SKRIPSI
PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRA SEKOLAH
(Di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro)
VIVI DWI ANDRIANI 133210054
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRA SEKOLAH
(Di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro)
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Program Studi S1 Keperawatan
Vivi Dwi Andriani 133210154
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Vivi Dwi Andriani lahir di Kabupaten Bojonegoro
Provinsi Jawa Timur pada tanggal 08 Desember 1994 dari pasangan suami istri
Bapak Sardi dan Ibu Nanik. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SDN CENDONO lulus
pada tahun 2007, SMP NEGERI 1 PADANGAN lulus tahun 2010, SMA
NEGERI 1 PADANGAN lulus tahun 2013 dan pada tahun 2013 masuk
diperguruan tinggi S1 Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.
Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswi
program studi S1 Keperawatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya oleh
peneliti.
Jombang, Mei 2017
Vivi Dwi Andriani
MOTTO
BERMIMPILAH SETINGGI MUNGKIN.
YAKINLAH BAHWA KAMU MAMPU MERAIHNYA, SERTAKAN ALLAH
DAN RESTU KEDUA ORANG TUAMU DI SETIAP PERJALANANMU. JANGAN MENYERAH …. IMPIAN MEMBERIMU TUJUAN HIDUP.
KEBAHAGIAAN ADALAH KUNCI KESUKSESAN.
DO THE BEST, BE GOOD, THEN YOU WILL BE THE BEST
PERSEMBAHAN
Sujud syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena-Nya Skripsi ini
dapat terselesaikan. Serta penulis haturkna Sholawat serta salam kepada Nabi
besar Muhammad SAW. Dengan penuh rasa syukur, kecintaan dan rasa bangga
penulis persembahkan skripsi ini untuk turut berterima kasih kepada :
1. Kedua orang tuaku, Bapak Sardi dan Ibu Nanik yang telah senantiasa
memberikan segala do‟a, bimbingan, kasih sayang dan motivasi yang
menjadi kekuatan dalam hidupku.
2. Kakakku Arik Eko Pujianto terima kasih atas do‟a, saran dan motivasinya. Serta Gilang Mahesa Pramudya Pratama terima kasih atas do‟a, bantuan,
saran, motivasi dan banyak meluangkan waktunya untuk mendengar keluh
kesahku selama ini.
3. Pembimbing utama dan pembimbing anggota (H. Bambang Tutuko, SH,
S.Kep.,Ns.,MH dan Anin Wijayanti S.Kep.Ns,M.Kes) terima kasih yang
telah memberi bimbingan dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan
skripsi.
4. Seluruh dosen STIKES ICME Jombang terima kasih atas bimbingan dan
ilmunya selama ini.
5. Sahabatku KOST RAHMA terimakasih untuk segalanya.
6. Teman-teman PRODI S1 Keperawatan Jombang angkatan 2013,
terimakasih atas pengalaman, cerita indah yang telah kita lalui bersama.
Semoga kita sukses dan ilmunya barakah bermanfaat bagi orang lain.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan terhadap kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah (Di TK Cendana Murni Desa
Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro) dapat selesai dengan tepat waktu.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program
pendidikan S1 Keperawatan di STIKES ICME Jombang
Penulis mengucapakan terima kasih atas bimbingan dan kerjasama kepada
Bapak Bambang Tutuko SH, S.Kep,Ns,MH selaku Ketua STIKES ICME
JOMBANG dan Ibu Inayatur Rosyidah,S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Kepala Prodi
S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang. Kepada Bapak Bambang Tutuko SH,
S.Kep,Ns,MH selaku pembimbing utama dan Ibu Anin Wijayanti
S.Kep,Ns.M.Kes. selaku pembimbing dua yang telah memberikan dukungan
bimbingan dengan penuh kesabaran, bijak dan ketelitian.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan selama penyusunan
skripsi ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Jombang, Mei 2017
Penulis
ABSTRAK
PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRA SEKOLAH
(Di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro) Oleh :
VIVI DWI ANDRIANI
133210054
Cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan membersihkan tangan menggunakan air mengalir dan sabun dengan langkah yang benar agar terhindar dari penyebaran penyakit menular. Anak pra sekolah sering mengalami masalah perilaku kesehatan sehingga rentan terkena penyakit. Media audio visual adalah salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran cuci tangan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganilisis pengaruh media audio visual cuci tangan terhadap kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah.
Desain penelitian ini adalah one group pre test post test design. Populasi penelitian ini adalah semua murid di TK. Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro sebanyak 35 murid, sampelnya 32 anak dengan tehnik simple random
sampling. Variabel independent yaitu media audio visual cuci tangan dan variabel
dependent yaitu kemampuan cuci tangan pakai sabun. Pengumpulan data dengan lembar
check list sesuai SOP cuci tangan dan observasi. Tehnik pengumpulan data menggunakan
editing, coding, scoring, tabulating dan uji statistiknya menggunakan uji Wilcoxon Signed
Rank Test.
Hasil penelitian dari 32 responden, sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan sebagian besar responden berkemampuan kurang sejumlah 21 anak (65,6%), sesudah ditampilkan media audio visual cuci tangan sebagian besar dari responden berkemampuan baik sejumlah 20 anak (62,5%). Uji statistik Wilcoxon menunjukkan p
value = 0,000 < α (0,05) sehingga H0ditolak atau H1diterima.
Kesimpulannya adalah ada pengaruh media audio visual cuci tangan terhadap kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah di TK. Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro.
Kata Kunci : Media audio visual, Kemampuan cuci tangan pakai sabun, Anak pra sekolah.
ABSTRACK
THE EFFECT OF HAND WASHING AUDIO VISUAL MEDIA TO THE CAPABILITY HAND WASHING WITH SOAP OF PRESCHOOL
CHILDREN
(In the Cendana Murni Kindergarten, At Cendono village, District of Padangan
Bojonegoro) are a period of personality development where demanding freedom so that children often experience behavior problems. In the initial survey, it was found that almost all pre-school children were less able to wash hands with soap. Audio visual medium is one of the media that can be used in handwashing learning. The purpose of this research is to analyze the influence of handwashing audio visual media to the capability handwashing with soap of preschool children.
The research design was one group pre test post test design. The population in this research were all students in the Cendana Murni kindergarten, at Cendono village, District of Padangan Bojonegoro numbered 35 students, the sample were 32 children with technique of simple random sampling. The independent variable was hand wash audio visual media and the dependent variable was the ability of hand wash with soap. Data collecting used checklist sheets according to SOP hand washing and observation. Data processing techniques used editing, coding, scoring, tabulating and its statistical test used the Wilcoxon Signed Rank Test.
The result was obtained that’s from 32 respondents, before displayed hand washing audio visual media of almost all respondents to the capability hand washing with soap that in the less category of 21 children (65,6%), while after displayed hand wash audio visual media, most of the respondents in good category of 20 children (62.5%). The
statistical test of Wilcoxon showed that’s the value of p = 0,000 < α (0,05) so that H0 was
rejected or H1 was accepted.
The conclusion was there’s an influence of hand washing audio visual media to the
capability hand washing with soap of preschool children in the Cendana Murni kindergarten, At Cendono village, District of Padangan Bojonegoro.
