• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Pada pembelajaran sains yang disajikan dengan hanya melihat gambar tanpa melihat benda benda konkret anak kurang aktif dan kurang termotivasi mengikuti proses pembelajaran, karena pikiran anak mengambang hanya membayangkan saja.

Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi dan cenderung monoton sehingga membuat anak cepat bosan, kurang tertarik dan kurang memperhatikan penjelasan dari guru.

Laporan pengembangan ini telah membuktikan bahwa dengan permainan sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal alam. Pada setiap pembelajaran materi yang diajarkan, seperti pada pertemuan pertama mengenal benda tenggelam dan terapung, 5 orang anak berada dalam kategori berkembang sangat baik karena dapat mengenal posisi benda tenggelam dan terapung, membedakan sifat sifat benda yang tenggelam dan terapung serta dapat bereksplorasi sendiri membuat benda tenggelam, terapung dan melayang dengan menggunakan telur. 2 anak, yang mulai berkembang dan selebihnya berkembang sesuai harapan.

Pertemuan kedua kegiatan menanam. Dalam kegiatan ini anak sangat antusias melakukan karena media yang digunakan adalah tanah dimana anak sangat senang bermain dengan tanah. Dalam kegiatan ini 7 orang anak berada dalam kategori berkembang sangat baik karena dapat menanam dengan benar dan dapat membedakan tanaman yang langsung ditanam dengan tanah dan tanaman yang awalnya di tanam dengan kapas.

Pertemuan ketiga adalah kegiatan mengenal tanda tanda proses terjadinya hujan.

Pada kegiatan ini sebagian anak ada yang tidak mau mencoba dikarenakan takut dengan air panas. Namun dengan bimbingan dan motivasi pendidik dengan memberikan penghargaan bagi anak yang dapat melaksanakan dengan baik akhirnya anak tergerak juga hatinya untuk mencoba. Pada pertemuan keempat adalah kegiatan mengamati proses pertumbuhan tanaman. Pada kegiatan ini ada beberapa anak juga yang yang masih dibimbing dikarenakan anak tersebut belum dapat mengukur tinggi tanaman dan tidak dapat mengungkapkan pengamatannya terhadap tanaman yang

diamati. Pertemuan terakhir adalah percobaan dengan magnet, pada kegiatan ini 10 orang anak berada dalam kategori berkembang sangat baik karena anak dapat mengenal sifat sifat benda yang dapat tertarik oleh magnet dan mengenal benda yang tidak tertarik oleh magnet. Dan 2 orang lainnya berada dalam kategori mulai berkembang karena hanya mengisi lembar kegiatan saja namun tidak ikut bermain.

Dari semua percobaan yang dilakukan, percobaan mengenai air yang paling anak sukai. Anak terlihat tidak takut saat bermain dengan air dan telihat lebih bebas bereksplorasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Fransisca (2012) yang mengatakan pembelajaran bagi anak usia dini masih tergantung pada kegiatan visual dan penggunaan indera dan air merupakan media yang dapat dieksplorasi baik secara visual maupun indra anak. Anak-anak juga sangat tertarik dan menyukai bermain air, dimana air merupakan unsur yang hidup dan memiliki pergerakannya sendiri.

Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan kognitif anak yaitu karena banyaknya pertanyaan yang ditujukan kepada anak akan mengasah kemampuan anak dalam berpikir kritis dan logis. Hal ini sesuai dengan pendapat Moreno dan Duran (dalam Jacobsen, dkk., 2009: 210) yaitu ketika guru menghabiskan waktu lebih sedikit untuk menjelaskan dan lebih banyak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, hal ini akan membuat siswa cenderung lebih aktif secara kognitif dan mendorong pembelajaran dan motivasi.

Peningkatan kemampuan kognitif anak dalam pengembangan ini terlihat dari faktor internal yaitu hereditas (kemampuan berpikir logis), minat dan bakat anak lebih meningkat pada saat proses pembelajaran sains berlangsung melalui percobaan.

Hal tersebut terlihat dari antusias anak pada saat proses pembelajaran, mulai dari kegiatan awal percobaan hingga anak mengerjakan lembar kerja (LKA)

hasil percobaan yang dilakukan anak terlihat sangat semangat. Anak yang semula lebih banyak mendengarkan dan ramai sendiri pada saat guru menjelaskan, saat melakukan percobaan mereka menjadi lebih aktif menemukan pengetahuannya sendiri. Dari faktor eksternal terlihat bahwa anak lebih dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Sesuai dengan pendapat Siti Partini Suardiman (2003: 4) yang menjelaskan bahwa kemampuan kognitif anak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari dalam dirinya (Internal) maupun yang berasal dari luar dirinya (eksternal).

