• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan atas Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan atas Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN ATAS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN TIMUR

O L E H

NAMA : DEVI HANDAYANI

NIM : 102600111

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSTIAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPERSENTASIKAN

OLEH:

Nama : DEVI HANDAYANI NIM : 102600111

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Tinjauan Atas Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Ketua Program Diploma III

Administrasi Perpajakan

Dosen Pembimbing

Drs. Alwi Hashim Batubara, M. Si

NIP. 195608311198601101

(3)

Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan hikmat

yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Tinjauan

atas Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur” yang sebagai salah satu syarat kelulusan di Jurusan

Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Penulis mendapatkan banyak sekali Do’a , bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Atas berbagai bantuan dan

dukungan tersebut, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. Alwi Hasyim Batubara, M.Si, selaku ketua Program Studi D3

Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Bapak Henri Sibarani selaku dosen pembimbing selama Praktek Kerja

lapangan di KPP Pratama Medan Timur.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

5. Kedua Orang Tua saya, Bapak tercinta dan Ibu tercinta yang tak

henti-hentinya memberikan semangat dan kasih sayang serta materil yang luar biasa

(4)

7. Tweety Lala ( Fani, Umi, Irma, Wanty, Devi, Rade, Dewik, Ihsan, Doni, Dira,

Anes, Putra) yang selalu membawa canda tawa kepada penulis.

8. Teman-Teman Tax C 2010 lainnya yang tidak bisa disebut satu persatu.

9. Rekan-rekan seperjuangan Tugas Akhir angkatan 2010 yang lainnya yang

tidak dapat disebut semuanya.

Semoga hasil Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan

ilmu pengetahuan dalam bidang Administrasi Perpajakan khususnya tentang Pajak

Penghasilan Pasal 25. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari adanya

kekurangan pada Tugas Akhir ini. Namun, penulis telah secara maksimal melakukan

penyempurnaan-penyempurnaan sedemikian rupa untuk memperbaiki Tugas Akhir

ini agar dapat lebih baik lagi. Penulis juga memohon maaf apabila ada kata-kata yang

salah atau kurang tepat dalam penulisan laporan ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Saya selaku penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya. Besar

harapan penulis kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 26 Juli 2013

(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

C. Uraian Teoritis ... 5

1. Definisi Pajak ... 5

2. Pengertian Penghasilan pph pasal 21, pemotongan pph pasal 21, penerimaan penghasilan pph pasal 21 ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7

F. Metode Pengumpulan Data ... 9

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

(6)

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 17

D. Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 18

1. Sub Bagian Umum (subbag Umum) ... 18

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI ) ... 18

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV ( Waskon ) ... 19

4. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ... 19

5. Seksi Penagihan ... 20

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal ... 20

7. Seksi Pelayanan ... 21

8. Kelompok Jabatan Fungsional ... 21

9. Kedudukan Seorang AR Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 21

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 A. Pengertian Perpajakan ... 25

B. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 27

1. Pengertian Pajak Penghasilan 21 ... 27

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 28

3. Wajib Pajak ... 29

(7)

6. Subjek Pajak ... 35

7. Penerimaan Penghasilan Yang Dipotong Pph Pasal 21 ... 36

8. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun... 38

9. Tarif dan PTKP ... 39

10.Tarif Pph 21 Final ... 42

11.Cara Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 43

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Tinjauan atas Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 45

B. Cara Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 47

1. Menganalisa SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak ... 47

2. Menerapkan sanksi administrasi atas terlambat lapor ... 48

3. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) ... 48

4. Mengirim Himbauan kepada Pemotong Pajak ... 48

5. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara Jabatan . 49 6. Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak ... 49

7. Peningkatan Profesionalisme Aparatur Perpajakan.... ... 50

(8)

Pratama Medan Timur ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA ... viii

(9)

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Timur ... 24

Tabel 3.1 Tarif Pajak ... 39

Tabel 3.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 42

Tabel 4.1 Data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur . 45

Tabel 4.2 Jumlah Penerimaan SPT Masa PPH Pasal 21 Dan Penerimaan Pajak

(10)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

(11)

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang memiliki

kontribusi untuk menunjang pembangunan yang sedang dilaksanakan bangsa

Indonesia. Ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan penerimaan pajak setiap

tahunnya. Di samping itu, kesadaran akan kewajiban wajib pajak juga meningkat.

Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur keseimbangan kehidupan

perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun prasarana yang dibutuhkan

masyarakat. Semakin besar penerimaan negara dari pembayaran pajak, makin besar

pula kemudahan dan pelayanan masyarakat yang mampu disediakan pemerintah

secara langsung mewujudkan pengabdian, kewajiban, dan peran serta dalam

pembangunan dan kehidupan bernegara.

Peran pajak yang sangat dominan sebagai penerimaan negara, membuat

Pemerintah melakukan perubahan agar dapat memberikan kemudahan bagi Wajib

pajak (WP) untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Reformasi di bidang

perpajakan pertama dilakukan pada tahun 1984. Pada tahun tersebut terjadi perubahan

sistem pemungutan pajak, yaitu dari official assesment menjadi self assessment.

Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem

(12)

tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu

memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai

kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan pentingnya membayar pajak. Oleh

karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung sendiri pajak yang

terutang, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, menyetor dan membayar

sendiri pajak yang terutang dan melaporkannya. Dengan demikian, berhasil atau

tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak sendiri.