Keywords : Audio visual media, The capability handwashing with soap, Pre-school children.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1.1 Pengertian media audio visual ... 6
2.1.2 Macam- macam media audio visual ... 8
2.1.3 Kelebihan dan kekurangan media audio visual ... 11
2.2 Konsep kemampuan ... 13
2.2.1 Pengertian kemampuan ... 13
2.2.2 Macam- macam kemampuan. ... 14
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi kemampuan ... 14
2.3 Konsep cuci tangan ... 15
2.3.1 Pengertian cuci tangan ... 15
2.3.2 Tujuan cuci tangan ... 17
2.3.3 Manfaat cuci tangan ... 17
2.3.4 Waktu yang efektif dalam cuci tangan ... 17
2.3.5 Penyakit yang dapat dicegah dalam cuci tangan ... 18
2.3.6 Langkah- langkah dalam cuci tangan ... 19
2.4 Konsep anak pra sekolah ... 22
2.4.1 Pengertian anak pra sekolah ... 22
2.4.2 Tugas perkembangan kanak- kanak ... 22
2.4.3 Perkembangan fisik ... 23
2.4.4 Perkembangan kognitif ... 24
2.4.5 Perkembangan bahasa ... 25
2.4.6 Perkembangan bermain ... 25
2.4.7 Perkembangan emosional ... 26
2.4.8 Perkembangan sosial ... 26
2.4.9 Perkembangan moral ... 27
2.4.10 Perkembangan kepribadian ... 27
2.4.11 Perkembangan minat terhadap agama ... 28
BAB 3 KERANGAKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka konseptual ... 30
3.2 Hipotesis ... 31
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian ... 32
4.2 Waktu dan tempat penelitian... 32
4.2.1 Waktu penelitian ... 32
4.2.2 Tempat penelitian ... 33
4.3Populasi, sampel, sampling ... 33
4.3.1 Populasi ... 33
4.3.2 Sampel ... 33
4.3.3 Sampling ... 34
4.4Kerangka kerja ... 36
4.5 Identifikasi variabel ... 37
4.6Definisi operasional ... 37
4.7Pengumpulan dan analisa data ... 39
4.7.1 Instrumen penelitian ... 39
4.7.2 Prosedur penelitian ... 39
4.7.3 Prosedur pengolahan data ... 40
4.7.4 Analisa Data ... 42
4.8Etika penelitian ... 43
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil penelitian ... 45
5.2 Pembahasan ... 49
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan ... 55
6.2Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun
Anak Pra Sekolah 38
2.Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di
TK. Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan
Bojonegoro tahun 2017 46
3.Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di TK.
Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan
Bojonegoro tahun 2017 46
4. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan anak pra sekolah mencuci tangan pakai sabun sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan di TK Cendana Murni Desa
Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro tahun 2017 47
5. Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan anak pra sekolah mencuci tangan pakai sabun sesudah ditampilkan media audio visual cuci tangan di TK Cendana Murni Desa
Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro tahun 2017 47
6.Tabel 5.5 Tabulasi silang pengaruh media audio visual cuci tangan
terhadap kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan
Bojonegoro tahun 2017 48
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Media Audio Visual
Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pakai
Sabun Anak Pra Sekolah ... 30
2.Gambar 4.4 Kerangka Kerja Hubungan Pengaruh Media Audio Visual
Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden
Lampiran 3 Standart Operasional Prosedur (SOP) Cuci Tangan
Lampiran 4 Lembar Observasi Penelitian
Lampiran 5 Lembar jadwal skripsi
Lampiran 6 Lembar tabulasi Data Umum
Lampiran 7 Lembar tabulasi Data Khusus hasil pre test
Lampiran 8 Lembar tabulasi Data Khusus hasil post test
Lampiran 9 Hasil SPSS
Lampiran 10 Lembar Pernyataan Dari Perpustakaan
Lampiran 11 Lembar Surat Pre Survey Data dan Studi Pendahuluan Ke TK Cendana Murni, Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro
Lampiran 12 Lembar Surat Penelitian Ke TK Cendana Murni, Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro Kecamatan Padangan Bojonegoro
Lampiran 13 Lembar surat balasan ijin penelitian Lampiran 14 Lembar surat balasan ijin penelitian Lampiran 15 Lembar Konsultasi
Lampiran 16 Lembar pernyataan bebas plagiasi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
1. Daftar Lambang
1. H1/Ha : Hipotesis Alternatif
2. n : Jumlah sampel
3. N : Jumlah populasi
4. d : Error level/tingkat kesalahan
5. ≤ : Lebih kecil
6. ≥ : Lebih besar
7. P : Presentasi
8. f : Skor yang diperoleh.
9. N : Skor maksimal
2.Daftar Singkatan
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
ICME : Insan Cendekia Medika
TK : Taman Kanak- Kanak
TPA : Tempat Penitipin Anak
ISPA : Infeksi Saluran Penafasan Atas
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
RI : Republik Indonesia
CTR : Computer Technology Reseach
TV : Televisi
OHP : Over Head Projector
TVST : Telivisi Siaran Terbatas
VCR : Cassette Recorder
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
SOP : Standart Operasional Prosedur
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Derajad kesehatan bangsa Indonesia dapat diukur dari beberapa aspek, salah
satunya pada kesehatan anak. Anak merupakan investasi dan generasi penerus
untuk kemajuan bangsa dimasa datang. Bagian penting yang seharusnya menjadi
perhatian dalam masyarakat, salah satunya adalah anak prasekolah. Pada masa
anak pra sekolah sering terjadi masalah perilaku, hal ini disebabkan anak sedang
dalam proses perkembangan kepribadian dan menuntut kebebasan (Soetjiningsih,
2012). Pada usia ini anak senang sekali menghabiskan waktunya untuk bermain,
ketika bermain anak tidak menyadari bahwa terdapat kuman-kuman penyakit
disekitar lingkungannya. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat disekolah menyebabkan anak rentan terkena penyakit
seperti ISPA, diare, tifus dan lain-lain. Berdasarkan alasan tersebut, kesehatan
anak termasuk masalah utama yang harus segera ditangani dalam bidang
perencanaan dan penaatan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008). Penataan
perencanaan pembangunan bangsa dapat diwujudkan dengan peningkatan kualitas
hidup anak, salah satunya adalah penanaman perilaku hidup bersih sehat pada
anak sejak dini, khususnya dalam mencuci tangan pakai sabun dengan benar.
Berdasarkan profil kesehatan RI (2015), data penduduk yang tercantum
dalam sasaran program perencanaan kesehatan terdapat 255.461.686 jiwa dan
terdapat 9.451.943 jiwa di usia prasekolah (5-6 tahun). Di Jawa Timur prevalensi
terjadinya ISPA terdapat 28,3%, diare 30,5% (RISKESDAS, 2013). Di Kabupaten
2
Bojonegoro, pada tahun 2013 terjadinya diare merupakan penyebab kematian
utama bayi (31,4%), Balita (25,2%) dan menjadi kematian keempat pada
golongan semua umur (13,2%), sedangkan pada tahun 2015 jumlah kasus diare
terdapat 26.463 jiwa (Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, 2015).
Berdasarkan survey di TK Cendana Murni, didapatkan dari 5 anak semua tidak
bisa mencuci tangan dengan benar. Di sekolah tidak terdapat washtafel untuk
mencuci tangan, terdapat sabun di dalam kamar mandi. Hasil wawancara dari guru
TK Cendana Murni selama tahun pelajaran 2015/ 2016 terdapat 71,7 % anak yang
tidak masuk karena sakit seperti panas, pilek, batuk, diare dan pada tahun
pelajaran 2016/ 2017 terdapat 74,2 % anak yang tidak masuk sekolah karena sakit.
