• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

Setiap manusia mempunyai sikap penerimaan yang berbeda-beda. Penerimaan akan di peroleh individu apabila telah melalui beberapa tahapan yang sulit dan hanya individu itu sendiri yang dapat menyelesaikan permasalahannya. Pada prosesnya, Kubler-ross mengatakan individu akan melewati masa penolakan terhadap kenyataan, kemarahan, proses tawar-menawar, berduka, dan akhirnya mencapai pada penerimaan. Seringkali, individu akan mengalami beberapa langkah berulang-ulang. Seorang individu tidak seharusnya memaksakan proses yang dilaui, Proses duka adalah hal yang sangat personal dan sebaiknya tidak dipercepat (atau diperpanjang). Kebanyakan orang tidak siap menghadapi duka, karena seringkali, tragedi terjadi begitu cepat, dan tanpa peringatan. Individu harus bekerja keras melalui proses tersebut hingga akhirnya sampai pada tahap Penerimaan.

Didukung dengan fase-fase yang diungkapkan Engel (1964) tidak jauh berbeda dengan lima tahapan yang di kemukakan oleh Kubler- ross. Fase pertama seseorang yang kehilangan akan melakukan

penolakan dengan kenyataan dan menunjukkan sikap yang negatif terhadap perilaku sehari-hari, kemudian pada fase kedua individu mulai menyadari keterpurukannya dan kemudian individu mengalami pikiran kosong pada fase ketiga. Fase keempat individu menekan seluruh perasaan negatif yang muncul hingga mencapailah individu pada fase penerimaan.

Pada kedua subjek yang di temukan oleh peneliti, subjek pertama (DK) mengalami masa yang hampir sama dengan subjek yang kedua (SG), hanya saja, pada subjek kedua tidak melewati tahapan depresi. Kedua subjek mengalami pertentangan yang hebat ketika di hadapkan dengan keadaan yang memaksa subjek menerima kehadiran ayah tiri. Menurut Lederer, pada anak yang mempunyai ayah meninggal pengaruh negatif pada anak akan terlihat menonjol. Akan terlihat lebih jelas pada anak laki-laki di bandingkan dengan anak perempuan, tetapi apabila anak perempuan sudah menginjak remaja, maka terlihat pengaruh ketidakmampuan anak perempuan untuk bergaul dengan anak laki-laki.

Tujuan masing-masing ibu subjek memiliki kesamaan pada sebab- sebab alasan menikah lagi yaitu untuk meringankan keadaan ekonomi keluarga yang menipis setelah suami meninggal, dan dengan tujuan untuk kesejahteraan kehidupan bermasyarakat.

Untuk sampai pada tahapan penerimaan subjek akan melalui beberapa tahapan seperti yang telah di kemukakan oleh Kubler-rosse dkk, pada penelitian ini, peneliti menemukan tahapan pertama yaitu subjek melakukan penolakan terhadap permintaan ibu untuk menikah lagi. Sebuah tahapan dimana subjek melakukan pertahanan sementara agar pernikahan tidak terjadi dan posisi ayah tidak tergantikan dengan orang lain. Namun perasaan yang di alami subjek diganti dengan kesadaran yang tinggi dari dirinya sendiri ketika subjek dihadapkan dengan pertimbangan penjelasan dari keluarga, keadaan perekonomian keluarga, pentingnya peran seorang ayah di masyarakat, dan kekhawatiran mengenai kehidupan ibu subjek dan adiknya nantinya.

Tahapan selanjutnya adalah bargainning (tawar-menawar) Tahap ketiga ini melibatkan harapan bahwa entah bagaimana individu dapat menunda sesuatu. Pada tahapan ini individu bernegoisasi untuk kehidupan yang lebih panjang dengan mempertimbangkan informasi- informasi yang di dapatkan. Biasanya, negosiasi ini diperpanjang dengan kekuatan yang lebih besar dalam pertukaran gaya hidup. Ketika ibu subjek dan keluarga memberikan banyak penjelasan dan banyak pengertian tentang baiknya mempunyai ayah lagi, pada titik inilah subjek menemukan pertentangan yang hebat dalam dirinya, pada satu sisi subjek yang masih tak menyukai sosok ayah tiri subjek, pada sisi lain, ibu dan adik subjek sudah bisa menerima dan subjek dapat melihat kedekatan ibu dan adiknya kepada ayah tiri. Pada proses ini

subjek mempertimbangkan dengan keadaan yang sekarang dan subjek mencoba untuk menerima dan pasrah akan ketentuan Tuhan yang telah mengambil ayah kandungnya dan menggantikan dengan ayah tiri yang sama sekali tidak di kenal subjek. Proses inilah subjek mengalami tahapan tawar-menawar untuk membuka kehidupan barunya dengan ayah tiri.

