• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRA SEKOLAH (Di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRA SEKOLAH (Di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRA SEKOLAH

(Di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro)

VIVI DWI ANDRIANI 133210054

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2017

(2)

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRA SEKOLAH

(Di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro)

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Program Studi S1 Keperawatan

Vivi Dwi Andriani 133210154

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2017

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Vivi Dwi Andriani lahir di Kabupaten Bojonegoro

Provinsi Jawa Timur pada tanggal 08 Desember 1994 dari pasangan suami istri

Bapak Sardi dan Ibu Nanik. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SDN CENDONO lulus

pada tahun 2007, SMP NEGERI 1 PADANGAN lulus tahun 2010, SMA

NEGERI 1 PADANGAN lulus tahun 2013 dan pada tahun 2013 masuk

diperguruan tinggi S1 Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.

Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswi

program studi S1 Keperawatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya oleh

peneliti.

Jombang, Mei 2017

Vivi Dwi Andriani

(7)

MOTTO

BERMIMPILAH SETINGGI MUNGKIN.

YAKINLAH BAHWA KAMU MAMPU MERAIHNYA, SERTAKAN ALLAH

DAN RESTU KEDUA ORANG TUAMU DI SETIAP PERJALANANMU. JANGAN MENYERAH …. IMPIAN MEMBERIMU TUJUAN HIDUP.

KEBAHAGIAAN ADALAH KUNCI KESUKSESAN.

DO THE BEST, BE GOOD, THEN YOU WILL BE THE BEST

(8)

PERSEMBAHAN

Sujud syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena-Nya Skripsi ini

dapat terselesaikan. Serta penulis haturkna Sholawat serta salam kepada Nabi

besar Muhammad SAW. Dengan penuh rasa syukur, kecintaan dan rasa bangga

penulis persembahkan skripsi ini untuk turut berterima kasih kepada :

1. Kedua orang tuaku, Bapak Sardi dan Ibu Nanik yang telah senantiasa

memberikan segala do‟a, bimbingan, kasih sayang dan motivasi yang

menjadi kekuatan dalam hidupku.

2. Kakakku Arik Eko Pujianto terima kasih atas do‟a, saran dan motivasinya. Serta Gilang Mahesa Pramudya Pratama terima kasih atas do‟a, bantuan,

saran, motivasi dan banyak meluangkan waktunya untuk mendengar keluh

kesahku selama ini.

3. Pembimbing utama dan pembimbing anggota (H. Bambang Tutuko, SH,

S.Kep.,Ns.,MH dan Anin Wijayanti S.Kep.Ns,M.Kes) terima kasih yang

telah memberi bimbingan dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan

skripsi.

4. Seluruh dosen STIKES ICME Jombang terima kasih atas bimbingan dan

ilmunya selama ini.

5. Sahabatku KOST RAHMA terimakasih untuk segalanya.

6. Teman-teman PRODI S1 Keperawatan Jombang angkatan 2013,

terimakasih atas pengalaman, cerita indah yang telah kita lalui bersama.

Semoga kita sukses dan ilmunya barakah bermanfaat bagi orang lain.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan terhadap kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan

Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah (Di TK Cendana Murni Desa

Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro) dapat selesai dengan tepat waktu.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program

pendidikan S1 Keperawatan di STIKES ICME Jombang

Penulis mengucapakan terima kasih atas bimbingan dan kerjasama kepada

Bapak Bambang Tutuko SH, S.Kep,Ns,MH selaku Ketua STIKES ICME

JOMBANG dan Ibu Inayatur Rosyidah,S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Kepala Prodi

S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang. Kepada Bapak Bambang Tutuko SH,

S.Kep,Ns,MH selaku pembimbing utama dan Ibu Anin Wijayanti

S.Kep,Ns.M.Kes. selaku pembimbing dua yang telah memberikan dukungan

bimbingan dengan penuh kesabaran, bijak dan ketelitian.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan selama penyusunan

skripsi ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Jombang, Mei 2017

Penulis

(10)

ABSTRAK

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRA SEKOLAH

(Di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro) Oleh :

VIVI DWI ANDRIANI

133210054

Cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan membersihkan tangan menggunakan air mengalir dan sabun dengan langkah yang benar agar terhindar dari penyebaran penyakit menular. Anak pra sekolah sering mengalami masalah perilaku kesehatan sehingga rentan terkena penyakit. Media audio visual adalah salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran cuci tangan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganilisis pengaruh media audio visual cuci tangan terhadap kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah.

