• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM KUDUS TAHUN PELAJARAN 20102011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM KUDUS TAHUN PELAJARAN 20102011"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM

KUDUS TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Nuning Suprapti NIM: 071134021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM

KUDUS TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Nuning Suprapti NIM: 071134021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Karya ini kupersembahkan kepada:

® Bapak dan Simbokku, Petrus Subarno dan Cicilia Legiyem.

Terima kasih atas dukunganmu hingga sekarang aku beranjak

dewasa.

® Kakak-kakakku, Ch. Sumarniyanti, Markus Sumaryadi, Y.

Sumaryanto, dan FX. Hariyadi. Jadilah keluarga terbaik buat

keluarga dan sesama kita.

® Masterina Setyatiti. Terima kasih, sahabat. Kita berhasil

melewatinya.

(6)
(7)
(8)
(9)

viii

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM KUDUS

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Nuning Suprapti Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tingkat korelasi. Penelitian ini digunakan untuk mencari tahu hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui motivasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus; (2) mengetahui prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus; (3) mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus; (4) mengetahui besar sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus.

Subyek penelitian ini berjumlah 65 siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus tahun pelajaran 2010/2011. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah motivasi belajar sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Alat pengumpulan data adalah kuesioner motivasi belajar siswa dan dokumentasi. Kuesioner digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa dan dokumentasi berupa nilai rapor semester I digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi serial dengan taraf signifikansi 1%.

Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) motivasi belajar siswa rendah sebesar 3,08%, motivasi belajar sedang sebesar 15,38%, dan motivasi belajar tinggi sebesar 81,54%; (2) prestasi belajar siswa rendah sebesar 6,15%, prestasi belajar sedang sebesar 61,54%, sedangkan prestasi belajar tinggi sebesar 32,31%; (3) motivasi belajar memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa, dengan nilai r = 0,439 dan signifikan pada taraf signifikansi 1%; dan (4) motivasi belajar memberikan sumbangan bagi prestasi belajar siswa sebesar 43,9%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, motivasi belajar memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus tahun pelajaran 2010/2011. Hal tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Untuk itu, guru dan orang tua diharapkan dapat menciptakan suasana yang memotivasi anak agar belajar lebih giat. Dengan motivasi belajar yang tinggi, prestasi belajar anak diharapkan juga meningkat.

(10)

ix

THE CORRELATION BETWEEN LEARNING MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT OF FIFTH GRADES OF KALAM KUDUS

CHRISTIAN ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC YEAR 2010/2011

Nuning Suprapti Sanata Dharma University

2011

This research was a correlation-phased descriptive research. This research intended to discover the relation between variables. The aims of the research were (1) to find out the learning motivation of the fifth grade students of Kalam Kudus Christian Elementary School; (2) to find out the students’ achievement of fifth grade students of Kalam Kudus Christian Elementary School; (3) to find out the

relation between the learning motivation and students’ achievement of fifth grade

of Kalam Kudus Christian Elementary School; (4) to find out the influence of learning motivation on the fifth grade students of Kalam Kudus Christian Elementary School.

The research participants were 65 fifth grade students of Kalam Kudus Christian Elementary School Academic Year 2010/2011. The variables of research consisted of independent variable and dependent variable. Learning motivation was the independent variable, while the achievement was the

dependent variable. The research instrument was questionnaire on students’

learning motivation and documentation. The questionnaire was used to measure

the students’ learning motivation and the documentation was in form of semester I report used to find out the students’ achievement. The data gathering technique

applied serial correlation technique with the significant of 1%.

The research result showed: (1) low students’ learning motivation was 3,08%, medium students’ learning motivation was 15,38%, and high students’ learning motivation was 81,54%; (2) low students’ achievement was 6,15%, medium students’ achievement was 61,54%, while high students’ achievement

was 32,31%; (3) the learning motivation had positive relation and significant in

students’ achievement, with value r = 0,439 and the standard of significance of

1%; and (4) the learning motivation contributed in the students achievement as high as 43,9%.

It turned out that the learning motivation had positive relation and

significant in the students’ achievement of fifth grade of Kalam Kudus Christian

Elementary School 2010/2011. It showed that the learning motivation gave

influence of the students’ achievement. Therefore, both teacher and parents are

expected to create atmosphere that motivates students to study more actively.

(11)

x

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kasih dan berkah-Nya selalu mendampingi penulis dalam mengerjakan skripsi ini sehingga dapat selesai dengan baik. Bimbingan-Nya telah membantu penulis untuk selalu menghadapi masalah yang muncul dengan jalan yang beragam.

Skripsi ini berjudul “Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bantuan sampai penyusunan skripsi ini selesai.

3. Drs. J. Sumedi, selaku Dosen Pembimbing II yang bersedia memberikan bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

4. Kepala Sekolah, guru, karyawan, dan siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus yang telah terbuka dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Kepala Sekolah, guru, karyawan, dan siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah terbuka dan memberikan ijin untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas soal.

(12)
(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar Siswa ... 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa ... 15

4. Teknik-teknik Motivasi Belajar ... 20

5. Pentingnya Motivasi dalam Belajar ... 24

B. Prestasi Belajar Siswa... 26

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 26

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa ... 28

C. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa ... 33

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

(14)

xiii

D. Tempat Penelitian ... 39

E. Jadwal Penelitian ... 39

F. Alat Ukur/Instrumen Penelitian ... ` 40

1. Alat Pengumpulan Data ... 40

2. Uji Coba Instrumen ... ` 50

G. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

1. Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus ... 64

2. Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus ... 70

3. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus ... 76

4. Besar Sumbangan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus ... 88

B. Pembahasan ... 89

BAB V PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(15)

xiv

Halaman

Tabel 3.1 Subyek Penelitian ... 38

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 44

Tabel 3.4 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar Siswa .... 48

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal untuk Mencari Validitas Item ... 54

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 57

Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas Uji Coba Penelitian ... 59

Tabel 3.8 Koefisien Reliabilitas Hasil Penelitian ... 59

Tabel 3.9 Jarak Skor Motivasi Tiap Kelompok ... 60

Tabel 3.10 Pedoman Pemberian Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 62

Tabel 4.1 Jarak Skor Motivasi Tiap Kelompok ... 64

Tabel 4.2 Klasifikasi Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus ... 65

Tabel 4.3 Kriteria Klasifikasi Prestasi Belajar Siswa ... 71

Tabel 4.4 Klasifikasi Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 72

Tabel 4.5 Skor Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa ... 78

Tabel 4.6 Jumlah Subyek Tiap Kelompok ... 82

Tabel 4.7 Proporsi Individu Setiap Kelompok ... 82

Tabel 4.8 Mean (Rata-rata) Setiap Kelompok Motivasi Belajar ... 83

Tabel 4.9 Nilai Ordinat ... 83

(16)

xv

Halaman Skema 2.1 Kaitan antara Cita-cita/Aspirasi Siswa, Motivasi Belajar,

dan Perolehan Belajar ... 16 Skema 2.2 Kaitan antara Kemampuan Siswa, Motivasi Belajar, dan

