• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Dan Remaja Putus Sekolah Terhadap Bahaya Merokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Dan Remaja Putus Sekolah Terhadap Bahaya Merokok"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DAN REMAJA

PUTUS SEKOLAH TERHADAP

BAHAYA MEROKOK

Oleh :

MEISYARAH KHAIRANI

090100118

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DAN REMAJA

PUTUS SEKOLAH TERHADAP

BAHAYA MEROKOK

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

MEISYARAH KHAIRANI

NIM : 090100118

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Dan Remaja Putus Sekolah Terhadap Bahaya Merokok

Nama : Meisyarah Khairani

NIM : 090100118

Pembimbing Penguji I

(dr. Hasanul Arifin, Sp.An,KAP,KIC) (dr. Remenda Siregar, Sp.KK ) NIP : 19510423 197902 1 003 NIP : 140226756

Penguji II

(4)

ABSTRAK

Latar belakang : Dewasa ini, pemandangan merokok bukan saja dapat kita amati pada orang dewasa, melainkan remaja usia belasan tahun juga sudah mulai menggunakan rokok sebagai life style mereka. Pengetahuan yang kurang terhadap bahaya rokok pada usia mereka yang mungkin mendominasi banyaknya remaja yang telah berperilaku merokok, baik pada remaja yang masih bersekolah, maupun yang telah putus sekolah.

Tujuan : Untuk mengetahui perbedaaan tingkat pengetahuan siswa SMA Swasta Afifiyah Medan dan remaja putus sekolah terhadap bahaya merokok. Dan mengetahui hubungan pengetahuan responden terhadap aktivitas merokok.

Metode : Simple random sampling, dan diteliti dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk menilai pengetahuan mereka terhadap bahaya rokok. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif-analitik dengan desain Cross Sectional Study, yaitu penelusuran sesaat.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan 50 responden (96,2%) dari siswa SMA Swasta Afifiyah Medan yang telah memiliki pengetahuan yang baik, dan 37 responden (80,4%) pada remaja putus sekolah yang juga telah memiliki pengetahuan yang baik. Angka aktivitas merokok pada kalangan remaja SMA hanya mencapai 28,8% (15 responden), sedangkan dikalangan remaja putus sekolah aktivitas merokok telah mencapai 91,3% (42 orang).

Kesimpulan: Kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat perbedaan pengetahuan antara siswa SMA dan remaja putus sekolah, tetapi tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan aktivitas merokok mereka.

(5)

ABSTRACT

Backround : Recently, smoking not only can be seen in adulst but also in teenagers. Smoking has been their life style. The poor of knowledge on smoking’s dangers in teenagers is maybe one of the factors that induce smoking either in high school students or in unschool adolescent.

Objective : The aim of this study is to determinate the difference level of knowledge about smoking’s danger in Afifiyah Senior High School students and unschool adolescent in Medan Denai Area, and to know the relation between their level of knowledge and their smoke activities.

Method : The sampling method that used is simple random sampling, and or use quesioner that include questions of their knowledge about cigarette dangers. This study used descriptive analytics method with Cross Sectional Study design.

Result : The result showed 50 respondens (96,2%) of Senior High School students have a good level of knowledge, and 37 respondens (80,4%) in unschool adolescents have a good level of knowledge. There are 28,8% (15 respondens) of Senior High School students who smoke, and 91,3% (42 respondens) of unschool students who smoke.

Conclusion : From the data obtained, difference level of knowledge is found between student in Senior High School students and unschool adolescents, but there are no relation between level of knowledge and their smoke activity.

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya dan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi kita umatnya, sehingga hasil penelitian ini dapat saya selesaikan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang saya cintai ini.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, saya telah banyak mendapatkan bimbingan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Hasanul Arifin, Sp.An, KAP, KIC selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah saya ini.

2. Rasa hormat dan terima kasih saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Khairul Sani, S.E dan ibunda Hj. Sri Muliaty atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

3. Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang telah menyediakan waktunya untuk bertukar pikiran dengan saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Begitu pula kepada teman-teman satu pembimbing saya, Fransiska Kotsasi, dan Shahran Kumar, yang telah banyak menyediakan waktunya untuk berdiskusi dengan saya.

Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi Ilmu Kedokteran.

Medan, 07 Desember 2012 Peneliti,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

... i

ABSTRAK

... ii

ABSTRACT

... iii

KATA PENGANTAR

... .iv

DAFTAR ISI

... v

DAFTAR TABEL

... vii

Daftar Lampiran

... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Remaja ... 6

2.1.1 Defenisi Remaja ... 2.1.2 Tahapan Remaja ... 8

2.1.3 Perubahan-Perubahan pada Masa Remaja ... 9

2.2. Rokok ... 11

2.2.1 Defenisi Rokok ... 11

2.2.2 Kandungan dalam Rokok ... 11

2.2.3 Bahaya Rokok ... 13

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok ... 15

2.4. Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah ... 16

2.5. Upaya untuk Mengatasi Perilaku Merokok... 20

(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

3.2. Defenisi Operasional ... 25

3.3. Hipotesis ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Rancangan Penelitian ... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.2.1 Lokasi ... 29

4.2.2 Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.3.1 Populasi ... 30

4.3.2 Sampel ... 30

4.3.3 Besar Sampel ... 30

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 33

4.4.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 33

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 35

4.5.1 Pengolahan Data ... 35

4.5.2 Analisis Data ... 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1. Hasil Penelitian ... 36

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 37

5.1.3. Pengetahuan Responden ... 41

5.1.4. Sikap Responden ... 45

5.1.5. Hubungan Pengetahuan dan Sikap ... 51

5.1.6. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Aktivitas Rokok ... 57

5.2. Pembahasan ... 57

(9)

5.2.2. Pengetahuan ... 59

5.2.3. Sikap ... 60

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1. Kesimpulan ... 61

6.2. Saran ... 62

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1. Jumlah Populasi Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan 30 4.2. Jumlah Sampel dari Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan 32

5.1. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, 37 berdasarkan Umur

5.2. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, 38 berdasarkan Jenis Kelamin

5.3. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, 38 berdasarkan Pendidikan (kelas)

5.4. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, 38 berdasarkan Jumlah Perokok

5.5. Distribusi Responden, Remaja Putus Sekolah, berdasarkan 39 Umur

5.6. Distribusi Responden, Remaja Putus Sekolah, berdasarkan 40 Jenis Kelamin

5.7. Distribusi Responden Remaja Putus Sekolah berdasarkan 40 Pendidikan Terakhir

5.8. Distribusi Responden Remaja Putus Sekolah berdasarkan 41 Jumlah Perokok

5.9. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan Responden, 41 Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, pada Tiap Pertanyaan

Pengetahuan Mengenai Bahaya Merokok

5.10. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Tingkat Pengetahuan 43 Responden, Siswa Swasta Afifiyah Medan, Mengenai

