• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian kuesioner yang telah valid untuk mengukur tingkat pengetahuan responden.

Dari hasil penelitian ini, pada Tabel 5.6. diketahui sebanyak 51,2% responden pernah mendengar istilah radikal bebas, yang didengar paling banyak melalui media elektronik seperti internet, iklan-iklan di televisi maupun radio. Hal ini disebut juga oleh Notoadmodjo bahwa media elektronik merupakan suatu sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan sebanyak 29,1% responden belum pernah mendengar istilah ini.

Pada Tabel 5.7. didapati bahwa sebagian responden telah mengetahui mengenai pengertian radikal bebas dimana sebanyak 39 responden (45,3%) telah menjawab dengan benar dan tepat. Dimana pengertian radikal bebas itu sendiri adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada bagian terluarnya (Murray, 2003).

Dalam Tabel 5.7. terdapat 41 responden (47,7%) dapat menjawab dengan benar bahwa sumber radikal bebas tidak hanya berasal dari luar tubuh, namun dapat juga berasal dari dalam tubuh sendiri. Seperti yang disebutkan oleh Bagchi dan Puri (1998) bahwa radikal bebas dan berbagai oksigen reaktif lainnya dapat terbentuk dari metabolisme tubuh normal atau dari lingkungan eksternal seperti kontak dengan sinar-X, ozone, polusi udara, bahan-bahan kimia serta asap rokok.

Sumber radikal bebas dalam tubuh dapat disebabkan oleh 3 hal utama, yaitu

autoksidasi yang merupakan produk dari metabolisme aerob, oksidasi enzimatik,

serta respiratory burst, yaitu penggunaan oksigen dalam jumlah tinggi selama proses fagositosis (infeksi) berlangsung (Arief, 2007).

Disamping itu, sebanyak 83 responden (96,5%) telah mengetahui bahwa dalam rokok terkandung radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh. Namun hanya 2 responden (2,3%) yang dapat menjawab dengan benar dan tepat mengenai jenis- jenis radikal bebas yang terkandung dalam rokok. Dan terdapat 66 responden (76,7%) yang menjawab salah mengenai jenis-jenis radikal bebas yang terkandung dalam rokok. Adapun berbagai jenis radikal bebas oksigen reaktif menurut Arief (2007), yaitu radikal superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil, hydrogen peroksida, nitrit oksida, nitrit peroksida, lipid peroksida. Diantara keseluruhan radikal bebas ini radikal hidroksil lah yang bersifat sangat toksik dengan masa hidup yang sangat singkat (Murray, 2003). Tar adalah 1 dari 3 komponen rokok yang banyak diketahui masyarakat. Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa tar sendiri merupakan radikal bebas. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Pryor dkk (1983) yang menyebutkan bahwa radikal bebas dalam fase gas terdapat dalam asap rokok dan tar, yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan Electron Spin Resonance Spectroscopy (ESR).

Pada Tabel 5.7. sebanyak 77 (89,6%) responden telah mengetahui dengan jelas bahwa kandungan radikal bebas dalam rokok dapat merugikan tubuh. Terdapat berbagai bahaya radikal bebas yang dapat ditimbulkannya dan biasanya muncul dalam jangka waktu lama setelah pemaparan. Produksi radikal bebas dan antioksidan (penangkal radikal bebas) yang tidak seimbang akan menyebabkan kerusakan makromolekuler, termasuk protein, lipid dan DNA (Atessahin, et al. dalam Widyatmoko 2009). Kerusakan ini akan menimbulkan berbagai kelainan dalam tubuh yang dapat muncul seperti: keganasan/ kanker, penyakit saluran pernafasan, kelainan kardiovaskular, katarak serta penuaan dini. Hal ini sejalan dengan penelitian mengenai rokok sebelumnya (Diana, 2003) pada remaja SMK Al Hikmah 1 Sirampog Brebes. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan sebanyak

52,99% remaja memiliki pengetahuan dasar tentang rokok dengan kategori baik, serta 88,88% percaya bahwa rokok berdampak buruk terhadap kesehatan

