• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

1. Hubungan Akses media sosial dengan Minat Baca

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan akses media sosial dengan minat baca OMK St. Theresia Lisieux Boro. Hal ini didukung dengan hasil statistik yang menunjukkan nilai sig. sebesar 0,032 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian ini. Dugaan awal peneliti bahwa hubungan akses media sosial OMK St. Theresia Lisieux Boro ditinjau dari minat baca.

Minat baca adalah merupakan hasrat seseorang atau OMK terhadap bacaan, yang mendorong munculnya keinginan dan kemampuan untuk membaca, diikuti oleh kegiatan nyata membaca bacaan yang diminatinya. Minat baca usia remaja sering didominasi berbagai hal yang sifatnya menghibur pilihan jenis buku yang sering mereka konsumsi adalah cerita- cerita hiburan, kemajuan teknologi pun juga tidak kalah pentingnya dalam dominasi penghambat minat baca remaja akibat teknologi yang lebih canggih dan menarik perhatian dan waktu luang mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara akses media sosial dengan minat baca adalah positif, artinya semakin tinggi akses media sosial maka minat baca semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena dengan akses media sosial OMK St. Theresia Lisieux Boro lebih mengetahui tentang berbagai informasi baik nasional maupun internasioanal. Namun kadang informasi yang diperoleh dari media sosial kuang lengkap dan sumbernya kadang tidak jelas sehingga untuk

mendukung informasi tersebut OMK St. Theresia Lisieux Boro menambah pengetahuannya dengan membaca buku. Ketika ada peristiwa atau obyek yang menarik perhatian maka seseorang akan berusaha unuk mencari informasi tersebut secara detail, sehingga mendorong keinginan OMK St. Theresia Lisieux Boro untuk membaca.

Variabel minat baca responden memberikan penilaian tertinggi pada jenis bacaan sehari – hari, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak membaca majalah dan koran. Hal ini disebabkan karena majalah dan koran harganya cenderung lebih murah dan mudah didapat. Majalah dan koran juga memuat berbagai informasi yang dibutuhkan oleh pembacanya, dari berita nasional, internasional, IPTEK, lifestyle, dan lain – lain, sehingga banyak disukai oleh responden. Berita atau informasi dari koran dan majalah responden dapat mengetahui perkembangan media sosial, seperti perkembangan teknologi gadget, dan aplikasi media sosial.

Akses media sering artinya dalam sehari membuka aplikasi media sosial 5 kali atau lebih, frekuensi membuka aplikasi yang semakin tinggi dapat meningkatkan minat baca. Saat ini akses media sosial sangat mudah, bahkan dapat dilakukan dengan gadget. Jaman era globalisai yang sedang berlangsung sekarang ini banyak orang di sekitar kita khsusnya anak remaja memiliki gadget dengan melihat keunggulan gadget yang dipilih. Maksudnya gadget tidak hanya memiliki fungsi untuk berbicara tanpa bertatap muka tetapi juga memiliki fungsi untuk mengakses internet agar

mereka dapat memaksimalkan pemanfaatkan akses media sosial. Jenis media sosial yang digandurungi oleh remaja jaman sekarang adalah WhatsApp, twitter, facebook, line, path, instagram dan bee talk.

2. Hubungan akses media sosial dengan intensitas menonton televisi

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan akses media sosial dengan intensitas menonton televisi OMK St. Theresia Lisieux Boro. Hal ini didukung dengan hasil statistik yang menunjukkan nilai sig. sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian ini. Dugaan awal peneliti bahwa hubungan akses media sosial OMK St. Theresia Lisieux Boro ditinjau dari menonton televisi.

Hubungan antara intensitas menonton televisi dengan akses media sosial pada remaja adalah dengan menonton televisi remaja akan terpengaruh dengan iklan atau tawaran yang disediakan oleh televisi yang berkaitan dengan akses media sosial, misalnya tayangan televisi tentang aplikasi media sosial yang baru dan menarik.