Perilaku anak di sekolah sangat bermacam-macam, bila tidak dikontrol oleh
orang tua atau guru akan berdampak pada kesehatan anak. Perilaku merupakan
suatu kegiatan yang memiliki arti yang sangat luas dan dapat diamati langsung
maupun tidak langsung (Notoadmojo, 2010). Anak tidak menyadari bahwa
mencuci tangan pakai sabun dengan benar dapat mencegah kuman penyakit masuk
kedalam tubuhnya. Tangan merupakan pembawa utama kuman-kuman penyakit,
karena tangan adalah salah satu organ tubuh yang berhubungan langsung dengan
mulut, hidung dan lain-lain. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sangat penting
diterapkan pada anak. Cuci tangan pakai sabun merupakan suatu kegiatan dalam
membersihkan tangan dengan air mengalir, sabun dan sesuai dengan
langkah-langkah yang benar, sehingga dapat memutuskan rantai kuman penyakit. Cuci
tangan dapat dilakukan sebelum atau sesudah makan, setelah memegang unggas,
3
Upaya dalam mensosialisasikan pentingnya mencuci tangan pakai sabun
dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan melalui media audio-visual. Media
audio visual merupakan salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran
disekolah. Media audio visual yaitu jenis media yang mempunyai kemampuan
yang lebih baik dalam menyampaikan pesan, karena media ini memiliki unsur
suara dan gambar (Setiawati, 2012). Media ini sangat efektif dan tidak
membosankan untuk kegiatan pembelajaran pada anak pra sekolah karena
biasanya anak akan berperilaku sesuai apa yang dilihat dan dia dengar. Dengan
video cuci tangan diharapkan anak mampu memahami dan berperilaku hidup
sehat salah satunya dengan mencuci tangan pakai sabun dengan benar.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul
Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan
Pakai Sabun Anak Pra Sekolah di TK Cendana Murni, Desa Cendono, Kecamatan
Padangan Bojonegoro tahun 2017.
1.2 Rumusan masalah
Adakah Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan terhadap Kemampuan
Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Prasekolah di TK Cendana Murni, Desa
Cendono, Kecamatan Padangan, Bojonegoro tahun 2017?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan terhadap
Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah di TK Cendana Murni,
4
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah
sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan di TK Cendana Murni,
Desa Cendono, Kecamatan Padangan, Bojonegoro tahun 2017.
2. Mengidentifikasi Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah
ditampilkan media audio visual cuci tangan di TK Cendana Murni, Desa
Cendono, Kecamatan Padangan, Bojonegoro tahun 2017.
3. Menganalisis Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan terhadap
Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah di TK Cendana
Murni, Desa Cendono, Kecamatan Padangan, Bojonegoro tahun 2017.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu keperawatan serta
refrensi untuk pedidikan kesehatan pada anak terkait dengan Pengaruh Media
Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun
Anak Pra Sekolah.
1.4.2 Manfaat praktis
Pada hasil penelitian ini, secara praktis dapat meningkatkan pengetahuan
anak pra sekolah tentang perilaku hidup bersih sehat khususnya terhadap
kemampuan cuci tangan pakai sabun dengan benar melalui media audio visual
cuci tangan, sehingga anak lebih mampu menjaga personal hygiene di sekolah dan
terhindar dari penyakit. Bagi guru dan kepala sekolah dapat meningkatkan
5
audio visual cuci tangan terhadap kemampuan cuci tangan pakai sabun pada anak
pra sekolah. Sedangkan bagi mahasiswa dalam penyusunan penelitian selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep media audio visual
2.1.1 Pengertian media audio visual
Media audio visual merupakan salah satu media dalam pembelajaran. Kata
media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara atau pengantar. Menurut Gerlach & Early (1971) mengatakan bahwa
media adalah manusia, materi atau kejadian yang mampu membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap (dalam Arsyad, 2011).
Sedangkan menurut Sadiman dkk, 2003 (dalam Suiraoka & Supariasa, 2012),
media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Berdasarakan
pengertian tersebut, media merupakan suatu fasilitas sebagai pengantar
pembelajaran atau pendidikan siswa sehingga dapat meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap siswa.
Media dapat menimbulkan minat siswa dan tidak membosankan dalam
kegiatan pembelajaran. Berbagai penelitian tentang media pembelajaran
menjelaskan bahwa ada perubahan yang signifikan antara pembelajaran tanpa
media dengan pembelajaran menggunakan media sehingga dalam pembelajaran
sangat dianjurkan menggunakan media agar hasil dalam pembelajaran sangat
berkualitas (Zaman dan Eliyawati, 2010). Media disusun berdasarkan prinsip
pengetahuan yang ada pada setiap manusia dan dapat diterima oleh panca indra
(Notoadmojo, 1977 dalam Suiraoka & Supariasa, 2012). Semakin banyak panca
indra yang digunakan semakin banyak pengetahuan yang diperoleh, namun dalam
7
penyampaian pesan/ pembelajaran melalui media harus mempertimbangkan
waktu, karena setiap orang mempunyai keterbatasan daya konsentrasi. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa daya konsentrasi setiap orang berbeda-beda, dimana
orang dewasa daya konsentrasinya sekitar 25 sampai dengan 45 menit dan daya
konsentrasi anak-anak hanya sekitar 15 sampai dengan 25 menit (Suiraoka &
Supariasa, 2012).
Menurut kerucut pengalaman Edgar Dale hasil belajar seseorang dapat
diperoleh dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada dilingkungan
kehidupan seseorang, kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang
verbal (abstrak). Dalam tahapan, dari dasar kemudian semakin ke atas kerucut
semakin abstrak penyampaian pesan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh lembaga riset dan penerbitan komputer, Computer Technology
Reseach (CTR) menyatakan bahwa seseorang hanya mampu mengingat 20% dari
apa yang dilihat, 30% dari apa yang didengar dan orang dapat mengingat 50%
dari yang dilihat dan didengar, serta 80% dari yang dilihat, didengar dan
dilakukan langsung (Suiraoka & Supariasa, 2012).
Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi media audio
visual dimana media tersebut berfungsi sebagai penyalur pesan dalam
pembelajaran. Menurut Setiawati (2012), media audio visual merupakan jenis
media yang mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyampaikan pesan,
karena media ini memiliki unsur suara dan gambar. Media audio visual adalah
media yang menyampaikan pesan dalam bentuk audio dan visual dimana dapat
memberikan stimulus terhadap pandangan dan pendengaran, media ini disajikan
8
behavioristik dan kognitif contoh media audio visual dapat berupa film, televisi
dan video (Dermawan & Setiawati, 2008 dalam Kapti, 2010). Berdasarkan
pernyataan tersebut, media audio visual adalah salah satu media pembelajaran
yang lebih baik dan nyata dalam penyampaikan pesan karena memiliki unsur
suara dan gambar.
Media audio visual sangat berperan penting dalam proses pembelajaran
karena dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan sehingga dapat
mengoptimal kemampuan dan potensi siswa (Haryoko, 2009). Media audio visual
dibagi menjadi dua yaitu media audio visual diam dimana media tersebut hanya
menampilkan suara dan gambar diam contoh slide, dan media audio visual gerak
dimana dapat menampilkan suara dan gambar yang bergerak contoh film suara
dan video cassette. Menurut Munadi (2008), media audio visual dibagi menjadi 2
jenis yaitu yang pertama media audio visual murni yaitu dilengkapi dengan unsur
gambar dan suara contoh film gerak bersuara, video, TV. Yang kedua yaitu media
audio visual tidak murni yakni seperti slide, opaque, OHP dan perangkat visual
lainnya yang diberi suara.
