Rasa tidak nyaman pada abdomen Menolak makan
Nyeri abdomen Mual
Nyeri ulu hati Diare
Saluran perkemihan Sering berkemih
Tidak dapat menahan kencing
Telapak tangan berkeringat Berkeringat seluruh tubuh Gatal
Rasa panas dan dingin Wajah pucat
Tabel 2.2. Respons Perilaku, Kognitif, Dan Afektif
Sistem Respon
Perilaku Gelisah
Ketegangan fisik Reaksi terkejut Bicara cepat Kurang koordinasi
Cenderung mengalami cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Inhibisi
Melarikan diri dari masalah Menghindar
Hiperventilasi Sangat waspada
Kognitif Perhatian terganggu
Konsentasi buruk Pelupa
Salah dalam pemberian penilaian Preokupasi
Hambatan berfikir
Lapang persepsi menurun Bingung
Kehilangan obyaktivitas Takut kehilangan kendali Takut pada gambaran visual Takut cedara
Mimpi buruk
Afektif Mudah terganggu
Tidak sabar Tegang Gugup Ketakutan waspada
2.4. Tingkat Kecemasan a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat
ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan. c. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
d. Panik
Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror.
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran
yang rasional (Dalami et.el, 2009).
2.5. Remaja
2.5.1. Pengertian Remaja
Remaja bersal dari bahasa latin “ adolescere” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolescence yang berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, sosial dan fisik (Proverawati, 2009).
Menurut WHO, disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1997 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Menurut
Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak
laki-laki (Proverawati, 2009).
2.5.2. Ciri-ciri Umum Masa Remaja a. Sebagai Periode Peralihan
Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Apa yang tertinggal pada satu tahap akan memberikan dampak di masa yang akan datang.
Osterrieth mengatakan bahwa, struktur psikis dari remaja ialah kelanjutan dari perkembangan masa pubertas.
b. Periode Mencari Identitas Diri
suami atau istri, apakah percaya diri dengan latar belakang berbeda (Pieter & Namora,
2011).
2.5.3. Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja a. Perkembangan Nonfisik
Pieter & Namora (2011), masa remaja menurut ciri perkembangannya dibagi menjadi 3
tahap yaitu:
1) Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan
teman sebaya, mulai berfikir abstrak, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri yaitu mencari identitas diri, timbul
keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri yaitu mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.
b. Perubahan Fisik
Pieter & Namora (2011), perubahan fisik yang akan dialami pada masa remaja yaitu terbagi dalam 2 perubahan, yaitu :
1). Perubahan Eksternal a). Tinggi dan Berat Badan
Penambahan tinggi badan remaja putri rata-rata pada usia 17-18 tahun dan penambahan tinggi remaja putra kira-kira pada usia 18-19 tahun. Sementara untuk perubahan berat badan remaja mengikuti jadwal yang sama dengan
tinggi.
Perkembangan organ-organ seksual akan mencapai ukuran yang matang
ketika masa remaja akhir namun fungsinya belumlah matang hingga beberapa tahun. Untuk perkembangan ciri-ciri seks sekunder akan matang pada remaja
akhir.
c). Proporsi Tubuh
Beberapa bagian anggota tubuh secara perlahan-lahan akan mencapai
perbandingan proporsi tubuh yang lebih seimbang, dimana badan akan melebar dan memanjang sehingga bentuk tubuh mereka tidak lagi kelihatan
panjang seperti masa pubertas. 2). Perubahan Internal
a). Sistem Pencernaan
Usus bertambah panjang dan besar, otot-otot perut dan dinding usus menjadi lebih kuat dan tebal. Kondisi ini juga diikuti dengan bertambah beratnya hati
dan kerongkongan yang semakin memanjang. b). Sistem Peredaran Darah Dan Pernafasan
Remaja memasuki usia 17-18 tahun perkembangan jantung sangat cepat.
Panjang dan tebal dinding pembuluh darah akan meningkat dan mencapai kematangan seiring dengan bertambah matangnya kekuatan otot-otot jantung.
Bagi remaja perempuan kapasitas paru-paru akan meningkat ketika usia 17 tahun dan lebih cepat matang dibandingkan dengan kematangan paru-paru remaja putra.
c). Sistem Endokrin dan Jaringan Tubuh
Pada masa remaja sistem kerja gonad meningkat yang dapat menyebabkan
berfungsi hingga tahap remaja akhir dan dewasa awal. Untuk jaringan otot dan
tulang terus berkembang pesat dan akan berhenti ketika usia 18 tahun. c. Perubahan Kejiwaan
Perubahan kejiwaan yang dialami remaja meliputi :
1). Perubahan emosi yaitu : sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah
berkelahi.
2). Perkembangan inteligensia yaitu : mampu berfikir abstrak dan senang memberi
kritik, ingin mengetahui hal-hal yang baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba hal yang baru (Pieter & Namora, 2011).
d. Perkembangan Seksualitas
Menurut Monks et.el , 2002, perkembangan seksualitas pada remaja yaitu :
1). Tanda-tanda kelamin primer : menujuk pada organ badan yang langsung berhubungan dan proses reproduksi. Jadi pada anak wanita hal tadi adalah
rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, klitoris serta terjadinya menarche. Dan pada anak laki-laki yaitu penis, testis, scrotum serta mimpi
basah.