Keberadaan televisi membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja. Tidak dapat dipungkiri semakin banyaknya acara televisi dengan berbagai program dan acara yang menarik membawa akibat bagi remaja karena acara program televisi yang mudah dikonsumsi anak seusia mereka. Bagi anak usia remaja khususnya pelajar menonton televisi bisa dijadikan sebagai sarana belajar, bermain dan juga sebagai pengisi waktu luang. Tapi disisi lain, seharusnya

anak bisa memilih program televisi yang tepat, lamanya waktu yang digunakan menonton televisi secara tepat dan juga membatasi jumlah menonton televisi.

Akses media sosial memberi dampak pada kebiasaan menonton televisi, dengan media sosial frekuensi menonton televisi semakin meningkat, bahkan waktunya semakin lama. Karena media sosial memberikan informasi tentang acara – acara televisi, misalnya acara olahraga, intertaiment, drama dan lain – lain. Kemudahan memperoleh informasi tentang acara televisi membuat remaja menonton televisi lebih dari 5 jam dan acara yang sering dilihat oleh remaja yaitu sinetron dan berita.

Tidak dapat dipungkiri bahwa media elektronik seperti televisi mampu menarik minat remaja untuk berlama – lama menghabiskan waktunya untuk melihat tontonan acara di televisi. Media elektronik merupakan jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film. Namun tidak semua acara di televisi memberikan dampak positif bagi remaja, bahkan beberapa acara televisi membuat remaja memiliki perilaku hedonis.

Akses media sosial dapat meningkatkan kebiasaan menonton televisi semakin meningkat. Lewat media sosial remaja saling bertukar informasi program acara televisi dan intensitas menonton televisi akan semakin tinggi. Menonton televisi dengan sikap yang pasif telah mampu

mempengaruhi seseorang menjadi penonton yang tidak dapat menyaring acara televisi dan akan mengikuti perilaku yang ada dalam televisi tersebut. Salah satu minat sosial yang umum pada remaja adalah menolong orang lain. Remaja berminat menolong remaja lain yang saling merasa tidak dimengerti oleh lingkungan, merasa diperlakukan kurang baik atau merasa tertekan. Proses perkembangan sosial remaja mengalami perkembangan yang semakin luas dari lingkungan keluarga kearah lingkungan sekitar dan akhirnya ke dalam masyarakat yang akan ditempatinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku prososial pada remaja adalah belajar menolong melalui melalui penguatan, efek ganjaran dan hukuman terhadap tindakan menolong dan peniruan, meniru orang lain yang memberikan pertolongan, sehingga banyak remaja yang menyukai acara televisi seperti realty show, dan drama.

3. Hubungan Akses media sosial dengan Perilaku konsumsi

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan akses media sosial dengan perilaku konsumsi OMK St. Theresia Lisieux Boro. Hal ini didukung dengan hasil statistik yang menunjukkan nilai sig. sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal penelitian ini. Dugaan awal peneliti bahwa hubungan akses media sosial OMK St. Theresia Lisieux Boro ditinjau dari perilaku konsumsi.

Akses media sosial memiliki hubungan dengan perilaku konsumsi. Dengan mengakses media sosial maka mereka melakukan tindakan

langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Perilaku yang dilakukan antar konsumen tentu akan beragam sesuai dengan kondisi konsumen, situasi dan kondisi eksternal yang mempengaruhinya.

Melalui media sosial seseorang dapat mendapatkan barang atau jasa dengan mudah, karena saat ini banyak penjualan barang/jasa melalui online shop, sehingga memudahkan pembeli untuk mendapatkan barang yang diinginkan tanpa harus datang secara langsung, kemudahan ini meningkatkan perilaku konsumtif.