Desain penelitian ini adalah one group pre test post test design. Populasi penelitian ini adalah semua murid di TK. Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro sebanyak 35 murid, sampelnya 32 anak dengan tehnik simple random

sampling. Variabel independent yaitu media audio visual cuci tangan dan variabel

dependent yaitu kemampuan cuci tangan pakai sabun. Pengumpulan data dengan lembar

check list sesuai SOP cuci tangan dan observasi. Tehnik pengumpulan data menggunakan

editing, coding, scoring, tabulating dan uji statistiknya menggunakan uji Wilcoxon Signed

Rank Test.

Hasil penelitian dari 32 responden, sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan sebagian besar responden berkemampuan kurang sejumlah 21 anak (65,6%), sesudah ditampilkan media audio visual cuci tangan sebagian besar dari responden berkemampuan baik sejumlah 20 anak (62,5%). Uji statistik Wilcoxon menunjukkan p

value = 0,000 < α (0,05) sehingga H0ditolak atau H1diterima.

Kesimpulannya adalah ada pengaruh media audio visual cuci tangan terhadap kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah di TK. Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro.

Kata Kunci : Media audio visual, Kemampuan cuci tangan pakai sabun, Anak pra sekolah.

(11)

ABSTRACK

THE EFFECT OF HAND WASHING AUDIO VISUAL MEDIA TO THE CAPABILITY HAND WASHING WITH SOAP OF PRESCHOOL

CHILDREN

(In the Cendana Murni Kindergarten, At Cendono village, District of Padangan

Bojonegoro) are a period of personality development where demanding freedom so that children often experience behavior problems. In the initial survey, it was found that almost all pre-school children were less able to wash hands with soap. Audio visual medium is one of the media that can be used in handwashing learning. The purpose of this research is to analyze the influence of handwashing audio visual media to the capability handwashing with soap of preschool children.

The research design was one group pre test post test design. The population in this research were all students in the Cendana Murni kindergarten, at Cendono village, District of Padangan Bojonegoro numbered 35 students, the sample were 32 children with technique of simple random sampling. The independent variable was hand wash audio visual media and the dependent variable was the ability of hand wash with soap. Data collecting used checklist sheets according to SOP hand washing and observation. Data processing techniques used editing, coding, scoring, tabulating and its statistical test used the Wilcoxon Signed Rank Test.

The result was obtained that’s from 32 respondents, before displayed hand washing audio visual media of almost all respondents to the capability hand washing with soap that in the less category of 21 children (65,6%), while after displayed hand wash audio visual media, most of the respondents in good category of 20 children (62.5%). The

statistical test of Wilcoxon showed that’s the value of p = 0,000 < α (0,05) so that H0 was

rejected or H1 was accepted.

The conclusion was there’s an influence of hand washing audio visual media to the

capability hand washing with soap of preschool children in the Cendana Murni kindergarten, At Cendono village, District of Padangan Bojonegoro.

Keywords : Audio visual media, The capability handwashing with soap, Pre-school children.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN

2.1.1 Pengertian media audio visual ... 6

2.1.2 Macam- macam media audio visual ... 8

(13)

2.1.3 Kelebihan dan kekurangan media audio visual ... 11

2.2 Konsep kemampuan ... 13

2.2.1 Pengertian kemampuan ... 13

2.2.2 Macam- macam kemampuan. ... 14

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi kemampuan ... 14

2.3 Konsep cuci tangan ... 15

2.3.1 Pengertian cuci tangan ... 15

2.3.2 Tujuan cuci tangan ... 17

2.3.3 Manfaat cuci tangan ... 17

2.3.4 Waktu yang efektif dalam cuci tangan ... 17

2.3.5 Penyakit yang dapat dicegah dalam cuci tangan ... 18

2.3.6 Langkah- langkah dalam cuci tangan ... 19

2.4 Konsep anak pra sekolah ... 22

2.4.1 Pengertian anak pra sekolah ... 22

2.4.2 Tugas perkembangan kanak- kanak ... 22

2.4.3 Perkembangan fisik ... 23

2.4.4 Perkembangan kognitif ... 24

2.4.5 Perkembangan bahasa ... 25

2.4.6 Perkembangan bermain ... 25

2.4.7 Perkembangan emosional ... 26

2.4.8 Perkembangan sosial ... 26

2.4.9 Perkembangan moral ... 27

2.4.10 Perkembangan kepribadian ... 27

2.4.11 Perkembangan minat terhadap agama ... 28

BAB 3 KERANGAKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka konseptual ... 30

