• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang dibahas pada bab sebelumnya, pembahasan ini mengenai hasil analisis dari kepatuhan berobat penderita hipertensi dewasa madya dengan membandingkan teori pada bab sebelumnya. Pada bab analisis data telah menggambarkan hasil analisis dari masing-masing pertanyaan penelitian. Berikut ini pembahasan dari hasil analisis data ketiga subjek.

Kepatuhan berobat yang dimaksud oleh Smet (1994:250) kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang

disarankan. Di dalam ranah kesehatan, Smet (1994:253) menjelaskan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan didasarkan pada hasil riset tentang kepatuhan pasien yang dilandasi atas pandangan tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasehat dokter yang pasif dan patuh. Pasien yang patuh adalah pasien yang tanggap terhadap saran tenaga medis dan kontrol terhadap menu makanan yang dikonsumsi.

Perilaku kepatuhan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk mengendalikan perilakunya. Bahkan jika tidak dilakukan hal tersebut bisa menimbulkan resiko mengenai kesehatannya, faktor penting ini sering dilupakan banyak pasien. Dokter juga beranggapan bahwa pasien akan mengikuti apa yang mereka nasehatkan, tanpa menyadari bahwa para pasien tersebut pertama-tama harus memutuskan terlebih dahulu apakah mereka akan benar-benar melakukan saran dari tenaga kesehatan tersebut atau tidak sama sekali. Taylor 1991 (dalam Smet, 1994: 254).

Kepatuhan pada ketiga subjek pada umumnya relative sama berkaitan dengan mematuhi perintah dokter dengan penuh suka rela, ketiga subjek dengan konsisten memilih pengobatan sesuai dengan yang diyakininya, serta merencanakan pengobatan atau perawatan sebagai upaya untuk mencapai kesembuhan. Ketiga subjek juga melakukan berbagai berubahan gaya hidup mulai dari pola makan, pola tidur, jam kerja, sampai dengan mengurangi pekerjaan.

Kepatuhan berobat pada ketiga subjek juga relatif sama yaitu sama-sama memilih pengobatan medis atau dengan mengkonsumsi obat anti hipertensi

sebagai pengobatan yang utama dan pada subjek pertama dan ketiga menambahkan pengobatan secara alami atau dengan mengkonsumsi obat herbal sebagai pengobatan untuk menunjang kesembuhannya, pada awalnya subjek kedua juga melakukan hal yang sama tetapi setelah dirasa bahwa pengobatan alami atau dengan mengkonsumsi obat herbal kurang memberikan efek yang signifikan terhadap penyakitnya ia memilih berhenti untuk melakukannya dan menjadikan pengobatan medis atau mengkonsumsi obat antihipertensi sebagai satu-satunya pengobatan.

Pada subjek ketiga tidak cukup dengan hanya menggunakan pengobatan farmakologi dan non farmakologi ia juga menggunakan pengobatan alternative sebgai tambahan pengobatan agar tercapainya kesembuhan.

Untuk perencanaan pengobatan dan perawatan ketiga subjek mempunyai jadwal yang berbeda beda dalam mengkonsumsi obat dan juga dalam jadwal cek up pada subjek pertama ia dianjurkan untuk mengkonsumsi obat satu hari satu kali yang mana obat tersebut dikonsumsinya pada pagi hari serta rajin berolahraga dipagi pula subjek pertama memiliki jadwal cek up selama satu bulan satu kali hal ini sudah sesuai dengan anjuran dokter

Pada pasien kedua ia dianjurkan untuk berolahraga setiap hari dan mengkonsumsi obat selama dua hari satu kali sedangkan jadwal cek up yang dia miliki adalah semala 1 minggu satu kali, sebelumnya subjek kedua memilihi jadwal cek up selama dua hari satu kali. Pada subjek ketiga memiliki jadwan cek up sebagai berikut yaitu satu minggu satu kali untuk jadwal minum obat dia dianjurkan untuk mengkonsumsinya duakali dalam satu hari tidak

berbeda dari yang lain ia juga mempunyai jadwal olahraga dipagi hari secara rutin.

Ketiga subjek melakukan perubahan pada gaya hidup mereka pada poin ini ketigaya relative sama, sama mengurangi pekerjaan, merubah jam kerja, mengatur waktu istirahat. Pada subjek pertama dan ketiga mereka menghindari berbagai makanan yang dipandang sebagai makanan pemicu tekanan darah tinggi sedangkan pada subjek kedua ia tidak menghindari jenis makanan tertentu hanya saja ia tidak mengkonsumsinya secara berlebihan.