2). Tanda-tanda kelamin sekunder : tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan bersetubuhan dan proses reproduksi, namun merupakan
tanda-tanda yang khas wanita dan khas laki-laki. Contoh pada wanita yaitu pertumbuhan rambut yang pada wanita terbatas pada kepala, ketiak, dan alat
3). Tanda-tanda kelamin tersier, antara lain : motorik anak mulai berubah, mulai
tahu menghias diri, mulai percaya pada dirinya sendiri, perkembangan tubuhnya mencapai kesempurnaan dan kembali harmonis.
2.6. Menarche
2.6.1. Pengertian
Menarche menurut Hinchilff (1999, dalam Proverawati dan Misaroh, 2009, hal. 58) adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita.
Pearce (1999, dalam Proverawati dan Misaroh, 2009, hal 58) menarche adalah sebagai permulaan menstruasi pada seseorang gadis pada masa pubertas, yang biasanya muncul
pada usia 11- 14 tahun.
Menurut Konopaka (1976, dalam Monks et.el, 2002, hal. 270) adalah ukuran yang baik karena hal itu menentukan salah satu ciri kemasakan seksual yang pokok, yaitu
suatu disposisi untuk konsepsi dan melahirkan. Di samping itu menarche juga merupakan manifestasi yang jelas meskipun pada permulaannya masih terjadi
perdarahan sedikit.
Masa menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan terkecuali terjadi kehamilan (Pieter & Namora, 2011).
2.6.2. Saat Menstruasi Pertama Datang
Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan seseorang wanita
yang mengalami menstruasi untuk pertama kali (menarche). Menarche adalah suatu hal yang wajar dialami oleh wanita normal dan tidak perlu digelisahkan. Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai menstruasi ini kurang dan
pendidikan dari orang tua yang kurang (Proverawati & Misaroh, 2009).
Gejala menjelang menstuasi terjadi hampir di seluruh bagian tubuh dan berbagai
di payudara, sakit pinggang, sakit kepala, pegal linu, dismenorea kongestif, perubahan
nafsu makan, mucul jerawat, perubahan tidur, mual-mual dan kembung, mudah marah, dan timbul persaan malas (Pieter & Namora, 2011).
Berbagai perubahan selama pubertas bersamaan dengan terjadinya menarche meliputi thelarche (perkembangan payudara) terjadi pada awal usia < 10 tahun, adrenarche (pubarche atau perkembangan rambut aksila dan pubis) terjadi ketika anak
berusia 11 tahun, pertumbuhan tinggi badan lebih cepat dan perubahan psikis (Proverawati & Misaroh, 2009).
2.6.3. Usia Terjadi Menarche
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, dan ekonomi. Di Inggris usia rata-rata untuk
mencapai menarche dalah 13,1 tahun, sedangakan suku Bundi di Papua Nugini menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Proverawati & Misaroh, 2009).
Menarche biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, namun rata-rata lima hari. Secara global dan termuktahir, perempuan mengalami menstruasi dini (premature). Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal karena ketidakseimbangan
hormon bawaan lahir. Hal ini juga berkolerasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi (Proverawati & Misaroh, 2009).
2.6.4. Menarche dan Ras
Usia rata-rata seorang anak perempuan mengalami menarche tetap pada usia 12 tahun. Penelitian oleh David S. Freeman, PhD baru menunjukkan anak perempuan kulit hitam
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan lebih dari 40% anak perempuan kulit
hitam mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun dibandingkan anak perempuan kulit putih. Sekitar 10% anak perempuan kulit putih dan 15% anak
perempuan kulit hitam mulai mengalami menstruasi sebelum usia 11 tahun (menarche dini).
Peneliti juga mendapatkan anak-anak perempuan yang mengalami menstruasi
pertama sebelum usia 11 tahun berat badannya lebih berat dan badannya lebih tinggi dari pada anak perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya setelah berusia 13 tahun.
Penelitian ini didapatkan anak perempuan kulit hitam yang berusia antara 5 hingga 9 tahun dengan keadaan tubuh lebih berat dan tinggi dibandingkan anak perempuan kulit putih pada kelompok umur yang sama (Proverawati & Misaroh, 2009).
2.6.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menarche
a. Aspek Psikologi yang menyatakan bahwa menarche merupakan bagian dari masa
pubertas. Menarche merupakan suatu proses yang melibatkan sistem anatomi dan fisiologi dari proses pubertas yaitu :
1). Disekresikannya estrogen oleh ovarium yang distimulasi oleh hormon ptuitari
2). Estrogen menstimulus pertumbuhan uterus
3). Fluktuasi tingkat hormon yang dapat menghasilkan perubahan suplai darah yang
adekuat ke bagian endometrium
4). Kematian beberapa jaringan endometrium dari hormon ini dan adanya peningkatan fluktuasi suplai darah ke desidua.
b. Menarche dan kesuburun
Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa interval rata-rata antara menarche
interval yang konsisten dari lamanya menstruasi dan perkiraan waktu datangnya
kembali dan untuk mengukur tingkat kesuburan seorang wanita. c. Pengaruh Waktu Terjadinya Menarche
Menarche biasanya terjadi sekitar dua tahun setelah perkembangan payudara. Namun, akhir-akhir ini menarche terjadi pada usia yang lebih muda dan tergantung dari pertumbuhan individu, diet, dan tingkat kesehatannya.
