• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

F. Pembahasan

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui perbedaan perilaku seksual sebelum menikah pada generasi X dan generasi Y. Penelitian ini di lakukan di Gunungkidul, Yogyakarta pada 50 responden generasi X dengan rentang usia 39-51 tahun dan 50 responden generasi Y dengan rentang usia 17-18 tahun. Hasil uji hipotesis Independent Sample T-Test pada penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) yang didapatkan adalah 0,315 (> 0,05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara perilaku seksual sebelum menikah pada generasi X dan generasi Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa

Tabel 12. Tabel Independent Sample Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper PRE MARI TAL SEXU AL Equal variances assumed 2.887 .092 -1.009 98 .315 -1.74000 1.72438 -5.16198 1.68198 Equal variances not assumed -1.009 96.349 .315 -1.74000 1.72438 -5.16271 1.68271

46

perbedaan generasi tidak dapat menjadi prediktor terhadap perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja jaman dahulu dengan remaja pada masa kini.

Hasil analisis dalam penelitian ini tidak sesuai dengan Data BKKN tahun 2014 (http://www.bkkbn.go.id) yang menunjukkan bahwa 48-50 % perempuan hamil di luar pernikahan adalah remaja dimana hal tersebut mengindikasikan bahwa perilaku seksual sebelum pernikahan pada remaja masa kini cenderung tinggi.

Studi mengenai tingkat permisif dalam hal seksualitas pada remaja menjadi topik yang cukup popular diteliti pada ranah psikologi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sprecher & Hatfiled (1996) pada 1043 pemuda di Amerika, 401 pemuda Rusia dan 223 pemuda di Jepang, menunjukkan bahwa tingkat permisif terhadap seksualitas dipengaruhi oleh budaya dan jenis kelamin. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa budaya barat lebih permisif terhadap seksualitas (Sprecher & Hatfiled, 1996) dan jenis kelamin laki-laki lebih terbuka dibanding laki-laki perempuan (Sprecher & Hatfiled, 1996). Hal senada ditemukan pada penelitian yang dilakukan pada remaja di India. Penelitian dilakukan pada 583 laki-laki dan 475 perempuan dengan usia 15-19 tahun. Hasilnya menunjukkan tingkat premarital seksual pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat premarital seksual pada perempuan (Jaya & Hindin, 2009).

Peneliti melihat bahwa kegagalan hipotesis disebabkan karena penelitian ini dilakukan pada remaja dengan latar belakang konteks budaya timur, dimana perilaku seksual sebelum menikah merupakan perilaku yang masih menjadi hal yang tabu dan perilaku yang tidak diinginkan (social undesirable). Melalui

47

hasil pengamatan ketika peneliti mengambil data penelitian, peneliti menemukan cukup banyak subjek yang memberikan respon negatif ketika mengisi skala pada subjek generasi X maupun generasi Y. Ekspresi mereka menunjukkan bahwa mereka enggan untuk memberikan jawaban jujur karena malu dan menganggap hal tersebut tidak pantas, terlebih pada generasi Y yang pada saat mengisi skala di tunggu oleh peneliti dan guru kelas. Hal ini mengakibatkan ada bebeberapa subjek yang menjawab dengan tidak jujur dan cenderung mengarah pada jawaban yang sesuai dengan norma masyarakat, sehingga hasil data penelitian yang diperoleh belum tentu menunjukkan kondisi atau situasi yang sesungguhnya.

Kejadian serupa ternyata juga dialami oleh peneliti lain yang melakukan penelitian terkait perilaku seksual. Faturohman (2003) menyebutkan bahwa perilaku seksual sebelum menikah baik pada budaya barat maupun pada budaya timur merupakan hal yang umum terjadi pada bebarapa tahun belakangan ini. Perbedaannya terletak pada tingkat pengalaman. Remaja pada budaya barat memiliki pengalaman lebih banyak jika dibandingkan dengan remaja pada budaya timur, sedangkan remaja di Negara timur mengalami permasalahan yang lebih tinggi berkaitan dengan perilaku seksual pranikah. Hal itu dikarenakan remaja dengan budaya timur mengalami masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, permasalahan norma, agama, moral dan dilema sosial. Meskipun sudah disebutkan sebagai isu yang umum, akan tetapi remaja budaya timur mengalami kendala untuk menceritakan secara jujur mengenai pengalaman seksualitasnya, karena pengalaman seksualitas sebelum menikah disebutkan sebagai perilaku tidak bermoral dan tidak dinginkan

48

(social undesirable). Berdasarkan paparan tersebut di atas, peneliti menduga isu seksualitas dalam konteks penelitian memiliki kesulitan untuk diungkap, termasuk pada penelitian ini yang hanya melakukan pengambilan data melalui skala saja.