Menurut ada lima faktor yang mempengaruhikepatuhan subjek antara lain adalah: karakteristik individu, ciri kesakitan dan ciri pengobatan, variabel- variabel sosial, persepsi dan pengharapan pasien serta komunikasi dokter dengan pasien. Pada poin pertama yaitu karakteristik individu yang dimaksud dengan karakteristik individu adalah sehubungan dengan variabel-variabel demografis seperti umur dan status perkembangan. Menurut Taylor 1991 (dalam Smet, 1994:257). Orang-orang tua cendrung mengikuti anjuran dokter.

Dalam hal ini ketiganya memiliki kesamaan yaitu ketiga subjek termasuk dalam katergori usia dewasa madya yaitu usia antara 40-60 tahun. Subjek pertama dan ketiga dalam masa perkembangan yang relative sama keduanya sudah berkeluarga dan mempunyai cucu sedangkan pada subjek kedua iya sudah berkeluarga dan mempunyai dua orang anak

Poin yang kedua adalah ciri kesakitan dan ciri pengobatan. Perilaku ketaatan umumnya lebih rendah untuk penyakit kronis, karena penderita tidak dapat langsung merasakan akibat dari penyakit yang di deritanya. Dunbar dan

Wazack (dalam Smet 1994:225). Ketiga subjek merasa bosan terhadap keharusan mengkonsumsi obat anti hipertensi dalam waktu yang sangat lama dan kesembuhan yang tak kunjung tiba. Meski begitu ketiga subjek lantas tidak meninggalkan pengobatan ketiganya masih bersikap patuh terhadap pengobatan yang telah mereka tetapkan atau yang mereka yakini dapat menyembuhkan penyakitnya

Pada poin ketiga adalah variabel-variabel sosial. Hubungan antara dukungan sosial dan ketaatan telah dipelajari secara luas. Secara umum, orang- orang yang merasa mereka menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau sekelompok orang biasanya cendrung lebih mudah mengikuti nasehat medis. Safarin 1990 (dalam Smet, 1994:225). Ketiga subjek mendapatkan dukungan sosial yang sangat baik, baik dari pasangan maupun dari pihak keluarga.

Poin keempat adalah persepsi dan pengharapan pasien adalah Persepsi dan pengharapan pasien terhadap penyakit yang dideritanya mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Dalam teori Health Belief Model (HBM) mengatakan bahwa kepatuhan sebagai fungsi dari keyakinan- keyakinan tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, persepsi, kekebalan, pertimbangan mengenai hambatan atau kerugian dan keuntungan. Seseorang akan cenderung patuh jika ancaman yang dirasakan begitu serius, sedangkan seseorang akan cenderung mengabaikan kesehatannya jika keyakinan akan pentingnya kesehatan yang harus dijaga rendah.

Ketiga subjek mempunyai pandangan atau persepsi bahwa penyakit hipertensi adalah penyakit yang sangat berbahaya mereka menganggap penyakit tersebut sebagai ancaman kesehatan yang serius dari itu ketiganya patuh dalam berobat. Sedangkan harapan ketiganya adalah sama, sama-sama ingin sembuh dan berhenti ketergantungan obat, ketiganya menginginkan kehidupan yang normal seperti sebelum terkena penyakit hipertensi

Poin yang kelima yakni poin terakhir adalah hubungan antara pasien dengan dokter. Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi tingkat kepatuhan, misalnya penyampaian informasi dengan pengawasan, kepuasan terhadap pengobatan yang diberikan, frekuensi pengawasan. Pada ketiga subjek penelitian ini ketiganya mempunyai hubungan yang sangat baik dengan dokter karena selain menjalin hubungan sebagai dokter dengan pasien ketiga subjek merupakan kerabat dari dokter tersebut sehingga tidak susah bagi mereka untuk menjalin hubungan yang baik dan tidak susah pula untuk menciptakan kecocokan dan kenyamanan antara pasien dengan dokternya. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti ketiga pasien sambil tertawa tawa dan mengobrol dengan dokter ketika mereka cek up kerumah dokter.

130 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian dari analisis data terhadap kepatuhan berobat penderita hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Gambaran-gambaran kepatuhan berobat penderita hipertensi baik secara pengobatan farmakologi maupun pengobatan secara non farmakologi. Kepatuhan berobat secara farmakologi adalah perilaku taat dalam menjalani perintah orang lain maupun saran medis dengan penuh kerelaan guna untuk proses kesembuhan seperti mengkonsumsi obat anti hipertensi dan cek up rutin sesuai dengan anjuran dokter. Kepatuhan berobat non farmakologi adalah perilaku taat dalam menjalani perintah orang lain maupun saran medis dengan penuh kerelaan guna mencapai kesembuhan dengan melakukan pengurangan berat badan, menghentikan merokok, menghindari alkohol, melakukan aktifitas fisik serta membatasi asupan garam.