d. Menarche dan lingkungan sosial
Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarche, salah
satunya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yanag harmonis dan adanya keluarga besar yang baik dapat memperlambat terjadinya menarche dini sedangkan anak yang tinggal di tengah-tengah keluarga yang tidak harmonis dapat
mengakibatkan terjadinya menarche dini. e. Umur menarche dan status sosial ekonomi
Menarche terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi sedang sampai tinggi yang memiliki selisih sekitar 12 bulan. Orang yang berasal dari kelompok keluarga yang biasa mengalami menarche lebih dini. Hasil penelitian menyatakan bahwa
wanita yang vegetarian kejadian menarchenya 6 bulan lebih awal dari pada yang vegetarian.
f. Basal Metabolik Indek dan Kejadian Menarche
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menarche dini (9-11 tahun) mempunyai berat badan maksimum 46 kg. kelompok yang memiliki berat badan 37 kg mengalami menarche yang terlambat yaitu sekitar 4,5 kg lebih rendah
2.6.6. Ketidakteraturan Menstruasi
Gangguan dalam masa menarche meliputi menarche dini, menarche tarda, dan
perdarahan. Menarche dini yaitu terjadinya menstruasi sebelum umur 10 tahun yang dikarenakan pubertas dini dimana hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak usia 8
tahun. Hormon ini merangsang ovarium yang memberikan ciri-ciri kelamin sekunder.
Hormon gonadotropin juga akan mempercepat terjadinya menstruasi dini dan fungsi dari organ reproduksi itu sendiri. Menarche tarda adalah menarche yang baru datang
setelah umur setelah 14 tahun yang disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan dan kurang gizi (Proverawati & Misaroh, 2009).
2.7. Menstruasi 2.7.1. Pengertian
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid (Proverawati & Misaroh, 2009).
Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. Proses alamiah ini terjadi rata-rata sekitar 2 sampai 8 hari. Darah yang keluar umumnya sebanyak 10 – 80 mL per
hari (Laila, 2011).
2.7.2. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang normal adalah 28 atau 30 hari dan lamanya pendarahan biasanya 3-8 hari (Pudiastuti, 2012). Dan ada juga kelainan siklus menstruasi yaitu oligomenorea yang siklus mentruasi yang memanjang lebih dari 35 hari dan jumlah perdarahan tetap
Menurut Proverawati & Misaroh (2009), siklus menstruasi terdiri 4 fase yaitu :
a. Fase menstruasi
Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan
dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada.
b. Fase Proliferasi/fase Folikuler
Ditandai dengan menurunnya hormon progesterone sehingga memacu kelenjar
hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilakan hormon estrogen yang
merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.
c. Fase Ovulasi/fase Luteal
Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan
folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk
mempertebalkan dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah. d. Fase Pasca ovulasi/fase Sekresi
Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang serta berubah
menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH.
akan berhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek.
Terjadilah fase perdarahan atau menstruasi.
2.7.3. Perubahan-perubahan Remaja Saat Masa Menstruasi
Adaptasi pada awal menstruasi terjadi siklus menstruasi memerlukan penyesuaian diri misalnya di dua bulan pertama siklus menstruasi terjadi setiap 28 hari kemudian tidak mendapat menstruasi selama satu bulan atau lebih. Setelah 2-3
tahun siklus menstruasi akan menjadi teratur. a. Perubahan fisik
Gejala-gejala fisik yang umum terjadi selama wanita mengalami menstruasi yaitu :
1. Adanya perubahan berat badan
2. Pembengkakan pada perut, jari, tungkai, atau pergelangan kaki
3. Ketidaknyamanan pada buah dada seperti pembesaran, nyeri ditekan dan
kaku
4. Sakit kepala dan terkadang mengalami migraine 5. Rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot
6. Dismenore kongesif, yaitu sakit pada perut atau pinggang bagian bawah 7. Perubahan nafsu makan
8. Berkurangnya air kecing
9. Perubahan kulit, seperti bisul atau jerawat
10.Perubahan tidur (kurang tidur atau tidur yang berlebihan)
11.Mual-mual dan pada sebagian orang ada yang mengalami asma
12.Kejang terutama akibat dinding-dinding otot uterus yang perlahan-lahan
b. Perubahan-perubahan Psikologis pada Menstruasi
Adapun perubahan-perubahan psikologis yang umum terjadi pada saat menstruasi yaitu :
1. Anoreksia nervosa yaitu hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang disebabkan oleh faktor penyimpanan emosional. Gejala-gejala anoreksia nervosa ialah hilangnya nafsu makan, pura-pura tidak mau makan, tidak mau makan sama
sekali, kehilangan berat badan, dan kelelahan.
2. Bulimia yaitu kelainan emosional yang ditandai pola makan yang berlebihan
dan berbahaya. Gejala-gejala bulimia yaitu rasa kekhawatiran yang luar biasa terhadap berat badan, sehingga siklus makanannya tidak terkontrol dan apabila selesai makan dia selalu memuntahkan sehingga dia akan makan lagi dalam
siklus yang tak terkontrol juga.
3. Cemas : rasa cemas menjadi tak wajar apabila cemas terhadap hal-hal yang
sebenarnya bukan objek perhatian khusus, ketdakmampuan untuk menyelesaikan masalah dan selalu menganggap masalahnya tidak realistis. Cemas yang lama bisa menyebabkan gangguan fisik dan psikologis.