Selain sistem self assessment juga berlaku sistem with holding. Sistem with

holding adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga yang ditunjuk untuk memotong/ memungut besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong dan

memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui saran perpajakan

yang tersedia, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak tergantung pada

pihak ketiga yang ditunjuk.

Dalam prakteknya, banyak pegawai yang tidak mau penghasilannya dipotong

oleh perusahaan atau pemberi kerja. Pegawai tersebut menganggap bahwa pajak

tersebut seharusnya dihitung, dipotong, dan dibayar oleh pemberi kerja sesuai dengan

sistem self assessment. Di samping itu para pegawai juga tidak percaya apakah pajak

(13)

Atas dasar yang telah diuraikan di atas, penulis berusaha mencari tahu dalam

hal ini, dan penulis tertarik untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM) tentang TINJAUAN ATAS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

(PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN

TIMUR.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Tujuan PKLM

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah :

1.1Untuk mengetahui peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1.2Untuk mengetahui upaya-upaya serta kendala dalam meningkatkan penerimaan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur.

2. Manfaat PKLM

2.1Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan

b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan

c. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di dalam

(14)

segi usia, pendidikan, pengalaman, kedudukan, dan Iain-lain yang berbeda

dalam suatu perusahaan.

d. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam

menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.

e. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan

yang timbul selama PKLM.

2.2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan Program Studi Administrasi

Perpajakan FISIP USU.

b. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk meningkatkan sumber daya

manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan.

c. Dengan dilaksanakan Praktik kerja lapangan mandiri, mahasiswa dapat

memberikan kritik, saran untuk memperbaiki sistem pelayanan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2.3. Bagi Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Mempercepat hubungan kerjasama Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

dengan Instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama

(15)

b. Membuka interaksi antara Program Studi Administrasi Perpajakan dengan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dalam memberikan uji nyata

mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui PKLM.

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kalangan mahasiswa Program

Studi Administrasi perpajakan FISIP USU.

2.4. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan dari semua pibak, baik masyarakat dan lembaga lainnya

yang membutuhkan informasi, data, dan keterangan tentang pajak

penghasilan.

C. Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak

Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2008, pajak adalah kontribusi

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan

(kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

Beberapa para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda

mengenai pajak, tetap pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut

mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang

(16)

a. Prof. DR. Roehmat Soemitro, S.H berpendapat bahwa :"Pajak adalah iuran

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang

langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum". (Mardiasmo, 2008:2).

b. Dr. N. J. Feidmann berpendapat bahwa : "Pajak adalah prestasi yang

dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut

norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan

semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum".

(Resmi, Siti 2008:2).

2. Pengertian penghasilan PPh pasal 21, pemotongan PPh pasal 21, penerimaan

penghasilan PPh pasal 21:

a. Penghasilan dalam pengertian yang luas menurut penjelasan pasal 4 ayat 1

undang – undang PPh yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari

manapun asalnya yang dipergunakan untuk dikonsumsi atau menambah

kekayaan Wajib Pajak tersebut.

b. Yang termasuk pemotongan PPh pasal 21 adalah :

1. Pemberi kerja terdiri atas orang pribadi dan badan.

2. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau

(17)

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan

atau unit tersebut yaitu:

2.1 Bendahara atau pemegang kas pemerintah

2.2Dana pensiun

2.3Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

2.4Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, orang pribadi).

c. Penerima penghasilan adalah wajib pajak, yang penghasilannya dipotongPPh

pasal 21 adalah

1. Pejabat Negara

2. Pegawai

3. Bukan Pegawai

4. Penerima

5. Penerima honorarium

6. Penerima upah

7. Orang pribadi

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang

paling mendasar adalah mendata jumlah wajib pajak dan penerimaan Surat

Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur serta Usaha dan kendala dalam cara meningkatkan penerimaan Pajak

(18)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah:

1. Tahap persiapan

Yaitu melakukan penentuan judul dan tempat pelaksanaan PKLM, menyusun

proposal serta konsultasi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan

PKLM ini.

2. Studi Literatur

Merupakan landasan teori yang mendukung laporan ini yang menyangkut

materi yang akan yang bersuraber dari buku-buku, undang-undang, dan bahan tertulis

lainnya yang berhubungan dengan laporan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Yaitu dengan melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada

objek praktek kerja lapangan untuk mengetahui sistem-sistem yang berlaku serta

mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Yaitu kegiatan mengumpulkan data serta yang diperlukan untuk melakukan

penyusunan laporan akhir.

Adapun data –data yang digunakan ada dua jenis yaitu

4.1. Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang langsung diambil dan berasal dari objek

(19)

4.2. Data Skunder

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data buku-buku atau

undang-undang perpajakan.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa

dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai cara meningkatkan penerima pajak

penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

F. Metode Pengumpulan Data

Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM ini maka

penulis menggunakan 3 metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview)

yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan

mengajukan pertanyaan secara lisan kepada perseorangan untuk memperoleh data

yang diperlukan

2. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan

pengamatan langsung di tempat PKLM sehubungan dengan objek studi yang akan di

(20)

3. Daftar dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku, peraturan undang-undang

perpajakan serta sumber lainnya.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk lebih mempermudah penulis laporan PKLM, penulis terlebih dahulu

membuat uraian garis-garis besar laporan sesuai dengan standar yang ditetapkan,

terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode

pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK

Pada bab ini penulis akan menguraikan sejarah singkat perusahaan, struktur

organisasi perusahaan, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran pegawai.

