• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PERILAKU PREMARITAL SEKSUAL PADA REMAJA GENERASI X DAN GENERASI Y

Pramundika Tungga Dewi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y. Subjek penelitian ini adalah 50 responden berusia 39-51 tahun dan 50 responden berusia 17-18 tahun. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposif sampling. Metode dalam pengumpulan data menggunakan skala. Skala yang digunakan skala tunggal yaitu skala perilaku seksual. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas pada skala diperoleh 52 item valid dengan koefiensi alpha cronbach

sebesar 0,970. Data penelitian dianalisis menggunakan

Independent Sample t-test menunjukkan bahwa nilai signifikan yang didapatkan ,0315 (> 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y.

(2)

THE DIFFERENCES PRE-MARITAL SEXUAL BEHAVIOR IN ADOLESCENTS GENERATION X AND GENERATION Y

Pramundika Tungga Dewi

Abstrack

This research aims to test differences pre-marital sexual behavior in adolescents generation X and generation Y. The subject of this study is 50 respondents, aged 39-51 years old and 50 respondents aged 17-18 years old. The data was collected in purposive sampling. The scale used in this research is premarital sexual scale for adolesent, developed by the researcher. The scale is consist of 52 item with coeficient validity, alpha cronbach 0.970. The analize of te data using independent sample t-test. And, the result of this study show significant 0,315 (p= >0.05). This study show that there is no difference

between Generation x & Generation Y in adolescent’s pre -marital sexual behavior.

(3)

i

PERBEDAAN PERILAKU PREMARITAL SEKSUAL

PADA REMAJA GENERASI X DAN GENERASI Y

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

PRAMUNDIKA TUNGGA DEWI 119114129

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

- Hidup ini bagaikan skripsi,

banyak bab dan revisi yang harus dilewati. Tapi akan selalu berakhir indah,

bagi yang pantang menyerah ( Alitt Susanto )

- Every morning you have two choices :

continue to sleep with dreams or.. wake up and chase your dreams ! and the choice is yours..

- Semua perempuan harus punya kecerdasan.

Karena dunia terlalu keras jika hanya mengandalkan kecantikan. Dipuji karena cantik memang menyenangkan,

tetapi dikagumi karena prestasi jauh lebih membanggakan.

- Wanita berpendidikan tinggi

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Bapak Ibuku tercinta..

Adikku yang tersayang..

Teman-teman yang ku kasihi..

(8)
(9)

vii

PERBEDAAN PERILAKU PREMARITAL SEKSUAL PADA REMAJA GENERASI X DAN GENERASI Y

Pramundika Tungga Dewi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y. Subjek penelitian ini adalah 50 responden berusia 39-51 tahun dan 50 responden berusia 17-18 tahun. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposif sampling. Metode dalam pengumpulan data menggunakan skala. Skala yang digunakan skala tunggal yaitu skala perilaku seksual. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas pada skala diperoleh 52 item valid dengan koefiensi alpha cronbach sebesar 0,970. Data penelitian dianalisis menggunakan Independent Sample t-test

menunjukkan bahwa nilai signifikan yang didapatkan ,0315 (> 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y.

(10)

viii

THE DIFFERENCES PRE-MARITAL SEXUAL BEHAVIOR IN ADOLESCENTS GENERATION X AND GENERATION Y

Pramundika Tungga Dewi

Abstrack

This research aims to test differences pre-marital sexual behavior in adolescents generation X and generation Y. The subject of this study is 50 respondents, aged 39-51 years old and 50 respondents aged 17-18 years old. The data was collected in purposive sampling. The scale used in this research is premarital sexual scale for adolesent, developed by the researcher. The scale is consist of 52 item with coeficient validity, alpha cronbach 0.970. The analize of te data using independent sample t-test. And, the result of this study show significant 0,315 (p= >0.05). This study show that there is no difference between Generation x & Generation Y in adolescent’s pre-marital sexual behavior.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Ridho, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya

dengan judul PERBEDAAN PERILAKU PREMARITAL SEKSUAL PADA REMAJA

GENERASI X DAN GENERASI Y. Karena tanpa campur tangan-Nya penulis tidak

dapat menyelesaikan skripsi ini dan tidak dapat mewujudkan cita dan cinta dalam hidup

ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidaklah sendiri, melaikankan

banyak pihak yang turut serta dan terlibat serta meluangkan waktunya untuk membantu,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Kasih yang terus memberikan kekuatan dan karunia-Nya, yang tak akan pernah lelah membimbing setiap langkah kehidupanku,

menguatkan aku untuk berjuang dan menyadarkan bahwa aku tidak pernah

sendirian.

2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(13)

xi

5. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M, M..Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih banyak telah membimbing, mendukung, dan mengarahkan selama

proses pengerjaan skripsi. Terimakasih juga untuk ide, waktu, masukan dan

saran yang sangat bermanfaat dan berarti sehingga penulis mampu

menyelesaian skripsi ini.

6. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Si., selaku Penguji Skripsi 2. Terimakasih atas segala saran dan masukan yang sangat berguna bagi kelengkapan skripsi ini.

7. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Penguji Skripsi 3. Terimakasih atas segala saran dan masukan yang sangat berguna bagi kelengkapan skripsi ini.

8. Para Dosen Psikologi yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, terimakasih untuk ilmu yang sudah diberikan dan segala masukan serta bimbingannya

selama proses perkuliahan.

9. Para Staf Sekretariat dan Lab Psikologi yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam melayani

kepentingan mahasiswa dan juga kelancaran studi selama ini.

10.Agus Riyanto dan Agustin S. Dewi, Bapak Ibuku tercinta yang telah dengan sabar mendorongku, membimbingku, mendampingiku serta senantiasa tidak

pernah lelah mendoakanku sampai saat ini. Terimakasih untuk segala

sesuatunya, maafkan kalau sudah membuat menunggu terlalu lama dan

menghabiskan banyak waktu dan materi. Tapi inilah hasil perjuanganku, karya

kecil sederhana yang tidak sempurna, tetapi ini aku persembahkan untuk bapak

dan ibu.

(14)

xii

12.Tabita Ardi Primasari, “my angel” yang sudah menjadi guru, kakak, sekaligus sahabat yang menemaniku dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada,

Thanks for your love and everything to me”.

13.Kak Nicolaus Adi, teman pramuka seperjuangan yang sudah membantu dan mendampingi dalam pengerjaan skripsi, terimakasih untuk waktu-waktu yang

sudah diberikan. Terimakasih untuk segala perhatian, bantuan, dukungan,

pengertian, serta kesabarannya selama ini.

14.Pak Muryanta - Bu Muryanti, dan Bu Tri Kundari yang sudah mau di repotkan dalam menyebar skala penelitian. Doa, dukungan, dan semangat dari

kalian sangat berarti untuk kelancaran skripsi ini.

15.Saudara-saudara yang setiap waktu nanyain “kapan lulus?”, “sampai mana

sekarang?”, terimakasih juga untuk kalian semua, pertanyaan kalian menjadi

motivasi tersendiri untukku dalam menyelesaikan skripsi.

16.Raratiaraayu yang sudah menjadi sahabat dekatku kurang lebih 8 tahun ini. Makasih udah mau bantuin dan direpotin setiap aku butuh bantuan. Semoga

persahabatan kita awet sampai tuak yaa :’D

17.Mba Intun dan Maria Komar sahabat pertamaku dibangku kuliah, kita ngga lengkap kalo ngga bertiga kemana-mana, miss you all:’)

18.Buat teman-teman seperjuanganku Nina, Lindut, Rintan, Woro, dan Butet

yang selalu memberikan semangat, dorongan, kebersamaan selama ini serta doa

dalam menggapai angan, cita dan cinta. Makasih ya kalian udah jadi sahabatku.