Perolehan Belajar ... 17 Skema 2.3 Kaitan antara Kondisi Siswa, Motivasi Belajar, dan

Perolehan Belajar ... 18 Skema 2.4 Kaitan antara Kondisi Lingkungan Belajar, Motivasi

Belajar, dan Perolehan Belajar ... 19 Skema 2.5 Kaitan antara Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

dengan Motivasi, dan Perolehan Belajar ... 19 Skema 2.6 Kaitan antara Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa

Belajar dengan Motivasi, dan Perolehan Belajar ... 20 Skema 2.7 Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar

Siswa ... 36 Diagram 4.1 Persentase Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Kristen

Kalam Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 70 Diagram 4.2 Persentase Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kristen

(17)

xvi

Halaman Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Penelitian Motivasi Belajar Siswa .. 100 Lampiran 2 Tabel Skoring (4, 3, 2, 1) Hasil Kuesioner Uji Coba

Motivasi Belajar Kelas VA SD Kanisius Kalasan

Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 106 Lampiran 3 Tabel Persiapan Perhitungan Validitas dan Reliabilitas

Soal Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Kelas VA SD Kanisis KalasanYogyakarta Tahun Pelajaran

2010/2011 ... 110 Lampiran 4 Tabel Hasil Analisis Uji Validitas Kuesioner Motivasi

Belajar Siswa Kelas VA SD Kanisius Kalasan

Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 116 Lampiran 5 Tabel Validitas Tiap Indikator dan Sebaran Item

Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Tahun Pelajaran

2010/2011 ... 118 Lampiran 6 Tabel Revisi Item Soal Kuesioner Tiap Indikator ... 120 Lampiran 7 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi

Belajar Siswa Kelas VA SD Kanisius Kalasan

Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 122 Lampiran 8 Tabel Revisi Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Motivasi

Belajar Siswa ... 124 Lampiran 9 Tabel Revisi Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Penelitian

Motivasi Belajar Siswa ... 127 Lampiran 10 Kuesioner Penelitian Motivasi Belajar Siswa ... 128 Lampiran 11 Skor Hasil Penelitian Kuesioner Motivasi Belajar

Siswa SD Kristen Kalam Kudus ... 133 Lampiran 12 Tabulasi Skor Hasil Kuesioner Penelitian Motivasi

Belajar Siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus Tahun

(18)

xvii

Pelajaran 2010/2011 ... 143 Lampiran 14 Daftar Nilai Rapor Kelas V Semester I SD Kristen

Kalam Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 145 Lampiran 15 Tabel Nilai r Product Moment dari Pearson ... 147 Lampiran 16 Tabel Ordinat pada Kurva Normal ... 148 Lampiran 17 Tabel Hubungan Antar Kelompok Motivasi Belajar

dengan Kelompok Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD

Kristen Kalam Kudus ... 150 Lampiran 18 Surat Pengantar Uji Validitas dan Reliabilitas Soal di

SD Kanisius Kalasan ... 152 Lampiran 19 Surat Pengantar Penelitian di SD Kristen Kalam Kudus . 153 Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian ... 154 Lampiran 21 Foto-Foto Uji Coba Kuesioner dan Penelitian Motivasi

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pendidikan nasional diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Sehingga mampu bersaing dalam perkembangan jaman. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang No. 2 tahun 2003, Bab I Pasal 1 No. 1 tentang sistem Pendidikan Nasional berbunyi:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”

Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat (Purwanto, 1995:10). Pimpinan dimaksudkan sebagai suatu pertolongan yang mampu membimbing anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan pendidikan, anak diharapkan dapat mengembangkan potensi yang ia miliki secara positif sehingga dapat berguna bagi diri sendiri dan lingkungannya.

(20)

dilaksanakan oleh guru, nantinya dapat dihasilkan siswa (output) yang berkualitas. Dengan kata lain, siswa dan guru sangat menentukan mutu pendidikan.

Ngalim Purwanto (1990:102-106) berpendapat bahwa berhasil tidaknya belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor tersebut adalah faktor yang ada di dalam diri siswa dan faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor yang ada di dalam diri siswa meliputi faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan faktor yang ada di luar diri siswa meliputi keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, keadaan lingkungan, dan kesempatan yang tersedia. Faktor tersebut menjadi pemicu bagi keberhasilan pendidikan yang akan dicapai. Apabila faktor–faktor yang dapat menyebabkan kegagalan pendidikan dapat diatasi, maka pencapaian tujuan pendidikan dapat dicapai dengan baik.

Siswa sebagai subyek belajar memiliki andil yang besar bagi keberhasilan tujuan pendidikan. Perbuatan yang ia lakukan di dalam kegiatan pembelajaran akan berdampak pada prestasi belajar yang ia peroleh dalam pembelajaran. Sikap dan perbuatan belajar yang tinggi akan membawa keberhasilan bagi pendidikan. Sebaliknya, jika sikap dan perbuatan belajar rendah, keberhasilan pendidikan akan sulit tercapai.

(21)

faktor internal (dari dalam diri siswa) dalam proses pembelajaran. Guru dan orang tua harus memberikan dorongan yang baik pada diri siswa atau anaknya. Jika hal tersebut dilakukan, maka akan muncul hasrat belajar yang tinggi pada diri siswa. Pemberian motivasi yang tinggi dapat membantu siswa/anak memahami dan menyadari manfaat belajar bagi dirinya di kemudian hari.

Motivasi belajar diharapkan dapat memacu semangat belajar siswa bahkan pada siswa yang malas belajar sekalipun. Timbulnya motivasi belajar yang tinggi dapat membentuk perilaku/kebiasaan belajar yang baik dalam diri siswa. Motivasi belajar yang tinggi dan kebiasaan belajar yang baik akan berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar siswa. Dengan motivasi belajar yang tinggi, prestasi belajar pun diharapkan juga tinggi.

Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus tahun pelajaran 2010/2011. Prestasi belajar meliputi nilai siswa pada lima mata pelajaran inti, seperti Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(22)

2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus tahun pelajaran 2010/2011?

3. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus tahun pelajaran 2010/2011? 4. Seberapa besar sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar

siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus tahun pelajaran 2010/2011?