2.1.2 Macam-macam media audio visual
Dalam kegiatan pembelajaran media audio visual dapat membantu guru
dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa. Media audio visual
terdiri dari bermacam-macam yaitu :
a. Media audio visual tidak bergerak
Media audio visual yaitu media yang dalam penyampaian pesan
9
memiliki unsur sedikit gerak (Suiraoka & Supariasa, 2012). Jenis media ini antara
lain media sound slide (slide bersuara) dan film strip bersuara.
b. Film
Menurut Suiraoka & Supariasa (2012), film disebut juga gambar hidup yaitu
gambar diam yang meluncur secara cepat dan di proyeksikan sehingga
menimbulkan kesan hidup dan bergerak, oleh karena itu film memberikan kesan
yang impresif bagi pemirsanya.
Kelebihan media film adalah mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, lebih
realistis, pesan yang disampaikan mudah dan singkat, mengembangkan pikiran
dan pendapat para siswa, menambahkan minat dan motivasi siswa dalam belajar
dan lain-lain. Film juga dapat digunakan sebagai media penghibur untuk siswa
dalam kegiatan belajar dan juga bisa memberikan pesan.
Menurut Ommar Hammalik yang dikutip Asnawir (2002:98) mengatakan
bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Dapat menarik minat siswa
2) Benar dan dapat dipercaya
3) Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungannya.
4) Sesuai dengan tingkatan kematangan pendengarnya
5) Menggunakan bahasa yang benar
6) Kesatuan dan sequence nya cukup teratur.
7) Teknik yang digunakan memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.
Film diklasifikasikan menjadi 10 jenis yakni film informasi, film kecakapan,
film apresiasi, film dokumenter, film rekreasi, film episode, film sains, film berita,
10
Munadi, 2008:119). Film yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya
berdurasi pendek dan membahas satu konsep saja (Anderson, 1987:100-101).
c. Video
Video merupakan salah satu media audio visual yang digunakan dalam
pembelajaran disekolah yang menampilkan suara, gambar dan gerak sekaligus
sehingga efektif untuk disajikan dalam pembelajaran agar siswa tidak sulit dalam
menerima informasi (Setiawati, 2012).
Pemanfaaatan video dalam pembelajaran sebaiknya bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan kognitif, psikomotor, dapat mempengaruhi sikap
dan emosi (Anderson, 1987:104-105 dalam buku karangan Munadi, 2008).
d. Televisi
Televisi merupakan media yang dapat menampilkan pesan secara audio
visual dan gerak (sama dengan film). Menurut Omar Hamalik (1985:134), “television is an electronic motion picture with conjoined or attend sound; both
picture and sound reach the eye and ear silmutaneously from a remote broadcast
point”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi adalah perlengkapan
elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar
dan suara yakni dapat dilihat dan didengar (Munadi, 2008).
Televisi dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu telivisi terbuka, media
telivisi siaran terbatas (TVST), media cassette recorder (VCR). Televisi sebagai
media pengajaran mengandung keuntungan yaitu;
1. Bersifat langsung dan nyata.
2. Memperluas tinjauan kelas.
11
4. Menunjukkan keanekaragaman.
5. Banyak mempergunakan sumber masyarakat.
6. Dapat melatih guru dalam inservice training.
7. Menarik minat anak
8. Dan masyarakat diajak berpartisipasi dalam meningkatkan perhatian mereka
terhadap sekolah.
2.1.3 Kelebihan dan kekurangan media audio visual
Karakteristik dan manfaat media audio visual sangat berbeda-beda. Media
audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Film
Kelebihan film menurut Suiraoka & Supariasa (2012) adalah :
1) Sasaran akan memperoleh pesan yang sama meskipun latar belakang
kecerdasannya berbeda.
2) Film sangat bagus untuk menerangakan suatu proses.
3) Dapat menampilkan dan menyajikan kembali sejarah masa lampau.
4) Dapat menyajikan teori dan praktek bersifat umum ke khusus dan
sebaliknya.
5) Dapat menampilkan seorang ahli atau tokoh.
6) Dapat menggunakan tehnik-tehnik seperti warna, gerak lambat, animasi
dan lain-lain.
7) Film lebih realistis dan dapat mengatasi keterbatasan indera
(penglihatan).
12
Kekurangan film menurut Suiraoka & Supariasa (2012) adalah :
1) Daya jangkauannya terbatas.
2) Biaya produksinya mahal.
3) Penggunaanya perlu ruangan gelap.
b. Video
Menurut Munadi (2008), kelebihan video mirip dengan media film yaitu :
1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2) Dapat diulang dan diperjelas.
3) Pesan dapat disampaikan cepat dan mudah di ingat.
4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
5) Mengembangkan imajinasi peserta didik.
6) Memperjelas hal-hal abstrak dan memberikan gambar realistik.
7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
8) Sangat baik menjelaskan proses dan ketrampilan, mampu menunjukkan
rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari
siswa.
9) Dapat digunakan semua peserta didik, menumbuhkan minat dan
motivasi belajar.
10) Penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk di evaluasi.
Kekurangan media video menurut Munadi ( 2008) adalah:
1) Lebih menekankan pentingnya materi dari pada proses
pengembangannya.
2) Ketersediaan video untuk pembelajaran disekolah sedikit sekali
13
3) Produksi sendiri video membutuhkan waktu dan biaya yang cukup
banyak.
c. Televisi
Menurut Suiraoka & Supariasa (2012) kelebihan televisi adalah:
1) TV dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau membatasi
semua bentuk media yang lain, menyesuaikan dengan tujuan-tujuan
yang dicapai.
2) TV merupakan medium yang menarik, modern, dan selalu siap
diterima.
3) Dapat memikat perhatian sepenuhnya, karena menyajikan informasi
visual dan lisan secara simultan.
4) Mempunyai realitas dan immediacy (karena objek yang baru saja
ditangkap oleh kamera dapat segera dipertontonkan).
5) Sifatnya langsung dan nyata.
Kekurangan televisi menurut Suiraoka & Supariasa (2012) adalah :
1) Sifat komunikasinya satu arah.
2) Besar gambar dilayar relatif lebih kecil dari pada film.
2.2 Konsep kemampuan
2.2.1 Pengertian kemampuan
Kemampuan (ability) adalah daya untuk melakukan suatu tindakan atau
ketrampilan seseorang dimana hal tersebut sebagai hasil dari pembawaan dan
latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan
14
2.2.2 Macam- macam kemampuan
Menurut Guilford kemampuan dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Kemampuan perseptual
Kemampuan perseptual adalah kemampuan dalam mengadakan persepsi atau
pengamatan antara lain mencakup faktor kepekaan indra, perhatian, kecepatan
persepsi dan sebagainya.
b. Kemampuan psikomotor
Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang mencakup beberapa faktor
antara lain, kekuatan, kecepatan, ketelitian, keluwesan dan lain- lain.
c. Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang cenderung menekankan
pada kemampuan akal dimana mencakup beberapa faktor seperti ingatan,
pengenalan, evaluasi, berfikir dan lain-lain.
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi kemampuan
Menurut Robbins & Timothy, 2008 (dalam Rohma, 2015), faktor yang
mempengaruhi kemampuan seseorang terdiri dari 2 yaitu :
a. Kemampuan intelektual (intelektual ability), yaitu dimana kemampuan
tersebut digunakan untuk aktivitas mental (berfikir, menalar, memecahkan
15
b. Kemampuan fisik (physical ability), yaitu dimana kemampuan tersebut
berguna untuk melakukan tugas-tugas yang membutuh stamina,
ketrampialan, kekuatan dan karakteristik serupa.