Kepatuhan berobat digambarkan dalam pilihan dan tujuan pengaturan (upaya individu untuk memilih sesuai dengan yang diyakininya), yaitu ketiga subjek memilih pengobatan secara medis menjadi pengobatan yang paling utama dan pengobatan secara non farmakologi, herbal bahkan alternative sebagai pengobatan penunjang untuk mencapai suatu kesembuhan. Perencanaan pengobatan atau perawatan (upaya perencanaan yang dilakukan oleh individu dalam pengobatannya untuk mencapai suatu kesembuhan) antara lain: jadwal minum obat, jadwal cek

up. Ketiga subjek mempunya jadwal minum obat dan jadwal cek up yang berbeda-beda sesuai dengan anjuran dokter terhadap mereka masing- masing. Untuk subjek pertama memiliki jadwal minum obat 1 hari 1 kali den jadwal cek up selama 1 bulan 1 kali, sedangkan pada subjek kedua mengkonsumsi obat selama 2 hari 1 kali dan rutin cek up selama 1 minggu 1 kali. Lain halnya pada subjek ketiga ia dijadwalkan untuk minum obat selama 1 hari 2 kali dan jadwal cek up selama 1 minggu 1 kali.

Pelaksanaan aturan hidup (kemampuan individu untuk mengubah gaya hidup sebagai upaya untuk menunjang kesembuhannya). Pelaksanaan aturan hidup juga dilakukan oleh ketiga subjek diantaranya, mengurangi asupan garam, mengurangi aktifitas, serta menjaga pola hidup dan pola makan sesuai dengan anjuran dokter.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat antar lain adalah: karakteristik individu yang meliputi umur dan status perkembangan, ciri kesakitan dan ciri pengobatan, variabel-variabel sosial seperti dukungan keluarga, dukungan pasangan, dokter dan juga orang-orang disekitar subjek. persepsi dan pengharapan pasien terhadap penyait (hipertensi) yang di deritanya dan faktor kepatatuhan berobat yang terakhir adalah komunikasi antara pasien dan dokter variabel yang sangat penting antara lain sikap sosial terhadap sistem perawatan kesehatan khususnya untuk mematuhi serta mengkomunikasikan terhadap para tenaga kesehatan.

B. Saran

Setelah melihat dan membaca analisis hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti memberikan saran:

1. Untuk peneliti selanjutnya

a. Peneliti menyarankan agar peneliti menggunakan bahasa yang gampang untuk dimengerti mengingat usia subjek penelitian yang sudah memasuki usia dewasa madya.

b. Kepatuhan berobat penderita hipertensi usia remaja menjadi hal yang menarik untuk diteliti oleh penelitian selanjutnya

c. Kepatuhan berobat penderita hipertensi dengan pengobatan alternatif dapat dimunculkan dalam penelitian selanjutnya.

2. Untuk penderita hipertensi

a. Peneliti menyarankan hendaknya pasien penderita hipertensi untuk patuh dalam berobat guna menjaga stabilitas tekanan darah dan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti komplikasi. b. Hendaknya penderita hipertensi tidak hanya berfokus dengan

pengobatan secara medis tetapi juga menggunakan berbagai cara pengobatan.

3. Untuk masyarakat

a. Menjaga gaya hidup agar tidak terkena penyakit kronis yang berbahaya seperti hipertensi

b. Masyarak lebih terbuka untuk memeriksakan kondisi fisik kepada petugas kesehatan.

133

DAFTAR PUSTAKA

---,(2011). Hipertensi makin banyak diderita orang muda. Di ambil dari http://health.kompas.com (diakses pada tanggal 23 April 2017).

---,(2012). Data penyakit hipertensi di indonesia. Di ambil dari www. Ilmukesehatan.com. (diakses pada tanggal 23 April.2017).

Anonim. (2008). Masalah hipertensi di indonesia. Di ambil dari http://www.depkes.go.id/index. (diakses pada tanggal 23 april 2017). Ardani Ardi tristiadi, Rahayu Tri lin, Sholichatun Yulia. (2007) Psikologi klinis.

Yogyakarta.Graha Ilmu.

Bangun. (2003) Terapi jus dan ramuan tradisional untuk hipertensi. Jakarta. Agro Media Pustaka.

Blass Thomas. (1999). The migram paradigm after 35 years some thing we now know about obedience to authority. Journal of applied social psychology. H.Winston & Son inc, all right reserved.

Brannon, L. dan Feist, J. & Updegraff, John A. (2014). Health psychology: an introduction to behavior and health. California. Brooks/Cole Publishing. Bungin.B (2001). Metodologi penelitian sosial: format-format kuantitayif dan

kualitatif. Surabaya. Airlangga Universitas Press.

