• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kemampuan cuci tangan pakai sabun sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden berkemampuan kurang sebanyak 21 anak (65,6%), hampir dari setengah responden berkemampuan cukup sebanyak 11 anak (34,4%) dalam mencuci tangan pakai sabun sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebelum diberi perlakuan kemampuan responden dalam mencuci tangan sangat kurang, responden belum bisa mencuci tangan pakai sabun dengan langkah-langkah yang benar sesuai standart operasional prosedur cuci tangan.

Menurut peneliti, kurangnya kemampuan anak pra sekolah dalam mencuci tangan pakai sabun dengan benar dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan, pemahaman anak tentang pentingnya cuci tangan dan bagaimana cara cuci tangan pakai sabun yang benar, belum ada pembelajaran secara langsung dari guru, orang tua maupun petugas kesehatan dan tidak tersedianya tempat cuci

tangan seperti kran diluar kelas atau wasthafel, sabun, handuk/ lap sehingga anak

belum terbiasa melakukan cuci tangan pakai sabun dengan benar. Opini tersebut sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) yang dikutip oleh Notoadmojo (2007) yang menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang membentuk perilaku seseorang

yaitu predisposing factors (contohnya seperti : pengetahuan, sikap, kepercayaaan,

dan sebagainya), enabling factors (contohnya seperti : lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan), dan renforcing factors

50

Cuci tangan merupakan salah satu indikator dalam perilaku hidup bersih sehat. Dampak dari tidak mencuci tangan adalah terinfeksi kuman penyakit yang disebarkan melalui kontak langsung dari tangan contohnya sebelum makan anak tidak mencuci tangan pakai sabun dengan benar. Anak pra sekolah rentan terkena penyakit, oleh karena itu kebiasaan cuci tangan sangat penting untuk diterapkan. Opini tersebut sesuai dengan Soetjiningsih (2012) yang menyatakan bahwa anak pra sekolah sering sekali mengalami masalah perilaku kesehatan, karena usia tersebut sedang dalam masa perkembangan kepribadian dan menuntut kebebasan. Pada penelitian Kusbiantoro (2012) juga menjelaskan bahwa cuci tangan pakai sabun terbukti secara ilmiah berguna mencegah penyebaran penyakit menular. Cuci tangan kunci yang penting dalam pencegahan penularan penyakit karena dengan mencuci tangan dengan sabun dan air lebih efektif menghilangkan debu dan kotoran secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, parasit dan bakteri lainnya yang berada ditangan (Rachmayanti, 2013). Cuci tangan pakai sabun dengan benar berguna untuk membunuh kuman penyakit yang ada ditangan, tangan yang bersih akan mencegah penyakit menular seperti ISPA, diare, tifus, cacingan dan lain-lain.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan anak dalam cuci tangan pakai sabun yaitu jenis kelamin dan umur seseorang. Berdasarkan tabel 5.1 menjelaskan tentang jenis kelamin yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden mempunyai jenis kelamin perempuan sebanyak 19 anak (59,4%) dan hampir dari setengahnya mempunyai jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 anak (40,6%). Sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan, dari 19 anak perempuan didapatkan 12 anak (63,2%) berkemampuan kurang dan 7 anak

51

(36,8%) berkemampuan cukup, sedangkan dari 13 anak laki-laki didapatkan 9 anak (69,2%) berkemampuan kurang dan 4 anak (30,8%) berkemampuan cukup. Setelah ditampilkan media audio visual cuci tangan, dari 19 anak perempuan didapatkan 15 anak (78,95%) berkemampuan baik dan 4 anak (21,05%) berkemampuan cukup, sedangkan dari 13 anak laki-laki didapatkan 5 anak (38,5%) berkemampuan baik dan 8 anak (61.5%) berkemampuan cukup.

