• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Remaja SLTP N. 15 Medan Terhadap Bahaya Radikal Bebas Yang Terkandung Dalam Rokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Remaja SLTP N. 15 Medan Terhadap Bahaya Radikal Bebas Yang Terkandung Dalam Rokok"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SLTP N. 15 MEDAN TERHADAP BAHAYA RADIKAL BEBAS YANG TERKANDUNG DALAM ROKOK

Oleh:

SUCI DARMAWATI 070100004

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SLTP N. 15 MEDAN TERHADAP BAHAYA RADIKAL BEBAS YANG TERKANDUNG DALAM ROKOK

KARYA TULIS ILMIAH

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

SUCI DARMAWATI NIM: 070100004

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA SLTP N. 15 MEDAN TERHADAP BAHAYA RADIKAL BEBAS YANG TERKANDUNG DALAM ROKOK Nama : SUCI DARMAWATI

NIM : 070100004

Pembimbing Penguji I

(dr. Simon Marpaung, M.Kes ) ( dr. Rina Amelia, MARS ) NIP. 194512171969021001 NIP. 197604202003122002

Penguji II

( dr. Yunilda Andriyani, MKT ) NIP. 19790603 2003122001

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Diketahui bahwa terdapat lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dan asap rokok, radikal bebas misalnya. Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal bebas diperlukan bagi kelangsungan beberapa fisiologis dalam tubuh, terutama untuk transportasi elektron. Namun, radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh. Berbagai kelainan yang dapat muncul seperti keganasan, penyakit saluran pernafasan, kelainan kardiovaskular, katarak serta penuaan dini.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis studi deskriptif cross

sectional yang dilakukan di SLTP N.15 Medan pada bulan Juli 2010 dengan

menggunakan data ordinal, dengan jumlah sampel/responden sebanyak 86 orang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya radikal bebas pada rokok dalam mengakibatkan berbagai penyakit pada manusia.

Dari 86 responden ini, diperoleh sumber informasi mengenai radikal bebas terbanyak melalui media elektronik (29,1%) dengan jumlah remaja perokok yang cukup rendah, sebanyak 5 responden (5,8%). Didapati pula tingkat pengetahuan remaja akan bahaya bebas pada rokok cukup baik, seperti timbulnya penyakit pada saluran pernafasan (risiko serangan asma) (74,4%), penuaan dini (52,3%), terjadinya keganasan (66,3%) dan jenis keganasan yang ditimbulkan (59,3%). Dari 86 responden yang telah bersedia untuk diteliti didapati tingkat pengetahuan remaja SLTP N.15 Medan terhadap bahaya radikal bebas yang terkandung dalam rokok dengan kategori baik sebanyak 47 responden (54,7%), kategori cukup sebanyak 38 responden (44,2%) serta dengan tingkat pengetahuan kurang hanya 1 responden (1,1%).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja SLTP N. 15 Medan pada tahun 2010 adalah baik, namun masih perlu diberikan materi dan peningkatan sosialisasi mengenai radikal bebas di kalangan remaja.

(5)

ABSTRACT

It is known that there are over 4000 harmful chemicals contained in cigarettes and cigarette smoke, free radicals, for example. Free radicals are a group of chemicals in the form of atoms or molecules with unpaired electrons in its outer layers. Free radicals are necessary for the role of some physiological mechanisms in the body, especially for electron transport. However, excessive free radicals can harm the body even more. Various disorders that can arise are malignancy, respiratory diseases, cardiovascular disorders, cataracts and premature aging.

This research is a cross sectional descriptive study conducted at the SLTP Negeri 15 Medan in July 2010 with using ordinal data, and a total sample of respondents 86. The purpose of this study is to determine the level of knowledge of adolescents about the dangers of free radicals in cigarette that could lead into various diseases in humans.

Of these 86 respondents, obtained information about the source of free radicals most through electronic media (29,1%) with the number of teenage smokers is quite low, as many as 5 respondents (5,8%). The level of knowledge about the dangers of teen smoking are quite well, such as respiratory tract disease (risk of asthma attack) (74,4%), premature aging (52,3%), the occurrence of malignancy (66,3%) and type of malignancy generated (59,3%). Of the 86 respondents who were willing to participate in the research, we found that the level of knowledge the adolescents at SLTP Negeri 15 Medan against the dangers of free radicals contained in cigarette with good categoriy are 47 respondents (54,7%), the quite good category are 38 respondents (44,2%) and the deficient category is only 1 respondent (1,1%).

From this research can be concluded that the level of knowledge of adolescents at SLTP Negeri 15 Medan in the year 2010 is particularly good, but still needs to be given the counseling and increase the socialization of free radicals among adolescents.

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan kesempatan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul ”Tingkat Pengetahuan Remaja SLTP N. 15 MEDAN Terhadap Bahaya Radikal Bebas Yang Terkandung Dalam Rokok”.

Saya menyadari penulisan karya tulis ini akan sulit terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya selaku penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD- KGEH.

2. dr. Simon Marpaung, M.Kes. selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, serta pemikirannya baik dalam penulisan proposal hingga penyelesaian hasil karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Khairina, sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen-dosen CRP yang selalu memberikan pengarahan kepada saya, serta seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran USU yang telah mendidik dan membimbing saya selama masa penyusunan proposal dan hasil penelitian. 4. dr. Penguji I, yaitu dr. Rina Amelia MARS dan Penguji II, yaitu dr.

Yunilda Andriyani MKT yang telah membantu dalam memberikan saran serta masukan pada hasil karya tulis ilmiah ini.

5. Pihak Sekolah SLTP N.15 Medan, terutama Wakil Kepala Sekolah Bapak Drs. Lumban Toruan dan Kepala Sekolah Bapak Drs. Sangka Harahap, beserta staf-staf pengajar yang telah memberikan kesempatan serta fasilitas kepada peneliti ketika melakukan penelitian di Sekolah tersebut. Begitu juga dengan adik-adik kelas VII, VIII dan IX yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

(7)

bentuk kasih sayang kepada saya. Serta kepada tante saya yaitu: Dra. Juwita dan Dra. Novia Duya serta kepada paman-paman saya yaitu: Drs. Giatman, Drs. Rusman, Drs. Gunawan dan Mak rif yang selalu memberikan doa serta dorongan semangat kepada saya. Begitu juga terhadap saudara saya tersayang, Afzul Nanda S.E, Jaya Hastaria dan Sari Wahyuni yang selalu memberikan perhatian, hiburan dan semangat kepada saya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

7. Terima kasih tak lupa pula saya ucapkan kepada teman kelompok bimbingan karya tulis ilmiah yaitu Indri Maria Benazir, R. Ismail Hadiyathma dan Siti Mahreni Insani Lubis yang selalu bersama-sama memberikan pengertian, dorongan serta saling membantu dalam penyusunan proposal dan hasil penelitian karya tulis ilmiah ini.

8. Kepada teman-teman baik saya Ika, Pw, Dea, Anggie, Nelda, dan Arni. Begitu juga dengan bang Iyuth, bang Adnan, kak Ika, Hurul, Zanurul, Taufik, Irfan, Ade, Yuni, Carolin, Lily, Delfina, Ervina dan teman-teman Stambuk 2007 lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas saran dan kesediaannya membantu, bertukar pikiran dan selalu membuat saya menjadi semangat dalam penyelesaian karya tulis ini.

Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi ilmu kedokteran.