C. Batasan Istilah Dan Variabel

1. Batasan Istilah

a. Motivasi belajar adalah daya penggerak atau dorongan dari eksternal maupun internal sehingga terjadi kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada siswa serta memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

(23)

2. Batasan Variabel

a. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik eksternal maupun internal dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan, serta diukur dengan kuesioner dan ditunjuk dengan skor yang diperoleh siswa.

b. Prestasi belajar siswa mencakup penguasaan siswa terhadap mata pelajaran, meliputi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia, Matematika (MTK), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang telah diperoleh dari tes belajar siswa dan diukur dengan tes buatan guru serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa dan diaktualisasikan ke dalam rapor.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui motivasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus

tahun pelajaran 2010/2011.

2. Mengetahui prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus tahun pelajaran 2010/2011.

(24)

4. Mengetahui besar sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus tahun pelajaran 2010/2011.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut. 1. Secara teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan tambahan informasi bagi penelitian ilmiah, khususnya di bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar tentang hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.

2. Secara praktis

(25)

7

KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu motivasi dan belajar. Masing-masing memiliki arti yang berbeda satu sama lainnya. Berikut ini merupakan pengertian dari motivasi dan belajar.

a. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti seluruh aktivitas mental yang dirasakan/dialami dan memberikan kondisi hingga terjadinya perilaku (Isbandi Rukminto Adi, 1994: 154). Motif dapat berupa rangsangan, dorongan maupun pembangkit tenaga untuk memunculkan perilaku tertentu. Motif tidak dapat dilihat secara langsung namun ditunjukkan melalui tingkah laku seseorang dalam melakukan sesuatu. Motivasi merupakan daya gerak dari dalam diri manusia itu sendiri.

Pendapat tersebut hampir sama dengan yang dikatakan oleh Fudyartanto (2002: 258) yang mengatakan bahwa motivasi adalah usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai sesuatu tujuan.

(26)

choice (direction), persistence, and vigor of goal-directed

behavior”. Hal tersebut berarti, motivasi secara luas berkaitan

dengan waktu penentuan pilihan (arah), ketekunan, dan semangat perilaku dalam mencapai tujuan dari kegiatan yang dilakukan. Jadi, motivasi menurut Beck berarti sesuatu yang berkaitan dengan arah, ketekunan, dan semangat seseorang dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai.

(27)

Di dalam bukunya, Uno (2007: 3) merumuskan bahwa motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Jadi, motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku demi mencapai tujuan.

b. Belajar

Syah (2003: 68) mendefinisikan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku individu yang timbul akibat dari adanya proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh bukan merupakan proses belajar.

“Learning is a relatively permanent change in behavior or

behavioral potentiality that comes from experience and cannot

be attributed to temporary body states such as illness, fatigue,

(28)

dengan keadaan tubuh yang sementara seperti rasa sakit, kelelahan, atau obat-obatan.

Hudojo (1979: 107), menyatakan belajar sebagai suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.

Howard L. Kingsley (dalam Ahmadi dan Supriyono, 1991:120) mendefinisikan bahwa learning is the process by which behavior (in the boarder sense) is originated or changed

through practice or training. Belajar adalah proses di mana

tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Dalam buku Encyclopaedia of Psychology of Education (Paul Monroe, 2002: 287):

Learning is the process whereby experiences are gained which function effectively in meeting new situations. This process may take many different forms, and what is popularly called learning is usually complex process involving many of these forms.”

(29)

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dirumuskan belajar adalah suatu proses kognitif yang terjadi secara aktif untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dari proses belajar tentunya adalah perilaku yang positif menuju kemajuan yang baik dari seorang individu. Perilaku yang negatif tidak dapat disebut sebagai proses belajar, misalkan malas, mencuri, membolos, mabuk, dan sebagainya.

Motivasi belajar (Winkel, 2004:169) adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar penting dalam memberikan semangat belajar dan penentu arah bagi siswa. Siswa yang memiliki motivasi kuat memiliki semangat yang besar dalam belajar. Begitu pula sebaliknya, siswa yang motivasinya lemah akan memiliki hasrat belajar yang rendah. Siswa memiliki peran dalam menentukan motivasi yang kuat ataupun lemah, yang memberikan arah maupun tidak memiliki tujuan.

(30)

energi yang besar untuk melakukan kegiatan belajar itu. Meskipun siswa tidak memiliki intelegensi yang tinggi, gairah belajarnya pun akan besar bila ia memiliki motivasi yang besar dalam suatu pelajaran. Motivasi belajar adalah pendorong atau pemberi semangat kepada individu yang melakukan kegiatan belajar, agar lebih giat belajar supaya prestasinya meningkat menjadi lebih baik (Fudyartanto, 2002: 258).

Uno (2007:23) mengatakan, motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Adapun indikator tersebut adalah:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil,

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan,

c. Adanya penghargaan dalam belajar,

d. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar serta

(31)

menyebabkan perubahan tingkah laku pada siswa serta memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar Siswa

Ada dua jenis yang motivasi siswa dalam belajar, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri siswa (intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri siswa (ekstrinsik).

a. Motivasi Intrinsik

Menurut Thornburgh (1984) dalam Prayitno (1989: 10-11), motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Seseorang yang melakukan suatu tindakan berdasarkan motivasi intrinsik akan merasa puas jika kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil sesuai dengan tujuannya.

(32)

kesadaran akan pentingnya belajarlah yang mampu memotivasi dia untuk belajar sungguh-sungguh.

Motivasi yang seharusnya dimiliki oleh siswa adalah motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik lebih murni dan langgeng (bertahan lama) karena berasal dari dalam siswa serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh dari orang lain. Dorongan untuk mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk masa depan berpengaruh kuat dan lebih lama dibandingkan dengan dorongan dari pujian ataupun hadiah.

Sardiman (1986: 89) berpendapat bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, dan ahli dalam bidang studi tertentu. Hal itu dikarenakan motivasi intrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial (mendasar), bukan sekedar simbol dan seremonial.

b. Motivasi Ekstrinsik

(33)

lain-lain merupakan contoh konkret dari motivasi ekstrinsik yang menolong siswa untuk belajar.

Sebagai contoh, seorang siswa belajar dengan giat ketika akan menghadapi ujian akhir semester agar naik kelas dan mendapat hadiah sepeda seperti yang dijanjikan orang tuanya. Dari contoh di atas, siswa tersebut melakukan sesuatu karena memiliki tujuan lain yang berasal dari luar dirinya.

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa

Tinggi-rendahnya motivasi siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini merupakan faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar menurut Ali Imron (1996: 99-106):

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

(34)

berarti memiliki motivasi yang tinggi untuk mengejar cita-citanya.

Lain halnya dengan orang yang tidak memiliki cita-cita yang jelas. Usaha yang ia lakukan belum tentu maksimal. Hambatan yang datang hanya akan menjadi rintangan baginya. Karena usaha yang ia curahkan hanya setengah-setengah, hasil yang ia peroleh pun tidak maksimal. Agar lebih jelas, berikut ini gambaran mengenai hubungan antara cita-cita/aspirasi belajar, motivasi belajar, dan perolehan belajar.