3.2 Hipotesis ... 31

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian ... 32

4.2 Waktu dan tempat penelitian... 32

4.2.1 Waktu penelitian ... 32

(14)

4.2.2 Tempat penelitian ... 33

4.3Populasi, sampel, sampling ... 33

4.3.1 Populasi ... 33

4.3.2 Sampel ... 33

4.3.3 Sampling ... 34

4.4Kerangka kerja ... 36

4.5 Identifikasi variabel ... 37

4.6Definisi operasional ... 37

4.7Pengumpulan dan analisa data ... 39

4.7.1 Instrumen penelitian ... 39

4.7.2 Prosedur penelitian ... 39

4.7.3 Prosedur pengolahan data ... 40

4.7.4 Analisa Data ... 42

4.8Etika penelitian ... 43

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil penelitian ... 45

5.2 Pembahasan ... 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan ... 55

6.2Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun

Anak Pra Sekolah 38

2.Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di

TK. Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan

Bojonegoro tahun 2017 46

3.Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di TK.

Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan

Bojonegoro tahun 2017 46

4. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan anak pra sekolah mencuci tangan pakai sabun sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan di TK Cendana Murni Desa

Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro tahun 2017 47

5. Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan anak pra sekolah mencuci tangan pakai sabun sesudah ditampilkan media audio visual cuci tangan di TK Cendana Murni Desa

Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro tahun 2017 47

6.Tabel 5.5 Tabulasi silang pengaruh media audio visual cuci tangan

terhadap kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah di TK Cendana Murni Desa Cendono Kecamatan Padangan

Bojonegoro tahun 2017 48

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Media Audio Visual

Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pakai

Sabun Anak Pra Sekolah ... 30

2.Gambar 4.4 Kerangka Kerja Hubungan Pengaruh Media Audio Visual

Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah ... 36

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden

Lampiran 3 Standart Operasional Prosedur (SOP) Cuci Tangan

Lampiran 4 Lembar Observasi Penelitian

Lampiran 5 Lembar jadwal skripsi

Lampiran 6 Lembar tabulasi Data Umum

Lampiran 7 Lembar tabulasi Data Khusus hasil pre test

Lampiran 8 Lembar tabulasi Data Khusus hasil post test

Lampiran 9 Hasil SPSS

Lampiran 10 Lembar Pernyataan Dari Perpustakaan

Lampiran 11 Lembar Surat Pre Survey Data dan Studi Pendahuluan Ke TK Cendana Murni, Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro

Lampiran 12 Lembar Surat Penelitian Ke TK Cendana Murni, Desa Cendono Kecamatan Padangan Bojonegoro Kecamatan Padangan Bojonegoro

Lampiran 13 Lembar surat balasan ijin penelitian Lampiran 14 Lembar surat balasan ijin penelitian Lampiran 15 Lembar Konsultasi

Lampiran 16 Lembar pernyataan bebas plagiasi

(18)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

1. Daftar Lambang

1. H1/Ha : Hipotesis Alternatif

2. n : Jumlah sampel

3. N : Jumlah populasi

4. d : Error level/tingkat kesalahan

5. ≤ : Lebih kecil

6. ≥ : Lebih besar

7. P : Presentasi

8. f : Skor yang diperoleh.

9. N : Skor maksimal

2.Daftar Singkatan

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

ICME : Insan Cendekia Medika

TK : Taman Kanak- Kanak

TPA : Tempat Penitipin Anak

ISPA : Infeksi Saluran Penafasan Atas

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

RI : Republik Indonesia

CTR : Computer Technology Reseach

TV : Televisi

OHP : Over Head Projector

(19)