Menurut peneliti jenis kelamin sangat berpengaruh dalam kemampuan anak dalam mencuci tangan pakai sabun dengan benar. Anak perempuan lebih mudah dalam menerima materi yang disampaikan karena anak perempuan lebih fokus dan konsentrasi sehingga mampu menerapkan praktik cuci tangan pakai sabun sesuai langkah-langkah yang benar di bandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan juga mempunyai pendengaran dan penglihatan yang lebih peka dan lebih teliti dari pada anak laki-laki. Anak perempuan dapat mendengarkan penjelasan dengan lebih baik dan rinci di bandingkan anak laki-laki. Opini tersebut sesuai dengan Gray (2013:65) dikutip Putri (2016) yang menjelaskan bahwa anak laki-laki mempunyai kemampuan pendengaran yang kurang efektif sehingga tidak dapat berbicara dan mendengarkan dalam waktu yang sama.

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa sebagian responden berumur 6 tahun sebanyak 16 anak (50%), hampir dari setengahnya berumur 5 tahun sebanyak 10 anak (31,3%) dan sebagian kecil dari responden berumur 4 tahun sebanyak 6 anak (18,7%). Sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan, dari 16 anak yang berumur 6 tahun didapatkan 7 anak (43,75%) berkemampuan kurang dan 9 anak (56,25%) berkemampuan cukup, dari 10 anak yang berumur 5 tahun didapatkan 8 anak (80%) berkemampuan kurang dan 2

52

anak (20%) berkemampuan cukup, sedangkan dari 6 anak yang berumur 4 tahun semuanya berkemampuan kurang. Setelah ditampilkan media audio visual cuci tangan, dari 16 anak yang berumur 6 tahun didapatkan 14 anak (87,5%) berkemampuan baik dan 2 anak (12,5%) berkemampuan cukup, dari 10 anak yang berumur 5 tahun didapatkan 6 anak (60%) berkemampuan baik dan 4 anak (40%) berkemampuan cukup, sedangkan dari 6 anak yang berumur 4 tahun semuanya berkemampuan cukup.

Menurut peneliti, faktor umur juga mempengaruhi kemampuan cuci tangan. Umur merupakan faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Anak usia pra sekolah merupakan masa perkembangan kepribadian dimana anak menuntut kebebasan. Pada usia anak pra sekolah tingkat pengetahuan dan pemahaman anak kurang tentang pentingnya cuci tangan. Opini tersebut sesuai dengan Yusuf & Junaedi (2014) yang menjelaskan bahwa pada teori piaget, anak usia pra sekolah berada pada tahap pra operasional, hanya mampu berpikir secara simbolis, berpikirnya masih dibatasi oleh persepsinya, mereka meyakini apa yang dilihatnya dan cara berpikir mereka bersifat memusat. Anak pra sekolah hanya mampu melihat sisi luarnya saja, mereka tidak memahami manfaat dari membiasakan cuci tangan pakai sabun dengan benar.

Pembelajaran atau pendidikan tentang pentingnya cuci tangan dan cara cuci tangan pakai sabun dengan benar merupakan informasi yang sangat penting dalam pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup bersih sehat untuk selalu diajarkan dan diterapkan. Sebagian orang belum membiasakan diri untuk mencuci tangan pakai sabun dengan benar sehingga pembelajaran dengan video cuci tangan akan

53

meningkatkan individu untuk melakukan tindakan cuci tangan pakai sabun dengan benar agar mereka terhindar dari penyakit.

5.2.2 Kemampuan cuci tangan pakai sabun sesudah ditampilkan media audio visual cuci tangan

Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden sebanyak 20 anak (62,5%) berkemampuan baik dan hampir dari setengahnya sebanyak 12 anak (37,5%) berkemampuan cukup dalam mencuci tangan pakai sabun setelah ditampilkan media audio visual cuci tangan. Awal sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan, sebagian besar dari responden berkemampuan kurang sebanyak 21 anak (65,6%) dan hampir dari setengah responden berkemampuan cukup sebanyak 11 anak (34,4%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan anak pra sekolah dalam mencuci tangan pakai sabun mengalami peningkatan setelah ditampilkan media audio visual cuci tangan.