Pada Tabel 5.7. didapati sebanyak 64 (74,7%) responden memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai penyakit yang dapat ditimbulkan oleh radikal bebas pada rokok, yaitu gangguan pada saluran pernafasan atas seperti peningkatan risiko serangan penderita asma. Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernafasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversible dan gejala pernafasan (Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006). Hal ini sejalan dengan hasil survey yang dilakukan pada pasien rawat inap di RSUP Sangla Denpasar dimana ditemui pasien asma yang aktif merokok. Dari 102 pasien asma akut yang mengalami serangan, 7,8% adalah perokok aktif dan 18,8% pernah merokok (Rai, 2009).

Pengetahuan responden tentang terjadinya penuaan dini pada pasien perokok aktif maupun pasif juga cukup baik. Dengan setengah dari jumlah responden 45 (52,3%) dapat menjawab dengan benar dan tepat mengenai pengertian penuaan dini. Hal ini sejalan dengan teori dr. Denham Harman sebagai “ father of the free radical theory of aging” yang menyebutkan bahwa radikal bebas sebagai salah 1 dari 4 teori yang menyebabkan proses penuaan dini. Adapun proses penuaan dini seperti penurunan fungsi ginjal dan paru, penyakit kardiovaskular, atropi otot-otot bola mata, mengecilnya ukuran pupil, penurunan fungsi otot-otot skeletal, penyakit Alzheimer, penurunan kolagen kulit, kerutan pada kulit wajah timbulnya bintik-bintik kecoklatan pada punggung dan tangan serta berbagai proses penuaan lainnya (Best, 2010). Dan responden dapat menjawab dengan baik mengenai penuaan dini pada kulit.

Terdapat 57 responden (66,3%) memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai dampak radikal bebas dalam memicu terjadinya keganasan/ kanker dalam tubuh, dan 51 responden (59,3%) dapat menyebutkan dengan benar jenis kanker yang dapat ditimbulkan oleh radikal bebas, sedangkan hanya 9 responden (10,5%) yang dapat menjawab dengan baik dan lengkap tentang jenis kanker yang dapat ditimbulkan. Seperti kanker hati, kanker nasofaring serta paru. Adanya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan pertukaran antioksidan

akan menimbulkan oxidative strees, yang dapat menimbulkan kerusakan sel termasuk sel hati sehingga terjadi peningkatan SGOT dan SGPT (Jawi et al. 2007), yang merupakan gejala terjadinya nekrosis sel hati atau kerusakan hati akut, yang berujung pada keganasan (Wibowo, 2008). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh National Cancer Institute bahwa Insidensi kanker ginjal, uterus, kolon, rektum, hati, dan penis lebih tinggi pada perokok di bandingkan dengan yang bukan perokok (Amin, 2006). Hal ini semakin dipertegas oleh Alberg, (2003) yang menyebutkan bahwa rokok menyumbang 90% sebagai etiologi kanker paru. Pada hasil penelitian lainnya didapatkan bahwa risiko terjadinya kanker pada faring lebih besar jika dihubungkan dengan lama merokok, dibandingkan hubungan risiko dengan banyaknya rokok yang dikonsumsi (Kiki, 2009).

Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 47 responden (54,7%) yang berpengetahuan baik, 38 responden (44,2%) yang berpengetahuan cukup baik, dan 1 responden (1,1%) yang berpengetahuan kurang baik. Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang rokok pada siswa kelas tujuh (VII), delapan (VIII) dan sembilan (IX) SLTP N. 15 Medan berada pada tingkat baik.

Menurut hemat peneliti topik mengenai radikal bebas ini masih kurang diberikan di sekolah-sekolah. Hal ini mungkin dikarenakan oleh kurangnya pemberian informasi ataupun pengetahuan mengenai radikal bebas dalam rokok dan bahayanya di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang diberikan oleh siswa, dimana hanya 6 responden saja (7%) yang pernah mendengar atau memperoleh informasi mengenai radikal bebas di sekolah, baik dari buku pelajaran maupun penjelasan guru di kelas.

Dokumen terkait