(15)
(16)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

(17)

xv

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Remaja ... 9

1. Pengertian Remaja ... 9

2. Aspek Aspek Perkembangan Remaja ... 10

3. Remaja dan Perilaku Seksual ... 12

B. Perilaku Premarital Seksual ... 13

1. Pengertian Perilaku Premarital Seksual ... 13

2. Bentuk-bentuk Premarital Seksual ... 14

3. Faktor-faktor Penyebab ... 18

4. Dampak Perilaku Premarital Seksual ... 20

C. Generasi X ... 21

D. Generasi Y ... 22

E. Dinamika Perbedaan Perilaku Premarital Seksual Pada Remaja Generasi X Dan Generasi Y ... 24

F. Bagan Kerangka Penelitian ... 26

G. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 27

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27

1. Perilaku Premarital Seksual ... 27

2. Generasi X ... 28

(18)

xvi

D. Subjek Penelitian ... 28

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 30

1. Metode... 30

2. Alat Pengumpulan Data ... 30

G. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 33

1. Validitas ... 33

2. Reliabilitas ... 33

H. Metode Analisis Data ... 34

1. Uji Asumsi ... 34

2. Uji Hipotesis ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Persiapan Penelitian ... 36

B. Pelaksanaan Penelitian ... 37

C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 38

D. Deskripsi Data Penelitian ... 39

E. Hasil Penelitian ... 41

1. Uji Asumsi ... 41

2. Uji Hipotesis ... 42

F. Pembahasan ... 44

(19)

xvii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Penilaian Skala Premarital Seksual ... 31

Tabel 2. Blue Print Skala Perilaku Seksual Sebelum Uji Coba ... 32

Tabel 3. Blue Print Skala Perilaku Seksual Sesudah Uji Coba ... 32

Tabel 4. Interpretasi Reliabilitas ... 34

Tabel 5. Deskripsi Rentang Usia Subjek Penelitian ... 39

Tabel 6. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 39

Tabel 7. Deskripsi Pendidikan Terakhir Subjek Penelitian ... 39

Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian mean empirik teoritik ... 40

Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian ... 41

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 42

Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas ... 43

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ... 57

Lampiran 2. Data Desktiptif ... 66

Lampiran 3. Reliabilitas ... 67

Lampiran 4. Hasil Penelitian ... 71

Lampiran 5. Uji Normalitas ... 72

Lampiran 6. Uji Homogenitas ... 73

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Era globalisasi yang digerakkan oleh kemajuan teknologi mampu meningkatkan

konektivitas antar manusia menjadi lebih mudah dan mempercepat penyebaran ide,

informasi dan persepsi yang hasilnya mampu membawa perubahan sosial dan budaya

secara luas (WHO, 2014). Secara serentak, saat ini generasi muda dihadapkan pada

perubahan norma sosial yang begitu cepat dan secara intensif mendapat stimulasi

seksual melalui internet dan media massa. Hal itu berpengaruh terhadap sikap, perilaku

dan norma seksual remaja yang berevolusi pada kebebasan (Tangmunkongvoraklu,

Kane, Welling dalam J., Peter, & Valkenburg, 2011).

Remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan

godaan yang tampaknya lebih banyak dan kompleks ketimbang yang dihadapi remaja

generasi yang lalu (Feldman & Elliot dalam Santrock, 2002). Remaja mengalami masa

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana masalah-masalah akan

muncul dalam kehidupan mereka. Masalah yang sering dialami oleh remaja pada masa

peralihan adalah masalah seputar seksualitas, terutama seks pranikah. Seks pranikah

merupakan salah satu fenomena yang kian hari makin marak di kalangan remaja dan

semakin memprihatinkan (Twenge, dkk, 2015).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan seks pranikah remaja membawa

dampak dalam berbagai aspek, yaitu secara fisik misalnya tertularnya penyakit menular,

kehamilan yang bila digugurkan bisa membawa risiko fisik, rusaknya selaput dara pada

wanita (hilangnya kegadisan) yang dalam budaya timur menimbulkan masalah

(23)

2

sorotan masyarakat. Selain itu, muncul juga efek sosial seperti keterpaksaan menikah

pada usia remaja yang seringkali menimbulkan persoalan baru seperti konflik dalam

rumah tangga dan dampak persoalan ekonomi, serta beban emosional maupun fisik pada

orang tua yang memiliki anak remaja yang terpaksa menikah karena hamil (Nugroho

dalam Alfiani, 2013). Sementara itu, hal senada juga diungkapkan oleh dr Boy Abidin,

Sp.OG (Kompasiana, 2010), yang menyatakan bahwa “Ancaman yang paling nyata

adalah kehamilan di luar nikah serta aborsi yang tidak aman. Selain kehamilan yang

tidak diinginkan, hubungan seks yang dilakukan pada usia dini meningkatkan risiko

penularan penyakit menular seksual dan kanker serviks”.

Seks pranikah juga memiliki dampak yang sangat negatif terhadap kondisi

psikologis remaja. Dampak psikologis seks pranikah antara lain hilangnya harga diri,

perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang

menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan dari masyarakat. Keputusan

untuk melakukan hubungan seks tersebut tidak dengan konsekuensi yang kecil,

terutama untuk remaja wanita. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan

bahwa perilaku seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri seseorang

wanita yaitu penderitaan kehilangan keperawanan (82%), rasa bersalah (51%), merasa

dirinya kotor (63%), tidak percaya diri (41%), dan rasa takut tidak diterima (59%)

(Subandriyo dalam Kompas, 2001). Penelitian yang sama yang pernah dilakukan

sebelumnya juga menunjukan adanya dampak psikologis lainnya, diantaranya perasaan

- perasaan negatif seperti hilangnya keperawanan, rasa malu, rasa bersalah, rasa

berdosa, kotor, takut, khawatir dan lainnya akan timbul setelah mereka melakukan

hubungan seks pranikah (Conger, 1991). Curran (dalam Conger, 1991) juga

(24)

3

juga gangguan psikis pada diri remaja putri yang telah melakukan hubungan seks

pranikah. Gangguan psikis itu dapat berupa perasaan terhina, rendahnya harga diri,

bahkan depresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akses terhadap internet memberikan dampak

yang cukup signifikan terhadap perilaku seksual remaja. Penelitian pada awal 2010,

seperti yang dimuat di Science Daily, 3 Januari 2010, School of Social Work Universite

de Montreal, Kanada, melakukan penelitian mengenai pengaruh pornografi pada pria

usia 20-an tahun. Ia mewawancarai 20 mahasiswa laki-laki heteroseksual yang

mengkonsumsi pornografi. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa 90% pornografi

dikonsumsi di internet, sedangkan 10% berasal dari toko video (Harian Tempo, 2010).

Perkembangan teknologi yang semakin modern dan canggih ini bukan hanya memberi

manfaat bagi penggunanya tapi juga menimbulkan pengaruh yang negatif bagi

penggunanya, terutama bagi kalangan pelajar. Informasi-informasi atau situs-situs yang

dapat diakses dari internet ada yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan

tapi ada juga yang dapat merusak mental dari kalangan pelajar yaitu situs-situs porno

(Kompasiana, 2015).

Mengamati data tersebut di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja

Indonesia saat ini berada dalam ancaman perilaku seksual pranikah. Hal tersebut

semakin mengkawatirkan sebab jaringan internet semakin mudah diakses oleh remaja.