BAB III GAMBARAN DATA

Dalam bab ini, penulis akan menguraikan ketentuan-ketentuan yang berlaku

mengenai PPh pasal 21, objek dan subjek PPh pasal 21, tarif PPh pasal 21, dan cara

menghitung PPh pasal 21.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

Dalam bab ini penulis meneoba menganalisa tentang cara meningkatkan

(21)

Medan Timur berdasarkan kemampuan penulis kemudian mengadakan evaluasi serta

memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalambab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan atas

pembahasan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dan

(22)

LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor

Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah

kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah

lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal

Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga

kantor inspeksi pajak, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua

Yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.

Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan

pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka di dirikanlah Kantor Inspeksi Pajak

Medan Timur.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat,

maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

(23)

Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama

menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994

didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota. Kantor Pelayanan Pajak Medan

Kota merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah

Menjadi empat wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak” yang mana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi

(24)

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah:

1) Kecamatan Medan Timur

2) Kecamatan Medan Tembung

3) Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Barat

2) Kecamatan Medan Sunggal

3) Kecamatan Medan Petisah

4) Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Kota

2) Kecamatan Medan Denai

3) Kecamatan Medan Johor

4) Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Polonia

2) Kecamatan Medan Maimun

3) Kecamatan Medan Baru

4) Kecamatan Medan Tuntungan

5) Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

(25)

2) Kecamatan Medan Marelan

3) Kecamatan Medan Labuhan

4) Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

1) Kota Binjai

2) Kabupaten Langkat

B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran

Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan.KPP Pratama

Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasakan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993.

Kantor Pelayanan Pajak modern yang menangani Wajib Pajak terbanyak

adalah KPP Pratama dan Small Tax Office (STO). KPP Pratama baru dibentuk pada

tahun 2006 s.d 2000.Di tahun 2008, Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur diganti

nama dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Pada tanggal 14 Januari 2013 KPP Pratama Medan Timur resmi mengganti

lokasi kantor disebabkan musibah kebakaran yang terjadi pada tanggal 6 Januari

2013 yang menimpa gedung lama KPP Pratama Medan Timur. Mulai tanggal 14

Januari 2013 KPP Pratama Medan Timur berlokasi kerja di Jalan Suka Mulia No.17A

(26)

Medan. Dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah: Kecamatan Medan Timur,

Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Tembung.

1. Adapun nilai – nilai Kementrian Keuangan yang diterapkan di KPP Pratama

Medan Timur yaitu:

1.1 Integritas

Berfikir, berkata, berprilakudan bertindak dengan baik dan benar serta memegang

teguh kode etik dan prinsip – prinsip moral.

1.2 Profesionalisme

Bekerja tuntas dengan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh

tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.

1.3 Sinergi

Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta

kemitraan yang harmonis dengan para pemangku.

1.4 Pelayanan

Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang

dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman.

1.5 Kesempurnaan

Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan

(27)

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara

sistematis mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung

jawab masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja

agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkam secara maksimal. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Timur, antara lain:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I)

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II)

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III)

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV)

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

8. Seksi Penagihan

9. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

10. Seksi Pelayanan

(28)

D. Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur

1. Sub Bagian Umum ( Subbag Umum )

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha,

Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga. Sub Bagian Umum membawahi 3

(tiga) Koordinator Pelaksana yaitu : 1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan

Kepegawaian 2. Koordinator Pelaksana Keuangan 3. Koordinator Rumah Tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI )

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan

pengolahan data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi

perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

membawahi 3 (tiga) Koordinator pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana PDI I, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data

keluaran dan masukan

2. Koordinator Pelaksana PDI II, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data dan

menyajikan informasi perpajakan

3. Koordinator Pelaksana PDI III, bertugas untuk melaksanakan penggalian potensi

(29)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III dan IV (WASKON)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I hingga Seksi Pengawasan dan Konsultasi

IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban

perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/ himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi

teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak,

melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi,

usulan pembetulan ketetapan pajak dan melakukan evaluasi hasil banding.

4. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan

potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan

pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi. Peraturan

Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal

Direktorat Jenderal Pajak mengatur : “ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi

Ekstensifikasi Perpajakan antara lain melaksanakan penerbitan dan penatausahaan

Surat Himbauan NPWP dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP),

menyusun Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan untuk

tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan,

dan membimbing pelaksanaan dan penatausahaan pemeriksaan untuk tujuan lain

(30)

5. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang

pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan

penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Seksi

Penagihan membawahi 2 (dua) Koordinator Pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak.

2. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif.

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana

pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya. Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian

Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur : “Uraian tugas dan

kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan antara lain menyusun Daftar Nominatif dan atau

Lembar Pemeriksaan Wajib Pajak yang akan Diperiksa, membuat usulan pembatalan

Daftar Nominatif dan atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) Wajib Pajak yang

akan diperiksa, dan menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak

(SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan

(31)

7. Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penertiban

produkhukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,

penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat

lainnya, penyuluhan perpajakan dan pelaksanaan regristasi Wajib Pajak.Membawahi

3 (tiga) koordinator pelaksana yaitu:

1. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu.