Bahaya Rokok

5.11. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan Responden, 43 Remaja Putus Sekolah di Kawasan Medan Denai, pada Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Bahaya Merokok

(11)

Responden, Remaja Putus Sekolah di Kawasan Medan Denai, Mengenai Bahaya Rokok

5.13. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Sikap Responden, 46 Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, pada Tiap Pernyataan

Sikap Mengenai Bahaya Merokok

5.14. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Kategori Penilaian Sikap 48 Responden, Siswa Swasta Afifiyah Medan, Mengenai Bahaya Rokok

5.15. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Sikap Responden, Remaja 48 Putus Sekolah di Kawasan Medan Denai, pada Tiap Pernyataan Sikap Mengenai Bahaya Merokok

5.16. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Kategori Penilaian Sikap 51 Responden, Remaja Putus Sekolah di Kawasan Medan

Denai, Mengenai Bahaya Rokok

5.17. Data Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Responden 52 terhadap Bahaya Rokok

5.18. Hubungan Kategori Pengetahuan Responden terhadap 53 Aktivitas Merokok

5.19. Hubungan Kategori Sikap Responden terhadap Aktivitas 54 Merokok

5.20. Distribusi Frekuensi Umur Responden dengan Aktivitas 55 Merokok pada Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan

5.21. Distribusi Frekuensi Umur Responden dengan Aktivitas 55 Merokok pada Remaja Putus Sekolah di Kawasan Medan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Informed Consent Lembar Kuesioner

Lembar Distribusi Frekuensi Responden Lembar Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Lembar Uji Chi-Square

Daftar Riwayat Hidup

(13)

ABSTRAK

Latar belakang : Dewasa ini, pemandangan merokok bukan saja dapat kita amati pada orang dewasa, melainkan remaja usia belasan tahun juga sudah mulai menggunakan rokok sebagai life style mereka. Pengetahuan yang kurang terhadap bahaya rokok pada usia mereka yang mungkin mendominasi banyaknya remaja yang telah berperilaku merokok, baik pada remaja yang masih bersekolah, maupun yang telah putus sekolah.

Tujuan : Untuk mengetahui perbedaaan tingkat pengetahuan siswa SMA Swasta Afifiyah Medan dan remaja putus sekolah terhadap bahaya merokok. Dan mengetahui hubungan pengetahuan responden terhadap aktivitas merokok.

Metode : Simple random sampling, dan diteliti dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk menilai pengetahuan mereka terhadap bahaya rokok. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif-analitik dengan desain Cross Sectional Study, yaitu penelusuran sesaat.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan 50 responden (96,2%) dari siswa SMA Swasta Afifiyah Medan yang telah memiliki pengetahuan yang baik, dan 37 responden (80,4%) pada remaja putus sekolah yang juga telah memiliki pengetahuan yang baik. Angka aktivitas merokok pada kalangan remaja SMA hanya mencapai 28,8% (15 responden), sedangkan dikalangan remaja putus sekolah aktivitas merokok telah mencapai 91,3% (42 orang).

Kesimpulan: Kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat perbedaan pengetahuan antara siswa SMA dan remaja putus sekolah, tetapi tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan aktivitas merokok mereka.

(14)

ABSTRACT

Backround : Recently, smoking not only can be seen in adulst but also in teenagers. Smoking has been their life style. The poor of knowledge on smoking’s dangers in teenagers is maybe one of the factors that induce smoking either in high school students or in unschool adolescent.

Objective : The aim of this study is to determinate the difference level of knowledge about smoking’s danger in Afifiyah Senior High School students and unschool adolescent in Medan Denai Area, and to know the relation between their level of knowledge and their smoke activities.

Method : The sampling method that used is simple random sampling, and or use quesioner that include questions of their knowledge about cigarette dangers. This study used descriptive analytics method with Cross Sectional Study design.

Result : The result showed 50 respondens (96,2%) of Senior High School students have a good level of knowledge, and 37 respondens (80,4%) in unschool adolescents have a good level of knowledge. There are 28,8% (15 respondens) of Senior High School students who smoke, and 91,3% (42 respondens) of unschool students who smoke.

Conclusion : From the data obtained, difference level of knowledge is found between student in Senior High School students and unschool adolescents, but there are no relation between level of knowledge and their smoke activity.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat

tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si

perokok, dan rasa percaya diri pada pengonsumsinya, namun dilain pihak dapat

menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang

disekitarnya. Dapat dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang

dikandung rokok seperti nikotin, CO (Karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat (Kendal & Hammen, 1998), menstimulasi kanker dan berbagai penyakit lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronkitis kronis (Kaplan dkk,1993).

Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk

mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan

(reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma

(permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan

merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,

terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada

kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya. Ada banyak

alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum menurut

Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan

individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri,

juga disebabkan faktor lingkungan.

Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja

mulai merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel,1989) berkaitan dengan adanya krisis

aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika

mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai

masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial.

(16)

dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai

cara kompensatoris. Perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi.

Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan

jenis (Brigham,1991).

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002). Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena terkadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan,namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka.

(17)

2000. Dari hasil survei Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) pada tahun 2003, hampir satu dari tiga orang dewasa merokok dan lebih banyak pria pedesaan yang merokok (67%) dibandingkan dengan pria dari perkotaan (58,3%). Selain itu, sebagian besar perokok (68,8%) mulai merokok sebelum umur 19 tahun (Depkes RI, 2003). Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey 2006 yang diselenggarakan oleh Badan Kesehatan Dunia terbukti jika 24,5% anak laki-laki dan 2,3% anak perempuan berusia 13-15 tahun di Indonesia adalah perokok, dimana 3,2% dari jumlah tersebut telah berada dalam kondisi ketagihan atau kecanduan (Kompas, 2008). Keadaan ini menyebabkan Indonesia dijadikan sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asia (Aliansi Perokok Indonesia, 2008).

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku merokok dimulai pada

saat masa anak-anak dan masa remaja. Hampir sebagian memahami akibat-akibat

yang berbahaya dari asap rokok,tetapi mengapa mereka tidak mencoba atau

menghindari perilaku tersebut?