Sedangkan, faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan melakukan cuci
tangan pakai sabun secara epidemologis yaitu :
a. Host adalah faktor yang berasal dari internal yaitu seperti karakteristik
manusia (umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin) dan motivasi yang akan
meningkatkan pengetahuan, sikap, kepercayaan sehingga membuat
seseorang melakukan tindakan.
b. Environment adalah faktor yang berasal dari eksternal seperti lingkungan
fisik, lingkungan sosial dan sarana kesehatan.
c. Agens adalah gaya hidup seperti penggunaan sabun, peraturan sekolah, pola
asuh orang tua, ketersediaan media pendidikan, informasi, dan keberadaan
UKS (Kushartanti, 2012 dalam Kusbiantoro, 2015).
2.3 Konsep cuci tangan
2.3.1 Pengertian cuci tangan
Cuci tangan merupakan salah satu indikator perilaku hidup bersih sehat
disekolah. Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah perilaku seseorang dalam
meningkatkan kesehatan berdasarkan kesadaran, sehingga mampu berperan aktif
untuk mewujudkan lingkungan yang sehat (Notoadmojo, 2007). Menurut
Proverwati & Rahmawati (2012), perilaku hidup bersih sehat merupakan suatu
contoh pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga
16
menolong dirinya sendiri dalam menjaga kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan kesehatan masyarakat.
Cuci tangan adalah salah satu tindakan untuk menjaga kebersihan yaitu
dengan cara menggosok tangan dengan sabun pada seluruh permukaan tangan
dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dengan air mengalir (Potter, 2005
dalam Setiawan 2014). Cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan sanitasi
dalam membersihkan tangan serta jari-jari dengan menggunakan sabun dan air
agar tangan menjadi bersih dan dapat memutuskan mata rantai kuman penyakit
(KEMENKERS RI, 2014). Cuci tangan adalah salah satu proses membersihkan
tangan dari kotoran dan debu dengan menggunakan air dan sabun sehingga dapat
mengurangi mikroorganisme sementara (Darmadi, 2008 dalam Edyati, 2014).
Cuci tangan merupakan proses membersihkan permukaan tangan dengan
menggosok secara bersama menggunakan sabun dan dibilas dengan air yang
mengalir (Rohmah & Soraya, 2012). Tangan merupakan pembawa utama kuman
penyakit karena tangan berhubungan langsung dengan mulut, hidung dan
lain-lain. Cuci tangan yang baik membutuhkan beberapa peralatan seperti sabun anti
septic, air bersih, handuk atau lap dan untuk hasil yang maksimal di sarankan
mencuci tangan selama 20-30 detik (Wati, 2010 dalam Setiawan, 2014). Cuci
tangan yang benar harus menggunakan air bersih dan sabun dengan
langkah-langkah yang benar. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri
17
2.3.2 Tujuan cuci tangan
Cuci tangan bertujuan menghilangkan kuman-kuman yang dapat ditularkan
kepada orang-orang. Cuci tangan merupakan kunci yang penting dalam
pencegahan penularan penyakit karena dengan mencuci tangan dengan sabun dan
air lebih efektif menghilangkan debu dan kotoran secara mekanis dan mengurangi
jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, parasit dan bakteri
lainnya yang berada di tangan (Rachmayanti, 2013). Sebagian orang sudah tebiasa
mencuci tangan pakai sabun, tapi sebagian lagi belum terbiasa cuci tangan pakai
sabun khususnya pada anak-anak pra sekolah. Cuci tangan memakai sabun dengan
benar dapat menghilangkan kuman penyakit yang dapat mengganggu saluran
pencernaan dan pernafasan contoh diare dan ISPA.
2.3.3 Manfaat cuci tangan
Salah satu anggota tubuh yang paling sering berhubungan dengan mulut,
hidung adalah tangan. Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit, jika
tangan kotor maka tubuh akan beresiko terhadap masuknya mikroorganisme. Cuci
tangan pakai sabun terbukti secara ilmiah berguna mencegah penyebaran penyakit
menular (Kusbiantoro, 2012). Cuci tangan pakai sabun dengan benar berguna
untuk membunuh kuman penyakit yang ada ditangan, tangan yang bersih akan
mencegah penyakit menular seperti ISPA, diare, tifus, cacingan dan lain-lain
2.3.4 Waktu yang efektif dalam cuci tangan
Waktu yang efektif dalam mencuci tangan yaitu sebelum atau sesudah
makan, sebelum menyiapakan makan, setelah menceboki bayi, setelah BAB atau
18
2.3.5 Penyakit yang dapat dicegah dalam mencuci tangan
Menurut KEMENKES RI (2014), cuci tangan pakai sabun sangat efektif
dalam mencegah kuman penyakit. Cuci tangan pakai sabun dengan benar dapat
mencegah penyakit- penyakit seperti berikut ini :
a. ISPA
ISPA merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak balita. Cuci
tangan pakai sabun dapat melepaskan kuman-kuman penyakit yang menyebabkan
gejala penyakit pernafasan. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa mencuci
tangan pakai pakai sabun sebelum dan sesudah makan/ buang air besar dan kecil
dapat menurunkan infeksi sekitar 25%, sedangkan penelitian di Pakistan
membuktikan bahwa mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi ISPA yang
terkait dengan pneumonia pada anak hingga 50%. Karakteristik penduduk ISPA
terjadi sekitar umur 1-4 tahun (25%), menurut jenis kelamin tidak berbeda antara
laki-laki dan perempuan.
b. Diare
Diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak-anak balita. Sekitar
30% penelitian terkait cuci tangan mengemukakan bahwa cuci tangan pakai sabun
dapat menurunkan angka penderita diare. Penyakit diare disebabkan karena
keadaan air, namun seharusnya harus diperhatikan juga penanganan-penanganan
kotoran manusia seperti tinja dan kencing karena kuman-kuman penyakit
disebabkan oleh kotoran tersebut. Tangan merupakan pembawa utama kuman
penyakit, karena tangan adalah anggota tubuh yang sering berhubungan langsung
dengan mulut dan hidung. Kuman-kuman penyakit akan masuk kedalam tubuh
19
terkontaminasi, makanan mentah, dan tempat makanan yang tidak dicuci dahulu
bila kotor.
c. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit radang paru-paru yang disebakan oleh bakteri
dengan gejala panas tinggi, batuk berdahak, nafas cepat (frekuensi nafas > 50 kali/
menit), sesak, dan gejala lainnya seperti sakit kepala, gelisah dan nafsu makan
menurun.
d. Infeksi cacing, mata dan kulit
Penelitian lain membuktikan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat mencegah
penyakit infeksi cacing, mata dan kulit.
2.3.6 Langkah - langkah dalam cuci tangan
Menurut KEMENKES RI (2014) terdapat 6 langkah dalam mencuci tangan
20
1) Basahi kedua tangan dengan air mengalir, ambil sabun kemudian gosok dan
ratakan pada kedua telapak tangan.
2) Gosok kedua punggung tangan dan sela- sela jari secara bergantian dengan
bersih.
21
4) Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling mengunci.
5) Gosok ibu jari kiri dengan memutar dalam genggaman telapak tangan kanan,
begitu sebaliknya.
6) Gosok ujung kuku tangan kiri dengan memutar pada genggaman telapak
tangan kanan, begitu sebaliknya. Kemudian bilas seluruh bagian seluruh
22
2.4 Konsep anak prasekolah
2.4.1 Pengertian anak prasekolah
Anak pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun,
dimana anak mulai mengenal dirinya sebagai pria atau wanita dan dapat mengatur
diri dalam toilet training, mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (Yusuf
& Junaedi, 2014).