C.P. Chaplin (1989). Kamus lengkap psikologi. Jakarta. Rajawali Pers.

Candra, Asep. (2013). Penderita hipertensi terus meningkat. Di ambil dari http://lifestyle.kompas.com/1404008/Penderita.Hiperten.Terus.Meningkat. (diakses pada tanggal 23 April,2017).

Creswell J.W. (2014). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. edisi ketiga.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Dalimartha S, Purnama B, Sutarina N, Mahendra, Darmawan R. (2008), Care you self hipertensi. Jakarta. Penebar Plus.

Elizabeth B. Hurlock. (1980.) Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Evadewi, P.K.R. & Sukmayanti, Luh M.K.S. (2013). Kepatuhan mengonsumsi obat pasien hipertensi di denpasar ditinjau dari kepribadian tipe A dan tipe B. Jurnal Psikologi Udayana.

Hawari, Dadang. (1990). Alqur’an ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. Yogyakarta. PT. Dana Bhakti Prima Yasa.

Indahria S. (2013). Terapi relaksasi untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi. Jurnal Psikologi. Julianti E.D. Nurjannah N, Soetrisno U.S.S. (2009). Bebas hipertensi dengan terapi

jus. Jakarta. Puspa Sehat.

Kurnia A.A. (2013). Pengungkapan kemarahan pada penderita hipertensi. Jurnal Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kusumawati I. (2015). Kepatuhan menjalani diet ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Naskah Publikasi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lia M. Krisna Y. Lestari S. (2013). Analysis of factors effecting self-management behaviour among patients with hypertension. Jurnal psikologi universitas Indonesia.

Moleong. M.A. & Lexy J. (2009). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Niven, Neil. 2000. Psikologi kesehatan. Jakarta. ECG

Nurina.P, Dewi (2012). Hubungan dukungan pasangan dan health locus of control dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita diabetes mellitus tipe-2. Jurnal psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Surabya.

Palmer A. & Williams. Briyn. (2007). Tekanan darah tinggi. Jakarta. Erlangga. Prasetyorini, Hesty T, Prawesti, Dian. (2012). Stress with the incidence of

hipertension complications to patients with hypertension. Jurnal Stikes. Pudiastuti, Ratna D. (2013). Penyakit-penyakit mematikan. Yogyakarta. Nuha

Medika.

Putri F. D. (2016). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada penderita diabetes mellitus di puskesmas rangkah surabaya. Skripsi. Program studi psikologi fakultas psikologi dan kesehatan universitas islam negeri sunan ampel Surabya.

Ratnaningtyas Y. & Djatmiko W. (2011). Hubungan kepribadian tipe d dengan kejadian hipertensi di rsud prof. dr. margono soekardjo. Journal Mandala Of Health.

Safarino. E. P (2011). Health psychology. biophysical interactions. Toronto: john wiley & sons.

Safitri I. N. (2013). Kepatuhan penderita diabetes mellitus tipe 2 ditinjau dari locus of control.Jurnal Psikologi.

Sartika (2014). Hubungan tingkat stress dengan tingkat hipertensi pada dewasa madya di niten nogotirto gamping sleman yogyakarta. naskah publikasi program studi ilmu keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta : PT.Grasindo.

Sonanto, Hardi (2009), 100 Resep sembuhkan hipertensi, asam urat, dan obesitas. Elex Media Komputindo, Jakarta

Sugiyono. (2010). Memahami penelitian kualitatif. Bandung. Alfabeta.

Sundbrerg D. Norman, Winebarger A. Allen, Taplin R. Julian. (2007). Psikologi Klinis edisi ke empat perkembangan teori, praktik, dan penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Sutono Budi (2009). Menu sehat penakluk hipertensi. Jakarta. DeMedia

Subagyo, Joko P. (2006). Metode penelitian dalam teori dan praktek. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Taylor, S.E. (2015). Health psychology 2 nd edition. University of California. Los Angeles: MGraw-Hill, Inc.

Utami Prapti (2009). Solusi sehat mengatasi hipertensi. Jakarta. PT Agromedia Pustaka.

Utami Rahayu Sri, & salamah Raudatus (2016) Hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan berobat penderita hipertensi di puskesmas tualang. jurnal psikologi, fakultas psikologi universitas islam negeri sultan syarif kasim riau.

Vitahealth, (2005), Hipertensi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yetty Srimulyanti (2013). Hubungan antara penerimaan diri dengan kecemasan dalam menghadapi menopause pada wanita dewasa madya. Skripsi fakultas psikologi universitas islam negeri Sultan syarif kasim Riau Pekanbaru.

Dokumen terkait