Medan, 15 Desember 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum………. 3

1.3.2. Tujuan Khusus ……… 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Remaja ... 5

2.1.1. Perilaku …………... 6

2.1.2. Prevalensi Penggunaan Rokok Pada Remaja ... 6

2.2. Pengetahuan …………... 7

2.2.1. Pengetahuan Remaja Terhadap Bahaya Rokok ... 9

2.3. Rokok ... 10

2.3.1. Definisi ………... 10

2.3.2. Jenis Rokok ………... 10

2.3.3. Tipe Perokok ………... 11

2.3.4. Kandungan Rokok ... 12

2.4. Radikal Bebas ... 17

2.4.1. Definisi Radikal Bebas ………... 17

2.4.2. Pembentukan Radikal Bebas .………... 18

2.4.3. Sumber Radikal Bebas …………... 19

2.4.4. Jenis Radikal Bebas ... 21

2.4.5. Dampak Radikal Bebas Dalam Rokok ... 22

2.5. Radikal Bebas dan Penyakit ... 23

2.5.1. Keganasan ………... 23

2.5.2. Penyakit Saluran Pernafasan .……... 25

2.5.3. Kelainan Kardiovaskular……..…... 27

2.5.4. Katarak ... 29

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 31

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 31

3.2. Definisi Operasional... 31

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 34

4.1. Jenis Penelitian ... 34

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

4.3. Populasi dan Sampel ...34

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 36

4.5. Etika Penelitian ... 38

4.6. Pengolahan dan Analisa Data ... 39

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 40

5.1. Hasil Penelitian ... 40

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

5.1.2. Demografi Siswa ... 40

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Responden ... 41

5.1.4. Hasil Analisa Data ... 43

5.2. Pembahasan ... 46

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Untuk Setiap Pertanyaan

Dalam Kuesioner ………..………..………….. 38 Tabel 5.1. Jumlah Siswa Laki-laki dan Perempuan SLTP N. 15 Medan Tahun 2010 ………... 40 Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.. 41 Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………….. 41 Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat

Merokok ………. 42 Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ………... 42 Tabel 5.6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber

Informasi ……… 43 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Pengetahuan ………. 44 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan ... 45

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Surat Izin Penelitian LAMPIRAN 3 Ethical Cleareance

LAMPIRAN 4 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian LAMPIRAN 5 Informed Consent

LAMPIRAN 6 Kuesioner LAMPIRAN 7 Skoring LAMPIRAN 8 Data Induk LAMPIRAN 9 Hasil Output

(13)

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Keterangan BAL Bronkoalveolar

BEM Badan Eksekutif Mahasiswa BPM Badan Pers Mahasiswa

CDC Center for Disease Control and Prevention CO Karbon Monoksida

DNA Deoxyribonucleic Acid EKG Elektrokardiografy

ESR Electron Spin Resonance Spectroscopy FK Fakultas Kedokteran

GYTS Global Youth Tobacco Survey Hb Hemoglobin

HDL High Density Lipoprotein HMI Himpunan Mahasiswa Islam Ig Imunoglobulin

LDL Low Density Lipoprotein

MCP-1 Monocyte chemoattractant protein-1 MOP Masa Orientasi Perkenalan mtDNA Mitokondria Deoxyribonucleic Acid

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate ng Nano Gram

O2 Oksigen

PEMA Pemerintahan Mahasiswa PIM Pekan Ilmiah Mahasiswa PJK Penyakit Jantung Koroner PP Peraturan Pemerintah RNA Ribonucleic Acid

(14)

SD Sekolah Dasar

SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGPT Serum Glutamic Pyruvic Transaminase SLTP N. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri SMA Sekolah Menengah Atas

SMK Sekolah Menengah Kejuruan SMU Sekolah Menengah Umum

SPSS 17.0 Statistical Product and Service Solution versi 17.0. TK Taman Kanak-Kanak

(15)

ABSTRAK

Diketahui bahwa terdapat lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dan asap rokok, radikal bebas misalnya. Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal bebas diperlukan bagi kelangsungan beberapa fisiologis dalam tubuh, terutama untuk transportasi elektron. Namun, radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh. Berbagai kelainan yang dapat muncul seperti keganasan, penyakit saluran pernafasan, kelainan kardiovaskular, katarak serta penuaan dini.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis studi deskriptif cross

sectional yang dilakukan di SLTP N.15 Medan pada bulan Juli 2010 dengan

menggunakan data ordinal, dengan jumlah sampel/responden sebanyak 86 orang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya radikal bebas pada rokok dalam mengakibatkan berbagai penyakit pada manusia.

Dari 86 responden ini, diperoleh sumber informasi mengenai radikal bebas terbanyak melalui media elektronik (29,1%) dengan jumlah remaja perokok yang cukup rendah, sebanyak 5 responden (5,8%). Didapati pula tingkat pengetahuan remaja akan bahaya bebas pada rokok cukup baik, seperti timbulnya penyakit pada saluran pernafasan (risiko serangan asma) (74,4%), penuaan dini (52,3%), terjadinya keganasan (66,3%) dan jenis keganasan yang ditimbulkan (59,3%). Dari 86 responden yang telah bersedia untuk diteliti didapati tingkat pengetahuan remaja SLTP N.15 Medan terhadap bahaya radikal bebas yang terkandung dalam rokok dengan kategori baik sebanyak 47 responden (54,7%), kategori cukup sebanyak 38 responden (44,2%) serta dengan tingkat pengetahuan kurang hanya 1 responden (1,1%).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja SLTP N. 15 Medan pada tahun 2010 adalah baik, namun masih perlu diberikan materi dan peningkatan sosialisasi mengenai radikal bebas di kalangan remaja.

(16)

ABSTRACT

It is known that there are over 4000 harmful chemicals contained in cigarettes and cigarette smoke, free radicals, for example. Free radicals are a group of chemicals in the form of atoms or molecules with unpaired electrons in its outer layers. Free radicals are necessary for the role of some physiological mechanisms in the body, especially for electron transport. However, excessive free radicals can harm the body even more. Various disorders that can arise are malignancy, respiratory diseases, cardiovascular disorders, cataracts and premature aging.

This research is a cross sectional descriptive study conducted at the SLTP Negeri 15 Medan in July 2010 with using ordinal data, and a total sample of respondents 86. The purpose of this study is to determine the level of knowledge of adolescents about the dangers of free radicals in cigarette that could lead into various diseases in humans.

Of these 86 respondents, obtained information about the source of free radicals most through electronic media (29,1%) with the number of teenage smokers is quite low, as many as 5 respondents (5,8%). The level of knowledge about the dangers of teen smoking are quite well, such as respiratory tract disease (risk of asthma attack) (74,4%), premature aging (52,3%), the occurrence of malignancy (66,3%) and type of malignancy generated (59,3%). Of the 86 respondents who were willing to participate in the research, we found that the level of knowledge the adolescents at SLTP Negeri 15 Medan against the dangers of free radicals contained in cigarette with good categoriy are 47 respondents (54,7%), the quite good category are 38 respondents (44,2%) and the deficient category is only 1 respondent (1,1%).

From this research can be concluded that the level of knowledge of adolescents at SLTP Negeri 15 Medan in the year 2010 is particularly good, but still needs to be given the counseling and increase the socialization of free radicals among adolescents.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja atau sering disebut masa adolescence merupakan masa yang tergolong signifikan, karena merupakan masa dimana remaja tersebut mulai mencari jati diri, dan berbagai hal yang berhubungan dengan kematangan mental, emosional parsial dan fisik yang akan mempengaruhi perkembangan dirinya kedepan (Hurlock, 1999 dalam Widianti, 2007). Oleh karena itu, masa remaja merupakan masa yang sangat rentan dalam menghadapi masalah psikososial (Widianti, 2007), baik yang berasal dari lingkungan tempat tinggal, hubungan sosial dengan teman sebaya, aktifitas di sekolah maupun dari pihak keluarga sendiri. Salah satu aspek sosial yang menyimpang, namun marak dilakukan dikalangan ini adalah penggunaan rokok.

WHO memperkirakan terdapat 1,25 miliar penduduk dunia adalah perokok dan dua pertiganya terdapat di negara-negara maju, dengan sekurang- kurangnya 1 dari 4 orang dewasa adalah perokok. Prevalensi perokok secara berturut di Amerika Serikat dan Inggris pada laki-laki adalah 25% dan 27% dan pada wanita adalah 21% dan 25%. Di beberapa Negara Eropa didapatkan data prevalensi merokok di Jerman 38%, Prancis 30%, Italia 29%, Swedia 18% dan di negara berkembang didapatkan prevalensi yang lebih tinggi (Rai dan Sajinadiyasa, 2009).