4. Depresi : ditandai dengan adanya perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan fokus perhatian, tidak mampu dalam konsentrasi, ingin bunuh diri,
sulit tidur, cemas, nafsu makan kurang, berat badan menurun, merasa lelah dan kesepian, tidak berharga, rasa bersalah, tak mau bicara dengan orang lain, dan menutup diri.
5. Stres : keadaan yang membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi mempertahankan diri.
suara dan tulisan. Gejala dari disleksia ialah membaca lambat dan
terputus-putus.
7. Ketidakmatangan emosi : dipengaruhi oleh faktor hormonal dan situasional
misalnya saat datang haid, wanita cenderung menjadi pemarah, mudah tersinggung, atau cepat lelah.
8. Ambivalen dan insomnia : selalu kesulitan untuk mengambil satu sikap atau
setiap perubahan yang terjadi pada dirinya. Insomnia ialah kesulitan memejamkan mata, kesulitan tidur, dan terjaga malam hari (Pieter & Namora,
2011).
2.7.4. Kebersihan Diri Saat Menstruasi
Menurut Pudiastuti (2012) dan Laila (2011), cara menjaga kebersihan diri disaat
menstruasi adalah sebagai berikut : a. Rutin mandi dan keramas
b. Bersihkan vagina setiap mandi dengan air bersih. Jika alergi dengan sabun, cukup gunakan air hangat.
c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut
d. Menggunakan pembalut yang bersih, berbahan lembut, menyerap dengan baik serta tidak membuat alergi dan merekat dengan baik pada celana dalam.
e. Mengganti pembalut sesering mungkin sekitar 2-4 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang baik pada pembalut serta menghindari bakteri masuk ke vagina.
f. Memilih celana dalam dari bahan katun dan tidak ketat. g. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
h. Menyediakan pembalut dan underweer pada saat melakukan aktivitas atau berpergian.
2.7.5. Cara Mengatasi Nyeri Pada Saat Menstruasi/Menarche
a. Cobalah untuk mengomperes dengan botol berisi air hangat pada bagian yang dirasakan sakit.
b. Mengusap-usap secara perlahan-lahan bagian perut atau pinggang yang sakit dengan sesuatu yang hangat.
c. Minum air hangat.
d. Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung kebawah hal tersebut dapat membantu relaksasi otot saat menstruasi.
e. Tidur dan istirahat yang cukup.
f. Jika memilih menggunakan obat sebagai penetral rasa sakit, gunakanlah obat-obatan yang berdasarkan pengawasan dokter dan dosisnya tidak lebih dari 3 kali
sehari.
g. Memperbanyak mengonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung zat besi.
h. Memperbanyak konsumsi makanan yang sehat.
i. Melakukan diet rendah lemak, garam, dan gula tapi tinggi protein (Laila, 2011).
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau variabel yang satu dengan variabel yang
lain dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil tinjauan kepustakaan telah dijelaskan mengenai faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan
remaja putri saat mengalami menarche. Untuk memperjelas arah penelitian ini maka dapat digambarkan kerangka konseptual :
Skema 1.
Kerangka Konsep Penelitian Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dan Tingkat Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche di SMP Negeri 10 Medan Tahun 2013
Perasaan Takut (Indikator Perilaku
Psikologis)
Ketidakmampuan Fisiologis (Indikator Perilaku
Fisik) (
3.2.Defenisi Operasional
[image:37.595.57.555.177.713.2]Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1. Defenisi Operasional No Variabel
Penelitian
Defenisi operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Usia Menarche Usia remaja putri
saat mengalami menstruasi pertama kali
Kuesioner Pengisian Kuesioner
1. > 12 tahun 2. 12-13 tahun
3. > 13 tahun
Ordinal
2. Perasaan Takut Adanya perasaan takut terhadap menstruasi yang berkaitan perubahan psikologis remaja Kuesioner Pengisian Kuesioner Perasaan takut dikatakan: 1. Ya : nilai 1
(mengalami) 2.Tidak : nilai 0
(tidak mengalami) Nominal 3. Ketidakmampu an Fisiologis Adanya ancaman terhadap integritas diri yang berkaitan dengan cemas terhadap perubahan fisik remaja
Kuesioner Pengisian Kuesioner
Ketidakmampu an Fisiologis dikatakan : 1. Ya : nilai 1
(mengalami) 2. Tidak : nilai
0 (tidak mengalami)
Nominal
4. Kecemasan Perasaan yang tidak enak, khawatir, gelisah dan takut, tidak nyaman dan berbagai keluhan fisik dan psikologis yang dialami secara objektif dan dapat dikomunikasikan secara interpesonal
Kuesioner Pengisian Kuesioner Tingkat kecemasan, (Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS) (1971) :
1. Tidak cemas : nilai 20-44 2. Kecemasan
ringan : nilai 45-59
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang pengambilan datanya hanya satu periode
tertentu dan pengambilan sampel dilakukan dalam sekali waktu saja dan tidak ada pengulangan dalam pengambilan data. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri
saat mengalami menarche.