Dari hal yang sudah disebutkan diatas, saya ingin mengetahui sampai dimana

pengetahuan remaja terhadap dampak buruk dari merokok, dan selanjutnya

mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pengetahuan pada remaja SMA dan remaja

putus sekolah tentang hal tersebut. Sebagai tenaga kesehatan, melalui penelitian ini

dan dengan sedikit penyuluhan kiranya dapat mengurangi perilaku merokok

dikalangan remaja baik di tingkat SMA, maupun remaja putus sekolah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan adalah:

Adakah perbedaan tingkat pengetahuan antara siswa SMA dan remaja putus

(18)

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja SMA dan remaja putus

sekolah terhadap bahaya merokok, sehingga dapat mengatasi dan juga mengurangi

masalah perilaku merokok di kalangan remaja.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan siswa Swasta Afifiyah Medan mengenai

bahaya rokok.

b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan remaja putus sekolah di Kawasan Medan

Denai mengenai bahaya rokok.

c. Mendeskripsikan kategori sikap siswa Swasta Afifiyah Medan mengenai bahaya

rokok.

d. Mendeskripsikan kategori sikap remaja putus sekolah di Kawasan Medan Denai

mengenai bahaya rokok.

e. Mendeskripsikan perbedaan tingkat pengetahuan remaja sekolah dan yang putus

sekolah terhadap bahaya rokok.

f. Mengetahui hubungan sikap dan pengetahuan siswa SMA Swasta Afifiyah

Medan dan remaja putus sekolah terhadap bahaya rokok.

g. Mengetahui hubungan kategori pengetahuan dan kategori sikap terhadap perilaku

merokok pada siswa SMA Swasta Afifiyah Medan dan remaja putus sekolah

terhadap bahaya rokok.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kalangan

remaja untuk :

a. Meningkatkan pengetahuan baik siswa SMA maupun remaja putus sekolah terhadap bahaya merokok.

b. Membangun rasa peduli terhadap bahaya kandungan rokok dan asap rokok bagi kesehatan, terutama di kalangan remaja.

(19)

d. Dapat memanfaatkan penelitian ini untuk mengetahui penyebab perilaku merokok di kalangan remaja.

e. Dapat mengetahui kepribadian, tingkah laku, serta pola fikir yang berbeda di antara kalangan remaja SMA, dan juga remaja putus sekolah.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

2.1.1 Defenisi Remaja

Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).

Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi dan perubahan sosial pada masa remaja. Masa remaja menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang mendalam. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak (Nugraha & Windy, 1997). Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua kehidupan.

(21)

fisik, psikis, maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa (Arma, 2007).

(22)

2.1.2 Tahapan Remaja

Masa remaja merupakan masa yang sulit, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang pesat dalam ukuran dan bentuk, dan perbedaan antara laki-laki dan perempuan mulai terlihat, sehingga masa remaja sering disebut masa kritis (critical phasse) bagi kehidupan seseorang (WHO,1997). Terdapat banyak pendapat mengenai batasan usia remaja tetapi pada umumnya bervariasi antara 10 sampai 24 tahun. WHO membaginya dalam 3 kategori yaitu :

a. Remaja awal(early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dengan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa. Usia pada tahap ini antara 10 sampai 14 tahun. b. Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana yang peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan. Usia pada tahap ini antara 15 sampai 17 tahun.

c. Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu :

(23)

• Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

• Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

• Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

• Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum. Pada tahap ini usia antara 18 sampai 21 tahun.

Sedangkan BKKBN (2001) membagi remaja berdasarkan tahapan usia sebagai berikut :

a. Remaja sehat usia antara 11-13 tahun yang ditandai dengan adanya masa akil baligh/pubertas.

b. Remaja sehat usia 14-18 tahun yang ditandai dengan dimulainya hubungan dengan lawan jenis/pacaran.

c. Remaja sehat usia antara 19-21 yang ditandai dengan kematangan fisik, mental dan sosial.

2.1.3 Perubahan-Perubahan pada Masa Remaja

Pada umunya perubahan remaja baik laki-laki maupun perempuan terjadi pada saat memasuki masa pubertas yaitu sekitar usia 9-15 tahun (BKKBN & Yayasan Mitra Inti, 2001). Pubertas dalam hal ini diartikan sebagai masa akhir masa anak-anak dan awal masa remaja yang ditandai dengan munculnya tanda seks sekunder (Konseng, 1995). Sesungguhnya masa yang tepat kapan dimulainya pubertas tidak sama pada setiap individu, terlebih bila dikaitkan dengan faktor sosial budaya setempat.

Menurut BKKBN (2001), bahwa remaja akan mengalami beberapa perubahan yang terjadi pada masa remaja yaitu :

1. Fisik

a. Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan masih berlangsung. b. Organ seks (alat kelamin) makin matang.

(24)

3. Perkembangan kecerdasan/kognitif.

a. Daya pikir kritis yang ditujukan terhadap lingkungan sekitar.

b. Rasa ingin tahu makin meningkat dan mencari informasi tentang seks. c. Daya pikir abstrak sehingga kurang berpegang pada kenyataan. 4. Perkembangan sosial

a. Jangkauan pergaulan lebih luas dan pergaulan dengan teman lain jenis. b. Hubungan dengan senasib lebih diutamakan.

5. Perkembangan afektif/emosi.

a. Perasaan masih belum stabil, cepat berubah dan sulit konsentrasi. b. Ada rasa bersaing serta merasa banyak masalah.

6. Perubahan sikap dan tingkah laku.

a. Mulai menyadari kekuatan diri sendiri dan menemukan hal yang baru. b. Merasakan diri mampu melakukan sesuatu dan ingin menikmati hal

yang baru.

c. Memperoleh pengalaman yang baru.

d. Berpegang teguh pada pendirian sehingga sering mengabaikan kewibawaan orang tua dan guru.

(25)

2.2. Rokok

2.2.1 Defenisi Rokok

Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm, berwarna putih dan coklat. Biasanya berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah, ditambah sedikit racikan seperti cengkeh, saus rokok, serta racikan lainya untuk menikmati sebatang rokok, perlu dilakukan pembakaran pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya yang lain.

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen: komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikurat. Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut

mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang diembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Sidestream smoke dapat mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif. (Sitepoe. Mangku.2000).

2.2.2 Kandungan dalam Rokok

Racun utama di dalam rokok, diantaranya: a. Tar

Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan organik lainnya yang dibakar. Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol

(26)

b. Nikotin

Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, juga menyebabkan tekanan darah sistolik dan distolik mengalami peningkatan, denyut jantung bertambah, dan kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin juga meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas kolesterol LDL, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin juga mengakibatkan seseorang ketagihan rokok. (Sitepoe, 2000).

Akibat adanya nikotin seseorang menjadi perokok dan selalu ingin merokok lagi atau ketagihan terhadap rokok. Sebaliknya, merokok yang hanya sekali-sekali belum tentu akan terganggu kesehatannya. Benowitz NL (1994) menyatakan kadar nikotin 5 mg perhari dari rokok yang dihisap akan menimbulkan ketagihan.

c. Gas Karbon monoksida (CO)

Menurut Guidotti Te et al (1989), CO adalah gas yang bersifat toksik dan bertolak belakang dengan gas oksigen dalam transport haemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6% gas CO pada saat merokok, sedangkan gas CO yang dihisap oleh perokok paling rendah 400 ppn (part permillion) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar normal karboksi-haemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila keadaan terus berjalan maka terjadi policitemia yang akan memepengaruhi fungsi syaraf pusat. Kandungan kadar karbon monoksida didalam rokok kretek lebih rendah daripada kandungan kadar karbon monoksida dalam rokok putih. (Sitepoe, 2000).

d. Timah Hitam (Pb)

(27)

batang perhari maka kadar Pb dalam tubuh mencapai 20 mikrogram perhari. (Sitepoe, 2000).

e. Phenol

Merupakan campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan, karena phenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.

f. Eugenol

Seperti yang dikatakan oleh Guidotti (1989), eugenol hanya dijumpai di dalam rokok kretek dan tidak dijumpai pada rokok putih. Eugenol dapat ditemukan dalam cengkeh yang dapat memberikan bintik minyak pada rokok kretek sehingga memberikan pandangan yang kurang menyenangkan. Eugenol

dapat dijumpai baik didalam rokok yang sedang dihisap, didalam asap rokok yang dihisap, maupun di dalam rokok kretek yang tidak dihisap. Eugenol atau minyak cengkeh adalah cairan yang tidak berwarna atau juga berwarna kekuning-kuningan dan tidak larut dalam air. Eugenol digunakan sebagai

antiseptik, anastetik, dan juga sebagai antipiretik. Zat ini belum diketahui efek

karsinogeniknya. (Sitepoe, 2000).