(18)

dibawah 19 tahun dari 69% meningkat menjadi 78% (2001-2004). Survey yang pernah dilakukan di Jakarta juga menunjukkkan bahwa 64,8% pria remaja dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok (Tandra, 2003 dalam Nasution, 2007). Hal ini tidak hanya terjadi pada perokok aktif, begitu juga dengan perokok pasif yang telah dimulai pada usia dini, yaitu 10-14 tahun, berkisar 43.018.678 orang atau mencakup 70% penduduk berusia 0-14 tahun (Yurekli dan Bayer, 2001).

Dari data yang disebutkan WHO tahun 2002 terdapat lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dan asap rokok, termasuk di antaranya: nikotin, tar, karbon monoksida, dan berbagai jenis zat kimia lainnya. Pernyataan WHO ini semakin dipertegas oleh Komisi perdagangan Federal Amerika (Federal Trade Commission) yang telah melakukan pengujian terhadap asap yang dihasilkan oleh pembakaran rokok, didapati lebih dari 5000 zat kimia berbahaya yang 40 diantaranya bersifat karsinogenik dan berbagai jenis logam berat seperti Br, Cr, dan Sb yang bersifat toksik dan tumerogenik (Mulyaningsih, 2009). Menurut Proctor dan Reynolds (1984) dalam Arief (2007), diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoksida, peroksida, dan bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksida yang mengandung karbon dan terdapat dalam fase gas, serta berbagai jenis radikal bebas lainnya yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan dalam tubuh. Radikal bebas merupakan suatu atom, gugus atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital paling luar (Gitawati (1995), dalam Widyatmoko (2009)).

(19)

Ironinya, walau Pemerintah telah mengeluarkan UU No.19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yang mengatur produksi dan promosi para produsen rokok di Indonesia, penyuluhan-penyuluhan di sekolah bahkan peringatan langsung yang tertulis di kotak rokok itu sendiri terhadap bahaya dan risiko merokok, tetap tidak menurunkan prevalensi penggunaan dan perilaku merokok pada remaja.

Disamping belum adanya penelitian mengenai tingkat pengetahuan remaja terhadap bahaya rokok di SLTP N. 15 Medan, dan tingginya risiko merokok dikarenakan lokasi sekolah yang berdekatan dengan pasar dan warung-warung internet, serta bahaya rokok dan radikal bebas bagi bidang kesehatan inilah yang memicu ketertarikan peneliti untuk meneliti sejauh manakah tingkat pengetahuan remaja SLTP N. 15 Medan terhadap bahaya rokok serta berbagai jenis radikal bebas yang terkandung dalam rokok itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, dapat dirumuskan suatu masalah dalam penelitian ini, yaitu:

“Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja SLTP N.15 Medan terhadap bahaya radikal bebas yang terkandung dalam rokok?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya rokok mengakibatkan berbagai penyakit pada manusia.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan para remaja tentang bahaya radikal bebas yang terkandung dalam rokok terhadap kesehatan manusia.

(20)

3. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja terhadap berbagai sumber radikal bebas dan penyakit yang ditimbulkannya.

4. Mengetahui jumlah remaja siswa/i SLTP N. 15 Medan tahun 2010.

1.4. Manfaat

1. Remaja khususnya mendapat informasi terhadap bahaya merokok sehingga diharapkan ada perbaikan kedepannya dalam hal perilaku merokok baik pencegahan atau penurunan konsumsi merokok.

2. Instansi-instansi Pemerintah khususnya pihak Sekolah, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan lain–lain; penelitian ini bermanfaat sebagai suatu masukan dalam hal memberikan penyuluhan serta edukasi pada remaja terhadap bahaya rokok.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat dunia kedokteran ataupun ilmu kesehatan mengenai berbagai jenis bahan kimia dan radikal bebas dalam rokok.

4. Meningkatkan pengetahuan peneliti sehubungan dengan berbagai jenis radikal bebas beserta proses terjadinya.

5. Meningkatkan pengetahuan peneliti terhadap peran radikal bebas dalam menyebabkan penyakit.

(21)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Remaja

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1999). Istilah ini memiliki arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik.

Menurut Santrock (dalam Nasution, 2007) remaja juga dapat didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan transisi dari anak-anak kepada dewasa, yang diikuti oleh perubahan fisiologis, kognitif, dan sosio-emosional.

Sarwono (2001) dalam Nasution (2007) membatasi usia remaja Indonesia dalam rentang usia 11-24 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut Monks remaja adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun yang sedang mengalami peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa.

Monks (1999) membagi remaja menjadi 3 priode, yaitu : 1. Remaja awal : 12-15 tahun

2. Remaja pertengahan : 15-18 tahun 3. Remaja akhir : 18-21 tahun

Menurut Havighurst (dalam Nasution 2007), ciri-ciri remaja antara lain : 1. Masa remaja sebagai periode yang penting

(22)

2.1.1. Perilaku

Menurut Kartono (1987) dalam Perwitasari (2006), perilaku adalah suatu tindakan manusia yang dapat dilihat. Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan, dan pandangan biologis merupakan suatu aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku hidup sehat dapat menunjang kesehatan seseorang. Perilaku hidup yang sehat diantaranya yaitu mengkonsumsi makanan yang bergizi secara teratur, berolahraga secara teratur, menghindari diet yang terlalu ketat, menghindapi makanan tinggi lemak dan menghindari rokok. Namun, perilaku merokok sendiri sudah biasa dilakukan oleh masyarakat termasuk remaja dan mahasiswa (Perwitasari, 2006).

2.1.2. Prevalensi Penggunaan Rokok pada Remaja

Dewasa ini, usia pertama kali merokok umumnya berkisar antara 11-13 tahun (Firmansyah, 2009). Dari hasil penelitian terhadap 15 jenis SMU di wilayah DKI Jakarta yang berbeda para responden mengaku telah merokok sejak usia 12-14 tahun (Rochadi, 2004), data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) dari 2.974 responden pelajar Indonesia berusia 15-20 tahun, 43,9% (63% pria) mengaku pernah merokok (Nasution, 2007).

(23)

Berdasarkan hasil penelitian Firmansyah (2009) yang dilakukan dengan metode wawancara pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Kabupaten Boyolali dari 420 siswa yang terdiri dari 173 siswa laki-laki dan 247 siswa perempuan para siswa mengakui bahwa hampir 80% siswa laki-laki kelas XI dan XII adalah perokok, yang dilakukan baik pada jam-jam istirahat maupun setelah pulang sekolah.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Diana (2003) terhadap remaja SMK Al Hikmah I Sirampog Brebes, penelitian dengan pendekatan cross sectional terhadap 117 sampel ini menyebutkan bahwa prevalensi merokok remaja adalah 23,65%, dengan waktu merokok lebih dari 1 tahun (51,28 %), frekuensi merokok setiap hari (52,99%), sedangkan intensitas merokok 1-4 batang per hari (66,12%). Sebanyak 58,97% merokok dengan menghisap dangkal dan cara merokok responden 58,12% secara terang-terangan. Alasan merokok 58,12% untuk memudahkan pergaulan, dengan 64,10% terpengaruh iklan rokok tetapi 67,52% jenis rokok yang dikonsumsi tidak terpengaruh oleh iklan dan cara memilih rokok tidak tentu. Responden yang diperbolehkan merokok oleh orang tuanya sebanyak 35,04%, dan yang tidak diperbolehkan oleh orang tuanya 72,36% akan mendapatkan sanksi dirumah. Dan seluruh responden (100%) mengakui ada sanksi yang cukup berat di sekolah dalam hal merokok. Dari 74 responden yang memiliki idola, 51,35% dari idolanya tersebut adalah perokok dan 96,58% responden menyatakan bahwa gurunya merokok.

2.2. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah kecakapan mempertahankan dan memakai informasi, campuran pemahaman, pengalaman, ketajaman dan ketrampilan. Sifat pengetahuan bersandar pada cara berbeda seperti gagasan, persepsi, imajinasi, kenangan, pendapat, abstraksi dan keputusan. Kriteria pusat pengetahuan dapat membedakan antara benar dan salah, logika (pemikiran deduktif) misalnya, dan metode ilmiah (merumuskan dan menguji hipotesa). Dimana tujuan akhir dari pengetahuan tersebut adalah kebenaran.