4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi
Populasi adalah kesulurahan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas VII SMP Negeri 10 Medan sebanyak 177 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili populasi tersebut.
a. Kriteria Inklusi
1. Jenis kelamin perempuan
2. Remaja putri yang sudah mengalami menarche
3. Siswi bersedia menjadi responden
b. Besar Sampel n =
keterangan :
n = besar sampel N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan
Jadi, untuk masing-masing kelas VII dapat diperoleh dengan rumus di bawah ini :
n =
, ²
=
,
=
,
=
,
n = 123 orang
c. Cara Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan peneliti adalah simple random sampling yaitu terdiri dari 123 sampel dan 8 kelas VII. Pada penelitian
teknik simple random sampling dilakukan pada kelas yang terdapat 8 kelas secara lotre. Namun, jumlah sampel tidak sesuai dengan ketentuan karena 12 sampel latihan
pramuka sehingga jumlah sampel sebanyak 109. 4.3. Tempat Penelitian
peneliti dan dari pihak sekolah juga dapat bekerja sama dengan penulis dalam pengambilan
data.
4.4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan hanya sekali pengambilan data saja yaitu pada tanggal 15
Maret 2013.
4.5. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMPN 10 Medan.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur
pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Namun, jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri. Responden juga
berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama reponden
pada instrumen penelitian. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
4.6. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang terdiri dari dua bagian yaitu data demografi responden dan kuesioner.
1. Perasaan Takut
menggunakan skala Guttman, apabila menjawab “ya” mendapat nilai 1 dan apabila
menjawab “tidak” mendapat nilai 0.
2. Ketidakmampuan Fisiologis
Kuesioner ketidakmampuan fisiologis dirancang sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur (Riyadi, Sujono dan Teguh, 2009). Pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman, apabila menjawab “ya” mendapat nilai 1 dan
apabila menjawab “tidak” mendapat nilai 0.
3. Tingkat Kecemasan
Kuesioner tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche di modifikasi dari Zung Anxiety Scale (SAS). Alat ukur ini terdiri dari 20 item dengan 15 pertanyaan peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan kecemasan menurun. Setiap pertanyaan
memiliki skala 1-4 dengan skor 1 (jarang sekali), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4 (sering).
Derajat kecemasan :
Total nilai : 20- 44 = tidak cemas 45-59 = kecemasan ringan
60-74= kecemasan sedang 75-80 = kecemasan berat
4.7. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Sebelum mengumpulkan data, instrumen harus dilakukan uji coba dengan cara menguji validitas dengan uji validitas dan
content validity pada pertanyaan faktor-faktor penyebab kecemasan yaitu 0,7 dan tingkat
kecemasan remaja putri saat mengalami menarche adalah 0,9.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan rumus Cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan kepada 15 responden di Desa Sigara-gara Patumbak yang memiliki kriteria yang sama dengan responden yang diteliti . Nilai koefisien yang didapatkan untuk pertanyaan faktor-faktor
penyebab kecemasan adalah 0.704 dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche adalah 0,743.
4.8. Prosedur Pengumpulan Data
1. Peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan survey awal penelitian
kepada program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Peneliti mengajukan izin survey awal kepada Dinas Pendidikan kota Medan dan
Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Medan untuk melihat populasi dan sampel penelitian.
3. Setelah melakukan survey awal, penelitian mengajukan permohonan izin
penelitian kepada Dinas Pendidikan kota Medan dan Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Medan yang sebelumnya telah disetujui oleh program D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Pada proses pengumpulan data dari responden, peneliti minta kerja sama dengan kepala sekolah untuk mengumpulkan siswi dalam 3 ruangan, yaitu ruang pertama
Peneliti juga membawa teman 2 orang agar lebih mudah dalam pengumpulan data
dan masing-masing kelas telah ada penanggung jawabnya. Kemudian kami menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden dan meminta kesediaannya
untuk menjadi subjek penelitian.
5. Setelah responden setuju, peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner responden.
6. Peneliti mengingatkan kepada responden untuk mengisi kuesioner sesuai pengalaman pertama mereka saat menarche, jujur, mengisi semua daftar
pertanyaan pada kuesioner dan tidak berdiskusi serta dalam waktu 25 menit untuk menjawab semua pertanyaan pada kuesioner tersebut.
7. Peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden dan
memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden. 8. Semua data yang telah terkumpul kemudian dianalisa.
4.9. Pengolahan Data
Data diperoleh secara manual dengan langkah- langkah pengolahan data : 1. Editing
Memeriksa satu persatu dari hasil jawaban responden yang telah dikumpulkan melalui kuesioner. Dalam penelitian ini data terkumpul dengan lengkap dan tidak
ada kesalahan dan kekurangan. 2.Coding
Data yang telah diubah ke dalam kode atau angka nama reponden berubah menjadi
kode angka. 3. Tabulating
4.10. Analisa Data
Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariat dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden lalu ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, kemudian dicari besarnya persentasi untuk masing-masing jawaban responden. Semua variabel yang ada dianalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi, kemudian dibandingkan dengan teoritis dalam tinjauan teoritis.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang berjudul “ faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche di SMPN 10 Medan Tahun 2013” terdiri dari 6
kelas dan 109 remaja putri.