2.2.3. Bahaya Rokok

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronkitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya. Selain itu adalah kanker mulut, tenggorokan, pankreas, dan kandung kemih, penyakit pembuluh darah,

(28)

menurut Aditama, Doll dan Hill, dua orang peneliti dari Inggris membagi hubungan antara penyakit dan kebiasaan merokok sebagai berikut: Penyakit yang disebabkan oleh merokok adalah: kanker paru, kanker kerongkongan, kanker saluran nafas lainnya, bronkitis kronik, dan emfisema. Penyakit yang mungkin seluruhnya atau sebagian disebabkan oleh merokok yaitu: penyakit jantung iskemik, aneurisma atau pelebaran aorta, kerusakan miokard jantung, trombosis pembuluh darah otak, arteriosklerosis, tuberkulosis, pneumonia, ulkus peptikum, hernia, dan kanker kandung kemih. (Aditama, 1997).

a. Penyakit kardiovaskular

Merokok adalah salah satu faktor resiko utama timbulnya morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yaitu meningkatnya kadar kolesterol serum, penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah perifer. (Sitepoe, 2000).

b. Kanker paru

Penyakit kanker paru ini lebih berbahaya dari pada penyakit TBC paru, apalagi kalau kanker sudah dalam keadaan lanjut. Penyakit ini banyak ditemukan pada kaum pria. Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa 80-90% kanker paru pada pria dan 70% pada wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa sekitar 87% kematian akibat kanker paru. Sementara itu, paparan asap rokok pada mereka yang tidak merokok atau perokok pasif ternyata meningkatkan terjadinya kanker paru 30% lebih tinggi. Penyakit kanker paru ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai penyebab utamanya. Hal ini telah dibuktikan pada berbagai penelitian di dalam dan di luar negeri. (Aditama, 1997).

c. Penyakit gangguan perkembangbiakan

(29)

bukan perokok. Merokok juga dapat menimbulkan impotensi.

(Sitepoe,2000).

d. Gangguan alat pencernaan

Seperti yang dikatakan Harisson (1987), sakit maag atau gastritis lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok, dibandingkan dengan yang bukan perokok. Merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung atas dan ujung bawah lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang merokok, merokok juga mengurangi rasa lapar atau nafsu makan. (Sitepoe,2000).

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok 1. Pengaruh Orangtua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson,Pengantar psikologi, 1999:294).

2. Pengaruh teman.

(30)

3. Faktor Kepribadian.

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,1999).

4. Pengaruh Iklan.

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).

2.4. Perilaku Merokok Anak Putus Sekolah

Anak putus sekolah merupakan sebuah masalah sosial yang perlu mendapat perhatian. Anak adalah generasi penerus estafet bangsa, yang perlu mendapatkan pendidikan memadai sehingga tumbuh menjadi generasi yang berguna bagi masyarakat dan negara. Jika banyak anak yang mengalami putus sekolah tentu akan menurunkan kualitas bangsa di kemudian hari. Fenomena anak putus sekolah seringkali berkaitan dengan kebiasaan merokok. Waktu luang dan lingkungan pergaulan membuat mereka dekat dengan kebiasaan merokok. (Yunindyawati, 2008).

(31)

anak. Faktor keluarga yang bisa mempengaruhi merokok antara lain; siapa anggota keluarga yang merokok, jumlah anggota keluarga yang merokok, tahu tidaknya orang tua, ada tidaknya sanksi dari orang tua, pendidikan orang tua. Faktor lingkungan pergaulan meliputi; informasi tentang merokok, bagaimana aktifitas perilaku merokok anak.

a. Faktor individu

Anak-anak putus sekolah memiliki alasan pribadi untuk merokok. Biasanya merokok di kalangan anak-anak menunjuk pada sifat macho, keren, jantan, tidak banci dan biar dianggap dewasa. Kondisi ini membentuk sistem nilai pada diri anak yang akhirnya akan menentukan keputusan anak untuk memilih merokok. Namun sering kali keputusan anak ini tidak didasari pertimbangan yang kuat dan matang.

Ada semacam ketakutan anak kehilangan lingkungan pergaulan jika mereka tidak berperilaku merokok seperti yang dilakukan teman-teman sebaya mereka yang merokok. Peran teman sebaya sebagai acuan (reference group) yang secara langsung maupun tidak dijadikan perantara (agen) proses sosialisasi merokok anak.

Di kalangan anak putus sekolah ternyata pengaruh teman yang paling menonjol mempengaruhi perilaku merokok mereka. Hal ini bisa dipahami karena mereka memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk bertemu karena sudah tidak terikat waktu sekolah.

Selain faktor pengaruh teman, faktor iseng dan ingin mencoba menjadi alasan mereka merokok. Anak putus sekolah memiliki tipe kepribadian yang rentan dipengaruhi lingkungan pergaulan mereka. Keterbukaan mereka memberi peluang untuk terlibat interaksi lebih luas, sehingga mereka lebih cepat meniru (imitasi) perilaku teman mereka.

(32)

b. Faktor keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil, seperangkat peran dan fungsi melekat dalam keluarga. Fungsi keluarga tersebut antara lain; biologis atau reproduksi, proteksi/perlindungan, ekonomi, edukasi, sosialisasi, afeksi, religi, rekreasi dan pengendalian sosial.

Orang tua memiliki peran besar dalam melaksanakan fungsi keluarga. Orang tua dijadikan figure yang banyak dicontoh oleh anak-anaknya. Artinya, anak-anak melakukan proses imitasi terhadap orang tua mereka. Selain itu keluarga merupakan agen sosialisasi dan internalisasi yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh kerena itu, perilaku merokok anak bisa terjadi karena mencontoh perilaku orang tuanya. Perilaku ayah merokok dijadikan panutan dalam aktivitas peniruan perilaku anak. Anak merupakan kelompok umur yang masih dan sedang mencari jati diri. Unsur coba-coba dan keingintahuan yang tinggi membuat anak lebih cepat meniru apa yang ada didekat mereka. Celakanya jika mereka mempunyai persepsi bahwa orang tua dan saudaranya merokok jadi dia juga boleh merokok dan merokok menjadi kebiasaan “gaya hidup” keluarga mereka.