(24)

dan penelitian akhikatnya merupakan suatu perilaku yang didasari oleh pengetahuan, dan akan lebih menetap/langgeng jika dibandingkan dengan prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

1. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (Comprehension), dapat diartikan sebagai suatu bentuk kemampuan dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara tepat dan benar. Individu yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus mampu menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan objek yang dipelajarinya.

3. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan dengan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut, dan masih terkait satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dimana dapat menggambarkan (membuat bagan atau tabel), membedakan, memisahkan, mengklasifikasikan, dan berbagai hal lainya.

5. Sintesis (Synthesis), menunjukkan pada suatu bentuk kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis dapat diartikan sebagai suatu bentuk kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang telah ada sebelumya.

6. Evaluasi (Evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

(25)

penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada sebelumnya.

(Notoatmodjo, 2005).

2.2.1. Pengetahuan Remaja Terhadap Bahaya Rokok

Tidak ada yang memungkiri bahaya rokok terhadap kesehatan, akan tetapi perilaku merokok merupakan suatu kegiatan yang cukup ‘fenomenal’. Yang artinya, walaupun sudah diketahui bahaya negatif dari merokok, tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun melainkan semakin meningkat dan usia perokok semakin bertambah muda (Komalasari dan Helmi, 2000).

Di Indonesia sendiri telah dilakukan suatu penelitian oleh GYTS (Global

Youth Tobacco Survey). GYTS yang didukung oleh WHO dan CDC Atlanta ini

merupakan suatu sistem surveillance untuk melihat peningkatan penggunaan tembakau pada kalangan anak dan remaja di seluruh dunia. Dari seluruh remaja yang telah di survey di Jakarta (1999-2000), hampir 90% berpendapat bahwa merokok harus di larang di tempat-tempat umum, namun hanya 57% yang yakin bahwa asap rokok dari perokok lain berbahaya bagi kesehatan. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh GYTS terhadap remaja berusia 13-15 tahun di 75 lokasi pada 43 negara yang berbeda. Dari seluruh hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hanya 65,5% remaja yang mengetahui bahaya rokok, dengan tingkat pengetahuan terendah pada remaja di Manipur, India (23%) dan tertinggi pada remaja di Amerika Serikat (91%). Tingginya tingkat pengetahuan remaja Amerika terhadap bahaya perokok pasif cukup mencolok jika dibandingkan dengan remaja Indonesia yang hanya sebesar 57%.

(26)

2.3. Rokok 2.3.1. Definisi

Pengertian rokok dalam Pasal 1 PP No.19 2003 Tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, dapat diartikan sebagai hasil olahan tembakau terbungkus atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana

Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nicotin dan tar

dengan atau tanpa bahan tambahan.

Rokok (tobacco) adalah daun-daun kering yang diolah dari genus

Nicotiana; daun-daun kering ini mengandung berbagai alkaloid, dengan yang

utama adalah nikotin, memiliki sifat sedatif narkotik sekaligus emetik dan diuretik, serta merupakan depresan jantung dan antispasmodik (Dorland, 2002).

2.3.2. Jenis Rokok

Menurut Mulyaningsih (2009), secara umum jenis rokok terbagi dua yaitu:

1. rokok filter

2. rokok non filter / kretek

Perbedaan dari kedua rokok ini adalah dari ada tidaknya filter pada pangkal rokok tersebut. Dimana pada jenis rokok kretek tidak terdapat filter yang berfungsi untuk mengurangi asap yang keluar dari rokok seperti yang terdapat pada rokok jenis filter (Susanna, Hartono dan Fauzan 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Rochadi (2004) menyebutkan bahwa dari kedua jenis rokok ini, mayoritas responden lebih banyak mengkonsumsi rokok kretek (1-9 batang per hari).

2.3.3. Tipe Perokok

Secara garis besar, perokok dapat terbagi dua, yaitu:

(27)

2. perokok pasif (Environmental Tobacco Smoke)

Perokok pasif adalah orang yang berada disekitar perokok aktif, dan menghisap asap rokok perokok aktif (Susanna, Hartono dan Fauzan, 2003). Perokok pasif akan menerima efek asap rokok yang tidak sedikit pada kesehatannya. Laporan dari kementrian kesehatan Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak-anak dan wanita adalah kelompok dengan risiko terbesar untuk menderita kelainan akibat asap rokok (Rai dan Artana, 2009). Hal ini di perkuat oleh pernyataan oleh WHO yang menyebutkan bahwa lebih dari setengah anak di dunia adalah perokok pasif, dikarenakan sering terpapar asap rokok di rumah, dan mungkin disebabkan oleh orang tua atau ada anggota keluarga lain yang perokok.

Bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok pada perokok pasif tidak kalah dengan perokok aktif itu sendiri. Oleh karena itu sangat diperlukan kesadaran diri para perokok untuk tidak merokok di tempat-tempat umum sehingga tidak merugikan orang yang berada disekitarnya. Atau jika perlu disediakan ruangan khusus bagi para perokok ini. Namun di Indonesia sendiri sepertinya belum dapat diaplikasikan, mengingat masih rendahnya kesadaran para perokok serta kurangnya keseriusan pemerintah dalam menanggulangi permasalahan rokok di Indonesia.

Bagi perokok aktif sendiri, dapat dibagi dalam beberapa tipe, yang ditinjau dari seberapa banyak perokok tersebut menghisap rokok per harinya. Adapun tipe perokok aktif menurut Sitepoe (dalam Perwitasari, 2006) yaitu:

1. perokok ringan, merokok 1-10 batang per hari

2. perokok sedang, merokok 11-20 batang per hari

3. perokok berat, merokok lebih dari 24 batang per hari

2.3.4. Kandungan Rokok

(28)

antaranya: nikotin, tar, karbon monoksida yang merupakan racun utama pada rokok dan berbagai jenis zat kimia lainnya.

Beberapa zat kimia yang terkandung dalam rokok dan asap rokok adalah :

1. Karbon monoksida (CO)

(29)

2. Nikotin

Nikotin (nicotine) adalah alkaloid cair yang sangat beracun, tidak berwarna, dan mudah larut, dengan bau mirip piridin serta rasa terbakar, dan diperoleh dari tembakau atau diproduksi secara sintetis (Dorland, 2002). Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5-3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma berkisar antara 40 – 50 ng/ml. Pada paru, nikotin dapat menghambat aktifitas silia. Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dimana, perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan fisik. Hal inilah yang menyebabkan mengapa para perokok walau sudah memiliki niat masih sulit untuk berhenti merokok. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Efek lain merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok. Hal ini akan memperparah kejadian penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular tersering adalah penyakit jantung koroner (PJK) dengan komplikasi infark miokard akut, angina tidak stabil dan berbagai kelainan akut lainnya (Fahri, KS, dan Yunus, 2009).

3. Tar

(30)

berkisar 0,5-35 mg per batang. Di Indonesia sendiri kadar tar pada berbagai jenis rokok kretek sebesar 28,1-52,3 mg tar per batangnya. Tar merupakan suatu zat yang bersifat toksik dan karsinogenik, sehingga dapat memicu terjadinya kanker baik pada jalan nafas dan paru-paru. Tar juga mengandung benzopyrene, yang menyebabkan noda di gigi, kuku dan paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada mulut, gigi, gusi dan sistem pencernaan.

4. Akrolein

Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar alkohol. Artinya, akrolein ini adalah alkohol yang cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.

5. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini berbau tajam dan sangat merangsang indra penciuman. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

6. Asam Format

Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh pada kulit. Cairan ini sangat tajam dan bau yang menusuk.

(31)

Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini umumnya digunakan sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini sangat beracun terhadap berbagai organisme.

8. Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzim.

9. Asetol

Asetol adalah hasil pemanasan aldehid, yaitu sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak serta mudah menguap dengan alkohol.