2. Koordinator Pelaksanaan Surat Pemberitahuan.

3. Koordinator Penyuluhan Perpajakan.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah Jabatan Fungsional

masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap kelompok

tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala

Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan. Adapun jumlah

Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis

dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

9. Kedudukan Seorang Account Representative (AR) Dalam Peningkatan

Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21

Account Representative (AR) adalah petugas yang berada di Kantor

(32)

Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan

kewajiban perpajakan, melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak.

Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa Wajib Pajak yang

harus diawasi.Penugasan pelayanan oleh Account Repreentative (AR) dilakukan

berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan

produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus.

Account Representative berkewajiban untuk memberikan bimbingan/

konsultasi dan melakukan pengawasan terhadap kepatuhan kewajiban perpajakan.

Jika sebelum sistem administrasi perpajakan modern seorang Wajib Pajak harus

menghubungi banyak bagian di kantor pajak untuk menyelesaikan urusan

perpajakannya, maka saat ini cukup menghubungi Account Representative yang telah

diberi tugas menangani Wajib Pajak tersebut.

Keberadaan seorang Account Representative sangatlah penting.

Keberadaannnya berdampak positif bagi wajib pajak untuk patuh dalam

kewajibannya dalam perpajakan, dan pada akhirnya dapat membantu meningkatkan

penerimaan pajak itu sendiri khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21.

Fungsi dan tugas AR adalah melayani para Wajib Pajak untuk berkonsultasi

langsung sehingga menjadikan Wajib Pajak patuh terhadap kewajibannya dalam hal

(33)

Gambar 2.1

(34)

Tabel 2.1

Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Per 4 Juni 2013

NO. SEKSI JUMLAH

1. Kepala kantor 1 orang

2. Sub Bagian Umum 6 orang

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9 orang

4. Seksi Pelayanan 16 orang

5. Seksi Penagihan 4 orang

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4 orang

7. Seksi Ektensifikasi Perpajakan 4 orang

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I) 8 orang

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II) 6 orang

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III) 7 orang

11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV) 7 orang

12. Kelompok Jabatan Fungsional 11 orang

(35)

A. Pengertian Perpajakan

Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2008, Pajak merupakan

konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Yang dimaksud dengan penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) undang-undang

Pajak Penghasilan, adalah “setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

atau diperoleh Wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib

pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

Beberapa dari para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda

mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut

mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang

dikemukakan oleh :

1. Leroy Beaulieu, seorang sarjana dari perancis, dalam bukunya yang berjudul

Traite de la Science des Finance, 1906 mengemukakan, “Pajak adalah bantuan,

baik secara langsung maupun tidak langsung yang dipaksakan oleh kekuasaan

(36)

2. Prof. Dr. Rahmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo (2008 :1) : “Pajak

adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang

berlangsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.”

3. Prof. Dr. M.J.H Smeets dalam bukunya de Economische Betekenis der

Belastingen, 1951 adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui

norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontra prestasi

yang dapat ditunjukkan dalam kasus yang bersifat individual yang maksudnya

adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

4. Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul “Pajak

Berdasarkan Asas Gotong – Royong “, Universitas Padjajaran, Bandung, 1964,

menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang

dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya

produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

5. P.J.A Andriani dalam bukunya Waluyo (2009 :2) : Pajak adalah iuran masyarakat

kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya

menurut peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi

kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk

(37)

6. Dr. N. J. Feldmann berpendapat bahwa : “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan

sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang

ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata

digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”. (Resmi, Siti 2008:2)

B. Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan tergolong sebagai pajak subjektif yaitu pajak yang

mempertimbangkan keadaan pribadi wajib pajak sebagai faktor utama dalam

pengenaan pajak. Keadaan pribadi wajib pajak, yang tercermin pada banyaknya

jumlah komponen penghasilan tidak kena pajak yang dimiliki atau ditanggung wajib

pajak yang merupakan salah satu faktor pembeda dalam menentukan besarnya jumlah

pajak penghasilan yang dipotong dan ditanggung dari tiap-tiap wajib pajak.

Penghasilan Pasal 21 merupakan yang dipungut dan/atau dipotong oleh pihak

ketiga atau pemberi kerja atas penghasilan yang dibayarkan oleh wajib pajak orang

pribadi dalam negeri sehubungan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang

dilakukan, berdasarkan ketentuan Pasal 21 UU No. 7 tahun 1983 tentang PPh

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 36 tahun 2008,

termasuk PPh yang bersifat final dan setoran akhir tahun.

Pengertian Pajak Penghasilan menurut Dimsky K. Judiseno (1996 : 2) adalah

suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau

(38)

kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai

satu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Jadi pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak Penghasilan yang

dikenakan atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji,

upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dalam bentuk apapun

sehubungan dengan pekerjaan, atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh

orang pribadi subjek pajak dalam negeri.

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

Dasar hukum Pajak Penghasilan pasal 21 adalah :

2.1.Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang No. 28

Tahun 2007.

2.2.Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 tahun

2008.

2.3.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang penentuan tanggal jatuh

Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran

Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak, serta Tata

(39)

2.4.Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang

Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai

Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak

Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.

2.5.Peraturan direktur jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang pedoman

Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan

Pasal 21/26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

2.6.Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi

Pejabat Negara, Pegawai Negari Sipil, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan atas

Penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah.

2.7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember

1998 tentang bagian dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari

pegawai harian dan mingguan serta pegawai tetap lainnya yang tidak dikenakan

pemotongan Pajak Penghasilan.

2.8.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 521/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember

1998 tentang besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto pegawai tetap atau pensiunan.