Selain itu ada yang berbeda tentang pengaruh ayah dan saudara merokok, seperti hasil penelitiannya di kecamatan Lempuing ada semacam nilai tradisi atau budaya yang masih mereka anut. Hal ini dapat terlihat dari kebiasaan mereka mengajari anak merokok pada saat anak laki-laki mereka sirkumsisi. Alasan tradisi merokok pada sunat ini untuk membuat luka bekas sirkumsisi lebih cepat mengering. Sunat dan merokok juga dianggap sebagai fase kedewasaan anak laki-laki.

(33)

menyebabkan anak putus sekolah cenderung berperilaku untuk merokok, yakni pendidikan orang tua mereka. Tingkat pendidikan ayah juga bisa dikaitkan dengan keingintahuan ayah sebagai kepala rumah tangga untuk memperhatikan anak mereka. Asumsinya, semakin tinggi tingkat pendidikan, pola asuh yang diterapkan adalah lebih memperhatikan,mengontrol, dan melindungi anak sebagai bagian dari keluarga. Dapat terlihat dari penelitiannya tersebut mayoritas orang tua yang melarang anaknya merokok adalah yang memiliki pendidikan tamat SMA, sementara yang tidak melarang anaknya merokok adalah berpendidikan tamat SD, SMP, dan tidak tamat SMA.

Kesimpulannya semakin rendah tingkat pendidikan maka ada kecenderungan semakin besar orang tua membiarkan anak merokok. Hal ini terkait dengan pengetahuan, pengalaman, serta pola asuh dalam keluarga yang tentunya berbeda berdasarkan tingkat pendidikan yang mereka miliki.

c. Faktor lingkungan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, anak putus sekolah cenderung memiliki waktu luang yang banyak daripada anak sekolahan, itu dikarenakan mereka sudah tidak terkait waktu belajar secara formal yang memungkinkan mereka merokok lebih tinggi dari anak sekolahan. Anak putus sekolah juga memiliki pergaulan yang bebeda, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, di tempat kerja, atau tempat nongkrong mereka. Selain itu mereka memilih beraktivitas merokok bersama teman-temannya dari pada sendirian. Ada keuntungan sendiri ketika merokok bersama teman-teman, antara lain bisa sambil mengobrol dan jika tidak punya uang untuk beli rokok mereka akan mendapatkan rokok dari temannya atau melakukan apapun. Lingkungan mereka itu lah yang memungkinkan mereka untuk melakukan perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan, mencopet, perkelahian dan lainnya.

(34)

ke arah kemajuan. Jika banyak anak putus sekolah memiliki lingkungan yang tidak baik, maka kemungkinan anak akan mengalami tumbuh kembang yang tidak baik juga. Karenanya perlu diperhatikan bagaimana menciptakan lingkungan yang layak bagi anak sehingga bisa mengoptimalkan proses tumbuh kembang mereka.

Informasi awal tentang rokok bagi anak putus sekolah banyak diperoleh dari teman sebaya mereka yang sering bertemu dan berkumpul di tempat kerja maupun ditempat nongkrong mereka atau dalam arti dari pergaulan mencapai 62%, sedangkan informasi lain tentang merokok mereka dapatkan dari iklan rokok yang mencapai 36%.

2.5. Upaya untuk Mengatasi Perilaku Merokok

Menurut Rogers (Adams & Gullota, 1983) yang dikutip oleh Sarwono (2001) ada 5 ketentuan yang harus dipenuhi dalam menangani perilaku negatif remaja seperti halnya merokok, yaitu :

a. Kepercayaan

Remaja harus percaya kepada orang yang mau membantunya (orang tua, guru, psikolog, ulama, dan sebagainya), harus yakin bahwa penolong ini tidak akan membohonginya dan kata-kata penolong ini memang benar adanya.

b. Kemurnian Hati

(35)

c. Kemampuan mengerti dan menghayati (emphaty) perasaan remaja

Dalam posisi yang berbeda antara anak dengan orang dewasa (perbedaan usia, perbedaan status, perbedaan cara berpikir dan sebagainya) sulit bagi orang dewasa khususnya orang tua untuk ber-emphaty pada remaja karena setiap orang (khususnya yang tidak terlatih) akan cenderung untuk melihat segala persoalan dari sudut pandangnya sendiri dan mendasarkan penilaian dan reaksinya pada pandangan sendiri.

d. Kejujuran

Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan informasi apa adanya termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan. Apa yang salah dikatakan salah, apa yang benar dikatakan benar. Yang tidak biasa diterimanya adalah jika hal-hal yang dia salahkan, tetapi pada orang lain atau pada orang tuanya sendiri dianggap benar.

e. Mengutamakan persepsi remaja sendiri

Terlepas dari kenyataan atau pandangan orang lain, menurut remaja pandangannya sendiri itulah yang merupakan kenyataan dan akan bereaksi terhadap hal itu. Kemampuan untuk mengerti pandangan remaja berikut seluruh perasaan yang ada di balik pandangan remaja merupakan modal untuk membangun emphaty pada remaja.

Terdapat juga beberapa cara lain yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :

Peran Orangtua :

 Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita.  Membekali anak dengan dasar moral dan agama.

 Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orang tua – anak.  Menjalin kerjasama yang baik dengan guru.

(36)

 Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak.

 Hindarkan anak dari rokok dan juga hal-hal buruk yang lain Peran Guru :

 Bersahabat dengan siswa.

 Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman.

 Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler.

 Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga.  Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP.

 Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas.

 Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain.

 Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat.

 Mewaspadai adanya provokator.

 Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah.  Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang

secara sehat dalam hal fisik, mental, spiritual dan sosial.

 Meningkatkan deteksi dini penggunaan rokok dan obat-obatan terlarang.

Peran Pemerintah dan masyarakat :

 Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti.

 Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain, baik untuk anak sekolah dan anak putus sekolah.

 Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas.  Memberikan keteladanan.

 Menanggulangi perilaku merokok bagi anak-anak ataupun remaja, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas.

(37)

Peran Media :

 Sajikan tayangan atau berita yang baik tanpa kekerasan, dan jangan mengajarkan anak remaja untuk berperilaku merokok dan hal-hal buruk lainnya (jam tayang sesuai usia).

 Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif).  Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang

bebas.

 Perlunya penayangan ataupun berita yang berisi nasehat terhadap bahaya merokok.

2.6. Remaja dan Perilaku Hidup Sehat

Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja: 1. Mengerti tujuan hidup.

2. Memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan kematangannya.

3. Bergaul dengan bijaksana. 4. Terus menerus memperbaiki diri

Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri.