10. Piridin

Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

11. Metil Klorida

Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah senyawa organik yang beracun.

12. Metanol

Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap metanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

(32)

Pada rokok dan asap rokok terkandung berbagai jenis radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh dalam fase gas seperti hydrocarbon, nitrit

oxide, hydrogen sianida, dll.

Pernyataan WHO ini semakin dipertegas oleh Komisi perdagangan Federal Amerika (Federal Trade Commission) yang telah melakukan pengujian terhadap asap yang dihasilkan oleh pembakaran rokok, didapati lebih dari 5000 zat kimia berbahaya yang 40 diantaranya bersifat karsinogenik dan berbagai jenis logam berat seperti Br, Cr, dan Sb yang bersifat toksik dan tumerogenik (Mulyaningsih, 2009). Penelitian serupa juga dilakukan di Indonesia, oleh Mulyaningsih (2009). Penelitian tersebut dilakukan terhadap 5 jenis merek rokok kretek dan 4 merek rokok filter yang beredar di Indonesia. Dari hasil penelitian terhadap 13 unsur logam berat yang terkandung dalam tembakau, filter bersih, kertas rokok, putung rokok, dan abu rokok yaitu: Na, K, Br, Co, Cr, Sr, Ta, Cs, La, Au, Fe, Sc dan Zn.

2.4. Radikal Bebas

2.4.1. Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih

electron yang tidak berpasangan (Murray, 2003). Radikal bebas adalah

sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas (Arief, 2007).

Gitawati (1995) dalam Widyatmoko (2009) menyebutkan radikal bebas merupakan suatu atom, gugus atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital paling luar. Definisi serupa juga dikemukakan oleh Kumalaningsih (2006), dalam bukunya “Antioksidan Alami

Penangkal Radikal Bebas”, ia mendefinisikan radikal bebas sebagai atom atau

(33)

Dorland (Ed 29, 2002) menyebutkan radikal bebas (free radicals) sebagai suatu radikal yang membawa elektron yang tidak berpasangan, radikal tersebut sangat reaktif dan mempunyai waktu paruh yang sangat pendek.

Radikal bebas sangat diperlukan bagi kelangsungan beberapa fisiologis dalam tubuh, terutama untuk transportasi elektron. Namun, radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh (Wresdiyati et al. 2007 dalam Widyatmoko 2009). Kerusakan sel akibat molekul radikal bebas dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah sangat dilampaui atau menurun. Dalam Ganong (2002), disebutkan bahwa radikal bebas memiliki kemampuan

bakterisidal yang efektif, namun dalam kadar yang tinggi dalam tubuh justru

dapat menimbulkan kerusakan lokal jaringan tubuh.

2.4.2. Pembentukan Radikal Bebas

Atom terdiri dari nukleus, proton (bermuatan positif), dan elektron yang bermuatan negatif. Elektron berperan sangat penting dalam reaksi kimia, dengan mengelilingi dan mengorbit dalam satu atau lebih lapisan. Suatu lapisan akan penuh jika sudah terisi oleh 8 elektron, dan akan masuk ke lapisan berikutnya. Lapisan terluar yang penuh tidak akan memicu terjadinya reaksi kimia, lain hal jika lapisan terluar tidak penuh. Maka, atom-atom yang kekurangan atau kelebihan elektron luar ini akan berusaha untuk menstabilkan molekulnya, dengan cara: menambah atau mengurangi jumlah elektron terluarnya ataupun dengan cara bergabung bersama atom/substansi lain dalam rangka melengkapi lapisan luarnya (Arief, 2007).

(34)
[image:34.595.158.479.186.333.2]

elektron dari substansi lain menjadikan radikal bebas bersifat sangat reaktif. Meskipun demikian tidak semua jenis oksigen reaktif merupakan radikal bebas (Murray, 2003).

Gambar 2.1. Struktur Kimia Radikal Bebas

2.4.3. Sumber Radikal Bebas

Radikal bebas yang berada dalam tubuh manusia, dapat berasal dari 2 sumber utama (Arief, 2007) yaitu:

1. Sumber endogen

Sumber endogen atau berasal dari dalam tubuh sendiri berasal dari 3 proses utama yaitu:

(35)

b. oksidasi enzimatik, suatu enzim yang mampu menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang cukup bermakna, meliputi xantine oxidase,

prostaglandin synthase, lipoxygenase, cytochrome P450 sistem dll

(Bagchi dan Puri, 1998).

c. respiratory burst, saat terjadi infeksi oleh bakteri maka sistem imun akan

teraktifasi sehingga memicu pengeluaran enzim NADPH-oxidase. Teraktifasinya enzim ini akan memicu terjadinya respiratory burst yaitu penggunaan oksigen dalam jumlah tinggi selama proses fagositosis berlangsung. Kadar oksigen yang tinggi dalam tubuh (70-90%) ini akan memicu terbentuknya radikal bebas superoksida oleh membran sel.

2. Sumber eksogen

Sumber radikal bebas terbesar berasal dari luar tubuh. Secara garis besar dapat dipicu oleh 3 hal, yakni;

a. obat-obatan, beberapa jenis obat-obatan dapat memicu peningkatan tekanan oksigen. Termasuk didalamnya antibiotika quinoid, obat kanker (bleomycin, adriamycin), asam fenamat dan komponen aminosalisilat. b. radiasi, radiasi dapat memicu penguraian oksigen. Seperti radiasi sinar X,

sinar gamma, ataupun radiasi partikel elektron, neutron, alfa dan beta. c. rokok dan asap rokok, diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai

bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida,

epoxida, peroxida, dan bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksida

(36)

melepaskan suatu enzim mieloperoksidase, yang mengkatalisis perubahan CL¯ , I¯ dan Br¯ menjadi asam terkait (HOCL, HOBR, dll). Berbagai asam ini merupakan oksidan kuat. Oleh karena CL¯ merupakan ion dengan jumlah terbesar dalam cairan tubuh, maka produk utama yang akan dihasilkan adalah HOCL (Ganong, 2002).

Kumalaningsih (2006), menyebutkan bahwa radikal bebas dapat masuk dan terbentuk dalam tubuh melalui pernafasan, kondisi lingkungan yang tidak sehat, dan makanan berlemak. Saat kita melakukan pernafasan akan masuk oksigen (O2) yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai proses metabolisme yang berlangsung dalam tubuh. Tetapi dengan bernafas atau penggunaan oksigen yang berlebihan saat olahraga akan terjadi reaksi yang kompleks dalam tubuh dengan produk-produk sampingan berupa radikal bebas. Begitu juga dengan makanan berlemak. Lemak memang sangat bermanfaat bagi tubuh kita, tetapi konsumsi lemak yang berlebihan khususnya konsumsi lemak polyunsaturated dan lemak hydrogenasi sangat berpotensi menghasilkan radikal bebas.

Menurut Bagchi dan Puri (1998) sumber radikal bebas dari luar tubuh meliputi :

1. rokok dan asap rokok

2. polusi lingkungan

3. radiasi sinar

4. sinar ultraviolet

5. obat-obatan, pestisida

6. ozone

2.4.4. Jenis Radikal Bebas

Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivate dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen species / ROS).

(37)

b. Radikal hidroksil / Hydroxyl radical (OH) c. Radikal peroksil / Peroxyl radical (ROO) d. Hidrogen peroksida / Hydrogen peroxide (H2O2) e. Oksigen tunggal / Singlet oxygen (O2)

f. Nitrit oksida / Nitric oxide (NO)

g. Nitrit peroksida / Peroxynitrite (ONOO) h. Asam hipoklor / Hypochlorous acid (HOCl) i. Lipid peroksida / lipid peroxyl radical (LOO)

Diantara berbagai jenis radikal bebas diatas, terdapat molekul-molekul yang bersifat sangat reaktif dan sangat potensial merusak jaringan. Molekul tersebut adalah radikal superoksida, hidrogen peroksida dan radikal hidroksil. Radikal hidroksil bersifat sangat toksik dengan masa hidup yang sangat singkat (Murray, 2003). Bagchi dan Puri (1998), menyebutkan bahwa terdapat jenis radikal bebas yang tidak stabil dan bereaktif tinggi, yaitu radikal hidroksil (OH), radikal superoksida (O2), nitrit oksida (NO) dan lipid peroksida (LOO).