Dalam perjalanan subjek melawati hari di kehidupan bersama dengan keluarga dan anggota yang baru, subjek mulai memahami kenyataan-kenyataan yang harus dihadapi subjek. Ketika inilah subjek sampai pada tahap depression (depresi) Selama tahap keempat ini, individu mulai memahami kepastian, karena hal inilah individu mungkin menjadi lebih banyak diam, menolak orang lain dan menghabiskan banyak waktu untuk menangis dan berduka. Proses ini memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari rasa cinta dan kasih sayang. Pada tahapan ini, hanya subjek pertama yang melalui dan subjek kedua tidak melaluinya. Ketika peristiwa ini terjadi, subjek pertama menjadi lebih banyak diam dan tidak menghiraukan keadaan di sekitarnya. Subjek memilih menyendiri untuk menangis dan berduka karena dirasa dengan cara ini lah subjek akan melepaskan sebua beban kehidupan yang di rasa berat dan subjek akan dengan siap penerima keadaan yang baru. Berbeda dengan subjek kedua, subjek kedua hanya merenungkan dan menjadikan hari-harinya bermain dengan teman karena dengan hal itu subjek kedua merasa tidak

mempunyai beban hidup. Karena berdasarkan ungkapan pada teori Kubler-rosse individu membutuhkan proses ketika berduka dan pada tahapan depresi ini individu akan melepaskan semua perasaan yang ada.

Setelah subjek melewati masa-masa kesedihan selama satu tahun lebih, kedua subjek mendapatkan kehidupan yang sebenarnya. Subjek mulai hadir dalam kehidupan dengan kedamaian dan rasa cinta. Subjek mulai menerima keadaan keluarga dan subjek menerima hadirnya ayah tiri subjek di dalam keluarga. Individu mulai menerima kenyataan- kenyataan yang terjadi di dalam hidupnya. Pada keadaan inilah individu mencapai tahap acceptance (penerimaan) Pada tahapan ini, individu mulai hadir dengan kedamaian dan rasa cinta. Individu mulai menerima kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam hidupnya.

BAB V

PENUTUP

Pada bagian ini akan di sampaikan hasil-hasil pokok penelitian yang merupakan hasil kesimpulan penelitian, serta saran-saran atau rekomendasi yang diajukan.

A. Kesimpulan

Penerimaan adalah sikap seseorang yang menerima orang lain apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan ataupun penilaian. Penerimaan anak akan kehadiran ayah tiri dalam keluarga memberikan tantangan kehidupan bagi anak yang memiliki kehidupan sulit dalam keluarga. anak dihadapkan pada kondisi dimana anak harus memutuskan dan menerima keadaan hidupnya secara positif.

Sesuai dengan fokus penelitian yang digunakan sebagai dasar untuk penelitian terdapat beberapa tahapan sehingga sampai pada penerimaan.

1. Pada subjek pertama yaitu DK mengalami beberapa proses tahapan yang cukup banyak hingga sampai pada penerimaan yaitu berawal dari penolakan, marah, pertimbangan/tawar menawar, depresi dan sampai pada tahapan penerimaan. DK menerima kehadiran ayah tiri dengan keterpaksaan dan kerelaan demi ibu kandung dan

adik DK. Sebab-sebab DK menerima kehadiran ayah tiri dalam keluarga adalah karena DK menganggap pernikahan yang telah terjadi hanya untuk meringankan keadaan ekonomi keluarga serta peran ayah tiri DK hanya sebagai pelengkap dalam kehidupan masyarakat.

2. Sedangkan pada subjek kedua, SG mencapai pada penerimaan dengan melalui beberapa tahapan yaitu melalui tahapan penolakan dan marah terhadap pernikahan kedua ibu kandung, mempertimbangkan (bargainning) akan kehadiran ayah tiri dan ibu berada pada posisi sebagai istri kedua, dan sampai pada tahapan penerimaan. Sebab-sebab SG menerima kehadiran ayah tiri dalam keluarga adalah atas dasar kasih sayang dan rasa kasihan SG kepada ibu kandung dan adik-adiknya.

B. Saran

Sebagai akhir dari laporan penelitian ini, akan di sampaikan atau direkomendasikan yang ditujukan untuk:

1. DK dan SG sebagai subjek penelitian, agar apabila mengambil sebuah keputusan hendaknya mempertimbangkan dengan keadaan diri dan juga keluarga. Kerelaan hati dan kepedulian terhadap orang tua dan keluarga adalah suatu hal yang mulia dan pasti akan mendapatkan kepuasan tersendiri di dalamnya. Serta mencoba

untuk menganggap berharga seorang ayah baik ayah kandung maupun ayah tiri yang ada di dalam keluarga karena ayah memiliki peran yang besar dan berharga di dalam keluarga.