Faktor yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fisik 35% 2. Intelektual 20% 3. Emosional 30% 4. Spiritual 15%

Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya berkembang tidak sama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.

(38)

hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina? Terkadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai orang tua, teman.

Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat: 1. Otoriter --- demokratis

2. Tertutup --- terbuka 3. Formal --- informal

Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan menuju" Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa.

"Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah: 1. Fisik yang kuat.

2. Emosi yang cepat tersinggung.

3. Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang.

4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama yang hanya terkadang saja yang dicapai.

Dan "Dalam perjalanan menuju" yang paling penting diketahui oleh remaja adalah bagaimana remaja dapat berproses :

1. Menuju fisik yang ideal.

2. Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh. 3. Menuju cara berfikir dewasa.

(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Defenisi Operasionil

Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Siswa SMA

Remaja atau anak berumur 14-17 tahun yang terdaftar sebagai murid dan mendapatkan bimbingan atau pendidikan di Sekolah Menengah Atas tertentu.

b. Remaja Putus Sekolah

Remaja atau anak yang berumur 14-17 tahun yang tidak lagi melanjutkan proses bimbingan belajarnya di suatu sekolah yang disebabkan oleh berbagai hal.

c. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini telah terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo,2007).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan penelitian Rogers (1974) mengungkapkan

Pengetahuan terhadap Bahaya Rokok - Siswa SMA

(40)

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness, Interest,

Evaluation, Trial, Adaption (Notoatmodjo,2007). d. Pengetahuan terhadap Bahaya Merokok (yang diteliti)

Segala sesuatu yang diketahui atau tingkat pengetahuan antara remaja SMA dan remaja putus sekolah terhadap bahaya merokok, mengapa mereka melakukan hal tersebut, dan sampai dimana bahaya merokok yang mereka ketahui sehingga membuat mereka berani mencoba mengkonsumsi rokok dalam jumlah banyak dalam sehari.

Adapun cara ukur dan alat ukur yang akan saya pergunakan dalam penelitian ini,yaitu :

• Cara ukur : Metode Angket • Alat ukur :

o Kuesioner A :

Kuesioner untuk menilai tentang pengetahuan remaja tentang bahaya merokok. Meliputi : sebab, akibat yang ditimbulkan oleh rokok.

Kuesioner ini berisikan pernyataan dan juga pertanyaan dengan kemungkinan jawaban benar dan salah.

Skor 1  untuk jawaban benar Skor 0  untuk jawaban salah o Kuesioner B :

Kuesioner untuk respon penilaian, pendapat remaja baik positif maupun negatif terhadap bahaya merokok.

Kuesioner ini berisikan pernyataan positif (favourable) maupun yang bersifat negatif (unfavourable) dinyatakan dengan skala likert. Jawaban diukur dengan skor:

1. Pernyataan positif SS : 4

(41)

STS : 1

2. Pernyataan negatif SS : 1

S : 2 TS : 3 STS : 4 o Kuesioner C :

Kuesioner untuk mengetahui banyak dan seringnya remaja yang mengkonsumsi rokok. Kuesioner ini menentukan jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari.

• Hasil ukur :

o Kuesioner A :

Skor pengetahuan(0-10) :

- Baik, bila presentase benar antara 80-100% (rentang nilai 8-10) - Cukup, 65-79% (rentang nilai 5-7)

- Kurang <65% (rentang nilai 0-4) o Kuesioner B :

Terdiri dari 14 pertanyaan dengan kategori : - Sikap mendukung, skor  42-56

- Sikap tidak mendukug, skor  14-28 o Kuesioner C :

- Perokok Ringan  jika merokok berselang-seling < 5 batang perhari.

- Perokok Sedang  jika merokok setiap hari > 5 batang < 1 bungkus.

(42)

3.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

 Ada perbedaan pengetahuan antara siswa SMA dan remaja putus sekolah terhadap bahaya merokok.

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan remaja SMA dan remaja putus sekolah terhadap bahaya merokok. Dengan menggunakan desain sekat silang (Cross Sectional Study), yaitu penelusuran sesaat, artinya subjek diberi pertanyaan dalam bentuk kuesioner (angket) hanya sesaat atau satu kali saja. Penelitian ini telah dilakukan untuk menilai sejauh mana perbedaan tingkat pengetahuan antara remaja SMA dengan sekolah yang dipilih adalah SMA Swasta Afifiyah Medan dan remja putus sekolah di kawasan Medan Denai.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi

Penelitian ini telah

dilakukan di SMA Swasta Afifiyah Medan dan kawasan remaja putus sekolah di Medan Denai.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan,yaitu Juni sampai Agustus 2012.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

(44)

Jumlah populasi siswa SMA Swasta Afifiyah Medan adalah sebanyak 58 orang.

Dengan rincian :

Kelas Jurusan Banyaknya kelas Jumlah Siswa

I - 1 kelas 19 orang

II IPA 1 kelas 25 orang

III IPA 1 kelas 14 orang

Jumlah Siswa Keseluruhan (populasi) 58 orang tabel 4.1

Dan jumlah populasi anak putus sekolah di kawasan Medan Denai khususnya kelurahan Binjai adalah sebanyak 52 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel Penelitian diambil dengan metode probability sampling yaitu metode Stratified Random Sampling (sampel strata yang diacak). Di dalam penarikan sampel secara acak maka semua unsur yang ada di populasi akan mempunyai peluang yang sama untuk terambil sebagai sampel untuk mewakili populasinya.(Wahyuni,2007)

4.3.3. Besar Sampel

Besarnya sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan perhitungan dengan rumus berdasarkan Wahyuni (2007):

� = �.�

21− �/2.. (1− �)

(� −1)�2 +�21− �/2.. (1− �)

Keterangan :

n : besar sampel minimal N : jumlah populasi

Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P : proporsi dipopulasi

(45)

Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :

n : besar sampel minimal

N : 58

Z1-α/2 : 1,96 (95%)

P : 0,5

d :0,05

� = 58. (1,96)

2. 0,5. (10,5)

(58−1)(0,05)2+ (1,96)2. 0,5. (10,5)

�= 58 . 3,8416 . 0,25 57 . 0,0025 + 3,8416 .0,25

� = 55,7032 0,1425 + 0,9604

� =55,7032 1,1029 � = 50,50

dibulatkan menjadi 50 orang.

Dengan besar sampel minimal tersebut, maka sampel penelitian saya bulatkan menjadi 36 siswa dari SMA Swasta Afifiyah Medan, dan diambil dengan sistem Stratified Random Sampling dengan menggunakan program SPSS. Stratified Random Sampling adalah salah satu metode statistik dari

(46)

Dengan perincian :

Kelas Jurusan Banyaknya kelas Jumlah Siswa Jumlah sampel

I - 1 kelas 19 orang 16

II IPA 1 kelas 25 orang 22

III IPA 1 kelas 14 orang 12

Jumlah Populasi 58 orang 50 siswa tabel 4.2

Dan untuk populasi di kawasan Medan Denai : n : besar sampel minimal

N : 52

Z1-α/2 : 1,96 (95%)

P : 0,5

d :0,05

� = 52. (1,96)

2. 0,5. (10,5)

(52−1)(0,05)2+ (1,96)2. 0,5. (10,5)

�= 52 . 3,8416 . 0,25 51 .0,0025 + 3,8416 .0,25

� = 49,9408 0,1275 + 0,9604

�= 49,9408 1,0879 �= 45,90

Dibulatkan menjadi 46 orang.