2.4.5. Dampak Radikal Bebas Dalam Rokok

Produksi radikal bebas dan antioksidan yang tidak seimbang akan menyebabkan kerusakan makromolekuler, termasuk protein, lipid dan DNA Atessahin, et al. (dalam Widyatmoko 2009). Pengrusakan oleh sel radikal bebas reaktif didahului oleh kerusakan membran sel antara lain mengubah fluiditas, struktur dan fungsi membran sel. Jika terus menerus dihasilkan, maka akan terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu (Arief, 2007).

2.5. Radikal Bebas dan Penyakit

Adapun beberapa kelainan/ penyakit yang dapat ditimbulkan oleh radikal bebas yang terkandung dalam rokok yaitu :

1. Keganasan

(38)

3. Kelainan Kardiovaskular 4. Katarak

5. Penuaan dini

2.5.1. Keganasan

Kanker dapat terjadi disebabkan oleh adanya serangan radikal bebas pada DNA dan RNA dalam sel, sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan (Kumalaningsih, 2006). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa hampir 80-90% penyakit kanker disebabkan oleh lingkungan sedangkan 10-20% nya dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor lingkungan yang tidak sehat yang kita hirup seperti pembakaran kendaraan bermotor, asap rokok (40%), asupan makanan yang salah (25-30%) dan udara yang kita hirup (10%).

Pada peradangan kronik, stress oksidatif akibat radikal bebas dapat menimbulkan kanker paru (Fahri, KS, dan Yunus, 2009). Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Di RS Kanker Dharmais Jakarta (1999), kanker paru menduduki peringkat 3 kanker terbanyak sesudah kanker payudara dan kanker leher rahim. Di Indonesia sendiri menduduki peringkat ke 4 kanker terbanyak, dengan angka kematian lebih 1 juta penduduk tiap tahunnya (Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006).

Kebiasaan merokok merupakan salah satu etiologi penyakit ini. Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh tertentu, salah satunya adalah paru. Tidak hanya bersifat karsinogen, kandungan kimia, radikal bebas yang terkandung dalam rokok misalnya, juga merupakan promotor dan progresor dalam meningkatkan insidensi keganasan pada paru (Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006).

(39)

terdapat kurang lebih 14.000 kematian pasien kanker paru per tahunnya (Hueston, 2002). Gejala yang timbul dapat berupa tumor, nyeri dada, suara serak, mengi,

dispnea, penurunan berat badan dan metastasis ke berbagai organ lainnya (Ilmu

Penyakit Dalam FK UI, 2006).

Penegakkan diagnosis juga memerlukan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin. Petanda ganas atau tumor

marker merupakan substansi yang dapat digunakan untuk mendeteksi

perubahan-perubahan yang terjadi akibat kanker. Petanda ganas ini dapat dideteksi dan diukur kadarnya dengan metoda kimia, imunologi maupun metode biologi molekuler (Putra, Muktiati, Mulyartha dan Siswanto, 2009). Efek rokok bukan saja menyebabkan kanker paru, tapi juga dapat menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, faring, laring, dan esofagus (Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006).

Dalam analisis penelitian lainnya mendapatkan bahwa perokok merupakan

major risk factor untuk terjadinya kanker kepala dan leher. Penelitian ini

menunjukkan hasil yang signifikan yang membandingkan perokok dengan bukan perokok, dimana kemungkinan perokok menderita kanker kepala dan leher sangat besar. Juga didapatkan hubungan antara lama merokok dan banyaknya rokok yang dikonsumsi dengan tren positive dose-respons relationship. Pada hasil penelitian lainnya didapatkan bahwa risiko terjadinya kanker pada faring lebih besar jika dihubungkan dengan lama merokok, dibandingkan hubungan risiko dengan banyaknya rokok yang dikonsumsi (Kiki, 2009).

Adanya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan pertukaran antioksidan akan menimbulkan oxidative strees, yang dapat menimbulkan kerusakan sel termasuk sel hati sehingga terjadi peningkatan SGOT dan SGPT (Jawi et al. 2007), yang merupakan gejala terjadinya nekrosis sel hati atau kerusakan hati akut, yang berujung pada keganasan (Wibowo, 2008).

2.5.2. Penyakit Saluran Pernafasan

(40)

sirkulasi, produksi protein fase akut dan peningkatan mediator radang. Kebiasaan merokok kronik akan meningkatkan jumlah leukosit dalam darah termasuk neutrofil muda dengan kadar mieloperoksidase (radikal bebas) serta 1-antitripsin yang tinggi, zat ini merupakan penghambat alami protease serin dan bertanggung jawab terhadap kerusakan dinding alveolar, terakumulasinya monosit dan makrofag juga akan menghasilkan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1), yaitu suatu kemokin yang berperan penting dalam mempertahankan peradangan kronik paru pada pasien PPOK (Fahri, KS, Yunus, 2009). Inflamasi melibatkan berbagai sel, mediator dan menimbulkan berbagai efek. Sel makrofag banyak didapatkan di lumen jalan nafas, parenkim paru dalam cairan kurasan bronkoalveolar (BAL). Makrofag mempunyai peranan penting pada proses inflamasi tersebut. Aktifasi makrofag menghasilkan TNF-α dan berbagai mediator inflamasi lainnya serta protease sebagai respons terhadap asap rokok dan polutan (Sutoyo, 2009). ROS (Hydroxyl radical) yang terkandung dalam rokok dapat memicu terjadinya proses inflamasi, dengan meningkatkan pengeluaran kemokin proinflamasi (neutrofil), dan memblok pelepasan sitokin TNF-α. Hal ini menyebabkan makin meluasnya proses inflamasi yang terjadi.

Peran neutrofil pada bronchitis kronik adalah berkontribusi pada hipersekresi mukus dengan cara mengeluarkan elastase dan proteinase yang merupakan mediator yang poten untuk merangsang produksi mukus. Mekanisme pertahanan paru/saluran nafas yang sangat kompleks pun dilakukan untuk mengatasi proses inflamasi yang terjadi, penghasilan Ig A misalnya. Imunoglobulin (IgA) merupakan Ig yang berperan pada saluran nafas, disebabkan fungsinya sebagai barrier pada epitel saluran nafas mencegah penetrasi antigen dan berfungsi sebagai antibodi. Namun, asap rokok yang mengandung berbagai bahan kimia dan radikal bebas ini justru akan menurunkan produksi komponen

transport sekretori juga IgA sekretori sehingga kadar IgA menurun jumlahnya

(41)

meluasnya proses inflamasi serta memudahkan terjadinya infeksi kronik lainnya (Sutoyo, 2009).

Selain hipersekresi mukus, bronchitis ditandai dengan batuk kronik, obstruksi jalan nafas, gangguan pertukaran udara, serta hipertensi pulmonal. Penyempitan jalan nafas merupakan hasil dari berbagai mekanisme seperti edema mukosa jalan nafas akibat inflamasi, sehingga menyebabkan gangguan pada aliran udara (Sutoyo, 2009). Jumlah mukus yang terus bertambah mendorong tubuh untuk berusaha mengeluarkannya dengan meningkatkan tekanan pada paru untuk mendorong sputum serta mekanisme batuk untuk mengeluarkannya.

Inflamasi saluran pernafasan juga berakibat langsung pada pasien penderita asma, karena inflamasi yang terjadi makin memperberat proses inflamsi yang telah ada sebelumnya. Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernafasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversible dan gejala pernafasan (Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006). Dimana proses inflamasi yang terjadi akan mengakibatkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat, batuk terutama pada malam hari dan dini hari. Terakumulasinya sel mast pada saluran pernafasan atas merupakan patofisiologi penting pada asma (Surjanto dan Purnomo, 2009). Edema yang dimodifikasi oleh sel mast yang terjadi baik di saluran pernafasan atas ataupun bawah akan menyebabkan obstruksi jalan nafas. Obstruksi ini akan menyebabkan lebih banyak kontraksi otot polos untuk menjangkau lebih banyak udara akibat tersumbatnya jalan nafas. Tidak hanya sel mast, masih banyak ragam mediator-mediator inflamasi dan proinflamasi lain yang berperan pada terjadinya asma (Surjanto dan Purnomo, 2009).