3. Wajib Pajak

Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

3.1.Pejabat Negara adalah :

(40)

b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota DPR/ MPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota,

c. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan,

d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung,

e. Ketua, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung,

f. Menteri dan Menteri Negara,

g. Jaksa Agung,

h. Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Provinsi,

i. Bupati da Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten,

j. Walikota dan Wakil Walikota Kepala Kota.

3.2.Pegawai Negeri Sipil (PNS), adalah PNS-Daerah, dan PNS Lainnya yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974.

3.3.Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan

perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk

yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau BUMN atau BUMD.

3.4.Pegawai Tetap adalah orang yang bekerja pada pemberi kerja, yang menerima

atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota

dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur dan terus

menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.

3.5.Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri, adalah orang pribadi yang tidak

(41)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan yang menerima atau memperoleh

gaji, honorarium, dan/atau imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan

kegiatan.

3.6.Tenaga Lepas, adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya

menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.

3.7.Penerima Pensiun, adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau

memperoleh imbalan untuk pekerja yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang

pribadi atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu,

termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua

atau Tunjangan Hari Tua.

3.8.Penerima Honorarium, adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh

imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.

3.9.Penerima Upah, adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah

mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

4. Objek Pajak

Objek Pajak yaitu sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk

menghitung pajak terutang.Yang menjadi objek pajak PPh adalah penghasilan yaitu

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,

baik yang berasal dari luar negeri yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaaan. Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam

(42)

Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 :

4.1.Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara

teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk

honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi

bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan

istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,

tunjangan transport, tunjangan pajak, iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak,

beasiswa, premi asuransi yang dibayarkan oleh pemberi kerja, dan penghasilan

teratur lainnya dengan nama apapun.

4.2.Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau

mantan pegawai secara teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi,

tunjangan cuti, tunjangn hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan,

dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya

dibayarkan sekali dalam setahun.

4.3.Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan yang diterima atau

diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau

mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau pemagangan yang

merupakan calon pegawai.

4.4.Uang tebusan, uang Tabungan Hari Tua atau jaminan hari tua, Uang pesangon,

dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja.

4.5.Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam

(43)

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak

dalam negeri, terdiri dari :

a. Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari : Pengacara,

akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, dan aktuaris.

b. Pemain Musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman

lainnya.

c. Olahragawan

d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

e. Pengarang, peneliti dan penterjemah.

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk tehnik, komputer, dan sistem

aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial.

g. Agen iklan

h. Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada suatu

kepanitiaan, dan serta sidang atau rapat.

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.

j. Peserta perlombaan.

k. Petugas penjaja barang dagangan.

l. Petugas dinas luar asuransi.

m.Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan

(44)

n. Distributor perusahaan multilevelmarketing atau direct selling dan kegiatan

sejenis lainnya.

4.6.Tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan

lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara dan PNS.

4.7.Uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang

diterima oleh pensiunan termasuk janda dan atau anak-anak.

4.8.Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun

yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain pemerintah, atau Wajib Pajak yang

dikenakan PPh yang bersifat final dan yang akan dikenakan PPh berdasarkan

norma perhitungan khusus (deemed profit).

4.9.Penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus

sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan.

5. Penghasilan yang dikecualikan dari Pengenaan Pajak Penghasilan pasal 21

Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 :

5.1.1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi

kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

5.1.2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun

yang diberikan Wajib Pajak oleh yang dikenakan Pajak Penghasilan yang

bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma

(45)

5.1.3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada

badan penyelenggara Jamsostek yang dibayarkan oleh pemberi kerja.

5.1.4. Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari badan atau lembaga

amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

5.1.5. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf 1

Undang-Undang Pajak Penghasilan.

6. Subjek Pajak

Yang menjadi subjek pajak adalah orang yang dituju oleh undang- undang

untuk dikenakan pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak

berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya. Pengertian subjek

pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,

badan, dan bentuk usaha tetap, yaitu sbagai berikut:

1. Orang Pribadi

Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di

Indonesia ataupun di luar Indonesia

3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak

pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal

(46)

3. Badan

Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek pajak

tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan

pemerintah, sebagai contoh lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan untuk memperoleh penghasilan.

4. Bentuk Usaha Tetap

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi

yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari

183 hari dalam jangka waktu 12 ( dua belas ) bulan, atau badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan di Indonesia.

7. Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pph Pasal 21

Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang

merupakan:

7.1.Pegawai, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai

pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian

atau kesepakatan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan

suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memepeoleh

imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan,

(47)

melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara atau

badan usaha milik daerah,

7.2.Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari

tua,atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

7.3.Bukan pegawai yang mnerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari

pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan

aktuaris,

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,

bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan

seniman lainnya.

c. Olahragawan,

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,

e. Pengarang, peneliti, dan penterjemah,

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem

aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial

serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan,

g. Agen iklan,

(48)

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi

perantara,

j. Petugas penjaja barang dagangan,

k. Petugas dinas luar asuransi,

l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan

kegiatan sejenis lainnya,

7.4.Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan karena

keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :

a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan

olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan

lainnya,

b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja,

c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebgai penyelenggara

kegiatan tertentu,

d. Peserta, pendidikan, dan magang,

e. Peserta kegiatan lainnya.

8. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tinginyaRp.

(49)

Biaya pensiun adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara uang

pensiun yang besarnya 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun

setinggi-tinggi Rp.432.000,- setahun atau Rp.36.000,- sebulan.