Skema 2.1 Kaitan antara Cita-cita/Aspirasi Siswa, Motivasi Belajar, dan Perolehan Belajar

b. Kemampuan siwa

Kemampuan antara siswa yang satu dengan yang lainnya tentu berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi, ada juga yang kemampuan belajarnya rendah. Motivasi belajar siswa dapat menjadi rendah bila ia merasa memiliki kemampuan yang rendah dalam bidang tertentu. Karena perasaan memiliki kemampuan yang rendah tadi, motivasi siswa menjadi berkurang. Dengan motivasi belajar yang rendah inilah, hasil yang diperoleh menjadi kurang baik. Untuk itu kemampuan setiap siswa harus diperhatikan dalam Cita-Cita /

Aspirasi Siswa

Motivasi Belajar Siswa

(35)

proses pembelajaran agar ia memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.

Skema 2.2 Kaitan antara Kemampuan Siswa, Motivasi Belajar, dan Perolehan Belajar

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa dibedakan menjadi dua, yaitu kondisi fisik dan kondisi psikisnya. Kedua kondisi ini saling mempengaruhi satu sama lain. Ada pepatah yang mengatakan, ”di dalam tubuh

yang sehat, terdapat jiwa yang kuat (men sana in corpore sano)”. Pepatah tersebut benar adanya. Seseorang yang kondisi

psikologinya sehat, berpengaruh pada ketahanan dan kesehatan fisiknya.

Kondisi fisik yang lelah berpengaruh pada motivasi belajar siswa yang cenderung menurun. Rasa lelah pada tubuhnya menjadikan ia malas untuk beraktivitas dengan psikisnya. Otaknya tidak mampu berpikir dengan jernih bila kondisi fisiknya sedang sakit. Sebaliknya, kondisi fisik yang sehat bugar, bisa berpengaruh pada peningkatan motivasi belajar siswa. Siswa bisa konsentrasi dengan baik jika keadaan fisiknya baik pula. Hubungan antara ketiganya digambarkan sebagai berikut:

Kemampuan Siswa

Motivasi Belajar Siswa

(36)

Skema 2.3 Kaitan antara Kondisi Siswa, Motivasi Belajar, dan Perolehan Belajar

d. Kondisi lingkungan belajar

Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah tempat di mana siswa belajar. Tempat yang nyaman akan memiliki pengaruh berbeda pada tempat yang tidak nyaman. Tempat belajar yang tenang, teratur, tertata rapi menimbulkan gairah belajar. Semangat belajar siswa akan timbul jika ia belajar di tempat tersebut. Lain halnya dngan tempat belajar yang berantakan, bising, dan kotor. Konsentrasi belajar siswa akan mudah terganggu karena kegaduhan yang timbul.

Lingkungan sosial adalah suatu lingkungan seseorang dalam kaitannya dengan orang lain. Lingkungan sosial berupa lingkungan sepermainan, lingkungan sebaya, dan kelompok belajar. Lingkungan ini menentukan motivasi belajar siswa. Sebagai contoh, jika dalam lingkungan sosial siswa tidak terbiasa dengan aktivitas belajar, maka bukan aktivitas belajar yang akan diperoleh dari siswa tersebut, melainkan aktivitas lain.

Sebaliknya, jika siswa berada dalam lingkungan yang kompetitif dalam belajar, siswa tersebut akan terbawa serta Kondisi Siswa Motivasi Belajar

Siswa

(37)

untuk ikut berkompetisi dengan lingkungannya. Secara sadar atau tidak, ia akan terekayasa untuk belajar juga. Dengan demikian, jelaslah bahwa kondisi lingkungan belajar berpengaruh pada motivasi belajar siswa.

Skema 2.4 Kaitan antara Kondisi Lingkungan Belajar, Motivasi Belajar, dan Perolehan Belajar

e. Unsur – unsur dinamis belajar / pembelajaran Unsur-unsur dinamis pembelajaran meliputi:

1) Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar. 2) Bahan belajar dan upaya penyediaannya.

3) Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya. 4) Suasana belajar dan upaya pengembangannya.

5) Kondisi subyek belajar dan upaya penyiapan, serta peneguhannya.

Unsur dinamis perlu diperhatikan karena menunjang belajar siswa itu sendiri. Siswa akan memiliki motivasi tinggi bila kebutuhan penunjang belajarnya terpenuhi. Berikut ini hubungan antara unsur dinamis belajar dan pembelajaran, motivasi belajar, dan perolehan belajar siswa.

Skema 2.5 Kaitan antara Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dengan Motivasi, dan Perolehan Belajar

(38)

f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Guru yang dapat menciptakan pembelajaran menyenangkan bagi siswanya akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Penggunaan media yang menarik, cara mengajar yang menyenangkan, dan persiapan mengajar yang matang dapat berpengaruh pada tingkat antusias siswa dalam mengikuti pelajaran. Apabila siswa sudah merasa antusias ketika mengikuti pembelajaran, mereka akan dapat berkonsentrasi.

Sebaliknya, jika guru menampilkan muka yang seram, pembelajaran yang membosankan, dan tidak menarik, siswa tidak dapat berkonsentrai dengan baik. Motivasi belajarnya menurun karena ketidaksiapan yang ditunjukkan oleh guru. Untuk itu, guru perlu mempersiapkan diri dengan matang sebelum mengajar agar siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar. Hubungan ketiganya akan digambarkan dalam bagan berikut:

Skema 2.6 Kaitan antara Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa Belajar dengan Motivasi, dan Perolehan Belajar

4. Teknik-teknik Motivasi Belajar

Teknik memotivasi siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara. Tujuannya adalah untuk menggiatkan atau memacu Upaya Guru

Membelajarkan Siswa

Motivasi Belajar Siswa

(39)

motivasi siswa dalam belajar. Hamalik (2009:184-187), mengungkapkan beberapa teknik memotivasi siswa, yaitu:

a. Pemberian penghargaan atau ganjaran

Pemberian penghargaan dapat membangkitkan minat siswa untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Minat adalah perasaan seseorang bahwa apa yang dipelajari atau dilakukannya bermakna bagi dirinya. Tujuan diberikannya penghargaan adalah membangkitkan dan mengembangkan minat. Penghargaan bukanlah suatu tujuan tetapi alat. Jadi, dengan pemberian penghargaan ini, siswa diharapkan dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik dan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.

b. Pemberian angka atau grade

(40)

c. Keberhasilan dan tingkat aspirasi

Tingkat aspirasi menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.