(47)

penelitian ini sampel remaja putus sekolah yang dipilih dengan kategori eksklusi dan inklusi:

Kategori inklusi : remaja berumur 11-20 tahun yang tidak lagi

melanjutkan pendidikannya di bangku sekolah, dan berperilaku merokok.

Kategori eksklusi : remaja berumur 11-20 tahun yang tidak lagi melanjutkan pendidikannya di bangku sekolah,

tetapi tidak berperilaku merokok.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan data sekunder dan data primer,data sekunder yaitu data yang didapat langsung dari tata usaha SMA Swasta Afifiyah Medan dan Kelurahan Medan Denai,dan data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden. Responden dalam hal ini adalah remaja SMA dan remaja putus sekolah di kawasan Medan Denai. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar kuesioner. Lembar kuesioner merupakan gambaran tingkat pengetahuan responden terhadap bahaya merokok.

4.4.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan pengukuran psikologis atau non fisik, hasil pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan atau memberikan skor/nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama.

Formula yang digunakan adalah :

�= � (Σ��)− (Σ�Σ�)

(48)

Keterangan :

r : koefisien korelasi product moment

x : skor tiap pertanyaan/item y : skor total

N : Jumlah responden

Uji validitas dilakukan dengan kolerasi pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan r tabel. Jika nilai koefisien kolerasi pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada pada r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

4.4.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien yang Reabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

Formula yang digunakan adalah :

�11 = �

k : jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal : reliabilitas instrumen

Ʃσb2

σ

: jumlah varians butir

(49)

Dalam penelitian ini digunakan alat ukur dengan kuesioner yang telah dipergunakan dalam penelitian sebelumnya,dan telah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas oleh peneliti sebelumnya, dan saya telah melakukan uji validitas dan reliabilitias, dan semua pertanyaan yang di berikan memang telah valid dan reliabel.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan data

Menurut wahyuni (2007), pengelolaan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu.

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

b. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

c. Entry

Memasukkan data dari lembar kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS

d. Cleaning

Pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

4.5.2. Analisis data

(50)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua tempat yang berbeda yaitu di Sekolah Menengah Atas(SMA) Swasta Afifiyah Medan dan Kawasan Medan Denai yang terdapat banyak sekali anak putus sekolah disetiap sudut jalan kecilnya (gang) yang memiliki berbagai kebiasaan buruk salah satunya merokok.

SMA Swasta Afifiyah adalah sekolah swasta yang terletak di jalan Puri no. 154 Medan yang memiliki jumlah siswa SMA sebanyak 58 siswa, yang terdiri dari kelas I yang berjumlah 19 siswa, kelas II yang berjumlah 25 siswa, dan kelas III yang berjumlah 14 siswa. Sedangkan lokasi lain yang dipilih untuk meneliti anak remaja putus sekolah adalah Kawasan Kecamatan Medan Denai sebagai salah satu dari 21

Secara geografis kecamatan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut : a. Sebelah barat Kecamatan Medan Denai berbatasan dengan Medan

Kota da

(51)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Distribusi Responden dapat di bagi menurut umur, pendidikan (kelas), jenis kelamin, dan jumlah perokok di SMA Swasta Afifiyah Medan dan Kawasan Keceamatan Medan Denai.

Tabel 5.1. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, berdasarkan Umur

Umur Responden (tahun) Frekuensi (orang) %

13 2 3,8

14 11 21,2

15 3 5,8

16 10 19,2

17 17 32,7

18 7 13,5

19 1 1,9

20 1 1,9

Total 52 100

(52)

Tabel 5.2. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi (orang) %

Laki – laki 35 67,3

Perempuan 17 32,7

Total 52 100

Dari tabel 5.2. tentang distribusi responden berdasarkan jenis kelaminnya diketahui sebanyak 35 orang (67,3%) adalah laki-laki, dan 17 orang (32,7%) adalah perempuan. Dari data ini didapati mayoritas jenis kelamin responden pada penelitian ini adalah laki-laki.

Tabel 5.3. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, berdasarkan Pendidikan (kelas)

Kelas Frekuensi (orang) %

I 16 30,8

II 17 32,7

III 19 36,5

Total 52 100

Dari tabel 5.3. tentang distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikannya diketahui bahwa responden yang menduduki kelas I SMA adalah 16 orang (30,8%), dan kelas II SMA sebanyak 17 orang (32,7%), dan kelas III sebanyak 19 orang (36,5%).

Tabel 5.4. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, berdasarkan Jumlah Perokok

Frekuensi (orang) %

Perokok 15 28,8

Bukan perokok 37 71,2

(53)

Berdasarkan tabel 5.4. tentang distribusi responden berdasarkan jumlah perokok diketahui sebanyak 15 orang (28,8%) adalah perokok, dan sebanyak 37 orang (71,2%) adalah bukan perokok. Dari data ini didapati mayoritas responden pada penelitian di SMA Swasta Afifiyah Medan adalah bukan perokok.

Berikut dibawah ini adalah tabel mengenai karakteristik responden lain, yaitu remaja putus sekolah, yang dipilih dalam penelitian ini :

Tabel 5.5. Distribusi Responden, Remaja Putus Sekolah, berdasarkan Umur

Umur Responden (tahun) Frekuensi (orang) %

11 2 4,3

12 3 6,5

13 5 10,9

14 8 17,4

15 4 8,7

16 4 8,7

17 10 21,7

18 6 13,0

19 3 6,5

22 1 2,2

Total 46 100

(54)

Tabel 5.6. Distribusi Responden Remaja Putus Sekolah berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (orang) %

Laki – laki 42 91,3

Perempuan 4 8,7

Total 46 100

Dari tabel 5.6. tentang distribusi responden berdasarkan jenis kelamin diketahui sebanyak 42 orang (91.3%) adalah laki-laki, dan 2 orang (2%) adalah perempuan. Dari data ini didapati mayoritas jenis kelamin responden yang merupakan sekelompok remaja putus sekolah pada penelitian ini adalah laki-laki.