(42)

2.5.3. Kelainan Kardiovaskular

Dewasa ini, Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyakit jantung yang sangat penting karena penyakit ini diderita oleh jutaan orang dan merupakan penyebab kematian utama di beberapa Negara termasuk Indonesia. PJK yang didasari oleh proses aterosklerosis yang bersifat progresif ini telah dimulai sejak masa kanak-kanak dan menjadi nyata pada dekade 3-4 (Joewono, 2003). Lesi aterosklerosis terutama terjadi pada lapisan paling dalam dari dinding arteri yaitu lapisan intima. Lapisan tersebut meliputi:

a. fatty streak, makropag serta sel otot polos yang mengandung lemak yaitu

kolestrol yang berwarna kuning.

b. fibrous plaque, kelanjutan dari fibrous plaque dengan penumpukan lemak

lebih lanjut dan terbentuknya jaringan ikat yang terdiri dari campuran lemak dan sel debris sebagai akibat dari proses nekrosis.

c. Advance (complicated) plaque, pada lapisan ini telah teradi lesi

berkelanjutan terdapat jaringan nekrosis yang merupakan inti dari lesi semakin membesar dan sering mengalami perkapuran, fibrous cap menjadi semakin tipis dan pecah dan akan memicu terjadinya perdarahan serta trombosis yang menyebakan terjadinya oklusi aliran darah.

Ada beberapa teori terjadinya aterosklerosis, salah satunya adalah

response to injury hypohesis, yaitu terganggunya fungsi endotel sebagai barrier

dan memudahkan masuknya lipoprotein (LDL teroksidasi) ke dinding arteri maupun makropag. Terganggunya fungsi endotel dapat dipicu oleh rusaknya dinding endotel oleh berbagai hal seperti hiperkolestrolemia, hipertensi, diabetes,

toxic, virus dan berbagai bahan oksidan (radikal bebas) seperti rokok (Joewono,

2003). Asap rokok dan stress oksidasi yang terjadi dapat menggangu serum lipid, yang ditandai dengan meningkatnya LDL, trigliserida dan penurunan jumlah HDL (Jackson dan Ockene, 2008).

(43)

pembentukan serta robekan plak pada dinding pembuluh darah. Sehingga dapat memicu risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan dengan komplikasi infark miokard akut, angin tidak stabil (Fahri, Dianiati dan Faisal, 2009).

Asap rokok juga merangsang sistem saraf untuk meningkatkan hearth

rate, tekanan darah serta vasokonstriksi pembuluh darah koroner (Jackson dan

Ockene, 2008). Gangguan pada pembuluh darah ini akan menghambat aliran darah normal, hal ini akan menyebabkan tubuh untuk melakukan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah lebih lancar. Proses vasokonstriksi pembuluh darah ini akan diikuti oleh peningkatan tekananan darah. Jika hal terus menerus terjadi maka akan terjadi hipertensi sistemik. Gejala yang tampak adalah nyeri dada seperti tertekan, diremas, tercekik, berat atau seperti terbakar. Pemeriksaan dapat dilakukan adalah pemeriksaan fisik, EKG dan pemeriksaan Laboratorium (Joewono, 2003).

2.5.4. Katarak

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Kekeruhan yang terjadi umumnya mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak dapat mengalami perubahan dalam waktu yang lama (Ilyas, 2009).

(44)

mengkonsumsi alkohol, terpapar sinar matahari berkepanjangan, penyakit metabolik, diabetes mellitus dan penggunaan obat-obat kortikosteroid sistemik.

Seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, radikal bebas dapat mempengaruhi fungsi protein. Dimana radikal bebas ini akan berusaha mencuri elektron protein-protein dalam tubuh. Protein yang kehilangan elektronnya akan rusak dan menjadi tidak stabil, yang berakibat pada kerusakan sel-sel jaringan (Kumalaningsih, 2006). Ditubuh sendiri, lokasi protein tertinggi terdapat pada lensa mata. Dalam lensa, terdapat nukleus lensa, yang menjadi rusak dan kian menebal seiring dengan bertambahnya jumlah radikal bebas yang ada. Selain di nukleus lensa, kekeruhan protein juga dapat terjadi pada bagian kortek (Ilyas, 2009). Kerusakan protein yang terkandung dalam lensa mata dapat mengganggu visus/penglihatan seseorang. Kerusakan protein yang terus menerus akibat reaksi radikal bebas ini memainkan peranan penting terhadap terjadinya katarak (Bagchi dan Puri, 2009). Katarak yang terjadi dapat menimbulkan kebutaan, baik partial maupun total. Dan dari studi epidemiologi yang telah dilakukan sebelumnya, dari 300 orang buta di seluruh dunia, 50% kebutaan tersebut diakibatkan oleh katarak (Jacobs, 2008).

2.5.5. Penuaan Dini

Menjadi tua dan prosesnya merupakan suatu hal yang fisiologis, dimana organ- organ tubuh akan menjadi haus, dan mengalami penurunan fungsi. Adapun hal ini akan terjadi seiring dengan pertambahan usia. Namun penurunan fungsi organ layaknya orang-orang lansia tanpa diiringi oleh usia yang tinggi barulah dikatakan suatu proses yang patologis.

(45)

dan berakibat pada kerusakan otot, jaringan syaraf, dan photo aging dari kulit (Berneburg, et al. 2010).

(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

3.2. Definisi Operasional A. Definisi

1. Pengetahuan adalah suatu bentuk kemampuan dalam menggunakan informasi, dan merupakan campuran dari pemahaman, pengalaman, ketajaman dan ketrampilan seseorang terhadap suatu materi yang diberikan.

2. Remaja adalah perubahan dari bermulanya karakteristik seks sekunder ke maturitas dari seksual dan reproduktif; perkembangan dari proses mental dewasa dan variabel dewasa dan transisi dari ketergantungan sosio-ekonomi pada variabel mandiri.

3. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang kehilangan pasangan elektronnya dipermukaan kulit terluarnya.

4. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

(47)

B. Cara Ukur

Adapun cara pengukuran dengan pertanyaan dalam bentuk angket/kuesioner.

C. Alat Ukur

Alat ukur untuk penelitian ini adalah kuesioner, yang dinilai dengan menggunakan skor tertentu.

D. Kategori Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran berupa penilaian dalam bentuk skor. Kemudian dikategorikan atas tiga tingkatan, yaitu tingkat pengetahuan baik, sedang dan kurang. Pada kuesioner akan disediakan kurang lebih 10 pertanyaan, dengan jumlah skor sebanyak 30. Menurut Pratomo (1976) data dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh, yaitu kurang baik, cukup baik dan baik dengan perincian nilai sebagai berikut :

1. Pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 75 %, (total skor 23 – 30)

2. Pengetahuan cukup baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 50 % (total skor 16 – 22)

3. Pengetahuan kurang baik, apabila nilai yang diperoleh responden ≤ 50 % (total skor ≤ 15)

(48)

E. Skala Pengukuran

(49)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian dengan jenis studi deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja SLTP N.15 Medan terhadap bahaya radikal bebas yang terkandung dalam rokok.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SLTP N. 15 Medan, yang terletak di jalan M. Nawi Harahap Gang Suka, Medan Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan SLTP N. 15 Medan sebagai lokasi penelitian dikarenakan lokasi sekolah yang cukup strategis, yaitu berdekatan dengan pasar Simpang Limun, Rental games dan Warnet yang merupakan tempat-tempat yang diduga rentan terhadap tingginya perilaku merokok tanpa adanya pengawasan dari pihak sekolah maupun orangtua. Adapun pengumpulan data penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah remaja/pelajar SLTP N.15 Medan, Sumatera Utara. Sampel yang diambil merupakan remaja dengan usia berkisar 11-18 tahun. Kriteria usia sampel berdasarkan usia awal perokok remaja yakni, menurut Sarwono, WHO, GYTS dan Smet. Adapun kriteria inklusi untuk sampel yang akan diambil adalah:

1. Siswa/i remaja berusia 11-18 tahun

2. Terdaftar sebagai siswa/i SLTP N.15 Medan 3. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian

Kriteria sampel yang tidak diikutkan dalam penelitian ini adalah:

(50)

2. Remaja yang berusia diluar batas usia yang ditentukan peneliti (kurang dari 11 tahun atau lebih dari 18 tahun)

3. Remaja yang tidak bersekolah di SLTP N. 15 Medan

4. Remaja siswa/i yang mengosongkan seluruh jawaban dan memilih untuk tidak memberikan jawaban pada seluruh pertanyaan yang diberikan.