TVST : Telivisi Siaran Terbatas

VCR : Cassette Recorder

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

SOP : Standart Operasional Prosedur

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Derajad kesehatan bangsa Indonesia dapat diukur dari beberapa aspek, salah

satunya pada kesehatan anak. Anak merupakan investasi dan generasi penerus

untuk kemajuan bangsa dimasa datang. Bagian penting yang seharusnya menjadi

perhatian dalam masyarakat, salah satunya adalah anak prasekolah. Pada masa

anak pra sekolah sering terjadi masalah perilaku, hal ini disebabkan anak sedang

dalam proses perkembangan kepribadian dan menuntut kebebasan (Soetjiningsih,

2012). Pada usia ini anak senang sekali menghabiskan waktunya untuk bermain,

ketika bermain anak tidak menyadari bahwa terdapat kuman-kuman penyakit

disekitar lingkungannya. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya perilaku

hidup bersih dan sehat disekolah menyebabkan anak rentan terkena penyakit

seperti ISPA, diare, tifus dan lain-lain. Berdasarkan alasan tersebut, kesehatan

anak termasuk masalah utama yang harus segera ditangani dalam bidang

perencanaan dan penaatan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008). Penataan

perencanaan pembangunan bangsa dapat diwujudkan dengan peningkatan kualitas

hidup anak, salah satunya adalah penanaman perilaku hidup bersih sehat pada

anak sejak dini, khususnya dalam mencuci tangan pakai sabun dengan benar.

Berdasarkan profil kesehatan RI (2015), data penduduk yang tercantum

dalam sasaran program perencanaan kesehatan terdapat 255.461.686 jiwa dan

terdapat 9.451.943 jiwa di usia prasekolah (5-6 tahun). Di Jawa Timur prevalensi

terjadinya ISPA terdapat 28,3%, diare 30,5% (RISKESDAS, 2013). Di Kabupaten

(21)

2

Bojonegoro, pada tahun 2013 terjadinya diare merupakan penyebab kematian

utama bayi (31,4%), Balita (25,2%) dan menjadi kematian keempat pada

golongan semua umur (13,2%), sedangkan pada tahun 2015 jumlah kasus diare

terdapat 26.463 jiwa (Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, 2015).

Berdasarkan survey di TK Cendana Murni, didapatkan dari 5 anak semua tidak

bisa mencuci tangan dengan benar. Di sekolah tidak terdapat washtafel untuk

mencuci tangan, terdapat sabun di dalam kamar mandi. Hasil wawancara dari guru

TK Cendana Murni selama tahun pelajaran 2015/ 2016 terdapat 71,7 % anak yang

tidak masuk karena sakit seperti panas, pilek, batuk, diare dan pada tahun

pelajaran 2016/ 2017 terdapat 74,2 % anak yang tidak masuk sekolah karena sakit.

Perilaku anak di sekolah sangat bermacam-macam, bila tidak dikontrol oleh

orang tua atau guru akan berdampak pada kesehatan anak. Perilaku merupakan

suatu kegiatan yang memiliki arti yang sangat luas dan dapat diamati langsung

maupun tidak langsung (Notoadmojo, 2010). Anak tidak menyadari bahwa

mencuci tangan pakai sabun dengan benar dapat mencegah kuman penyakit masuk

kedalam tubuhnya. Tangan merupakan pembawa utama kuman-kuman penyakit,

karena tangan adalah salah satu organ tubuh yang berhubungan langsung dengan

mulut, hidung dan lain-lain. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sangat penting

diterapkan pada anak. Cuci tangan pakai sabun merupakan suatu kegiatan dalam

membersihkan tangan dengan air mengalir, sabun dan sesuai dengan

langkah-langkah yang benar, sehingga dapat memutuskan rantai kuman penyakit. Cuci

tangan dapat dilakukan sebelum atau sesudah makan, setelah memegang unggas,

(22)

3

Upaya dalam mensosialisasikan pentingnya mencuci tangan pakai sabun

dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan melalui media audio-visual. Media

audio visual merupakan salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran

disekolah. Media audio visual yaitu jenis media yang mempunyai kemampuan

yang lebih baik dalam menyampaikan pesan, karena media ini memiliki unsur

suara dan gambar (Setiawati, 2012). Media ini sangat efektif dan tidak

membosankan untuk kegiatan pembelajaran pada anak pra sekolah karena

biasanya anak akan berperilaku sesuai apa yang dilihat dan dia dengar. Dengan

video cuci tangan diharapkan anak mampu memahami dan berperilaku hidup

sehat salah satunya dengan mencuci tangan pakai sabun dengan benar.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul

Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan

Pakai Sabun Anak Pra Sekolah di TK Cendana Murni, Desa Cendono, Kecamatan

Padangan Bojonegoro tahun 2017.