Penilaian remaja tertinggi variabel perilkau konsumsi adalah pada indikator menggunakan provider untuk gadget dengan melihat terjangkaunya tarif yang berlaku, hal ini menunjukkan bahwa selama ini remaja menggunakan gadget untuk akses media sosial, saat ini perkembangan gadget sangat pesat dan fasilitas yang ditawarkan juga sangat lengkap. Aplikasi di media sosial dapat dengan mudah dibuka melalui gadget. Kemudahan mengakses media sosial akan berdampak pada perilaku konsumsi remaja. Melalui aplikasi media sosial seperti BBM, facebook, instagram, twitter, maupun whatsapp seseorang dapat mengiklankan produknya dengan mudah, sehingga remaja mudah tertarik untuk melakukan pembelian, bahkan penjualan melalui aplikasi media sosial juga menawarkan berbagai penawaran menarik seperti diskon,

keanggotaan/member, bebas biaya kirim dan lain – lain, sehingga dapat meningkatkan perilaku konsumtif remaja.

Online shop menawarkan barang atau produk dari berbagai merek, sehingga memudahkan remaja untuk mendapatkan produk sesuai merek yang diinginkan. Menurut Kotler (2006:177) perilaku pembelian konsumen yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen yang rendah tetapi dengan anggapan perbedaan merek yang signifikan.Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan.Jadi dalam perilaku ini, merek bukan merupakan suatu yang mutlak.Perilaku pembeli yang mencari keragaman biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harganya murah dan konsumen sering mencoba merek- merek baru.

Akses media sosial juga memberi dampak pada perilaku konsumsi termasuk gaya hidup. Gaya hidup seseorang menunjukan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumsi remaja termasuk cukup rasional, artinya remaja pada saat tertentu dapat mengontrol keinginan atau minatnya terhadap suatu produk, akan tetapi remaja kadang juga tidak bisa mengontrol dirinya untuk membeli barang – barang yang kurang dibutuhkan. Perilaku konsumen rasional jika mau melakukan pembelian memperhatikan barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen, barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen, dan membeli barang sesuai kemampuan.

Remaja yang sering akses media sosial cenderung memiliki lingkungan sosial yang luas khususnya pertemanan di dunia maya, sehingga mereka cenderung saling bertukar informasi termasuk tentang produk atau barang terbaru sehingga keinginan untuk melakukan pembelian semakin meningkat, dan perilaku konsumtif remaja juga mengalami peningkatan.

Remaja OMK St. Theresia Lisieux Boro mayoritas orang tuanya adalah petani, sehingga pendapatan orang tua cenderung rendah atau kecil dan uang saku yang diterima remaja OMK St. Theresia Lisieux Boro juga kecil. Remaja yang memiliki uang saku rendah akan menggunakan dan memanfaatkan uang saku sebaik mungkin, agar kebutuhannya tercukupi, sehingga sikap mereka cenderung rasional dalam berbelanja. Namun ada juga remaja yang termotivasi untuk membeli barang/produk setelah akses media sosial jika ada diskon, cash back, promo dan lain – lain. Potongan harga dapat menarik minat remaja untuk membeli karena dengan adanya potongan harga maka remaja dapat membeli produk lain dari sisa uangnya. Status sosial ekonomi orang tua yang rendah seharusnya remaja memiliki perilaku konsumsi yang baik atau rasional, namun sekarang ini akibat cepatnya perkembangan sosial media akan berdampak pada perilaku remaja, khususnya perilaku konsumtif. Remaja akan meniru model/style tokoh idola, dan teman dalam berpenampilan sehari – hari, tentunya hal ini akan berdampak pada perilaku konsumtif remaja. Hal ini sejalan dengan teori demonstration effect. Efek peniruan (demonstration effect) adalah

berubahnya pola konsumsi masyarakat bawah menjadi lebih konsumtif dari yang seharusnya, karena terpengaruh oleh perilaku konsumsi kelompok masyarakat yang sudah kaya dan berpenghasilan tinggi. Misalnya, remaja OMK St. Theresia Lisieux Boro yang belum berpenghasilan ketika pergi perkotaan akan membeli barang atau makan di cafe agar terlihat sama dengan idola atau teman sebayanya.

Dokumen terkait