Ratih Ibrahim (Kompasiana, 2010), memaparkan bahwa "Saat ini akses terhadap materi

pornografi semakin mudah, misalnya lewat internet atau telepon seluler, belum lagi

pressure dari temannya, misalnya pendapat yang mengatakan kalau masih perawan

(25)

4

Studi eksperimental menunjukkan bahwa paparan konten seksual dapat

menyebabkan sikap lebih permisif tentang seks pranikah (Huston, Wartella, &

Donnerstein, 1998). Eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan,

baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja

(Seotjiningsih dalam Darmasih, 2009). Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks

pranikah pada remaja adalah fakor lingkungan seperti VCD, buku, dan film porno

(Taufik dalam Darmasih, 2009). Paparan media massa, baik cetak (koran, majalah,

buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet) juga mempunyai pengaruh

secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan

seksual pranikah (Rohmahwati dalam Darmasih, 2009). Hal senada ditemukan dalam

penelitian Salisa (2010) yang menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab

munculnya perilaku seks pranikah adalah adanya pengaruh media.

Lund, S & Blaedon,. L (2003) menjelaskan bahwa paparan media massa yang

berbau seksual secara signifikan mampu memberikan pengaruh terhadap sikap remaja

terhadap perilaku seksual pranikah. Remaja menjadi lebih bersikap permisif terhadap

perilaku seksual pranikah. Hasil penelitian Wright, P (2009) menjelaskan bahwa media

massa memaparkan model perilaku seksual yang dipelajari oleh para remaja. Misalnya

melalui pemaparan video klip musik yang mengandung pornografi hingga game atau

permainan yang sarat dengan pornografi. Media massa mampu memberikan pengaruh

yang begitu besar terhadap perilaku seksual pada remaja. Dalam penelitian tersebut,

diketahui bahwa remaja di Amerika semakin bertambah tahun, usia remaja yang

melakukan hubungan intim semakin dini.

Gruber, E & Grube, J (2000) menjelaskan bahwa internet memberi pengaruh

(26)

5

pandangan dan keyakinan mengenai seksualitas. Semakin tinggi tingkat paparan materi

seksualitas, semakin tinggi perngaruhnya terhadap sikap, perilaku dan keyakinan remaja

mengenai seksualitas itu sendiri. Bahkan berpengaruh meningkatkan aktivitas seksual

pada remaja sebab remaja memiliki model dan contoh nyata yang dipaparkan oleh

media melalui internet. Dan semakin banyak paparan konten seksual di internet bagi

remaja, membuat remaja menolak atau mengabaikan nilai-nilai yang diajarkan di

lingkungan keluarga, sekolah maupun ajaran agama.

Hasil penelitian yang ditemukan di Nigeria, 9 dari 10 remaja merasa bahwa

internet memiliki dampak yang besar terhadap aktivitas seksual mereka. Penelitian itu

juga menyatakan bahwa remaja yang memiliki kesempatan lebih banyak untuk melihat

paparan konten seksual melalui media massa, memiliki intensi aktivitas seksual yang

lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang jarang melihat konten seksual di media

massa (Olarinmonye, OSK, dkk; 2014). Mengacu pada penelitian Olarinmonye, OSK,

dkk (2014), menunjukkan bahwa akses internet maupun media massa lain yang

memaparkan konten seksualitas memberi pengaruh terhadap perilaku seksual pada

remaja.

Penelitian di Amerika menemukan bahwa presentase sikap persetujuan akan

premarital seksual semakin meningkat pada generasi yang semakin muda. Pandangan

bahwa “premarital seksual sama sekali tidak salah” pada tahun 1970an adalah 29%,

tahun 1980an & 1990an adalah 42%, tahun 2001an adalah 49%, dan pada tahun

2010-2012 adalah 58%. Penerimaan mengenai seks tanpa menikah sudah berkembang sejak

generasi Tradisionalis (1901-1924) & generasi Boomers (lahir tahun 1946-1964),

(27)

6

Miilennials/ Generasi Me) yang lahir tahun 1982-1999 adalah generasi yang paling

menerima seksualitas tanpa pernikahan. (Twenge, dkk, 2015).

Penelitian di Thailand ditemukan bahwa saat ini usia pencetusan perilaku

premarital seksual pada remaja semakin dini. Pada generasi yang semakin muda terlihat

adanya angka yang meningkat tajam pada tingkat penerimaan premarital seksual (J.,

Peter, & Valkenburg, 2011). Masa remaja berada pada masa perkembangan seksual

yang kritis. Sikap dan norma terhadap perilaku seksual remaja menjadi fokus pada

kesehatan masyarakat (Olarinmonye, OSK, dkk; 2014). BKKBN (2013) menyatakan

besarnya angka seks pranikah yang terjadi di kalangan remaja di Indonesia menjadi

sebuah ancaman yang cukup serius dan dapat menyebabkan kehancuran moral bangsa.

Risiko hubungan seksual yang di lakukan pada usia dini adalah menularnya penyakit

seksual. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2014) juga menyatakan bahwa HIV dan AIDS

menjadi penyebab kedua kematian pada kelompok remaja. Akan tetapi, penelitian

secara empirik mengenai perubahan sikap dan perilaku seksual masih sangat sedikit.

Terutama di Indonesia, penelitian mengenai perubahan perilaku seksual antar generasi

masih jarang dilakukan.

Hal itu dapat diketahui dari paparan angka statistik tentang perilaku seks pranikah

anak remaja dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan drastis. Pada Era tahun

1970, remaja yang melakukan hubungan seks pranikah sampai pada tahap sexual

intercourse. sebanyak 7-9% orang . Dekade tahun 1980, angka tersebut meningkat

menjadi 12-15%. Pada tahun 1990 meningkat menjadi 20%., dan di era tahun 2000 ini,

ditemukan 26,35% remaja telah melakukan hubungan seks pranikah. Angka tersebut

terus mengalami peningkatan, terutama 10 tahun terakhir. Data BKKBN menunjukan

(28)

7

2005-2006 di kota-kota besar di Indonesia, angka hubungan seks pranikah pada remaja

sebesar 47,54%. Namun, hasil survei terakhir tahun 2008 meningkat menjadi 63%

(BKKBN, 2008).

Hasil survei yang dilakukan secara umum dilakukan oleh Lembaga Perlindungan

Anak (LPA) pada 12 provinsi di Indonesia pada tahun 2013, khususnya pada kota-kota

besar menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan dimana 93,7% anak SMP dan

SMU telah melakukan petting (menempelkan alat kelamin), ciuman, dan oral seks (seks

melalui mulut), 62,7% anak SMP sudah tidak perawan, 21,2% remaja SMA telah

melakukan aborsi dan sekitar 97% pelajar SMP maupun SMA sering menonton film

porno. Data mutakhir yang ditunjukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN, 2013) menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara nomor empat

pengakses video porno terbesar di dunia, dimana hampir setengah (41,8%) dari anak

usia 14-19 tahun melakukan hubungan seks bebas.

Berdasarkan paparan fakta tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui secara

ilmiah, apakah ada perbedaan perilaku seksual pranikah pada remaja generasi X dan

generasi Y, dimana kedua generasi tersebut memiliki perbedaan akses informasi melalui

media massa. Internet masuk ke Indonesia pada awal tahun 1990an (wikipedia.org). Hal

tersebut memberikan gambaran bahwa remaja Indonesia pada generasi X (lahir tahun

1965-1977) tidak memiliki akses internet sama sekali. Sementara itu, generasi Y (Lahir

1978-2000) dimungkinkan hidup pada era akses informasi yang begitu mudah dan tanpa

batas. Jaringan internet sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan generasi Y.