Besar sampel: 86 siswa

Untuk data ordinal, teknik penarikan sampel akan dilakukan secaraa

non-probability sampling, yaitu consecutive sampling. Dimana responden yang

telah memiliki kriteria sampel yang diinginkan peneliti berkesempatan menjadi sampel penelitian hingga terpenuhinya jumlah sampel yang telah ditentukan peneliti. Besar sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus :

n = N. Z² 1 - α/2 . p . (1-p) (N-1) . d² + Z2 . 1-α/2 . p. (1-p )

Keterangan :

N = Populasi

Z 1 - α/2 = Nilai distribusi normal baku dengan α tertentu n = Besar sampel yang diinginkan

p = Nilai Proporsi di populasi

d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir

(51)

%. Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :

dengan perhitungan:

n = N. Z². 1 - α/2 . p . (1- p) (N-1) . d² + Z2 . 1-α/2 . p . (1- p )

= (750) . (1, 96)2 . (0,5) . (1-0,5)

(750-1) . (0,1)² + (1,96)2 . (0,5) . (1-0,5 )

= 2881,2 . 0,25 7,49 + 0,96

= 720,3 8,45

n = 85,243

Maka besar n (sampel) dibulatkan menjadi 86 siswa

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data secara cross sectional, yaitu teknik pengambilan data yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Adapun data yang akan diperoleh merupakan data primer, dengan alat pengumpulan data berupa angket/kuesioner. Kuesioner yang diajukan terdiri dari beberapa pertanyaan yang meliputi :

1. Identitas dan karakteristik responden 2. Sumber Informasi mengenai radikal bebas

3. Pengetahuan responden mengenai radikal bebas dan sumbernya

(52)

Kuesioner yang diberikan kepada sampel penelitian akan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji realibilitas kepada beberapa orang responden yang mempunyai kesamaan karakter dengan sampel peneliti. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan masalah penelitian. Data ini didapatkan langsung dari responden saat penelitian berlangsung.

Adapun tujuan dari uji validitas data adalah untuk mengetahui kesesuaian dan ketepatan bahasa khususnya perkataan dan struktur kalimat dalam kuesioner agar dapat dipahami oleh responden/sampel yang terlibat. Uji reabilitas dilakukan untuk melihat indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner yang digunakan seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu (Shamsuddin, 2009).

[image:52.595.119.512.478.660.2]

Baik uji validitas ataupun reabilitas dapat ditampilkan dalam Tabel 4.1. dibawah ini.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Untuk Setiap Pertanyaan Dalam Kuesioner

Variabel Pertanyaan Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0.861 Valid 0.919 Reliabel 2 0.821 Valid Reliabel 3 0.861 Valid Reliabel 4 0.850 Valid Reliabel 5 0.676 Valid Reliabel

6 0.489 Valid Reliabel 7 0.863 Valid Reliabel 8 0.602 Valid Reliabel 9 0.755 Valid Reliabel 10 0.680 Valid Reliabel

(53)

4.5. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk angket/kuesioner, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembar persetujuan responden. Kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa pengetahuan remaja akan bahaya radikal bebas yang terkandung dalam rokok. Baik nama serta identitas diri pasien akan menjadi rahasia peneliti dan tidak akan disebarluaskan. Sedangkan hasil penelitian serta jawaban yang diberikan responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian Waktu pengisian kuesioner memakan waktu kurang lebih 10 menit.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan statistik data akan menggunakan bantuan program komputer Windows SPSS 17.0. Setelah data diolah kemudian data tersebut ditampilkan secara sistematis, dengan hasil perhitungan akan diolah dalam bentuk tabel distributif, frekuensi dan diagram batang.

Langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuesioner sudah lengkap atau belum sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Coding adalah suatu usaha memberikan kode/menandai jawaban-jawaban responden atas pertanyaan yang ada pada kuesioner yang nantinya akan memudahkan proses dengan komputer.

c. Entry data

Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service

(54)

Adalah pembersihan data. Kegiatan meneliti kembali data yang sudah ada, apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Saving

(55)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SLTP N.15 Medan yang terletak di Jalan M. Nawi Harahap Gang Suka, Medan Sumatera Utara. Saat ini pimpinan sekolah adalah Kepala Sekolah Bapak Drs. Sangka Harahap dan Wakil Kepala Sekolah Bapak Drs. Lumban Toruan.

Sekolah ini terdiri atas tiga tingkatan kelas yaitu, kelas VII, VIII dan IX. Letak Sekolah berdekatan dengan beberapa SLTP lainnya, yaitu SLTP N. 8 Medan dan SLTP N. 3 Medan. Selain itu SLTP ini juga berdekatan sebuah pasar, yaitu pasar Simpang Limun, dan beberapa warung-warung internet dan rental

games. Yang memungkinkan tingginya perilaku merokok oleh siswa.

5.1.2. Demografi Siswa

Berdasarkan data jumlah siswa tahun 2010, diperoleh distribusi demografi siswa laki-laki dan perempuan pada tahun 2010 seperti yang tertera pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Jumlah Siswa Laki-laki dan Perempuan SLTP N. 15 Medan Tahun 2010 Jenis Kelamin Kelas IX Kelas VIII Kelas VII Total (f) %

(56)

Dari Tabel 5.1. tersebut, diketahui bahwa jumlah siswa SLTP N. 15 Medan pada tahun 2010 sebanyak 750 orang, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 344 orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 406 orang. Dengan persentase laki-laki dan perempuan sebanyak 45,9% dan 54,1% .

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Responden

[image:56.595.173.445.403.487.2]

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa SLTP N. 15 Medan kelas tujuh (VII), delapan (VIII), dan sembilan (IX) yang terpilih, yaitu sebanyak 86 siswa. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi: jenis kelamin, usia, riwayat merokok, serta sumber informasi. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin f (frekuensi) %

Laki-laki 31 36

Perempuan 55 64

[image:56.595.170.448.529.673.2]

Jumlah 86 100

Tabel 5.3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia f (frekuensi) %

11 tahun 6 7,0

12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun

27 28 21 4

31,4 32,6 24,4 4,7

Jumlah 86 100

(57)

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Kimia Radikal Bebas
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Untuk Setiap Pertanyaan Dalam Kuesioner
Tabel 5.3.  Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.4.  Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan yang kurang terhadap bahaya rokok pada usia mereka yang mungkin mendominasi banyaknya remaja yang telah berperilaku merokok, baik pada remaja yang masih bersekolah,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok serta pengaruhnya terhadap perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang efek rokok terhadap kesehatan

Dampak Seks Bebas terhadap Kesehatan Fisik dan

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan bahaya pergaulan bebas pada remaja dengan persepsi perilaku seks pranikah di SMA N 1 Sewon Bantul tahun

Hubungan Media Massa Dengan Sikap Remaja Putra Tentang Bahaya Rokok Pada Siswa Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa sikap positif tentang bahaya rokok lebih banyak

Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan bahaya pergaulan bebas pada remaja kurang dan persepsi perilaku seks pranikah positif tidak ada, 2 orang (6,9%) yang

Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Di SMP Negeri 3 Kendal dengan nilai