9. Tarif dan PTKP

Tarif pajak penghasilan Pribadi dan Penghasilan tidak kena Pajak (PTKP) yang

diberlakukan sejak 1 Januari 2013. Sesuai dengan pasal 17 ayat 1, Undang-Undang

no. 36 tahun 2008 (Undang-undang tentang Pajak Penghasilan) maka tarif Pajak

Penghasilan pribadi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Tarif Pajak

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp.50.000.000,- 5 %

Diatas Rp.50.000.000,- sampai dengan Rp.250.000.000,- 15 %

Diatas Rp.250.000.000,- sampai dengan Rp.500.000.000,- 25 %

Diatas Rp.500.000.000,- 30 %

Tarif pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut ketentuan dalam Pasal

21 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :

9.1.Tarif berdasarkan pasal 17 Undang-Undang PPh, ditetapkan atas Penghasilan

(50)

a. Pegawai tetap, termasuk Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat

Negara Lainnya, Pegawai BUMN dan BUMD, dan anggota dewan komisaris,

atau dewan pengawas yang menerapkan sebagai pegawai tetap pada

perusahaan yang sama.

b. Penerima Pensiun yang dibayarkan secara bulanan.

c. Pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon Pegawai yang dibayarkan secara

bulanan.

d. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan

sejenis lainnya.

Penghasilan Kena Pajak Bagi Pegawai tetap adalah sebesar penghasilan bruto

dikurang dengan :

a. Biaya jabatan

b. Iuran pensiun yang dibayar sendiri oleh pegawai (termasuk iuran tabungan

hari tua/jaminan hari tua).

c. Penghasilan tidak kena pajak

Bagi penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan adalah sebesar

penghasilan bruto dikurang dengan :

a. Biaya pensiun

b. PTKP

Bagi pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai yang dibayarkan secara

(51)

perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya

adalah penghasilan bruto setiap bulan dikurang dengan PTKP perbulan.

9.2.Tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang PPh, diterapkan atas penghasilan

bruto berupa :

a. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam

bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain dengan nama sebagai

imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak dasar

banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan yang

diberikan yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan takwim.

b. Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau

dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada

perusahaan yang sama, selama satu tahun takwim.

c. Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima atau diperoleh mantan

pegawai selama satu tahun takwim.

d. Penarikan dana pada dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh

Kementrian Keuangan, oleh peserta program pensiun yang diterima atau

diperoleh selama satu tahun takwim.

PPh Pasal 21 = Penghasilan x tarif Pasal 17 UU PPh

9.3.Tarif sebesar 15% diterapkan atas perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan

atau terutang kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara,

(52)

penghasilan neto adalah 50% dari penghasilan bruto berupa honorarium atau

imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

PPh Pasal 21 = ( Penghasilan Bruto x 50%) x 15%

9.4.Tarif sebesar 5% diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah

borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp.110.000,- sehari

tidak melebihi Rp.11.000,- dalam satu bulan takwim dan atau tidak dibayarkan

secara bulanan.

PPh Pasal 21 = (Penghasilan Bruto sehari-Rp.110.000,-) x 5%

Tabel 3.2

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.24.300.000,00

Tambahan Untuk Wajib Pajak yang Kawin Rp.2.025.000,00

Tambahan Untuk Seorang Istri yang Penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

Rp.24.300.000,00

Tambahan Untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang ditanggung

Rp.2.025.000,00

10. Tarif PPh Pasal 21 Final

Untuk beberapa jenis penghasilan, akan dikenakan PPh Pasal 21 yang bersifat

final. Besarnya tarif dan penghasilan tersebut adalah sebagai berikut:

10.1. Atas uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun

yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari

(53)

Penyelenggara Jamsostek, dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat final

dengan ketentuan sebgai berikut :

a. Atas jumlah penghasilan bruto sebesar Rp.50.000.000,- atau kurang tidak

dikenakan pajak penghasilan.

b. Atas jumlah diatas Rp.50.000.000,- diatur dengan ketentuan sesuai dengan

tarif PPh Pasal 17 yaitu dikalikan 5%.

10.2. Tarif sebesar 15% dan sifatnya final diterapkan atas penghasilan bruto berupa

honorarium yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, dan anggota TNI/POLRI

yang bersumber dananya berasal dari keuangan Negara atau keuangan daerah,

kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan IId ke bawah atau Ajun

Inspektur atau ke bawah.

11.Cara Menghitung Pajak Penghasilan pasal 21

Penghasilan neto = Bruto – ( Biaya jabatan + iuran pensiun dan THT / JHT )

ket: Biaya jabatan besarnya 5% dari penghasilan bruto dengan ketentuan setinggi-

tingginya Rp 6.000.000/ tahun atau Rp 500.000/ bulan

Penghasilan kena pajak ( PKP ) = Penghasilan neto – Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP):

Wajib Pajak : Rp.24.300.000

Kawin : Rp. 2.025.000

(54)

Pph pasal 21 setahun = PKP x Tarif pajak

Dibagi 12 untuk pph pasal 21/ bulannya

Sampai dengan Rp. 50.000.000 tarif 5%

Diatas Rp. 50.000.000 - Rp. 250.000.000 tarif 15%

Diatas Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 tarif 25%

(55)

A. Tinjauan atas Penerimaan SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pajak Penghasilan

Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Tabel 4.1

Data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur

Tahun

Jumlah Wajib Pajak

WP OP WP Badan Bendahara Jumlah WP

terdaftar

2009 64.323 6.636 601 71.560

2010 75.448 7.347 615 83.410

2011 83.016 8.088 626 91.730

1. Analisis Jumlah Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1.1. Pada tahun 2009 Jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan

Timur sekitar 71.560 WP, sedangkan pada tahun 2010 jumlah wajib pajak yang

terdaftar berjumlah 83.410 WP dan pada tahun 2011 sekitar 91.730 WP yang

terdaftar.