Faktor yang paling kuat dalam tingkat aspirasi adalah perbandingan besar-kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan. Untuk itu, guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai sehingga para siswa merasa bahwa mereka mampu mencapainya.

d. Pemberian pujian

(41)

e. Kompetisi dan kooperasi

Ada tiga jenis kompetisi yang efektif, yaitu:

1) kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan,

2) kompetisi kelompok di mana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat, dan

3) kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.

Kebutuhan akan realisasi diri, diterima kelompok, dan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan cara kerja sama. Kerja sama merupakan bentuk dasar dari hubungan antarkelompok.

f. Pemberian harapan

(42)

tidak memenuhi harapan yang pernah diberikannya kepada siswa. Harapan dapat berupa hadiah, kedudukan, nama baik, dan sejenisnya.

5. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Motivasi memiliki intensitas dan arah (direction). Gage dan Berliner (1984) dalam Djiwandono (2006: 329) menyamakan motivasi seperti mesin (intensitas) dan kemudi (direction) sebuah mobil. Intensitas dan arah sulit dipisahkan. Intensitas berfungsi sebagai penggerak dan arah sebagai tujuan. Dalam belajar, motivasi memiliki peran dalam menggerakkan diri siswa untuk mau belajar dengan tekun sehingga mencapai tujuan yang ingin dicapai. Motivasi belajar yang tinggi akan membantu siswa dalam menggerakkan dirinya dalam belajar sehingga tujuan belajar dapat dicapai dengan memuaskan. Begitu pula sebaliknya, motivasi belajar yang rendah membuat ”mesin” bekerja lamban sehingga tujuan belajar tidak dapat dicapai

secara maksimal.

(43)

a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar

Motivasi berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar, dalam hal ini siswa, dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan. Masalah tersebut hanya dapat dipecahkan dengan bantuan yang pernah dilaluinya. Untuk itu, seseorang harus benar-benar memiliki motivasi untuk belajar sesuatu.

Misalnya saja, seorang siswa akan memecahkan materi mengenai pengukuran sudut suatu bangun datar dengan bantuan busur. Tanpa busur, siswa tersebut tidak akan dapat mengukur besar sudut dengan tepat. Karena masalah ini, siswa tersebut akan berusaha untuk mendapatkan busur sehingga ia dapat menghitung besar sudut dari bangun itu. Upaya untuk mendapatkan busur merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.

b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

(44)

kesempatan, siswa diminta guru untuk membuat bangun datar dengan sudut tertentu. Dari latihan tersebut, siswa dapat terlatih mengenai cara pengukuran besar sudut sehingga dapat berguna bagi cita-citanya sebagai seorang arsitek. Siswa tersebut menjadi termotivasi untuk belajar karena ia sudah mengetahui makna dari belajar.

c. Menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, nampak bahwa motivasi dapat menyebabkan siswa tekun belajar. Sebaliknya, apabila motivasi belajar siswa rendah, maka ia tidak akan lama belajar. Siswa tersebut lebih memilih mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Ini berarti bahwa motivasi berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

B. Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian Prestasi Belajar

(45)

mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya yang mengacu pada standar keunggulan. Standar ini muncul dari tuntutan orang tua atau lingkungan (McClelland, 1974 dalam Djaali, 2007: 108-110). Motivasi berprestasi inilah yang ikut menentukan prestasi belajar siswa. Pengaruhnya tergantung pada kondisi dalam lingkungan dan kondisi individu itu sendiri.

Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru (KBBI, 2008: 1101).

Winkel (1983) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu. Sedangkan Suratinah Tirtonegoro (1984: 42) menyatakan bahwa pencapaian hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Di dalam bukunya, Mahmud (1990) menerangkan bahwa prestasi akademik biasanya diukur dari nilai sehari-hari tes hasil belajar dan lamanya bersekolah.

(46)

rapor yang diberikan oleh guru. Pada penelitian ini, prestasi belajar siswa dikhususkan pada nilai lima mata pelajaran inti dalam rapor, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan dari luar diri siswa (eksternal) itu sendiri. Keduanya berpengaruh pada tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa. Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:130-131), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

a. Faktor internal, yang meliputi: 1) Faktor jasmaniah (fisiologis)

(47)

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:

a) Faktor intelektif yang meliputi:

(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat Kecerdasan dan bakat siswa berpengaruh pada tingkat usaha siswa dalam memecahkan masalah. Siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat pada suatu bidang akan menekuni bidang tersebut dengan senang hati. Pada siswa yang memiliki bakat menggambar, ia akan senang dengan pelajaran tersebut. Ia menganggap menggambar adalah mudah. Hal inilah yang membuat semangat siswa dalam menggambar menjadi lebih tinggi.

(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki

(48)

karena ia sudah merasa “bisa”, siswa tersebut

menjadi malas untuk belajar. Begitu pula sebaliknya.

b) Faktor non-intelektif

Faktor non-intelektif meliputi unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. Siswa yang memiliki sikap, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri yang baik ketika belajar akan berpengaruh dengan cara belajarnya. Apabila hal tersebut dapat dikendalikan dengan baik, siswa akan lebih konsentrasi dalam belajar. Konsentrasi yang baik membuat siswa dapat menyerap informasi dengan baik. Hal tersebut dapat membuat siswa mampu menuangkan dengan maksimal apa yang telah dipelajarinya ketika menghadapi ujian sehingga nilainya baik.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis

(49)

waktunya harus ia pelajari. Misalnya, ada siswa berumur empat tahun sudah duduk di kelas satu sekolah dasar. Umur tersebut sebenarnya belum boleh duduk di kelas satu. Kondisi psikisnya belum siap untuk menghadapi kegiatan belajar yang formal. Pada umur tersebut, anak berada pada tingkat perkembangan pra-operasional (2 sampai 7 tahun) dimana pada umur tersebut anak belum bisa berpikir secara obyektif. Anak masih mementingkan egonya sendiri (Piaget dalam Dahar, 1989:153).

b. Faktor eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga yang harmonis menciptakan lingkungan yang kondusif bagi belajar siswa. Dengan lingkungan yang kondusif, siswa dapat belajar dengan baik.

b) Lingkungan sekolah

(50)

konsentrasi siswa terganggu oleh suara yang bising dari luar kelas. Untuk itu, lingkungan sekolah hendaknya mampu menciptakan suasana yang tenang, nyaman, dan aman bagi siswa agar siswa dapat belajar dengan baik.

c) Lingkungan masyarakat

Masyarakat juga berpengaruh pada siswa. Lingkungan masyarakat yang baik, dapat berpengaruh pada kegiatan belajar siswa. Jam belajar masyarakat yang biasanya dijumpai, dapat berpengaruh pada warganya.

d) Lingkungan kelompok

Lingkungan kelompok juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Kelompok yang memiliki kegiatan positif, akan membuat anggotanya bersikap positif. Sedangkan kelompok yang perilakunya cenderung negatif, anggotanya pun juga akan bersikap negatif juga.