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri Saat Menarche Di SMPN 10 Medan Tahun 2013
No. Karakteristik Frekuensi %
1. Usia Menarche a. <12 tahun b. 12-13 tahun c. >13 tahun
34 74 1
31.2 67.9 0.9
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Remaja Putri Saat Mengalami Menarche
di SMPN 10 Medan Tahun 2013
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Ya Tidak
f % f % A. Perasaan Takut (Indikator Perilaku
Psikologis)
1 Kekhawatiran terhadap berat badan 47 43.1 62 56.9 2 Mudah terganggu dan tidak sabar 81 74.3 28 25.7 3 Merasa kesepian dan kurang terbuka 44
40.4
65 59.6 4 Kurang mampu untuk berkonsentrasi 70 64.2 39 35.8 5 Timbul rasa malu dan lebih menutup diri 67 61.5 42 38.5 6 Cenderung menjadi lebih pemarah dan mudah
tersinggung
72 66.1 37 33.9
7 Mudah resah dan gelisah 91 83.5 18 16.5 8 Lebih berhati-hati dan waspada terhadap sesuatu
yang terjadi di masa depan
84 77.1 25 22.9 9 Takut terjadi perubahan diri setelah menstruasi 40 36.7 69 63.3 10 Mudah gugup dan tegang 51 46.8 58 53.2
B.Ketidakmampuan Fisiologis (Indikator Perilaku Fisik)
11 Sering gemetar pada bagian tangan dan kaki 27 24.8 82 75.2 12 Gangguan selera makan 50 45.9 59 54.1 13 Sakit kapala dan terkadang migraine 44 40.4 65 59.6 14 Kesulitan tidur atau tidur berlebihan 71 65.1 38 34.9 15 Rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot 68 62.4 41 37.6 16 Sakit perut atau pinggang bagian bawah 96 88.1 13 11.9 17 Merasa cepat lelah dan malas beraktivitas 96 88.1 13 11.9 18 Ketidaknyamana pada buah dada seperti kaku dan
nyeri ketika tertekan
51 46.8 58 53.2 19 Rasa tidak nyaman pada bagian bawah perut dan
punggung
83 76.1 26 23.9
20 Sering buang air kecil 46 42.1 63 57.8
Dari tabel 5.2. dapat diketahui bahwa pada pertanyaan indikator perilaku psikologis mayoritas responden yang menjawab ya pada pertanyaan mudah resah dan gelisah
responden yang menjawab ya pada pertanyaan sakit perut atau pinggang bagian bawah
[image:47.595.95.561.223.613.2]serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas sebanyak 96 orang (88.1%).
Tabel 5.3.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Pertanyaan Tingkat Kecemasan Aspek Psikologis Saat Mengalami Menarche
Di SMPN 10 Medan Tahun 2013
Dari tabel 5.3.1 dapat diketahui bahwa pada pertanyaan aspek psikologis mayoritas responden yang menjawab jarang sekali pada pertanyaan apakah anda pernah mimpi buruk
yang berkaitan dengan situasi menstruasi pertama kali sebanyak 80 orang (73.4), mayoritas responden yang menjawab jarang pada pertanyaan apakah anda khawatir sampai tangan anda basah dan berkeringat ketika mengalami haid pertama kali sebanyak 28 orang
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jarang Sekali
Jarang Kadang” Sering
f % f % f % f %
A. Aspek Psikologis
1. Apakah anda gugup dan cemas ketika pertama kali haid
15 13.8 12 11 63 57.8 19 17.4
2. Apakah anda merasa takut saat menghadapi haid pertama kali
22 20.2 17 15.6 29 26.6 41 37.6
3. Apakah masa-masa awal haid, anda mudah panik
28 25.7 22 20.2 20 18.3 39 35.8
4. Apakah anda merasa kurang fokus perhatian terhadap apapun saat mengalami haid pertama kali
19 17.4 21 19.3 37 33.9 32 29.4
5. Apakah anda merasa semuanya baik-baik saja ketika mengalami haid pertama kali
13 11.9 27 24.8 48 44.0 21 19.3
6. Apakah anda pernah mimpi buruk yang berkaitan dengan situasi menstruasi pertama kali
80 73.4 14 12.8 13 11.9 2 1.8
7. Apakah awal masa haid anda, saat menggunakan pembalut membuat anda duduk tidak nyaman
5 4.6 6 5.5 24 22.0 74 67.9
8. Apakah anda bisa tenang dan percaya diri meskipun baru pertama kali haid
13 11.9 26 23.9 46 42.2 24 22.0
9. Apakah anda khawatir sampai tangan anda basah dan berkeringat ketika mengalami haid pertama kali
(25.7%), mayoritas responden yang menjawab kadang-kadang pada pertanyaan apakah
anda gugup dan cemas ketika pertama kali haid sebanyak 63 orang (57.8%), dan mayoritas responden yang menjawab sering pada pertanyaan apakah awal masa haid anda, saat
menggunakan pembalut membuat anda duduk tidak nyaman sebanyak 74 orang (67.9%).