Tabel 5.7. Distribusi Responden Remaja Putus Sekolah berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir Frekuensi (orang) %

SD 5 10,9

SMP 19 41,3

SMA(tidak tamat) 22 47,8

Total 46 100

(55)

Tabel 5.8. Distribusi Responden Remaja Putus Sekolah berdasarkan Jumlah Perokok

Frekuensi (orang) %

Perokok 42 91,3

Bukan perokok 4 8,7

Total 46 100

Berdasarkan tabel 5.8. tentang distribusi responden berdasarkan jumlah perokok diketahui sebanyak 42 orang (91,3%) adalah perokok, dan sebanyak 4 orang (8,7%) adalah bukan perokok. Dari data ini didapati mayoritas responden pada penelitian remaja putus sekolah di Kawasan Medan Denai adalah perokok.

5.1.3. Pengetahuan Responden

Pada penelitian ini, pengetahuan responden dinilai berdasarkan 10 pertanyaan yang mencakup pengetahuan mengenai bahaya merokok. Sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner pengetahuan dimana 10 pertanyaan tersebut telah valid dan reliabel. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.9. di bawah ini.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan, pada Tiap Pertanyaan Pengetahuan

Mengenai Bahaya Merokok

Benar Salah No Pertanyaan Pengetahuan (Skor 1) (Skor 0)

n % n %

1. Rokok adalah cacahan tembakau yang di 43 82,7 9 17,3 bungkus dengan kertas yang panjangnya

(56)

Benar Salah No Pertanyaan Pengetahuan (Skor 1) (Skor 0)

n % n %

2. Kandungan yang terdapat dalam rokok 49 94,2 3 5,8 dapat mengganggu kesehatan.

3. Rokok memberikan efek ketergantungan 47 90,4 5 9,6 karena di dalam rokok terdapat nikotin

yang dapat membuat perokok ketergantungan.

4. Merokok dapat menyebabkan gangguan 52 100 0 0 pada paru-paru, dan jantung.

5. Merokok dapat mengganggu kesehatan orang 50 96,2 2 3,8 disekitar karena asap yang terhirup oleh orang-

orang yang berada disekitar perokok.

6. Rokok adalah cacahan tembakau yang dibakar. 50 96,2 2 3,8 7. Asap rokok dapat mengganggu sistem 52 100 0 0

pernafasan.

8. Kemauan untuk berhenti merokok dapat 49 94,2 3 5,8 diwujudkan pada diri sendiri untuk berhenti

merokok dan mencari pengganti yang lebih positif dari pada rokok.

9. Lingkungan dan pergaulan dapat mempenga- 45 86,5 7 13,5 ruhi perilaku merokok.

10.Asap rokok penyebab utama penyakit 50 96,2 2 3,8 kanker paru.

(57)

Berdasarkan hasil diatas maka tingkat pengetahuan siswa SMA Swasta Afifiyah mengenai bahaya rokok dapat dikategorikan pada tabel 5.10 berikut.

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Tingkat Pengetahuan Responden, Siswa Swasta Afifiyah Medan, Mengenai Bahaya Rokok

Pengetahuan n (orang) Persen (%)

Baik 50 96,2

Cukup 2 3,8

Kurang 0 0

Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.10. dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa SMA Swasta Afifiyah Medan mengenai bahaya merokok sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik dengan jumlah responden 50 orang (96,2%), dan hanya 2 orang saja (3,8%) dari responden tersebut memiliki pengetahuan yang cukup terhadap bahaya merokok, dan tidak ada yang memiliki pengetahuan yang kurang pada responden tersebut.

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan Responden, Remaja Putus Sekolah di Kawasan Medan Denai, pada Tiap Pertanyaan

Pengetahuan Mengenai Bahaya Merokok

Benar Salah No Pertanyaan Pengetahuan (Skor 1) (Skor 0)

n % n %

1. Rokok adalah cacahan tembakau yang di 40 87,0 6 13,0 bungkus dengan kertas yang panjangnya

(58)

Benar Salah No Pertanyaan Pengetahuan (Skor 1) (Skor 0)

n % n %

2. Kandungan yang terdapat dalam rokok 40 87,0 6 13,0 dapat mengganggu kesehatan.

3. Rokok memberikan efek ketergantungan 40 87,0 6 13,0 karena di dalam rokok terdapat nikotin

yang dapat membuat perokok ketergantungan.

4. Merokok dapat menyebabkan gangguan 44 95,7 2 4,3 pada paru-paru, dan jantung.

5. Merokok dapat mengganggu kesehatan orang 36 78,3 10 21,7 disekitar karena asap yang terhirup oleh orang-

orang yang berada disekitar perokok.

6. Rokok adalah cacahan tembakau yang dibakar. 39 84,8 7 15,2 7. Asap rokok dapat mengganggu sistem 37 80,4 9 19,6

pernafasan.

8. Kemauan untuk berhenti merokok dapat 39 84,8 7 15,2 diwujudkan pada diri sendiri untuk berhenti

merokok dan mencari pengganti yang lebih positif dari pada rokok.

9. Lingkungan dan pergaulan dapat mempenga- 41 89,1 5 10,9 ruhi perilaku merokok.

10.Asap rokok penyebab utama penyakit 41 89,1 5 10,9 kanker paru.

Berdasarkan tabel 5.11. mengenai presentasi pengetahuan remaja putus sekolah di Kawasan Medan Denai, pertanyaan yang paling banyak dijawab responden dengan benar adalah soal nomor 4, yaitu merokok dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru, dan jantung yaitu sebanyak 44 orang (95,7%).

Gambar

tabel 4.1 Dan jumlah populasi anak putus sekolah di kawasan Medan Denai khususnya
tabel 4.2
Tabel 5.1. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan,
Tabel 5.3. Distribusi Responden, Siswa SMA Swasta Afifiyah Medan,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai konsekuensi kebijakan otonomi daerah maka daerah dituntut untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi sumber daya ekonomi yang dimiliki secara optimal dalam

Dari hasil penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti/penulis diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan yang lebih mendalam bagi mahasiswa-mahasiswa atau

SMA N 1 Depok sudah memiliki ruang khusus untuk bimbingan dan konseling yang tentunya sangat mendukung keterlaksanaan proses bimbingan konseling personal peserta

Salah Ukuran pada Pemotongan Pipa (Lanjutan) 233 Tabel 4.100 Failure Mode &amp; Effect Anaysis Faktor Penyebab Jenis Cacat. Patah dan Penyok pada Pembengkokkan Pipa 235 Tabel

Salah satu dari kritikus tersebut adalah ‘Abdullah ‘Abd al-Fadi, Muslim asal Saudi yang menggugat al-Qur’an lewat bukunya Is the Qur’an Infallible?Al-Fadi sangat percaya diri

Rekomendasi Tim Nomor UM.002/33/KAD-HND/09 tentang Hasil Pelaksanaan Tugas Tim Pengkajian Teknis Angkutan Darat di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, yang

Selanjutnya dari hasil uji parsial atau uji t menunjukkan bahwa perputaran piutang memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap laba usaha pada perusahaan otomotif

Dalam penelitian ini prestasi belajar sebagai variabel penelitian adalah hasil belajar siswa pada jenjang sekolah sebelumnya yaitu SMP atau MTs terutama berupa