2) Faktor budaya

Faktor budaya meliputi adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kesenian.

(51)

Ketersediaan fasilitas belajar yang memadai dapat menunjang proses belajar siswa. Fasilitas belajar seperti buku dapat menunjang siswa untuk belajar. Ketersediaan buku dapat membuat siswa memperoleh informasi dengan mudah.

4) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.

Lingkungan yang tidak aman dapat menciptakan rasa was-was dalam diri siswa. Hal itu menyebabkan siswa merasa tidak tenang dalam belajar. Sebaliknya, jika lingkungan siswa aman, siswa akan dapat belajar dengan tenang dan penuh konsentrasi. Rasa aman ini akan menimbulkan kenyamanan dalam diri siswa. Untuk itu, orang tua maupun guru dituntut untuk menciptakan kenyamanan bagi anak.

C. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa

(52)

dapat mempengaruhi besarnya usaha yang dilakukan oleh seorang siswa dalam mencapai hasil terbaik.

Perspektif ilmu perilaku menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik dalam prestasi, sedangkan pendidikan humanistis dan kognitif menekankan motivasi intrinsik dalam prestasi (Santrock, 2009:204). Dari kedua perspektif ilmu tersebut, baik motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sama-sama menentukan prestasi seseorang. Keduanya memiliki cara sendiri dalam memandang motivasi sebagai salah satu penentu prestasi seseorang.

Pintrich (2003) dalam Schunk (2008:5) berpendapat:

”A key point is that motivation bears a reciprocal relation to learning and performance, that is motivation influences learning and performance and what students do and learn influences their motivation. When students attain learning goals, goal attainment conveys to them that they possess the requisite capabilities for learning. These beliefs motivate them to set new challenging goals. Students who are motivated to learn often find that once they are intrinsically motivated to continue their learning.”

Motivasi memiliki hubungan timbal balik antara belajar dan kinerja. Pembelajaran dan motivasi mempengaruhi kinerja. Apa yang dilakukan dan dipelajari siswa juga mempengaruhi motivasi mereka. Ketika siswa mencapai tujuan pembelajaran, siswa merasa mereka memiliki kemampuan yang diperlukan untuk belajar. Keyakinan ini memotivasi mereka untuk menetapkan tujuan baru yang lebih menantang. Siswa yang termotivasi untuk belajar sering menemukan bahwa mereka termotivasi secara intrinsik untuk melanjutkan pembelajarannya.

(53)

dicapai dalam proses belajar dapat menimbulkan unjuk kerja yang baik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi inilah yang kemudian dapat memacu unjuk kerja. Untuk itu, penting bagi guru agar dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswanya.

Wlodkowski dan Jaynes (2004: 18) memandang motivasi belajar sebagai sebuah sistem pembimbing internal yang berusaha menjaga fokus seorang anak tetap belajar serta berdiri sendiri dan bersaing melawan hal-hal lain dalam hidup sehari-hari. Semakin motivasi belajar menjadi bagian dari kebiasaan, rutinitas, dan prioritas dalam kehidupan anak-anak, semakin efektif dan harmonis pula mereka akan belajar di sebuah tempat yang disebut sekolah. Jika hal tersebut dapat dijaga dengan baik, siswa dapat mengembangkan motivasi belajarnya. Dengan motivasi belajar yang tinggi, siswa juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam belajar. Rasa ingin tahu ini memicu siswa untuk belajar lebih giat. Hasilnya, siswa memiliki pengetahuan yang banyak bagi dirinya, sehingga ia dapat menuangkan pengetahuan dan pemahaman tersebut ketika menghadapi ujian.

(54)

tinggi, hasrat untuk belajarnya pun akan tinggi. Dari hasrat belajar yang tinggi ini, siswa akan melakukan usaha yang maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal juga. Sebaliknya, siswa yang motivasi belajarnya rendah, usaha yang ia lakukan juga akan rendah sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar digambarkan dalam bagan di bawah ini.

Skema 2.7 Hubungan antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dituliskan di atas, maka hipotesis pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus tahun pelajaran 2010/2011.”

Motivasi Belajar Unjuk kerja/hasrat

belajar

Prestasi Belajar (PKn, Bahasa Indonesia,

(55)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas sesuatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kountur, 2003: 105). Penelitian deskriptif

didasarkan pada pertanyaan dasar “bagaimana”. Tidak hanya puas bila

hanya mengetahui masalahnya secara eksploratif, tetapi juga ingin mengetahui bagaimana suatu peristiwa bisa terjadi (Gulo, 2002: 19). Penelitian korelasi adalah penelitian yang melihat hubungan antara variabel. Dua atau lebih variabel diteliti untuk melihat hubungan yang terjadi tanpa merubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel tersebut (Kountur, 2003: 108).

(56)

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang akan diteliti. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus yang berjumlah 69 orang. Rincian dari subyek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Subyek Penelitian

Kelas Banyak Siswa

V A 23

V B 22

V C 24

Jumlah 69

Arikunto (2006:130) menyatakan apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya adalah penelitian populasi. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Hal itu dikarenakan subyek yang diteliti adalah seluruh siswa putra dan putri kelas V SD Kristen Kalam Kudus. Kerlinger (1996) dalam Furchan (2007: 193) mengatakan bahwa populasi adalah semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa putra dan putri kelas V di SD Kristen Kalam Kudus.

Kelas lima dijadikan sebagai subyek penelitian karena alasan di bawah ini (Mustaqim, 2008:16-22):

1. mempunyai perhatian terhadap kehidupan praktis sehari-hari; 2. realistis, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi;

(57)

4. membutuhkan bantuan guru atau orang tua; 5. senang membentuk kelompok sebaya.

C. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan variabel bebas, yaitu variabel penyebab. Sedangkan prestasi belajar merupakan variabel terikat di mana variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi (Furchan, 2007:46). Prestasi belajar siswa meliputi nilai siswa pada mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, MTK, IPA, dan IPS dalam rapor.

D. Tempat Penelitian

Berdasarkan tempatnya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan langsung di lapangan (Widi, 2010: 52). Tempat penelitian akan dilaksanakan di SD Kristen Kalam Kudus yang beralamat di Jalan Jambon No. 41 Yogyakarta.

E. Jadwal Penelitian

(58)

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

F. Alat Ukur/Instrumen Penelitian

1. Alat Pengumpul Data a. Kuesioner

(59)

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Kuesioner atau angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pernyataan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, kuesioner akan disebarkan kepada responden (Narbuko dan Achmadi, 2007: 76). Begitu pula dengan Sukardi (2003: 76), kuesioner atau yang disebut dengan angket terdapat bermacam-macam pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan. Di dalam bukunya, Margono (2007: 167) menuliskan bahwa kuesioner berupa alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pernyataan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden. Kuesioner yang disebarkan berupa pernyataan dan telah disediakan jawaban dalam kolom-kolom. Siswa tinggal memberi tanda cek pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pengalamannya masing-masing.