Peneliti melihat bahwa pembobotan skor yang tidak berjenjang pada masing-masing indikator dalam kedua aspek juga menjadi salah satu penyebab kegagalan hipotesis. Hal itu dikarenakan hasil akhir skoring menjadi tidak seimbang karena pada masing-masing indikator memiliki nilai yang sama. Selain itu, peneliti juga melihat bahwa pada beberapa item pernyataan yang dipakai dalam skala juga tidak sesuai dengan keadaan yang dialami oleh generasi X pada saat masih remaja, seperti menyimpan pornografi di laptop atau handphone dimana hal tersebut belum dialami oleh generasi X pada masa remaja.

Disisi lain, dari tabel 9 dapat diketahui bahwa auto-erotic behavior, yaitu perilaku seksual yang dilakukan sendiri pada generasi Y memiliki rerata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada auto-erotic behavior pada generasi X, meskipun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku seksual pranikah pada generasi X dan Y, akan tetapi berdasarkan bentuk perilaku seksual pranikah pada generasi X dan generasi Y terjadi pergeseran dimana auto-erotic behavior lebih familiar bagi generasi Y. Steinberg (2002) menyebutkan bahwa membaca buku, gambar-gambar porno atau melihat pornografi di internet memberikan stimulasi untuk melakukan auto-erotic behavior. Hal tersebut menguatkan hasil temuan pada penelitian ini

49

bahwa pada generasi Y, tingkat auto-erotic behavior lebih tinggi dibandingkan pada kelompok generasi X.

Peneliti berasumsi bahwa remaja saat ini lebih permisif terhadap perilaku premarital seksual dikarenakan paparan media massa seperti internet. Hal ini dikuatkan oleh penelitian Sherman dalam Kendall (2007) yang mengatakan bahwa materi pornografi dapat diakses secara individu pada komputer pribadi di rumah. Sementara itu, media pribadi seperti internet komputer masuk ke Indonesia tahun 1990an. Artinya, generasi Y sudah menikmati media internet di komputer sejak tahun 90-an (www.wikipedia.org). Hal tersebut menunjukkan bahwa internet merupakan media yang sangat familiar dan memiliki pengaruh bagi remaja pada genarasi Y.

Disisi lain, menurut kajian studi literatur yang dilakukan oleh seorang peneliti, diketahui secara epidemik penyakit HIV/AIDS muncul pada generasi X kira-kira tahun 1950-an. (Alkond & Alkond, 2001). Berdasarkan fenomena tersebut, mengindikasikan bahwa perilaku seksual di luar pernikahan sudah umum terjadi pada generasi X. Artinya, tidak adanya perbedaan antara perilaku seksual pranikah antara generasi X dan generasi Y dikarenakan pada gerenasi X, perilaku seksual pranikah sudah biasa terjadi. Hal itu terlihat dari tabel 5 dan tabel 7 dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa remaja rentan terlibat perilaku seksual tidak terbatas pada rentang usia atau tingkat pendidikan tertentu. Artinya, bahwa seiring bertambahnya pengetahuan juga tidak membuat seseorang terhindar dari perilaku seksual pranikah (Purwanto, 2015). Namun, hal yang membedakan antara kedua fenomena tersebut adalah tingkat paparan publikasi informasi. Pada generasi Y, paparan media informasi

50

seperti internet dan media massa mempermudah dan mempercepat akses informasi mengenai perilaku seksual sebelum pernikahan pada remaja dengan kata lain internet bukan sebagai media paparan konten seksual melainkan sebagai media paparan publikasi informasi.

Dokumen terkait