Berpijak dari fenomena itu, peneliti ingin menemukan apakah ada perbedaan perilaku

premarital seksual antara remaja pada generasi X dan remaja pada generasi Y di

(29)

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan

menjadi pertanyaan yang merumuskan masalah dari penelitian ini, yaitu : Apakah

ada perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku

premarital seksual pada remaja generasi X dan generasi Y.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengembangan ilmu pada Psikologi khususnya psikologi perkembangan yang

terkait dengan perbedaan perilaku premarital seksual pada dua generasi yaitu

generasi X dan generasi Y.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi orangtua agar mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku

seks kepada anak-anaknya agar mereka dapat mengontrol perilaku

seksualnya.

b) Bagi guru agar lebih mengetahui gambaran dan dapat memberikan masukan

serta menerapkan metode-metode untuk mengatasi perilaku seksual yang

ada di lingkungan sekolah.

c) Bagi masyarakat agar dapat melakukan tindakan pencegahan untuk

(30)

9

d) Bagi Peneliti lain yang ingin meneliti dengan topik yang sama agar dapat

(31)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Remaja

1. Pengertian Remaja

Secara etimologi, kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence

yang memiliki arti to grow atau to grow maturity (Golinko dalam Jahja,

2011). Papalia & Olds (2009) mendefinisikan “masa remaja sebagai masa

transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang

pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

akhir belasan atau awal dua puluhan tahun.” Sedangkan menurut Stanley

Hall masa remaja berkisar antara 12 hingga 23 tahun dimana pada masa itu

diwarnai oleh pergolakan yang depenuhi oleh konflik dan perubahan

suasana hati (Santrock, 2007).Steinberg membagi masa remaja menjadi tiga

periode usia, yaitu remaja awal dengan rentang usia 10 hingga 13 tahun.

Kemudian remaja tengah dengan rentang usia 14 sampai 18 tahun. Terakhir

remaja akhir dengan rentang usia 19 hingga 22 tahun. WHO menetapkan

batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, dimana kurun usia

tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun, dan

remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono, 2007). Sedangkan menurut Depkes RI

batasan usia remaja 10-19 tahun, merupakan masa khusus dan penting,

karena masa periode pematangan organ reproduksi manusia yang sering

disebut masa pubertas (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

(32)

11

peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang mengalami

perubahan cepat dan ditandai dengan adanya perubahan aspek baik fisik,

psikis maupun psikososial yang diwarnai dengan konflik dan perubahan

suasana hati. Rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 22

tahun, dimana sedang mengalami masa pubertas.

2. Aspek Perkembangan Remaja

Menurut Papalia & Olds (2009) masa remaja adalah suatu tahap

peralihan perkembangan yang ditandai oleh perkembangan fisik, kognisi,

emosional, dan perubahan-perubahan sosial. Senada dengan itu Santrock

(2003) juga menyatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari

masa kanak-kanak menuju kedewasaan yang meliputi perkembangan

biologis atau fisik, kognitif, dan sosio-emosional. Tahap perkembangan

tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :

a) Perkembangan Fisik

Santrock (2003) menjelaskan bahwa diantara perubahan fisik

yang terjadi, yang paling tampak nyata semasa pubertas adalah

meningkatnya tinggi dan berat, serta kematangan seksual.

Perkembangan fisik yang terjadi pada remaja pria meliputi:

meningkatnya ukuran penis atau testis, keluarnya rambut kemaluan yang

lurus, perubahan sedikit pada suara, ejakulasi pertama (biasanya terjadi

ketika melakukan masturbasi atau mimpi basah), munculnya rambut

(33)

12

rambut di ketiak, perubahan suara yang terlihat lebih jelas, dan

pertumbuhan rambut di wajah.

Kemudian perkembangan fisik yang terjadi pada remaja wanita

meliputi: Payudara yang mulai membesar serta rambut kemaluan yang

mulai muncul, tumbuh rambut di ketiak, seiring dengan pertumbuhan ini,

anak perempuan bertambah tinggi serta pinggulnya melebar melebihi

bahunya. Kemudian perubahan yang terjadi selanjutnya di tandai dengan

manarche atau menstruasi pertama pada wanita.

b) Perkembangan Kognitif

Secara kognitif, remaja mulai berpikir abstrak dan mulai tertarik

dengan apa yang ada dihadapannya saat ini termasuk dalam masalah

karir, mimpi, ataupun masa depan. Seiring dengan perkembangannya,

remaja akan tertarik dengan hal-hal yang berifat intelektual dan akan

mulai belajar untuk mengarahkan energi psikisnya pada kreatifitas yang

dimiliki untuk menunjang ketertarikan remaja terhadap suatu bidang

karir tertentu hingga pola kerjanya semakin terbentuk.

c) Perkembangan Sosial

Penyesuaian sosial adalah salah satu tugas perkembangan tersulit

yang ada pada masa remaja. Remaja harus menyesuaikan diri dengan

lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan

harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga

dan lingkungan sekolah. Dalam masa ini, remaja harus membuat banyak

penyesuaian baru dengan kelompok sebaya, perilaku sosial,

(34)

13

persahabatan, nilai baru dalam dukungan dan penolakan, dan

nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

d) Perkembangan Emosi

Masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu

masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan

fisik dan kelenjar. Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari

waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada

pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Namun meskipun emosi

remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampaknya irasional

tetapi seiring perkembangannya akan terjadi perbaikan perilaku

emosional pada diri remaja.

Dari paparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa remaja

merupakan tahapan perkembangan yang berada diantara masa kanak-kanak

dan dewasa, yang mana terdapat berbagai aspek yang terus berkembang,

baik secara fisik, intelek/ kognitif, sosial, maupun emosi.

3. Remaja dan Perilaku Seksual

Seksualitas merupakan suatu bagian yang normal dari kehidupan

remaja (Nichols dkk dalam Santrock, 2007). Perilaku seksual remaja

merupakan bagian dari perilaku sosial yang bersifat wajar, disebut

perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan orang lain

terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah

laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual baik dengan

(35)

14

masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa. Meski begitu,

mayoritas remaja memiliki sikap seksual yang sehat dan terlibat dalam

perilaku seksual yang akan mendukung perjalanan mereka memasuki

masa dewasa (Crockettt, Raffaelli, & Moilanen dalam Santrock, 2003).

B. Premarital Seksual

1. Pengertian Premarital Seksual

Premarital seksual atau hubungan seksual pranikah merupakan

tindakan seksual tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut

hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu

(Anonim, 2002). Indrijati (2001), menyebutkan bahwa perilaku seksual

pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang yang saling

menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan.

Sedangkan menurut Sarwono (2005), perilaku seksual adalah segala tingkah

laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun

sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai

dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan

bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam

khayalan, ataupun diri sendiri.

Crooks & Carla (dalam Daryanto, 2009) mendefinisikan hubungan

seksual pranikah sebagai hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang

pria dan wanita yang terjadi sebelum ada ikatan resmi (pernikahan) atau

dalam istilah asing disebut premarital heterosexual intercourse. Senada

(36)

15

menyatakan bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala macam tindakan

seperti bergandengan tangan, berciuman sampai dengan bersenggama yang

dilakukan dengan adanya dorongan hasrat seksual yang dilakukan sebelum

ada ikatan pernikahan yang sah. Seks pranikah adalah suatu aktivitas

seksual yang didorong oleh hasrat seksual, yang dilakukan oleh pria dan

wanita sebelum adanya ikatan resmi (pernikahan) menurut agama dan

hukum, mulai dari bentuk perilaku seks yang paling ringan sampai tahapan

senggama (Daryanto & Tifanni, 2009).