Tabel 5.3.2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Pertanyaan Tingkat Kecemasan Aspek Fisik Saat Mengalami Menarche
Di SMPN 10 Medan Tahun 2013
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Jarang Sekali
Jarang Kadang” Sering
f % f % f % f %
B. Aspek Fisik
10. Apakah di bulan-bulan awal mengalami menstruasi, lengan dan kaki anda sering gemetar
65 59.6 19 17.4 19 17.4 6 5.5
11 Apakah di masa awal mengalami haid anda merasakan sakit kepala, leher, dan nyeri punggung
29 26.6 23 21.1 34 31.2 23 21.1
12. Apakah anda merasa lelah dan lemas saat mengalami haid pertama kali
11 10.1 14 12.8 44 40.4 40 36.7
13. Apakah anda merasa jantung berdetak cepat ketika pertama kali haid
45 41.3 30 27.5 25 22.9 9 8.3
14 Apakah anda merasakan pusing saat mengalami haid pertama kali
38 34.9 21 19.3 38 34.9 12 11.0
15 Apakah anda merasa seolah-olah akan pingsan saat menghadapi menstruasi pertama kali
71 61.5 15 13.8 15 13.8 8 7.3
16 Apakah anda merasakan kesemutan di jari-jari tangan dan kaki saat mengalami haid pertama kali
63 57.8 18 16.5 21 19.3 7 6.4
17 Saat mengalami menstruasi pertama kali, apakah anda merasa ada gangguan pencernaan atau sakit perut
9 8.3 6 5.5 46 42.2 48 44.0
18 Apakah anda mengalami sering buang air kecil saat awal mengalami menstruasi
29 26.6 20 18.3 26 23.9 34 31.2
19 Apakah saat anda menghadapi menstruasi pertama kali, wajah anda mudah berubah menjadi kemerahan dan panas
57 52.3 23 21.7 17 15.6 12 11.0
20 Saat haid pertama kali, anda tidak menemui kesulitan untuk tidur nyenyak
[image:48.595.85.575.281.725.2]Dari tabel 5.3.2 dapat diketahui bahwa pada pertanyaan aspek fisik mayoritas
responden yang menjawab jarang sekali pada pertanyaan apakah di bulan-bulan awal mengalami menstruasi lengan dan kaki anda sering gemetar sebanyak 65 orang (59.6),
mayoritas responden yang menjawab jarang pada pertanyaan apakah anda merasa jantung berdetak cepat ketika pertama kali haid sebanyak 30 orang (27.5%), mayoritas responden yang menjawab kadang-kadang pada pertanyaan saat mengalami menarche, apakah anda
merasa ada gangguan pencernaan atau sakit perut sebanyak 46 orang (42.2%), dan mayoritas responden yang menjawab sering pada pertanyaan saat mengalami menarche,
apakah anda merasa ada gangguan pencernaan atau sakit perut sebanyak 48 orang (44.0%).
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Saat Mengalami Menarche
Di SMPN 10 Medan Tahun 2013
No Faktor-faktor penyebab kecemasan remaja f %
1 Tidak cemas 37 33.9
2 Kecemasan ringan 63 57.8
3 Kecemasan sedang 9 8.3
Total 109 100
Dari tabel 5.4. dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengalami tingkat
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Usia Menarche Terhadap Tingkat Kecemasan Responden Saat Mengalami Menarche di SMPN 10 Medan Tahun 2013
No. Karakteristik Usia Menarche dan Tingkat Kecemasan
Frekuensi %
1. Umur < 12 tahun a. Tidak cemas b. Kecemasan ringan c. Kecemasan sedang
13 17 4 38.24 50 11.76 2. Usia 12-13 tahun
a. Tidak cemas b. Kecemasan ringan c. Kecemasan sedang
23 45 6 31.08 60.81 8.11 3. Usia > 13 tahun
a. Tidak cemas b. Kecemasan ringan c. Kecemasan sedang
1 0 0 100 0 0
Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas usia menarche responden < 12
tahun mengalami kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 17 orang (50%), usia menarche responden 12-13 tahun mayoritas mengalami kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 45 orang (60.81%) dan usia menarche responden > 13 tahun mayoritas
tidak mengalami cemas saat menarche yaitu sebanyak 1 orang (100%).
5.2. Pembahasan
Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti melakukan penelitian kemudian memandingkan antara teori dengan hasil penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor-faktor penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan remaja putri
1. Usia Menarche Responden
Menurut Pearce (1999, dalam Proverawati dan Siti Misaroh, 2009), menarche diartikan sebagai permulaan menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas yang
biasanya muncul pada usia 11 sampai 14 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami menarche pada usia < 12 tahun sebanyak 31,2 %, usia 12-13 tahun sebanyak 67,9%, dan usia > 13 tahun
sebanyak 0,9%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 109 responden yang mengalami
kecemasan ringan saat menarche yaitu sebanyak 17 responden (50%) berusia menarche responden <12 tahun dan 45 responden (60,81%) berusia menarche responden 12-13 tahun.
Sawitri (2008), didapatkan dari 29 responden yang mengalami kecemasan ringan yaitu 21 responden (72,4%) berusia 11 tahun dan 8 responden (27,6%) berusia 12 tahun.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sawitri (2008). Menurut peneliti hal ini berarti responden dengan usia menarche <12 tahun memiliki tingkat kecemasan lebih rendah dibandingkan dengan responden berusia menarche 12-13 tahun, hal ini
dikarenakan responden yang berusia menarche 12-13 tahun merasa terlambat mendapatkan menstruasi pertama sehingga menimbulkan ketakutan.
Seorang gadis pada masa pubertas mendapatkan menarche terlalu awal dalam arti anak gadis tersebut masih sangat muda usianya dan kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan badan sehingga mengakibatkan anak gadis tersebut tidak siap dengan keadaan
tugas baru yang tidak menyenangkan. Demikian juga dengan menarche yang terlambat
akan mengalami kecemasan dalam menunggu haidnya.
2. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan
a. Perasaan Takut (Indikator Perilaku Psikologis)
Perilaku dari kecemasan yang dikelompokan dalam respon perilaku, kognitif dan afektif sebagai faktor penyebab kecemasan yaitu indikator perilaku psikologis adanya perasaan
takut dari remaja putri saat mengalami haid yang pertama kali (Riyadi dan Teguh, 2009). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kecemasan dari
perasaan takut remaja putri saat menarche yaitu timbulnya perilaku mudah resah dan gelisah yaitu 83,5%.
Hasil penelitian Nurngaini (2003), didapatkan secara emosional kesiapan dalam
menghadapi menstruasi menunjukkan bahwa :a.hampir semua perasaan subjek mengalami cemas, bingung, resah, tegang, takut, kaget, gelisah dan deg-degan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurngaini (2003) bahwa remaja yang mengalami menstruasi pertama kali mengalami perasaan takut yaitu resah dan gelisah. Menurut peneliti hal ini dikaitan dengan perubahan psikologis remaja putri yaitu
menstruasi sebagai salah satu pengalaman psikis. Peristiwa haid menduduki satu eksistensi psikologis yang unik yang bisa mempengaruhi reaksi anak tersebut terhadap realita haid itu
muncul. Reaksi individual anak-anak gadis pada menstruasi pertama itu sangat berbeda-beda antara lain menimbulkan kejutan hebat, iritasi yang meningkat maka rasa-rasa negatif itu muncul seperti perasaan tidak enak (perasaan bingung, gelisah, mudah putus asa dan
b. Ketidakmampuan Fisiologis (Indikator Perilaku Fisik)
Kecemasan dapat diekspresikan langsung melalui peubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung. Faktor-faktor penyebab kecemasan yang akan dibahas yaitu indikator
perilaku fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasa yang berkaitan dengan rasa ancaman terhadap integritas diri remaja putri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab kecemasan dari
indikator prilaku fisik remaja putri saat mengalami menarche yaitu rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot serta merasa cepat lelah dan malas beraktivitas (88,1%).
Penelitian Nurngaini (2003), didapatkan secara emosional kesiapan dalam menghadapi menstruasi menunjukkan bahwa keluhan fisik: sakit perut, kepala pusing, pegal seluruh badan, ketidaknyamanan seperti takut tembus, keterbatasan gerak, cepat
marah dan ketegangan sebelum menstruasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurngaini (2003), bahwa saat
menstruasi pertama kali para remaja putri mengalami ketidakmampuan fisiologis yaitu rasa nyeri dan pegal pada otot (pegal seluruh badan) dan malas beraktivitas (keterbatasan gerak). Menurut peneliti hal ini dikaitan adanya kontraksi otot-otot halus rahim yang
dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hiphotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan indung telur (ovarium), sehingga dapat menyebabkan gangguan fisik
wanita saat menarche.
Namun tidak semua wanita mengalami gangguan fisik tersebut, tergantung kondisi psikis wanita tersebut. Timbulnya rasa tidak nyaman dan mudah lelah disebabkan karena
selama menstruasi volume air di dalam tubuh kita berkurang, sehingga diperlukan intake cairan yang cukup untuk remaja agar tetap fit dan beraktivitas dengan baik (Proverawati
3. Pernyataan Tingkat Kecemasan a. Aspek Psikologis
Seperti dijelaskan sebelumnya, menarche sebagai suatu perubahan pada anak perempuan
menyangkut aspek fisik dan psikis. Menarche menyebabkan bermacam konsekuensi psikologis, adanya perasaan negatif dan positif. Beberapa aspek terhadap menstruasi tersebut seperti potensi kram dan ketidaknyamanan cenderung mengkaitkan reaksi anak
perempuan terhadap menarche dengan kecemasan (Feldman, 2000 dalam Ninawati dan Jessy, 2006).
Hasil menunjukkan bahwa pernyataan tingkat kecemasan remaja putri saat mengalami menarche dari aspek psikologis mayoritas mengalami ketidaknyamanan dalam menggunakan pembalut saat menstruasi pertama kali sebanyak 74 (67,9%).
Daradjat (dikutip oleh Hartanti & Dwijayanti, 1997) mengatakan gejala-gejala kecemasan sering ditandai dengan munculnya gejala-gejala baik yang bersifat fisik
maupun yang bersifat mental. Gejala yang bersifat mental seperti adanya rasa takut, perasaan khawatir, sulit konsentrasi, tidak berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, dan perasaan tidak nyaman.
Perasaan tidak nyaman pada remaja putri saat mengalami menarche dengan penggunaan pembalut dikarenakan menarche merupakan pengalaman pertama mereka
dalam menstruasi dan ada rasa khawatir akan ketembusan menstruasi yang mereka alami. Hal ini juga merupakan reaksi negatif dari remaja putri yang mengalami menarche yaitu Reaksi negatif disebabkan oleh kerepotan dan ketidakbersihan dari menarche. Sebagian
b. Aspek Fisik
Dirga Gunarsa dan Gunarsa (1995, dalam Ninawati dan Jessy, 2006) menguraikan bahwa gejala