2. Keluarga yang memiliki saudara, teman, ataupun tetangga yang memiliki latarbelakang seperti yang dialami DK dan SG agar selalu di berikan dukungan yang positif, agar mereka menjadi pribadi yang positif, bangkit dari keadaan yang terpuruk. Juga di berikan motivasi dan pemahaman bahwa sikap nenerima dengan kerelaan hati akan berbuah positif dan Tuhan akan memberikan balasan tersendiri terhadap kebesaran hati untuk menerima orang lain. 3. Pada peneliti selanjutnya:

a. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tahapan penerimaan dan sebab-sebab penerimaan oleh anak terhadap kehadiran ayah tiri dalam keluarga. oeh sebab itu perlu dilakukan penekanan terhadap observasi partisipan dan observasi tidak terstruktur, agar tidak hanya mendapatkan informasi dari wawancara kepada partisipan dan significant other.

b. Apabila penelitian ini dilanjutkan, di sarankan pada peneliti selanjutnya untuk memilih metode penelitian kualitatif fenomenologi agar penelitian yang di peroleh lebih menarik untuk dijadikan sebagai penelitian dan bahan acuan.

c. Apabila penelitian menggunakan metode study kasus dalam pengambilan subjek penelitian sebaiknya satu orang partisipan dan terdiri dari beberapa informan

DAFTAR PUSTAKA

Biller, H. B. (1993). Fathers and families: Paternal factors in child development. Westport, CT: Auburn House

Claire, 2008. Step Parenting, Journal of Divorce Australian Institude of Family vol 13, 121-144

Dagun, M. S. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta

Desmita. (2012), Psikologi Perkembangan, penerbit: PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Dorothy (1995) “When Your Father Remarries. red e-book

Francessa (2004) implication of remarriage and step family formation for mariage education, Proquest Nursing. Vol 53 no 5. Family Relation Gunarsa, 1995 Psikologi praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga, Jakarta:

Gunung Mulia

Gunarsa, S. D. 2003. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia Hadi, S. (2001). Metodologi research. Jilid 2. Yogyakarta: Andi

Hasan, Aliah B. Purwakania (2006), Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Herdiasyah, H. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Salemba Humanika

Hidayat, Komaruddin (2006), Psikologi Kematian. Bandung: Mizan.

Hurlock, Elizabeth. (1990), Psikologi Perkembangan edisi kelima, Jakarta: Erlangga

Kartono, (1986), Psikologi Anak. Jakarta: Mandar Maju

Kosasih, (2009), Gambaran Penyesuaian Diri Anak Terhadap Ayah Tiri, Skripsi. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

Latipun, (1999), Kesehatan Mental, UMM Press, Universitas Muhammadiyah Malang

Lutz, P. (1983). The stepfamily: An adolescent perspective. Family Relations, 32, 367-375.

Moleong, L (2006). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Monk, J. F., Knoers, P. M. 2006. Psikologi Perkembangan (Pengantar Dalam

Berbagai Bagianya). Yogyakarta : Gajah Mada University Press Myrna 2006 Nexters and the Futures: The Effect of Economic, Cultural,

Behavioral, Educational, Environmental, and Social Perceptions. Capella University

Nazir, (1996) self esteem for adolences: a comparison of monogamous and poly gamous family. Jurnal psikologi Pakistan, vol 11 no 1-2 University of Peshawar Pakistan

Poerwandari. K. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Pruett, R., Calsyn, R., & Jensen, F. (1993). Social support received by children in stepmother, stepfather, and intact families. Journal of Divorce and Remarriage, 19(3-4), 165-179.

Richard, A. (2000) Remarriage As A Trigger Of Parental Alienation Syndrome, the American Journal of Family Therapy, 28:229-241, Santrock, J. W. (2003) Perkembangan Remaja . Jakarta: Erlangga

Santrock, Jhon. W ( Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup. Jilid II Erlangga

Sari,I.P.& Aulia & Prasetya.B.(skripsi Tidak di terbitkan). Grief Pada Remaja Pasca Kematian Ayah. Fakultas Psikologi,Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang

Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta : Kanisius

Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Suhriana (2011) Pola Relasi Anak Dengan Ibu Tiri Dan Implikasinya

Sundari & Herdajani (2013) Dampak Fatherless Terhadap Perkembangan Psikologis Anak: jurnal parenting, Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI

Visher, E. B., & Visher, J. S. (1979). Stepfamilies: A guide to working with stepparents and stepchildren. New York: Brunner/Mazel

Vita, 2007. Peran ayah dalam pengasuhan Anak. (http://www.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=82. diakses pada tanggal 28 Februari 2008.

Wichard, (1998)Factors that contribute to satisfaction or dissatisfaction in stepfather-stepchild relationships vol 34 no 2, prespectives in psichiatric care

Dokumen terkait