1.2. Terjadi peningkatan jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan

Timur yang mana pada tahun 2009 jumlah WP sekitar 71.560 WP dan meningkat

pada tahun 2010 yakni sebesar 83.410 WP atau bertambah sekitar 16,55%. Dan

pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang cukup baik yaitu sebesar 8.320 WP

yang berjumlah 91.730 WP atau bertambah lagi sekitar 9,97% dari tahun

(56)

Tabel 4.2

Jumlah Penerimaan SPT Masa PPH Pasal 21

Dan Penerimaan Pajak PPH Pasal 21 tahun 2009-2011

Tahun

Lebih Bayar Jumlah

Penerimaan (Rp)

2009 22.116 6.004 23 28.143 38.649.245.210 2010 21.861 6.555 19 28.861 71.717.690.525 2011 22.736 7.018 37 29.791 75.514.607.772

2. Analisis Penerimaan SPT Masa PPH Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur.

2.1. Pada tahun 2009 jumlah SPT Masa PPH Pasal 21 yang diterima sekitar 28.143

sedangkan pada tahun 2010 jumlah SPT Masa PPH Pasal 21 yang diterima

yaitu 28.861. Dan pada tahun 2011 jumlah SPT Masa PPH Pasal 21 berjumlah

29.791 SPT.

2.2. Penerimaan SPT Masa pajak penghasilan pasal 21 pada tahun 2010 justru

mengalami kenaikan sebesar 930 SPT atau sekitar 2,55 % yang berjumlah

28.861 SPT dengan jumlah penerimaan sekitar Rp. 71.717.690.525 dari tahun

2009 yang hanya berjumlah 28.143 SPT dengan jumlah penerimaan sekitar Rp.

38.649.245.210. Penerimaan SPT Masa pajak penghasilan pasal 21 pada tahun

2011 mengalami kenaikan yang cukup lumayan dibandingkan dengan kenaikan

pada tahun sebelumnya yaitu 29.791 SPT atau sekitar 3,22 % dengan jumlah

(57)

B. Cara Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Sebagai Sumber utama penerimaan negara maka pajak mempunyai peranan

yang sangat strategis bagi kelangsungan pembangunan dewasa ini. Oleh karena itu

pajak harus dikelola dengan baik dan benar. Salah satu sumber utama penerimaan

pajak adalah dari Pajak Penghasilan ( PPh ) yang kontribusinya bisa mencapai 49 %

lebih dari total penerimaan pajak.

Dalam hal ini, penerimaan pajak penghasilan pasal 21 harus diperhatikan

dalam perkembangannya, setidaknya harus terjadi peningkatan setiap tahun. Kantor

pelayanan pajak melakukan berbagai usaha agar terjadi peningkatan sehingga

memaksimalkan penerimaannya.

1. Menganalisa SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak.

Kewajiban melaporkan jumlah harta dan kewajiban pada SPT akhir

membuat bingung dan ketakutan wajib pajak. Hal ini disebabkan karena mereka takut

efek perpajakan bila melaporkan seluruh kekayaannya atau melaporkan hanya

sebagian saja. Bila melaporkan harta apaadanya, takut pajak penghasilan tahun-tahun

sebelumnya akan di permasalahkan. Sebaliknya apabila tidak dilaporkan kekayaan

yang apa adanya berarti SPT tidak benar. Sewaktu-waktu kalau ketahuan oleh aparat

(58)

2. Menerapkan sanksi administrasi atas terlambat lapor

Sanksi perpajakan yang diterapkan bertujuan untuk menyadarkan Wajib

Pajak akan kelalaian dalam membayar atau melaporkan kewajiban perpajakannya.

Sanksi dikenakan dapat berupa bunga, denda, atau kenaikan.

Sanksi perpajakan dimaksudkan untuk menyadarkan Wajib Pajak akan

keteledorannya. Disamping itu juga, bertujuan untuk menjaga agar kepercayaan yang

diberikan pemerintah tidak disalahgunakan oleh Wajip Pajak.

3. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau

sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. STP diterbitkan apabila pajak

kurang atau tidak dibayar, dari hasil penelitian STP terdapat kekurangan pembayaran

pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung, dan WP dikenakan sanksi

administrasi berupa denda atau bunga.

4. Mengirim himbauan kepada Pemotong Pajak

Dalam hal ini Pajak mengirim himbauan kepada para pemotong pajak agar

mendaftarkan subjek pajak yang telah mempunyai penghasilan diatas PTKP sebagai

Wajib Pajak PPh Pasal 21. Masalah ini biasanya terjadi ketika adanya perubahan

struktur di sebuah perusahaan yakni adanya karyawan baru diperusahaan tersebut.

(59)

karyawan baru tersebut sebagai Wajib Pajak yang berkewajiban atas Pajak

Penghasilan Pasal 21.

5. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan

Menerbitkan NPWP secara jabatan kepada orang pribadi atau badan yang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk

melakukan kewajiban perpajakan, namun yang bersangkutan tidak mendaftarkan diri

pada kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tingggal atau

tempat kedudukan Wajib Pajak. Dalam hal ini petugas pajak menerbitkan NPWP

secara paksa kepada orang pribadi yang telah memenuhi syarat berdasarkan ketentuan

perundang-undangan perpajakan tersebut.

6. Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak

Pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

karena pelayanan yang baik menimbulkan motivasi Wajib Pajak untuk melaksanakan

kewajibannya. Menyadari hal itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap Wajib Pajak, yang

menjadi inti pelayanan yang baik tersebut bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Timur adalah pelayanan yang mampu mengantisipasi masalah-masalah yang

(60)

Maka dari itu, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur terus berupaya

untuk peka dan cepat dalam memyelesaikan masalah-masalah yang timbul, tidak

berbelit-belit, dan bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku.

7. Peningkatan Profesionalisme Aparatur Perpajakan

Sebagian Wajib Pajak ada yang memanfaatkan celah-celah kelemahan

Undang-undang perpajakan yang ada atau dengan cara memanfaatkan kelemahan

fiskus. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan kejelian fiskus

untuk mengantisipasi hal tersebut.

8. Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak

Merupakan suatu proses yang berkaitan satu sama lainnya, terutam adalam

hubungannya dengan usaha penegakan Peraturan Perundangan-undangan Perpajakan

yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak akan kewajiban

perpajakannya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan PPh Pasal 21

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Pengawasan yang dilakukkan

tersebut antara lain:

8.1.Pengawasan terhadap pembayaran dan pelaporan pajak setiap bulan (SPT

Masa)

8.2.Pengawasan terhadap Wajib Pajak yang melakukan kegiatan/ transaksi

(61)

8.3.Pengawasan terhadap pembayaran pajak yang dilakukan Wajib Pajak Orang

Pribadi yang berdomisili di jalan-jalan utama yang perkembangan

ekonominya relatif pesat.

C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak

Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Dalam pencapaian suatu tujuan terkadang terdapat hal-hal yang menghambat

dalam pencapaian dari berbagai segi. Selain segi kelemahan juga terdapat hal-hal atau

kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan peningkatan penerimaan PPh Pasal

21 tersebut.

Adapun kendala-kendala yang menghambat dalam pencapaian tujuan tersebut

adalah:

1. Adanya kecendrungan Wajib Pajak menganggap bahwa membayar pajak

merupakan pemborosan atau beban, masih kurangnya kesadaran masyarakat

dalam membayar pajak yang seolah-olah tidak mau tahu akan besarnya pajak

yang terutang yang ditanggung oleh Wajib Pajak itu sendiri sehingga masih

terdapat adanya tunggakan pajak.

2. Usaha yang dijalankan Wajib Pajak sedang dalam kondisi yang buruk

sehingga tidak memungkinkan Wajib Pajak untuk membayar hutang

(62)

3. Masih adanya Pemotong Pajak yang memotong dan melaporkan PPh Pasal 21

tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini karena pemotong

Pajak kurang memahami prosedur penghitungan PPh Pasal 21.

4. Masih adanya pemotong Pajak PPh Psal 21 yang tidak mengetahui tentang

(63)

A.Kesimpulan

Setelah penulis melakukan analisis dan pembahasan di dalam bab-bab

sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur terjadi

peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah wajib pajak pada tahun 2010

yaitu sekitar16,55% atau berjumlah 83.410 WP dari tahun 2009 yang berjumlah

71.560 WP. Dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan lagi sekitar 9,97%

yang berjumlah 91.730 WP. Sedangkan dalam penerimaan SPT, Jumlah SPT

Masa PPh Pasal 21 pada tahun 2011 meningkat sebesar 930 SPT atau sekitar

3,22% dari tahun sebelumnya.

2. Berbagai upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan Pajak

Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

diantaranya:

2.1.Menganalisa SPT yang dilaporkan Wajib Pajak,

2.2.Sanksi Administrasi atas terlambat lapor,

2.3.Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (SPT),

2.4.Mengirim himbauan kepada Pemotong Pajak,

2.5.Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan,

Gambar

Gambar 2.1  Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)  Pratama Medan Timur
Tabel 3.1 Tarif Pajak
Tabel 4.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perkara lain yang paling petama disebut Allah dalam Alquran dari ciri orang bertakwa selain beriman kepada perkara gaib.. Ini sekali lagi

Berdasarkan hasil Finite Element Analysis (FEA) seperti yang diperlihatkan pada gambar 3 dan gambar 4, diperoleh komponen pencacah yang dipakai terdiri atas 14 buah shredder blade

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang persentase ketercapaian penerapan seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke di PT. Jamu Borobudur Semarang

ini adalah membangun sebuah sistem berbasis mobile yang sesuai dengan teori Conten Based Filtering pada sistem operasi Android untuk mencatat data lahan pertanian

Setelah Anda melakukan registrasi Anda akan mendapatkan email notifikasi bahwa Anda mendaftar sebagai member, Setelah itu Anda bisa langsung masuk ke halaman Login

Menurut Undang-undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang

Beneish M-Score dari aspek Days Sales in Receivables Index (DSRI), Gross Margin Index (GMI), Asset Quality Index (AQI), Sales Growth Index (SGI), Depreciation

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan. Jurnal Ekonomi