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku

yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan

yang tercermin dalam tahap-tahap perilaku seksual dari tahap yang paling

ringan seperti bergandengan tangan hingga tahap yang paling berat seperti

bersenggama yang dilakukan sebelum pernikahan yang resmi secara hukum

maupun agama.

2. Bentuk-Bentuk Premarital Seksual

Steinberg (2002) menyebutkan bahwa tahapan aktivitas seksual pada

remaja dibedakan atas dua kategori yaitu perilaku seksual yang dilakukan

sendiri (Auto-erotic Behavior) dan perilaku seksual yang dilakukan dengan

orang lain (Sosiosexual Behavior).

Seperti yang diuraikan tersebut mengenai bentuk-bentuk aktivitas

(37)

16

1) Perilaku seksual yang dilakukan sendiri, meliputi:

a. Masturbasi

Masturbasi adalah melakukan rangsangan seksual dengan

berbagai cara termasuk memasukkan sesuatu benda ke alat kelamin

dengan tujuan mencapai kepuasan.

b. Fantasi seksual

Biasanya dilakukan remaja untuk melakukan rangsangan pada

diri sendiri dengan membayangkan sesuatu objek yang

menggairahkan.

c. Mimpi basah atau noctural orgasm

d. Membaca buku, gambar-gambar porno atau melihat pornografi di

internet dan VCD.

2) Perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain, meliputi:

a. Berpegangan Tangan

Pada awal berpacaran biasanya remaja melakukan hal seperti

saling bersentuhan dan berpegangan tangan untuk saling memberikan

rangsangan pada pasangan.

b. Berpelukan

Berpelukan dilakukan untuk saling memberikan rasa nyaman

dan saling melindungi dalam berpacaran. Berpelukan dapat menjadi

bentuk afeksi seseorang kepada pasangan, teman, ataupun

(38)

17 c. Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan

seksual, disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif. Kissing

dapat dilakukan dengan dua cara, yang umum dilakukan adalah

ciuman dengan mulut tertutup, dan yang kedua adalah ciuman

dengan mulut terbuka atau biasa disebut dengan french kiss/ soul

kiss.

d. Necking

Yaitu berciuman disekitar leher ke bawah. Necking

merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan ciuman

disekitar leher dan pelukan yang lebih mendalam.

e. Petting

Perilaku saling menggesek-gesekkan bagian tubuh yang

sensitif seperti payudara dan organ kelamin, termasuk

mengusap-usap tubuh pasangan seperti lengan, dada, kaki, dan kadang-kadang

daerah kemaluan, baik di dalam maupun di luar pakaian.

f. Berhubungan intim (Intercouse)

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh

seorang pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi

(39)

18

Sedangkan menurut Sarwono (2005), bentuk-bentuk perilaku seksual

pranikah antara lain:

a. Berpelukan, perilaku seksual ini akan membuat jantung berdegup

lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu.

b. Ciuman, Perilaku ciuman terbagi menjadi dua jenis yaitu ciuman

kering dan ciuman basah. Perilaku seksual cium kering berupa

sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir. Aktifitas cium

basah berupa sentuhan bibir, dampak cium bibir dapat

menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan

dorongan seksual sehingga tidak terkendali.

c. Meraba bagian tubuh yang sensitif, yaitu Perilaku seksual dengan

cara meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti

payudara, vagina dan penis.

d. Petting, merupakan upaya membangkitkan dorongan seksual

antar jenis kelamin dengan tanpa melakukan tindakan intercourse

atau hubungan seksual. Petting merupakan aktifitas erotis yang

umum dilakukan dalam masa remaja dan menimbulkan

ketagihan.

e. Oral Genital Seks, yaitu hubungan oral seks dengan cara

memberi rangsangan dengan mulut pada organ seks yang pada

laki-laki adalah ketika seseorang mengunakan bibir, mulut dan

lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita

melibatkan bagian disekitar vagina tanpa melakukan penetrasi.

(40)

19

alternatif aktifitas seksual yang dianggap cukup aman oleh

remaja.

f. Intercourse atau bersenggama, yaitu aktifitas seksual dengan

memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin

perempuan. Hubungan seks ini yang terjadi pada remaja belasan

cenderung kurang direncanakan dan lebih bersifat spontan. Hal

ini dipengaruhi oleh adanya romantisme aktifitas seks,

ketidakpastian identitas seksual, sifat impulsif remaja serta

dipengaruhi oleh tingkat kematangan kognitif dan sosial.

Bentuk-bentuk perilaku seksual yang di jelaskan diatas merupakan

perilaku seks yang biasa di lakukan oleh remaja, namun dalam penelitian ini

yang digunakan terkait pada aktivitas seksual yang dilakukan sendiri seperti

masturbasi, fantasi seksual, dan menonton pornografi, serta aktivitas seksual

yang dilakukan dengan orang lain mulai dari berpegangan tangan,

berpelukan, kissing, petting, hingga tingkatan paling serius yaitu

bersenggama atau sexual intercouse.

3. Faktor Penyebab Premarital Seksual

Sarwono (2005) menyebutkan, faktor-faktor yang menjadi penyebab

terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja antara lain:

1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual

(libido seksual) remaja.

2. Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya

(41)

20

menikah, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut

persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan,

persiapan mental, dll) yang menyebabkan tidak segera dilakukan

penyaluran kebutuhan biologis yang tepat.

3. Adanya tabu atau larangan dalam masyarakat untuk melakukan perilaku

seksual sebelum menikah. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma

agama tetap berlaku. Seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks

sebelum menikah. Bahkan, larangan berkembang lebih jauh kepada

tingkah-tingkah laku lain seperti berciuman dan masturbasi. Untuk

remaja yang tidak dapat menahan diri akan tredapat kecenderungan untuk

melanggar saja larangan-larangan tersebut.

4. Kurangnya informasi tentang seks. Kecenderungan pelanggaran makin

meningkat karena tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar

tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja mencari akses dan

mengeksplorasi sendiri. Penyebaran informasi lewat media massa dan

adanya teknologi canggih seperti majalah, buku, VCD, film pornografi,

telepon genggam, internet, dll) yang memaparkan kenikmatan hubungan

seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan resiko

yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Remaja yang sedang

dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang

dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena mereka

pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara

(42)

21

5. Pergaulan yang semakin bebas. Perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh

lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas dimana pengaruh

teman sebaya lebih besar dibandingkan orang tua.

Berdasarkan paparan diatas, dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang

menjadi penyebab terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja selain

perubahan hormonal yang terjadi pada diri individu, penundaan usia

pernikahan, kurangnya informasi tentang seksualitas karena di lingkungan

masih dianggap tabu, namun juga pengaruh dari luar seperti pergaulan yang

semakin bebas.

4. Dampak Premarital Seksual

1. Fisik

Menurut Susanto (2012) dampak perilaku seksual pranikah yang

nyata secara fisik adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan

aborsi pada remaja. Akibat lainnya adalah terganggunya kesehatan

seperti terkena penyakit menular seksual (PMS) dan terserang

HIV/AIDS.

2. Psikis

Sarwono (2005) menyebutkan bahwa perilaku seksual pranikah

pada remaja memang tidak berdampak secara langsung, terutama jika

tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Tetapi pada

sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa cukup serius,

seperti perasaan bersalah, depresi, dan marah, misalnya para gadis-gadis

(43)

22 3. Sosial

Susanto (2012) memaparkan bahwa akibat psikososial lainnya

adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang

tiba-tiba berubah jika seorang gadis tiba-tiba-tiba-tiba hamil. Terjadi cemoohan dan

penolakan dari masyarakat sekitarnya. Selain itu, akibatnya bisa putus

sekolah dan akibat secara ekonomis karena diperlukan ongkos

perawatan dan lain-lain (Sarwono, 2012).