(60)

Dari hasil penyebaran kuesioner ini, peneliti akan mendapatkan data berupa motivasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus.

Berdasarkan cara penyebarannya, kuesioner disebarkan melalui dua cara yaitu via surat pos dan kolektif (Widi, 2010: 243-244). Peneliti memilih cara yang kolektif untuk menyebarkan kuesioner kepada responden. Cara ini dilakukan dengan mendatangi secara langsung di tempat yang akan diteliti, yaitu di SD Kristen Kalam Kudus.

Berdasarkan prosedurnya, kuesioner bersifat langsung di mana kuesioner dikirim langsung dan dijawab oleh responden. Kuesioner yang telah dibuat akan disebarkan langsung kepada responden, yaitu siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus.

(61)

Kuesioner ini terdiri dari delapan indikator. Dari delapan indikator tersebut, peneliti menjabarkan menjadi 60 item pernyataan. Pernyataan dalam kuesioner terdiri dari dua jenis yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif merupakan pernyataan yang menunjukkan sikap yang mendukung motivasi siswa dalam belajar atau berprestasi (meliputi mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, MTK, IPA, dan IPS). Sebaliknya, pada pernyataan negatif menunjukkan sikap yang tidak mendukung motivasi belajar. Berdasarkan jawaban dari kuesioner tersebut, maka diperoleh informasi dari siswa mengenai laporan pribadi tentang motivasi belajar siswa.

Kuesioner dalam penelitian ini berisi penyataan terstruktur atau bentuk tertutup (Furchan, 2007: 260). Setiap item pernyataan disertai dengan pilihan jawaban. Subyek penelitian

tinggal memberikan tanda ceklis (√) pada jawaban yang dipilih.

Kuesioner disusun berdasar Likert’s Summated Ratings. Prinsip skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Skala Likert disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang menunjukkan tingkatan (Widoyoko, 2009: 115). Untuk tiap butir pernyataan, tersedia empat pilihan jawaban yaitu

(62)

“Tidak setuju (TS)”. Berikut ini skor untuk item positif dan item

negatif:

1) Item positif, dengan pilihan jawaban dan skor: a) Sangat setuju (SS) : skor 4

b) Setuju (S) : skor 3 c) Kurang setuju (KS) : skor 2 d) Tidak setuju (TS) : skor 1

2) Item negatif, dengan pilihan jawaban dan skor: a) Sangat setuju (SS) : skor 1

b) Setuju (S) : skor 2 c) Kurang setuju (KS) : skor 3 d) Tidak setuju (TS) : skor 4

Dari penjabaran skor di atas, untuk jawaban yang skornya 3 dan 4 akan mendapatkan nilai sebesar 1 poin. Sedangkan untuk jawaban 1 dan 2, poinnya adalah 0.

Berikut ini kisi-kisi dari kuesioner yang akan disebarkan kepada responden.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Siswa

No Indikator Item Positif Item Negatif

1. Dorongan dan guru bila saya belum memahami materi pelajaran yang dijelaskan.*

(63)

belajar agar dapat

2 Kebutuhan siswa dalam belajar (motivasi intrinsik dan ekstrinsik)

Jika saya memperoleh nilai yang tinggi maka akan memacu maka saya akan tetap menyelesaikan tugas terlebih dahulu.

Saya belajar jika ada ulangan saja.* Saya mau belajar jika saya diberi hadiah. dalam setiap tugas dan ulangan/ujian.*

(64)

Saya belajar untuk

Saya rajin belajar agar dapat mempersiapkan masa depan yang saya cita-citakan.*

Saya merasa puas jika berhasil mengatasi saya bertanya jika ada hal yang tidak saya pahami.**

Saya akan berusaha

(65)

terlebih dahulu mengerjakan tugas yang diberikan guru.** Jika saya mendapat nilai yang baik dalam ulangan maka saya mendorong saya untuk bersaing dengan teman dalam mengerjakan soal.**

Saya suka

mengerjakan soal-soal dari buku dan berusaha belajar lebih giat daripada teman-teman.**

Setiap kali mendapat tugas saya yakin dapat mengerjakan dengan

Saya mudah putus asa jika menghadapi

(66)

agar dapat mengetahui kelemahan saya dalam mengerjakan soal itu.**

merasa malas dan tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Saya suka beralih pada kegiatan lain daripada berusaha keras untuk menyelesaikan suatu kesulitan dalam belajar. 8 Bertindak secara

inovatif dan Saya merasa puas jika berhasil memahami materi sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Saya merasa puas jika berhasil mengerjakan soal sendiri tanpa bantuan orang lain.

Jika di sekolah ada pelajaran tambahan, saya tidak aktif datang untuk mengikutinya.** Jika ada teman saya yang mengajak diskusi, saya merasa malas dan menghindarinya.** Saya tidak mempelajari buku lain selain buku paket.**

Keterangan:

*) Item pernyataan dari Maria Dewi Sulistyarini yang telah dimodifikasi peneliti

**) Item pernyataan dari Maria Tri Rahayu Sulistyawati yang telah dimodifikasi oleh peneliti

Tabel 3.4 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar Siswa

(67)

2 Kebutuhan siswa

3 Keinginan berhasil (mencapai prestasi

4 Harapan dan cita-cita masa depan.

8 Bertindak secara inovatif dan kreatif

(68)

tentang teori, pendapat, dalil atau hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Pada metode ini, peneliti akan mengambil data dari nilai rapor siswa kelas V semester satu SD Kristen Kalam Kudus. Nilai dari lima mata pelajaran, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS akan dihitung rata-ratanya. Dari rata-rata yang diperoleh, akan didapatkan data berupa nilai masing-masing siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus. Sedangkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa, peneliti akan membagi menjadi tiga kelompok. Kelompok tersebut adalah prestasi belajar kelompok rendah, sedang, dan tinggi.

2. Uji Coba Instrumen

(69)

Uji coba kuesioner ini dimaksudkan untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner. Item dari instrumen yang valid nantinya akan digunakan sebagai kuesioner penelitian di SD Kristen Kalam Kudus. a. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008: 5). Validitas suatu tes adalah taraf di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 2010: 242). Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006: 168).

(70)

Penyusunan butir-butir pernyataan atau item didasarkan pada bangunan pengertian (construct). Hal itu nampak pada indikator yang ada. Dari delapan indikator mengenai motivasi belajar, dibuat 60 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif.