Pada masa ini anak mulai berkenalan dengan lingkungan diluar rumah dan
anak mulai senang bermain diluar rumah sehingga dibutuhkan suasana yang
bersahabat bagi anak. Anak juga dipersiakan untuk sekolah, maka panca indera
dan penerima rangsangan serta memori anak sudah siap, sehingga anak dapat
belajar dengan baik. Orang-orang yang dekat dalam lingkungan anak adalah orang
utama yang harus memberi dukungan pada anak khusunya orang tua. Anak dalam
masa ini membutuhkan tiga kebutuhan pokok yaitu kebutuhan fisik-biomedis
(asuh), kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih) dan kebutuhan stimulasi mental
(asah).
Taman kanak-kanak merupakan masa persiapan anak untuk memulai
pendidikan formal dikelas satu sekolah dasar (Soetjeningsih, 2012). Kematangan
penyesuaian sosial anak akan terbantu apabila anak dimasukkan ditaman kanak-kanak. TK sebagai “jembatan bergaul” merupakan tempat untuk memperluas
pergaulan sosial anak dan menaati kedisiplinan anak (Yusuf & Junaedi, 2014).
2.4.2 Tugas perkembangan kanak-kanak
Menurut Havighurst (dalam Monks dkk, 2001) tugas perkembangan pada
23
a. Mencapai stabilitas fisiologis.
b. Belajar berbicara/ berbahasa.
c. Belajar mengatur dan mengurangi gerak-gerik tubuh yang tidak perlu.
d. Belajar mengenal aturan dan jenis kelamin dengan ciri-cirinya.
e. Membentuk konsep sederhana mengenai realitas sosial dan fisik.
f. Belajar tentang benar salah.
Dengan memahami tugas-tugas perkembangan ini diharapkan orang tua
mampu melakukan tindakan dalam mengarahkan dan membantu anak mencapai
perkembangan sesuai usianya (Soetjiningsih, 2012).
2.4.3 Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya dan meningkatnya pertumbuhan tubuh memungkinkan anak untuk
lebih mengembangkan ketrampilannya dan mengeksplorasi lingkungannya tanpa
bantuan dari orang lain (Yusuf & Junaedi, 2014). Pola pertumbuhan anak sangat
bervariasi karena berbagai faktor bawaan, kurangnya hormon, gizi buruk, infeksi
kronis dan gangguan emosional. Namun seiring kemajuan kedokteran, hambatan
ini masih bisa diatasi dengan baik sehingga kebutuhan berikutnya dimungkinkan
berlangsung dengan baik juga.
Perkembangan fisik anak ditandai dengan berkembangnya kemampuan dan
ketrampilan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus (Yusuf & Junaedi,
2014). Pada usia 3-4 tahun, anak mempunyai motorik kasar mampu naik turun
tangga, meloncat dengan dua kaki, melempar bola, sedangkan motorik halus anak
24
pada motorik kasar anak mampu meloncat, mengendarai sepeda, menangkap bola,
bermain olah raga, sedangkan pada motorik halus anak mampu menggunakan
pensil, menggambar, memotong dengan gunting dan menulis huruf cetak.
2.4.4 Perkembangan kognitif
Pada masa ini, cara berpikir anak di tandai dengan kreativitas, bebas dan
penuh imaginasi, contohnya anak menggambar langit dengan warna hijau, pohon
warna ungu dan mobil berjalan diatas awan. Salah satu perkembangan kognitif
yang terkenal yaitu dari Jeans piaget (1896-1980). Pada teori piaget, masa
kanak-kanak awal disebut juga pada tahap pra-operasional, karena pada masa ini anak
belum mampu menguasai operasi mental secara logis (Soetjiningsih, 2012). Pada
tahap ini pemikiran anak semakin kompleks dan mampu menggunakan pemikiran
simbolis (fungsi simbolis). Anak pra sekolah menunjukkan fungsi simbolis
melalui imitasi tertunda (deffered imitation), bermain sandiwara (pretend play),
dan kemampuan menggunakan simbolis (kata) untuk berkomunikasi (Papalia dkk,
2008).
Menurut Yusuf & Junaedi (2014), secara ringkas pada perkembangan
kognitif anak pra sekolah yaitu :
a. Mampu berpikir secara simbolis.
b. Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsinya, mereka meyakini apa yang di
lihatnya dan cara berpikir mereka bersifat memusat.
c. Berpikirnya masih kaku tidak fleksibel, dimana berfokus pada keadaan awal
atau akhir dari suatu tranformasi.
25
2.4.5 Perkembangan bahasa
Menurut Yusuf & Junaedi (2014), perkembangan bahasa anak pra sekolah
dapat diklasifikasikan menjadi dua tahap yaitu :
a. Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan : anak mulai bisa menyusun kalimat
tunggal yang sempurna, memahami perbandingan. Anak juga banyak
bertanya nama, tempat, dimana, darimana dan sudah banyak menggunakan
kata-kata berawalan dan berakhiran.
b. Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan : anak mulai dapat menggunakan
kalimat majemuk beserta anak kalimatnya. Pada masa ini tingkat berpikir
anak sudah mulai maju, anak banyak menanyakan waktu dan akibat.
Perkembangan bahasa anak dapat melalui guru dan orang tua, sehingga
diharapkan guru dan orang tua mampu memfasilitasi anak dengan cara dapat
bertutur kata dengan baik pada anak, mau mendengarkan pembicaraan anak,
menjawab pertanyaan anak, mengajak berdialog dalam hal sederhana, dan
ditaman kanak-kanak, anak dibiasakan untuk bertanya, mengespresikan
keinginannya, melantunkan lagu dan puisi.
2.4.6 Perkembangan bermain
Pada masa ini dikatakan anak prasekolah sebagai masa bermain, karena
setiap waktunya di isi dengan kegiatan bermain. Menurut Abu Ahmadi, 1977
(dalam Yusuf & Junaedi, 2014) terdapat beberapa macam permainan pada anak
yaitu permainan fungsi (permainan gerak), permainan fiksi, permainan respetif,
26
Bermain mempunyai nilai yang sangat berharga pada anak, karena anak
memperoleh perasaan senang, puas, dan bangga. Anak juga dapat
mengembangkan percaya diri, tanggung jawab, kooperatif serta kreatif.
2.4.7 Perkembangan emosional
Pada perkembangan ini anak mulai menyadari bahwa tidak semua
keinginannya dipenuhi oleh orang lain. Anak juga mulai mempunyai perasaan
harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika anak diperlakukan
keras atau tidak disayangi anak juga akan berkembang sikap-sikap keras kepala,
tidak penurut.
Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak yaitu takut, cemas,
marah, cemburu, gembira, senang, kasih sayang, phobia, dan ingin tahu.
Perkembangan emosi yang sehat akan membantu keberhasilan belajar, oleh sebab
itu guru dan orang tua diharapkan dapat memberi bimbingan agar mereka mampu
mengenal, menerima, berbicara tentang perasaannya, menyadari bahwa ada
hubungannya antara emosi dengan tingkah laku sosial, mampu menyalurkan
keinginannya tanpa menggagu perasaan orang lain serta peka terhadap perasaan
dan kebutuhan orang lain.