Berdasarkan paparan diatas, dapat dilihat bahwa dampak dari

perilaku premarital seksual tidak hanya pada masalah fisik saja seperti

kehamilan pada remaja putri, aborsi yang penuh risiko, serta terganggunya

masalah kesehatan seperti tertularnya penyakit menular seksual dan HIV/

AIDS, tetapi juga memiliki dampak sosial seperti terjadinya cemoohan dan

penolakan dari masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak pada

masalah psikologis individu seperti perasaan malu, perasaan bersalah,

perasaan marah, dan puncaknya adalah depresi.

C. Generasi X

Menurut Howe dan Strauss (2000), generasi X adalah generasi

yang lahir antara tahun 1955 sampai 1981. Sedangkan menurut Lancaster

& Stilmmal (2002), generasi X adalah sekelompok orang yang lahir antara

tahun 1965 sampai 1980. Martin & Tulgan menyebutkan rentang usia

generasi X adalah individu yang lahir pada tahun 1965 sampai pada tahun

1977. Generasi ini memiliki level kepercayaan yang rendah terhadap

(44)

23

Lowe, et. al. (2008) menyebutkan bahwa generasi X adalah

generasi pertama yang dibangkitkan dalam karir. Ciri-ciri utama generasi

X adalah skeptis terhadap otoritas dan kemerdekaan, mereka adalah

individu yang tidak berbicara dari pengalaman dan pegetahuan dasar tetapi

mereka memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang kegiatan

pemasaran dari generasi sebelumnya atau Baby Boomer. Generasi X

melihat diri mereka sebagai individu independen secara politik dan sering

menyebut diri mereka sebagai kaum liberal (Oblinger & Oblinger, 2005).

Menurut Zemke et al. (2000) generasi X ini cenderung ingin berwirausaha

dan sudah memulai bisnis sendiri. Hidup stabil, punya keluarga sebagai

tujuan hidup, bukan kesuksesan materi.

Berdasarkan paparan diatas, rentang umur untuk mendefinisikan

generasi X bermacam-macam, namun dalam penelitian ini rentang umur

yang dipakai adalah generasi yang lahir antara tahun 1965 sampai tahun

1977. Generasi X dibesarkan dalam keluarga dengan kedua orang tua

bekerja, memiliki sifat independen, hidup stabil, dan punya keluarga

sebagai tujuan hidup.

D. Generasi Y

Generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir antara tahun 1981

sampai 1999 (Lancaster & Stilmmal, 2002). Banyak orang dari generasi

ini tumbuh dalam dua pendapatan rumah tangga, kedua orang tua mereka

bekerja, dan dengan perceraian yang menjadi norma di banyak keluarga.

(45)

24

Mereka menggunakan internet sebagai sumber utama informasi dan sosial.

(Bakewell dan Mitchell, 2003).

Zemke et al. (2000) menyebutkan bahwa generasi Y dibesarkan

dalam situasi yang damai dan makmur sehingga mereka cenderung bersifat

optimis dan senang berbagi pengalaman dengan orang tua. Generasi ini

memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka. Generasi Y hidup

dengan nilai sosial yang hampir sama dengan orang tua mereka namun

tetap melihat generasi mereka berbeda dengan generasi lainnya. Generasi

Y hidup dengan sikap optimis sekaligus rasa takut. Mereka juga memiliki

cara dalam mendefinisikan sudut pandang mereka. Dunia mereka

terinterkoneksi melalui komunikasi global dan mereka menyukai

keragaman. Dalam literatur ada beberapa perbedaan pendapat mengenai

rentang usia dari Generasi Y. Sebagai contoh, Martin & Tulgan (2002)

menyebutkan bahwa Generasi Y meliputi orang-orang yang lahir antara

tahun 1978 sampai 2000. Sedangkan Tapscott (1998) menggambarkan

Generasi Y sebagai digital generation yang dilahirkan antara tahun 1976

sampai 2000. Lebih lanjut, Oblinger & Oblinger (2005) mengatakan

kohort Generasi Y adalah antara tahun 1981 sampai tahun 1995.

Berangkat dari paparan diatas, maka dapat di tarik kesimpulan

bahwa generasi Y adalah generasi yang tumbuh dengan komputer, email,

dan komunikasi mobile. Mereka menggunakan internet sebagai sumber

utama informasi dan sosial. Sudut pandang mereka terkoneksi melalui

(46)

25

bermacam-macam, namun dalam penelitian ini generasi Y yang digunakan

adalah tahun 1978 sampai pada tahun 2000.

E. Dinamika antara Perilaku Premarital Seksual dengan Remaja Generasi X dan Generasi Y

Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak

menuju dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami masa pertumbuhan

dan perkembangan. Perkembangan yang terjadi pada remaja tidak hanya

perubahan fisik saja, tetapi juga secara kognitif dan sosio-emosi (Santrock,

2003).

Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi yang semakin

modern dan canggih bukan hanya memberi manfaat tetapi juga

menimbulkan pengaruh negatif bagi penggunanya yang kebanyakan

adalah remaja. Informasi-informasi atau situs-situs yang dapat diakses dari

internet ada yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan tapi

ada juga yang dapat merusak mental misalnya situs-situs porno.

Penggunaan internet untuk hal yang negatif yang semakin tak terkendali

membuat para remaja semakin bebas untuk mengakses pornografi yang

berdampak pada nilai yang lebih permisif terhadap premarital seksual.

Pada waktu bersamaan, secara kognitif remaja mulai berpikir

abstrak dan mulai tertarik dengan yang ada dihadapannya. Remaja yang

sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang

dilihat atau didengarnya dari media massa (sarwono, 2005). Semakin

(47)

26

faktor penyebab premarital seksual pada remaja generasi Y saat ini. Hal ini

membuat sikap remaja menjadi semakin permisif dan cenderung

mengabaikan norma dan nilai dalam masyarakat dan agama. Berbeda

dengan generasi X yang pada masa remaja belum mengenal dan belum

mendapatkan paparan pornografi dari media massa seperti internet. Hal itu

akan membuat kedua generasi memiliki perbedaan nilai dan pandangan

terhadap premarital sekual, yang pada akhirnya akan menimbulkan

(48)

27

Perilaku premarital seksual pada remaja Generasi X dan Generasi Y

dapat digambarkan dalam bagan berikut ini :

F. HIPOTESIS

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti menarik hipotesis: Ada

perbedaan perilaku premarital seksual pada remaja generasi X dan

generasi Y mengingat adanya perbedaan pola hidup serta akses media

massa yang begitu mudah dan tanpa batas saat ini. Remaja

Generasi X

Remaja Generasi Y

Perbedaan Perilaku Premarital Seksual Perbedaan Persepsi Dan Nilai Mengenai

Seks Pranikah Media Massa Internet

Belum Berkembang

Media Massa Internet Sudah Berkembang

Menambah wawasan/ pengetahuan remaja tentang

perilaku seksual

(49)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif non

eksperimental. Menurut Creswell (2008), penelitian kuantitatif merupakan

metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar

variabel. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan oleh peneliti adalah

analisis komparatif deskriptif yang mengkaji perbedaan perilaku premarital

seksual pada remaja generasi X dan generasi Y. Analisis komparatif deskriptif

adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama

dengan variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam

waktu yang berbeda (Siregar, 2013).