Peneliti akan menggunakan validitas isi untuk mengukur kuesioner hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus. Kountur (2003:152) mengatakan validitas isi (content validity) menyangkut tingkat kebenaran suatu instrumen mengukur isi (content) dari area yang dimaksudkan untuk diukur. Dengan validitas isi atau bahan yang diuji atau dites relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, pengalaman atau latar belakang orang yang diuji (Nasution, 1982:87).

Untuk mengetahui validitas instrumen tersebut, maka perlu dicari sejauh mana taraf korelasinya atau taraf validitas empirisnya. Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien validitas (rxy). Berdasarkan Azwar (2009:65), item dinyatakan valid apabila

koefisien korelasinya lebih besar atau sama dengan 0,30 (≥

(71)

Pengujian vaiditas tiap item didasarkan pada rumus Product Moment dari Pearson. Cara perhitungannya dengan menggunakan rumus angka kasar.

2

rxy : koefisien validitas

∑x : jumlah skor dalam sebaran x (item skor per butir)

∑y : jumlah skor dalam sebaran y (item skor total)

∑xy : jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan

∑x2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x

∑y2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N : banyaknya subyek

Untuk mempermudah penghitungan, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.0. Dari hasil penghitungan ini, item yang dianggap valid akan digunakan untuk melakukan penelitian di SD Kristen Kalam Kudus.

Langkah-langkah pengujian validitas dengan bantuan program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut:

(72)

2) Menghitung skor total yang diperoleh oleh setiap siswa dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2007. 3) Mentabulasikan data tersebut ke dalam tabel uji coba pada

program SPSS Statistics 16.0 for Windows.

4) Menguji validitas dengan tahap: analyze correlate bivariate  memindahkan semua item ke dalam kolom

variables  beri tanda √ pada kotak dengan pilihan Pearson dan Two Tailed pada kolom Test of Significance

 klik OK.

Berdasarkan hasil analisa dengan bantuan program SPSS 16.0, diperoleh hasil pengujian validitas item di bawah ini:

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal untuk Mencari Validitas Item

No. Indikator

(73)

4 Harapan dan

8 Bertindak secara inovatif dan

Perhitungan validitas tes uji coba kuesioner motivasi belajar di SD Kanisius Kalasan dengan program SPSS 16.0 menunjukkan 37 pernyataan yang valid. Terdiri dari 18 pernyataan positif dan 19 pernyataan negatif. Untuk mengetahui hasil analisis uji coba kuesioner motivasi belajar, dapat dilihat

pada “Tabel Hasil Analisis Uji Validitas Kuesioner Motivasi

(74)

b. Uji Reliabilitas

Furchan (2007: 310) mengatakan bahwa reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Hampir sama dengan Furchan, Sukmadinata (2008:229) juga menuliskan bahwa reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang memadai bila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali, hasilnya sama atau relatif sama.

Ada tiga aspek dari suatu alat ukur, yaitu (1) kemantapan, (2) ketetapan, dan (3) homogenitas. Suatu instrumen dikatakan mantap bila dalam mengukur dilakukan berulang kali, dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah, instumen tersebut bisa memberikan hasil yang sama. Instrumen yang tetap adalah instrumen di mana pernyataannya jelas, mudah dimengerti, dan rinci. Homogenitas menunjuk pada instrumen yang mempunyai kaitan erat satu sama lain dalam unsur-unsur dasarnya (Margono, 2007:181-182). Jadi, alat yang reliabel secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama.

(75)

antara −1,00 sampai dengan 1,00. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan taraf signifikansi (α) 1% atau 0,01. Berikut ini merupakan tabel klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas suatu tes menurut Masidjo (1995:209):

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

± 0,91 – ± 1,00 Sangat tinggi atau skor yang berasal dari item-item bernomor gasal dan bagian kedua berupa hasil atau skor yang berasal dari item-item bernomor genap (Masidjo, 2010: 218). Dari hasil belahan tersebut, akan dibandingkan menggunakan teknik Product-Moment dari Pearson dengan rumus angka kasar.

2

rxy : koefisien validitas

∑x : jumlah skor dalam sebaran x

∑y : jumlah skor dalam sebaran y

(76)

∑x2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x

∑y2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N : banyaknya subyek

Karena hasil dari satu tes itu dibagi menjadi dua bagian, maka koefisien korelasi dari dua bagian tersebut baru mencerminkan taraf reliabilitas separo atau setengah tes. Taraf reliabilitas satu tes diperoleh dengan mempergunakan formula koreksi dari Spearman-Brown. Formula atau rumus yang dimaksud adalah:

gg gg tt

r r r

1 2

Keterangan rumus :

rtt : koefisien reliabilitas rgg : koefisien gasal-genap

(77)

Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas UjiCoba Penelitian

Kuesioner Koefisien Reliabilitas Klasifikasi

Uji coba 0,902 Tinggi

Tabel di atas menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas kuesioner uji coba penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Reliabilitas item kuesioner penelitian ditentukan dengan mentabulasikan skor pada tiap item seperti halnya pada perhitungan reliabilitas kuesioner uji coba penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas kuesioner penelitian motivasi belajar siswa kelas V SD Kristen Kalam Kudus, diperoleh:

Tabel 3.8 Koefisien Reliabilitas Hasil Penelitian

Kuesioner Koefisien Reliabilitas Klasifikasi

Penelitian 0,93 Sangat tinggi

G. Teknik Analisis Data

Gambar

Tabel Skoring (4, 3, 2, 1) Hasil Kuesioner Uji Coba
Tabel Nilai r Product Moment dari Pearson  ....................
Tabel 3.1  Subyek Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hepatoprotective Effects of Allium cepa (Onion) Extracts Against Paracetamol-Induced Liver Damage in Rats.. African Journal

maksudnya adalah untuk menjaga kesehatan, pendidikan dan perkembangan anak, tetapi secara filosofis ketentuan tersebut menginginkan jika memungkinkan anak di bawah usia sekolah

Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat

Rambang sudah memiliki strategi bisnis yang didukung dengan teknologi informasi, untuk mencapai tujuan visi misi.. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi

Ketiga, bank syariah akan membayar tunai ke penjual, barang akan diserahkan ke nasabah dan nasabah tinggal membayar cicilannya// Di bank konvensional, bank menyerahkan

3 Guru Orang yang bertugas dan memiliki hak akses pada sistem informasi perpustakaan di SMK YPKK 1 Sleman untuk melakukan operasi pengolahan data judul

Dokumen kualifikasi perusahaan asli yang diupload atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan menyerahkan 1 (satu) rangkap rekaman (foto copy).

bahwa dalam rangka penetapan kebijakan pelayanan kesehatan tradisional yang dilakukan pemerintah telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan HK.02.02/MENKES/164/2014