2.4.8 Pekembangan sosial
Pada perkembangan sosial, anak pra sekolah mulai aktif berhubungan dengan
teman sebayanya. Anak mulai mengetahui dan mulai tunduk pada aturan-aturan
dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan bermain. Anak mulai menyadari
27
Menurut Soetjiningsih (2012), perkembangan sosial anak dapat dipengaruhi
oleh keluarganya. Apabila dalam keluarga tercipta suasana harmonis, saling
membantu, saling memperhatikan, terjalin komunikasi yang baik, maka anak akan
memiliki kemapuan atau dapat menyesuaikan diri dalam berhubungan dengan
orang lain. Kematangan sosial anak akan terbantu bila anak mulai dimasukkan ke
taman kanak-kanak, dimana anak dapat belajar memperluas pergaulan sosialnya
dan menaati peraturan.
2.4.9 Perkembangan moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap
kelompok sosialnya. Anak dapat belajar memahami perilaku baik/ boleh/
diterima/ disetujui atau buruk/ tidak boleh/ tidak diterima/ tidak disetujui melalui
pengalamannya dalam berinteraksi dengan orang lain. Pada masa ini anak harus
dilatih dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku seperti mencuci
tangan sebelum makan, membaca basmallah sebelum makan, menggosok gigi
sebelum tidur dan lain-lain.
Pada saat mengenalkan tentang konsep baik-buruk, benar-salah atau disiplin
pada anak, orang tua atau guru hendaknya memberikan alasaan agar anak
memahami, mampu mengendalikan dan mendisiplinkan diri berdasarkan
kesadaran pada anak.
2.4.10 Perkembangan kepribadian
Pada masa ini disebut masa trotzaher, periode perlawanan atau masa krisis.
Masa ini terjadi karena ada perubahan hebat pada anak yaitu dirinya mulai sadar
28
lain. Pertentangan antara kemauan diri dan tuntutan lingkungan dapat
mengakibatkan ketegangan dalam diri anak, sehingga anak jarang merespon atau
keras kepala. Pada sikap anak yang membandel ini merupakan suatu kewajaran
karena anak mengalami perkembangan kepribadian dari sikap dependen ke
independen. Untuk mencegah anak agar tidak bersikap bandel, orang tua
seharusnya menghadapi secara bijak, penuh kasih sayang dan tidak bersikap keras.
Aspek-aspek kepribadian anak meliputi dependency-self image dan initiative
vs guilt (Yusuf & Junaedi, 2014). Depency-self image yaitu dimana konsep anak
pra sekolah sulit dipahami dan dianalisis, karena ketrampilan bahasanya belum
jelas dan pandangannnya terhadap orang lain masih egosentris. Sedangkan
initiative vs guilt yaitu anak pra sekolah mengalami suatu krisis perkembangan
karena mereka menjadi kurang dependen dan mengalami konflik antara initiative
dan guilt (Erik erikson dalam Yusuf & Junaedi, 2014).
2.4.11 Perkembangan minat terhadap agama
Pada masa ini, rasa ingin tahu anak tentang masalah-masalah agama menjadi
besar dan anak senang mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Hurlock, 1980).
Konsep anak tentang agama adalah realistis, dalam arti anak menafsirkan apa
yang dia dengar dan di lihatnya sesuai dengan apa yang dia ketahui (Soetjiningsih,
2012).
Untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada anak usia ini, sebaiknya apabila
orang tua menyekolahkan anaknya ke TK/ TPA. TK/ TPA ini mempunyai
29
Zakiyah Daradjat (1970:111), umur taman kanak-kanak adalah umur yang paling
subur untuk menanamkan agama pada anak, umur penumbuhan
kebiasan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama melalui permainan dan perlakuan dari
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan antara
variabel satu dengan variabel lainnya dari masalalah yang akan diteliti
(Notoadmojo, 2012). Konsep harus dijabarkan kedalam variabel – variabel
sehingga dapat diamati dan diukur .
Media audio visual cuci tangan
Kemampuan cuci tangan pakai sabun :
Faktor yang mempengaruhi 1) Basahi kedua tangan dengan air mengalir, ambil
kemampuan cuci tangan : sabun kemudian ratakan pada kedua telapak
1. Host (faktor internal)
tangan.
2) Usap, gosok kedua punggung tangan dan sela
2. Environment (faktor jari-jemari secara bergantian dengan bersih.
eksternal) 3) Gosok kedua telapak tangan dan sela – sela jari.
4) Gosok punggung jari pada kedua tangan dengan
3. Agent (gaya hidup)
posisi tangan saling mengunci.
a. Penggunaan sabun 5) Gosok ibu jari kiri dengan memutar dalam
b. Peraturan sekolah genggaman telapak tangan kanan, begitu
c. Pola asuh sebaliknya.
d. Ketersediaan media 6) Gosok ujung kuku tangan kiri dengan memutar
pada genggaman telapak tangan kanan, begitu
pendidikan sebaliknya. Kemudian bilas seluruh bagian
e. Informasi seluruh tangan dengan air mengalir dan bersih,
f. UKS lalu keringkan dengan tisu atau lap
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
31
Penjelasan kerangka konseptual :
Media audio visual merupakan salah satu media pembelajaran pada anak
sekolah dengan menggunakan unsur suara dan gambar. Media audio visual dibagi
menjadi tiga macam yaitu media audio visual tidak bergerak, film, video, dan
telivisi. Manfaat media dalam pembelajaran yaitu dapat membantu guru dalam
menyampaikan pesan atau komunikasi pada siswa. Media audio visual sangat
efektif dan tidak membosankan untuk kegiatan pembelajaran pada anak pra
sekolah karena biasanya anak akan berperilaku sesuai apa yang dilihat dan dia
dengar. Dengan menggunakan media audio visual cuci tangan dapat
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anak dalam cuci tangan pakai sabun.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dari rumusan masalah
yang akan diteliti (Nursalam, 2015).
H0 : Tidak ada Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tanagan Terhadap
Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah.
H1 : Ada Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan dan pemecahan suatu masalah dengan metode ilmiah (Notoadmojo,
2012). Pada bab ini akan menguraikan tentang desain penelitian, waktu dan
tempat penelitian, populasi, sampel dan sampling, kerangka kerja, identifikasi
variabel, definisi operasional, pengumpulan dan analisa data serta etika penelitian.
4.1 Desain penelitian
Desain atau rancangan penilitian adalah suatu strategi dalam penelitian untuk
pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu
hasil penelitian (Nursalam, 2015). Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimen
dengan rancangan one group pre test post test design. Penelitian pra-eksperimen
merupakan suatu rancangan penilitian yang digunakan untuk mencari sebab akibat
dengan adanya keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap
variabel bebas (Nursalam, 2015). Rancangan one group pre test post test design
merupakan desain penelitian eksperimen dimana tidak menggunakan kelompok
pembanding (kontrol), namun sebelumnya peneliti sudah melakukan observasi pre
test pada kelompok tersebut sehingga peneliti dapat membandingkan perubahan
setelah dilakukan eksperimen (Notoadmojo, 2012).
4.2 Waktu dan tempat penelitian
4.2.1 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal sampai
penyusunan laporan akhir, sejak bulan Februari sampai bulan Juni 2017.
33
4.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Cendana Murni, Desa Cendono,
Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro.
4.3 Populasi, sampel dan sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau yang akan diteliti
(Notoadmojo, 2012). Populasi dalam penelitian harus sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan (Nursalam, 2015). Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa di
TK Cendana Murni, Desa Cendono, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro
dengan jumlah 35 siswa.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2010). Sampel adalah bagian populasi yang dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling yang harus mewakili kriteria (Nursalam, 2015).