Berdasarkan hasil pengembangan dan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa dengan pengenalan sains melalui percobaan memberikan dampak terhadap peningkatan pembelajaran sains. Kemampuan kognitif pada pemahaman meningkat ketika menggunakan percobaan sains karena anak lebih aktif dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan secara langsung dengan benda benda alam yang menarik bagi anak.

Peningkatan yang dialami dalam pengembangan ini, adalah peningkatan nilai rata-rata kemampuan anak. Hal ini terlihat dari aktivitas guru dan anak didik.Peran guru dalam membangkaitkan semangat anak masih kurang. Guru kurang mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan yang mendukung dan tidak menyediakan alat dan bahan yang sesuai. Pada awal kegiatan masih ada beberapa anak yang tidak melakukan percobaan. Dengan memberikan penghargaan bagi anak

yang mengikuti kegiatan dari awal, anak yang tidak mau mengikuti kegiatan jadi semangat ingin mencoba. Anak yang tidak mau berkotor kotor untuk memegang pasir jadi tertarik untuk menanam sendiri. Anak yang takut dengan air panas ketika mencoba melihat proses terjadinya hujan jadi tertarik ingin memercikkan air hujan dari hasil uapan air yang dituang kedalam wadah transparan.

Kegiatan percobaan sains yang dilakukan akan membantu anak memperoleh pengalaman baru, berkesan bahkan bisa berkembang di waktu yang akan datang.

Selain itu, anak menjadi lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru karena anak secara aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukannya melalui percobaan yang dilakukan. Anak yang semula lebih banyak mendengarkan dan ramai sendiri pada saat guru menjelaskan, saat melakukan percobaan mereka menjadi lebih aktif menemukan pengetahuannya sendiri. Dari faktor eksternal terlihat bahwa anak lebih dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Berdasarkan hasil pengembangan di atas , maka dapat diketahui bahwa dengan pembelajaran sains melalui percobaan memberikan dampak terhadap peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal alam. Hal ini terbukti dengan pengembangan yang dilakukan selama lima kali pertemuan. Data yang diambil merupakan data kualitatif yang diperolah dari format observasi berupa wawancara, portofolio anak didik dan hasil dokumentasi gambar yang diambil pada setiap kegiatan yang dilaksanakan. Data tersebut dikumpulkan selama proses belajar mengajar berlangsung, juga diluar waktu pembelajaran yang merupakan pelaksanaan

upaya peningkatan pengembangan pembelajaran sains anak didik untuk meningkatkan kemampuan mengenal alam.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sains dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal alam di Taman kanak-kanak ‘Aisyiyan bustanul Athfal Balang Boddong.

Hal ini sesuai dengan hasil observasi pengembangan dimana menunjukkan bahwa pada umumnya anak didik masuk kategori berkembang sesuai harapan karena anak sudah dapat memahami materi yang disampaikan oleh ibu guru dan sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan. Meskipun ada sebagian anak yang kurang mengerti, yang disebabkan karena anak belum dapat mengungkapkan pemahaman yang diketahuinya.

B. SARAN

Saran yang dapat dikemukakan sehubungan dengan hasil pengembangan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Agar kegiatan pengembangan pembelajaran sains dalam meningkatkan kemampuan mengenal alam dapat berhasil dengan baik, sebaiknya menggunakan berbagai benda

konkret yang ada di sekitar anak. Konsep yang diajarkan merupakan konsep-konsep yang biasa digunakan di kehidupan anak sehingga anak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran serta untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak.

2. Bagi Pengembang selanjutnya

Pengembangan pembelajaran mengenai percobaan sains ini hanya pada peningkatan kemampuan kognitif. Oleh karena itu, untuk selanjutnya perlu adanya pengembangan lebih lanjut dengan peningkatan kemampuan yang lebih bervariatif dan menantang agar hasil yang diperoleh lebih meningkat dan beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha. (2005). Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Anderson, Lorin W., & Krathwohl, David R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom.

(Alih bahasa: Agung Prihantoro). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gavalcante, Patricia S., Newton, Douglas P., & Newton, Lynn D. (1997). The effect of various kinds of lesson on conceptual understanding in science. United Kingdom: Taylor & Francis Ltd. Scholarly Journals. Hal: 185-193.Diakses dari http://e-resources.pnri.go.id:2056/docview/218198 290? Accountid = 25704. Pada tanggal 07 September 2015 pukul 19.20 WITA`.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Dwi Yulianti. (2010). Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Indeks.

Jacobsen, David A., Eggen, Paul D & Kanchak (2009), Methods For Teaching, Jogyakarta: Pustaka Pelajar.

Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.

Republik Indonesia tentang Pendidikan Anak Usia Dini Nomor 58. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nana Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: Bumi Aksara.

Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sri Esti Wuryani Djiwandono. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Siti Partini Suardiman. (2004). Metode Pengembangan daya Pikir dan Daya Cipta untuk Anak Usia TK, Jogyakarta

Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana Prenada

Dokumen terkait