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel-variabel yang masuk dalam penelitian ini adalah :

Variabel bebas (Vi) : Generasi (generasi X dan generasi Y)

Variabel tergantung (Vd) : Perilaku Premarital Seksual

C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Premarital Seksual

Premarital seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh

hasrat seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan yang tercermin

(50)

29

tahap yang paling berat yang dilakukan sebelum pernikahan yang resmi

secara hukum maupun agama. Tahapan aktivitas seksual dibedakan atas

dua kategori yaitu perilaku seksual yang dilakukan sendiri (Auto-erotic

Behavior) dan perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain

(Sosioseksual Behavior).” Perilaku seksual yang dilakukan sendiri,

meliputi fantasi seksual, masturbasi/ onani, dan membaca buku,

gambar-gambar porno atau melihat pornografi di internet. Sedangkan perilaku

seksual yang dilakukan dengan orang lain, seperti berpegangan tangan,

berpelukan, ciuman/ kissing, necking, petting, dan puncaknya adalah

berhubungan intim/ bersenggama (Intercouse).

2. Generasi X

Generasi X adalah generasi yang lahir antara tahun 1965 sampai

1977 yang sekarang pada tahun 2016 berusia sekitar 39 sampai 51 tahun.

3. Generasi Y

Generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir antara tahun 1978

sampai 2000 yang pada tahun 2016 berusia sekitar 16 sampai 38 tahun.

D. SUBJEK PENELITIAN

Sampel penelitian diambil secara purposif sampling, dimana sampel

dipilih berdasarkan ciri-ciri atau kriteria-kriteria dari sebuah populasi yang telah

ditentukan (Siregar, 2013). Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah

[image:50.595.85.517.241.629.2]
(51)

30

Kelompok generasi X dengan kriteria :

1. Laki-laki dan perempuan

2. Usia berkisar antara 39-51 tahun

3. Mampu membaca dan Berbahasa Indonesia

4. Pernah pacaran sebelum menikah

Kelompok generasi Y dengan kriteria :

1. Laki-laki dan perempuan

2. Usia berkisar antara 17-18 tahun

3. Mampu Berbahasa Indonesia

4. Sedang berpacaran dan belum menikah

E. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan skala yang disebarkan kepada remaja untuk

mewakili generasi Y dan orang tua untuk mewakili generasi X yang bersedia

mengisi kuesioner. Peneliti membagikan kuesioner yang berisi skala penelitian

yang dikemas dalam sebuah amplop. Sebelum pengisian kuesioner peneliti

memberikan informasi singkat tentang tujuan, manfaat dan peran serta

responden dalam penelitian. Kemudian peneliti membagikan amplop yang sudah

disediakan dan meminta subjek untuk membuka dan membaca lembar inforned

consent serta meminta responden untuk memberikan tanda tangan sebagai tanda

persetujuan untuk menjadi subjek penelitian dalam lembar kuesioner. Peneliti

menunggu pengisian kuesioner sampai selesai. Kemudian peneliti meminta

responden untuk memeriksa kelengkapan data di tempat pengambilan data yang

(52)

31

telah diisi akan dimasukkan kembali ke dalam amplop yang telah disediakan lalu

ditutup kembali dengan rapat untuk menjaga kerahasiaan data mengingat data ini

bersifat sangat privacy.

F. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA 1. Metode

Dalam penelitian ini, teknik dan metode pengumpulan data yang

digunakan adalah skala Guttman. Menurut Supratiknya (2014) Skala

Guttman yaitu skala yang terdiri atas serangkaian pernyataan yang

menunjukkan sikap seseorang terhadap sebuah objek atau menunjukkan

pemilikan seseorang atas atribut psikologis tertentu, dan harus dijawab

secara biner atau dikotomis (“ya” atau “tidak”) oleh sekelompok subjek.

Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat

tegas dan jelas serta konsisten. Alternatif jawaban pada skala jenis ini

hanya terdiri dari dua alternatif, pernyataan yang diberikan pada

responden dapat berupa checklist ataupun pilihan berganda (Siregar,

2013).

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian dalam penelitian

ini menggunakan skala tunggal, yaitu skala perilaku premarital seksual.

Skala ini mengukur seberapa jauh keterlibatan seseorang dalam perilaku

seksual. Skala perilaku premarital seksual yang digunakan adalah skala

(53)

32

premarital seksual yang dikemukakan oleh Steinberg (2012). Butir-butir

pernyataan dibuat secara bertahap mulai dari tingkatan sederhana yaitu

fantasi seksual, membaca buku, gambar-gambar porno atau melihat

pornografi di internet dan VCD kemudian onani/ masturbasi,

berpegangan tangan, berpelukan, dan bertahap sampai pada tingkatan

yang lebih berat seperti ciuman/ kissing, necking, petting, dan puncaknya

yaitu berhubungan intim/ senggama (Intercouse).

Dari ke 9 indikator tersebut terdapat 56 item yang terdiri dari item

favorable. Masing-masing item disediakan jawaban PERNAH dan

TIDAK PERNAH. Selanjutnya subjek diminta untuk memberi tanda

centang (√) pada salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Subjek yang

memberi jawaban “pernah” pada setiap pernyataan akan diberi skor 2

[image:53.595.85.515.244.614.2]

sedangkan yang menjawab “tidak pernah” akan diberi skor 1.

Tabel 1. Skor Penilaian Skala Premarital Seksual

No Jawaban Nilai

1 Pernah 2

2 Tidak Pernah 1

Sebelum melakukan uji coba atau try out, peneliti menyusun 56

item berdasarkan 2 aspek dengan 9 indikator yang dikemukakan oleh

(54)

33

Tabel 2. Blue-print skala Premarital Seksual sebelum try-out

No Aspek Indikator Nomer Item Jumlah

1. Perilaku seksual yang dilakukan tanpa bantuan orang lain

Fantasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13

13

Membaca dan melihat gambar/ video porno

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21

8

Masturbasi 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28

7

2 Perilaku seksual

yang di

lakukan dengan bantuan orang lain Berpegangan tangan

29, 30, 31, 32 4

Berpelukan 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40

8

Berciuman 41, 42, 43, 44, 45 5

Necking 46, 47, 48 3

Petting 49, 50, 51 3

Intercouse 52, 53, 54, 55, 56 5

[image:54.595.84.507.103.689.2]

TOTAL 56

Tabel 3. Blue-print Skala Premarital Seksual sesudah try-out

No Aspek Indikator Nomer Item Jumlah

1. Perilaku seksual yang dilakukan tanpa bantuan orang lain

Fantasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13

13

Membaca dan melihat gambar/ video porno

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21

8

Masturbasi 22, 23*, 24, 25*, 26, 27, 28

5

2 Perilaku seksual

yang di

lakukan dengan bantuan orang lain Berpegangan tangan

29, 30, 31, 32* 3

Berpelukan 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40

8

Berciuman 41, 42, 43, 44, 45 5

Necking 46, 47, 48 3

Petting 49, 50, 51* 2

Intercouse 52, 53, 54, 55, 56 5

(55)

34

Berdasarkan tabel diatas terdapat 4 item yang gugur karena kurang

memenuhi syarat yaitu memiliki Correted Item-Total < 0,30. Item yang gugur

tersebut antara lain nomor 23, 25, 32, dan 51.

3. VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1) Validitas Skala

Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono,

2006). Validitas berasal dari validity yang mempunyai arti sejauh mana

akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya

(Azwar, 2012).

Uji validitas dalam skala ini menggunakan validitas isi dimana

item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang

diteliti. Menurut Prasetyo (2005), suatu alat ukur dikatakan memiliki

validitas isi jika keseluruhan isi definisi tercangkup dalam perangkat

ukur yang digunakan. Validitas ini diperoleh dengan cara meminta

pendapat ahli atau profesional judment terhadap kesesuaian bagian tes

dan konstruk yang diukur (Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini,

pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta pendapat dari dosen

pembimbing.