Sampel responden pada penelitian ini adalah sebagian siswa di TK Cendana
Murni sebanyak 32 siswa yang sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.
Menurut Nursalam (2015) untuk menentukan besaran jumlah sampel dengan
rumus :
Keterangan :
n : besar sampel
N: jumlah populasi
34
Jadi untuk menghitung penentuan besar sampel adalah :
n =
n= = = 32,1 = 32
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana yang perlu dipenuhi oleh seluruh
anggota populasi yang dapat dipilih sebagai sampel (Notoadmojo, 2012).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Bersedia menjadi responden.
2) Usia 4 tahun sampai 6 tahun.
3) Dapat berkomunikasi dengan baik.
4) Sehat jasmani dan rohani.
b. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah kriteria angggota populasi yang tidak dapat dijadikan
sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah
siswa yang tidak masuk sekolah atau sakit dan siswa yang hiperaktif.
4.3.3 Sampling
Sampling adalah suatu proses menyeleksi dari populasi agar dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2015). Pada penelitian ini, cara pengambilan sampel yaitu
dengan tehnik probability sampling dengan metode simple random sampling.
Probability sampling yaitu dimana setiap subjek dalam populasi mempunyai
kesempatan untuk terpilih dan tidak terpilih sebagai sampel. Metode simple
random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak sehingga setiap
35
sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Tehnik pengambilan simple random
sampling dengan cara undian yaitu dengan menulis nama seluruh populasi di
potongan kertas seperti arisan, kemudian kertas dikocok dan di keluarkan sampai
32 sampel. Nama yang keluar tersebut akan dijadikan sebagai responden dalam
36
4.4 Kerangka kerja
Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam penelitian untuk
menyelesaikan atau memenuhi target yang sudah ditetapkan (Nursalam, 2015).
Identifikasi Masalah
Populasi
Semua murid di TK Cendana Murni, Desa Cendono, Kecamatan Padangan Bojonegoro sebanyak 35 siswa.
Sampel
Sebagian murid di TK Cendana Murni, Desa Cendono,Kecamatan Padangan Bojonegoro sebanyak 32 siswa.
Sampling
Simple random sampling.
Desain Penelitian
Pra Eksperimen One group pre test post test
Pengumpulan Data
Observasi dan check list
Pengolahan Data Dan Analisa Data
Editing, coding, scoring, tabulating
Analisa Data
Univariate, Bivariate ( Uji Wilcoxon)
Kesimpulan dan saran
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Media Audio Visual cuci tangan
37
4.5 Identifikasi variabel
Variabel adalah karakteristik atau ciri yang dipilih oleh suatu anggota
kelompok (orang, benda atau situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki
kelompok lain (Nursalam, 2015).
a. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau
nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, (2015). Dalam penelitian ini
variabel bebasnya adalah media audio visual cuci tangan.
b. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel lain (Nursalam, 2015). Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah kemampuan cuci tangan pakai sabun.
4.6 Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
(di ukur) dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2015). Definisi
operasional penting dan diperlukan untuk pengukuran variabel agar konsisten
antara sumber data (responden) yang satu dengan yang lainnya (Notoadmojo,
38
Tabel 4.1 Definisi operasional pengaruh media audio visual cuci tangan terhadap
kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah.
Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor dengan air mengalir, ambil benar mendapat uan cuci seseorang sabun kemudian ratakan dan R skor 1 dan pada kedua telapak tangan. jawaban salah tangan dalam mencuci 8) Usap, gosok kedua check list D mendapat skor 0,
punggung tangan dan sela
pakai tangan pakai jari-jemari secara I kemudian bergantian dengan bersih. kriteria skor sabun sabun dengan 9) Gosok kedua telapak N dikategorikan genggaman telapak tangan 75% jawaban kanan, begitu sebaliknya. benar. 12) Gosok ujung kuku 3. Kurang jika
tangan kiri dengan nilai < 56% memutar pada genggaman jawaban telapak tangan kanan, benar. begitu sebaliknya. (Nursalam, Kemudian bilas seluruh 2015) bagian seluruh tangan
39
4.7 Pengumpulan dan analisa data
4.7.1 Instrument penelitian
Instrumen dalam pengumpulan data yaitu dengan observasi dan lembar
check list, tehnik pengumpulan data dengan lembar observasi dilakukan karena
berhubungan langsung dengan ketrampilan atau aktivitas manusia.
4.7.2 Prosedur penelitian
1. Mengurus surat izin penelitian ke Akademik STIKES ICME Jombang dan
kepala sekolah TK Cendana Murni, Desa Cendono, Kecamatan Padangan,
Bojonegoro.
2. Mengidentifikasi responden di TK Cendana Murni, Desa Cendono,
Kecamatan Padangan, Bojonegoro.
3. Melakukan pendekatan dengan responden untuk mendapatkan persetujuan
sebagai subjek penelitian. Lembar persetujuan di tanda tangani oleh orang tua
siswa.
4. Melakukan pre test dengan observasi tentang kemampuan cuci tangan pakai
sabun anak prasekolah sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan.
5. Menampilkan media audio visual tentang cuci tangan.
6. Melakukan post test dengan observasi dan mencatat hasil tentang
kemampuan cuci tangan pakai sabun anak prasekolah setelah ditampilkan
media audio visual cuci tangan.
40
4.7.3 Prosedur pengolahan data
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007). Dalam editing ini dapat dilakukan
dengan memeriksa kelengkapan data.
2. Coding
Coding yaitu pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini peneliti menggunakan kode
tertentu untuk mempermudah waktu tabulasi dan analisa data.
41
3. Scoring
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan dalam
master tabel atau database komputer kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana (Hidayat, 2007). Pada penilitian ini, penilaian kemampuan cuci tangan
dengan lembar observasi menggunakan skala guttman yang di bagi menjadi 2
yaitu apabila jawaban benar mendapat skor 1 dan jawaban salah mendapat skor 0.
Setelah itu hasil jawaban diinterprestasikan menjadi :
a. Baik : 76-100%
b. Cukup : 56-75%
c. Kurang : <56%
(Nursalam, 2015)
4. Tabulating
Tabulating adalah pembuatan tabel-tabel data yang sesuai dengan tujuan
penelitian, tabulasi dapat dibuat dengan menggunakan distribusi frekuensi
(Notoadmojo, 2012).
Adapun hasil pengolahan data dapat diinterprestasikan dengan menggunakan
skala kumulatif sebagai berikut ini :
100% = Seluruhnya
76% - 99% = Hampir seluruhnya
51% - 75% = Sebagian besar dari responden
50% = Setengah responden
26% - 49% = Hampir dari setengahnya
42
0% = Tidak ada satupun dari responden
(Arikunto, 2010)
4.7.4 Analisa data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang bertujuan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan karakteristik setiap variabel (Notoadmojo, 2012). Data khusus
pada penelitian ini adalah variabel independent (media audio visual cuci tangan)
dan variabel dependent (kemampuan cuci tangan pakai sabun). Analisa
kemampuan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah ditampilkan media
audio visual cuci tangan, dapat di analisa dengan distribusi frekuensi berikut ini:
Keterangan :
P : Presentasi
f : Skor yang diperoleh.
N: Skor maksimal.
Dengan kriteria kemampuan cuci tangan pakai sabun sebagai berikut :
a. Baik : 76-100%
b. Cukup : 56-75%
c. Kurang : <56%
(Nursalam, 2015)
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariate yaitu dilakukan terhadap dua variabel yang diduga