Menurut peneliti, dari berbagai macam media pembelajaran/ pendidikan yang sangat efektif dalam pembelajaran/ pendidikan kesehatan pada anak pra sekolah dalam kemampuan cuci tangan pakai sabun yang benar adalah dengan media audio visual contohnya video cuci tangan, karena media tersebut dapat menstimulasi semua panca indra yaitu pada pendengaran dan penglihatan. Dengan media audio visual, anak akan tertarik untuk belajar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan memotivasi anak dalam belajar khususnya dalam kemampuan mencuci tangan pakai sabun. Opini tersebut sesuai dengan Gerlach dan Early (1971) dalam Arsyad (2011) menjelaskan bahwa secara garis besar

54

media adalah materi, manusia dimana dapat membuat siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Hamalik (1986) dalam Arsyad (2011) yang menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi, rangsangan dalam belajar dan mempengaruhi psikologi siswa.

Menurut Wina Sanjaya (2010) yang dikutip oleh Marlianingsih (2016) menjelaskan bahwa media audio visual merupakan media yang mampu menyampaikan informasi lebih baik dan menarik karena media ini memiliki unsur suara dan gambar yang bisa dilihat contohnya video, fillm, slide suara dan lain- lain. Media ini sangat efektif dalam penyampaian pesan karena seseorang mampu mengingat 20% dari apa yang dilihat, 30% dari apa yang didengar dan orang dapat mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar, serta 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan langsung (Suiraoka & Supariasa, 2012). Dalam penyampaian pesan/ pembelajaran melalui media harus mempertimbangkan waktu karena setiap orang mempunyai keterbatasan daya konsentrasi. Waktu yang tepat dalam menampilkan video cuci tangan pada anak pra sekolah adalah sekitar 15 sampai 25 menit.

5.2.3 Pengaruh media audio visual cuci tangan terhadap kemampuan anak mencuci tangan pakai sabun dengan benar

Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa ada perubahan kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah, sebelum diberi perlakuan sebagian besar dari responden berkemampuan kurang dalam mencuci tangan pakai sabun sebanyak 21 anak (65,6%) sedangakan sesudah diberi perlakuan sebagian besar

55

dari responden sebanyak 20 anak (62,5%) berkemampuan baik dalam mencuci

tangan. Hasil penelitian tersebut diperkuat melalui nilai uji beda Wilcoxon Signed

Rank Test didapatkan nilai p value = 0,000 dimana nilai p value lebih kecil dari α

(0,005) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh media audio visual cuci tangan terhadap kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah.

Peneliti berpendapat pembelajaran cuci tangan menggunakan video dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan anak karena video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan gerakan dan suara dalam mendemonstrasikan langkah cuci tangan sehingga anak mampu mencuci tangan pakai sabun dengan benar. Media audio visual ini dapat menarik perhatian dan dapat menyampaikan pesan atau pembelajaran pada anak pra sekolah dengan lebih baik sehingga responden akan lebih antusias terhadap video cuci tangan yang diberikan. Melalui video cuci tangan, peneliti dapat mempengaruhi responden dalam meningkatkan ketrampilan cuci tangan pakai sabun dengan benar. Hal ini sesuai dengan Haryoko (2009) yang menjelaskan bahwa meedia audio visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan sehingga dapat mengoptimal kemampuan dan potensi siswa. Anderson (1987:104-105) juga menjelaskan bahwa video dalam pembelajaran sebaiknya bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif, psikomotor, dapat mempengaruhi sikap dan emosi (dalam buku karangan Munadi, 2008).

Video ini menjelaskan tentang pentingnya cuci tangan dengan menampilkan animasi bakteri-bakteri jahat yang membuat tubuhnya sakit dan langkah-langkah cuci tangan pakai sabun dengan benar sehingga dapat mempengaruhi responden untuk selalu membiasakan cuci tangan pakai sabun dengan benar. Meningkatnya

56

kemampuan anak dalam cuci tangan pakai sabun dengan benar, karena mereka mau belajar dan mengikuti praktik cuci tangan saat ditampilkan video tersebut. Melalui pembelajaran dengan video anak akan memperoleh informasi baru yang belum mereka ketahui sehingga mereka mau memperbaiki kekurangan yang ada pada dirinya dan meningkat kemampuan untuk meningkatkan kesehatan khususnya dalam kemampuan mencuci tangan pakai sabun dengan benar. Peningkatan kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah juga dipengaruhi adanya sarana prasana dalam cuci tangan seperti kran diluar/

Dokumen terkait