2) Reliabilitas Skala

Reability adalah sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat

(56)

35

konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu.

Relibilitas berkonsentrasi pada masalah akuransi pengukuran dan

hasilnya (Sarwono, 2006). Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien

reliabilitas yang angkanya berada pada rentang 0 sampai 1,00.

Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti

semakin tinggi reliabilitasnya dan begitu pula sebaliknya.

a. Hasil Uji Reliabilitas Skala Perilaku Premarital Seksual

Hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien sebesar 0,970 yang

berarti koefisien reliabititas dalam skala ini berada pada kategori

tinggi berdasarkan pada jenjang yang dikemukakan oleh Arikunto

[image:56.595.84.512.252.623.2]

(2010) sebagai berikut :

Tabel 4. Interpretasi Reliabilitas

Besaran linear r Interpretasi

0,80 - 1,00 Tinggi 0,60 - 0,80 Cukup 0,40 - 0,60 Agak rendah 0,20 - 0,40 Rendah 0,00 - 0,20 Sangat rendah

4. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengecek apakah data

penelitian berasal dari populasi yang sebenarnya normal. Uji

normalitas diukur menggunakan metode One Sample

(57)

36

dikatakan memiliki sebaran normal jika nilai p > 0,05. Sedangkan

jika nilai p < 0,05 maka sebaran data tidak normal (Santosa, 2010).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan uji dua kelompok. Hal ini

dilakukan untuk melihat varian dari dua kelompok. Uji

homogenitas dilakukan dengan Lavene’s test menggunakan mean

sebagai ukuran tendensi sentral karena lebih peka terhadap

ketidaknormalan data (Santoso, 2010)

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Independent Sample T-Test dengan program SPSS Windows 16.0.

Analisis ini bertujuan agar peneliti dapat mengetahui perbedaan nilai

rata-rata (mean) antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua

(58)

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.PERSIAPAN PENELITIAN

Persiapan pertama yang dilakukan adalah membuat skala perilaku

seksual yang disusun oleh peneliti dengan beberapa rekan dan dosen melalui

proses diskusi. Dosen pembimbing berperan untuk melakukan professional

judgement agar semua item dalam skala ini sesuai dengan konteks pengukuran.

Skala perilaku seksual ini dibuat dengan 56 item pernyataan.

Persiapan kedua adalah melakukan uji coba terpakai atau try out di

sekolah yang sudah di tentukan dengan tujuan agar skala siap digunakan dalam

penelitian yang sesungguhnya. Peneliti melakukan uji coba untuk memastikan

apakah bahasa dalam skala tersebut mudah dipahami oleh orang lain.

Pengambilan data uji coba terpakai atau try out dilakukan SMAN 1 Panggang

Gunungkidul pada tanggal 15 April 2016 terhadap 62 siswa dengan komposisi

27 laki-laki dan 35 perempuan. Sebelum terjun ke lapangan (melakukan

penelitian) peneliti terlebih dahulu memberikan surat ijin penelitian kepada

pihak sekolah. Peneliti memilih subjek siswa SMA diasumsikan karena siswa

SMA sedang berada pada masa remaja dan belum menikah serta rentan

melakukan premarital seksual.

Tahap selanjutnya, peneliti melakukan seleksi item berdasarkan data

yang diperoleh dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows

16.0 version dengan menghitung Correted Item-Total dalam realibility

(59)

38

seksual ini adalah 0,30. Item yang memiliki Correted Item-Total ≥ 0,30 maka

item tersebut dianggap lolos atau memenuhi syarat. Sedangkan item yang

memiliki Correted Item-Total ≤ 0,30 item tersebut dianggap tidak layak untuk

dipakai. Dari hasil seleksi item, didapatkan item yang dianggap lolos atau

memenuhi syarat sebanyak 52 item.

Tahap yang terakhir yaitu melakukan analisis data. Item yang lolos

dianalisis menggunakan uji Independent Sample T-Test. Kemudian peneliti

membuat pembahasan dan kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang telah

ditentukan.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Peneliti melaksanakan pengambilan data melalui tiga periode yang

dilakukan dari bulan April sampai Mei tahun 2016 pada beberapa sekolah di

Gunungkidul Yogyakarta. Tahap pertama, pengambilan data untuk generasi X

dilakukan pada guru-guru SD dan SMP di Gunungkidul yang berlangsung

selama beberapa hari dari tanggal 05 Mei 2016 sampai 19 Mei 2016 di SDN 1

Panggang, SDN 1 Girisekar, dan SMPN 2 Panggang. Tahap kedua,

pengambilan data untuk generasi Y dilakukan di SMAN 1 Semanu pada

tanggal 12 Mei 2016. Tahap terakhir, pada tanggal 12 Mei sampai dengan

tanggal 25 Mei 2016 pengambilan data yang kedua untuk generasi X dilakukan

di tempat-tempat umum seperti lingkungan tempat tinggal peneliti di daerah

Gunungkidul, dan sebagian kecil di lingkungan kampus Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Pada tahap ini, semua orang yang masuk dalam kriteria

(60)

39

kriteria yaitu laki-laki dan perempuan yang berada pada usia 39-51 tahun,

sebelum menikah pernah berpacaran, dan dapat Berbahasa Indonesia. Dengan

demikian, data tersebut di dapat dari subjek yang lebih luas namun tetap sesuai

dengan tujuan penelitian ini.

Dalam proses pengambilan data ini, peneliti di bantu oleh beberapa

rekan. Kami bersama-sama mengunjungi beberapa sekolah dan tempat-tempat

yang telah kami tentukan untuk pengambilan data.

C.DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini di kelompokkan menjadi dua, yang pertama

untuk kelompok generasi Y adalah remaja berusia 17-18 tahun yang sudah

pernah atau sedang berpacaran dan belum menikah dengan komposisi yang

terdiri dari 21 laki-laki dan 29 perempuan. Subjek adalah para siswa yang

sedang duduk di bangku SMA. Subjek SMA merupakan siswa-siswi kelas dua <

Gambar

gambar porno atau melihat pornografi di internet. Sedangkan perilaku
Tabel 1. Skor Penilaian Skala Premarital Seksual
Tabel 3. Blue-print Skala Premarital Seksual sesudah try-out
Tabel 4. Interpretasi Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan isi pertanyaan dalam kuesioner tentang tingkat kepuasan pengguna terhadap keseluruhan pelayanan yang ada di Perpustakaan IPB, dengan menggunakan skala genap dari 1

Waktu pemijahan pada ikan dapat diduga dengan melihat komposisi tingkat kematangan gonad ikan tersebut, waktu pemijahan ikan adalah bulan-bulan yang memiliki jumlah

(Storey et al., 2016), Dengan demikian bahwa semakin tinggi kemampuan menciptakan inovasi layanan, maka kinerja UMKM itu akan menjadi lebih tinggi; (3) koefisien regresi

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah rencanakan dan membuat sistem pemantauan meter air. Untuk merealisasikan sistem pemantuan meter ini diperlukan unit s pemantau

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua rahmat dan anugrah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “

Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah tempat di mana siswa belajar. Tempat yang nyaman akan memiliki pengaruh

Pengukuran drawbarpull dengan gandengan traktor sebagai pembeban dilakukan beberapa kali dengan menggunakan drawbar- pull meter yang dilengkapi dengan handy strain meter.. Pada

Jika seorang anak dari masing-masing kelompok dipertukarkan, maka rata-rata berat badan dari anak-anak di kelompok pertama akan sama dengan rata-rata berat badan