1.2 Rumusan masalah

Adakah Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan terhadap Kemampuan

Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Prasekolah di TK Cendana Murni, Desa

Cendono, Kecamatan Padangan, Bojonegoro tahun 2017?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan terhadap

Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah di TK Cendana Murni,

(23)

4

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah

sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan di TK Cendana Murni,

Desa Cendono, Kecamatan Padangan, Bojonegoro tahun 2017.

2. Mengidentifikasi Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah

ditampilkan media audio visual cuci tangan di TK Cendana Murni, Desa

Cendono, Kecamatan Padangan, Bojonegoro tahun 2017.

3. Menganalisis Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan terhadap

Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah di TK Cendana

Murni, Desa Cendono, Kecamatan Padangan, Bojonegoro tahun 2017.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu keperawatan serta

refrensi untuk pedidikan kesehatan pada anak terkait dengan Pengaruh Media

Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun

Anak Pra Sekolah.

1.4.2 Manfaat praktis

Pada hasil penelitian ini, secara praktis dapat meningkatkan pengetahuan

anak pra sekolah tentang perilaku hidup bersih sehat khususnya terhadap

kemampuan cuci tangan pakai sabun dengan benar melalui media audio visual

cuci tangan, sehingga anak lebih mampu menjaga personal hygiene di sekolah dan

terhindar dari penyakit. Bagi guru dan kepala sekolah dapat meningkatkan

(24)

5

audio visual cuci tangan terhadap kemampuan cuci tangan pakai sabun pada anak

pra sekolah. Sedangkan bagi mahasiswa dalam penyusunan penelitian selanjutnya

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep media audio visual

2.1.1 Pengertian media audio visual

Media audio visual merupakan salah satu media dalam pembelajaran. Kata

media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah,

perantara atau pengantar. Menurut Gerlach & Early (1971) mengatakan bahwa

media adalah manusia, materi atau kejadian yang mampu membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap (dalam Arsyad, 2011).

Sedangkan menurut Sadiman dkk, 2003 (dalam Suiraoka & Supariasa, 2012),

media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Berdasarakan

pengertian tersebut, media merupakan suatu fasilitas sebagai pengantar

pembelajaran atau pendidikan siswa sehingga dapat meningkatkan pengetahuan,

ketrampilan dan sikap siswa.

Media dapat menimbulkan minat siswa dan tidak membosankan dalam

kegiatan pembelajaran. Berbagai penelitian tentang media pembelajaran

menjelaskan bahwa ada perubahan yang signifikan antara pembelajaran tanpa

media dengan pembelajaran menggunakan media sehingga dalam pembelajaran

sangat dianjurkan menggunakan media agar hasil dalam pembelajaran sangat

berkualitas (Zaman dan Eliyawati, 2010). Media disusun berdasarkan prinsip

pengetahuan yang ada pada setiap manusia dan dapat diterima oleh panca indra

(Notoadmojo, 1977 dalam Suiraoka & Supariasa, 2012). Semakin banyak panca

indra yang digunakan semakin banyak pengetahuan yang diperoleh, namun dalam

(26)

7

penyampaian pesan/ pembelajaran melalui media harus mempertimbangkan

waktu, karena setiap orang mempunyai keterbatasan daya konsentrasi. Dari hasil

penelitian diketahui bahwa daya konsentrasi setiap orang berbeda-beda, dimana

orang dewasa daya konsentrasinya sekitar 25 sampai dengan 45 menit dan daya

konsentrasi anak-anak hanya sekitar 15 sampai dengan 25 menit (Suiraoka &

Supariasa, 2012).

Menurut kerucut pengalaman Edgar Dale hasil belajar seseorang dapat

diperoleh dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada dilingkungan

kehidupan seseorang, kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang

verbal (abstrak). Dalam tahapan, dari dasar kemudian semakin ke atas kerucut

semakin abstrak penyampaian pesan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh lembaga riset dan penerbitan komputer, Computer Technology

Reseach (CTR) menyatakan bahwa seseorang hanya mampu mengingat 20% dari

apa yang dilihat, 30% dari apa yang didengar dan orang dapat mengingat 50%

dari yang dilihat dan didengar, serta 80% dari yang dilihat, didengar dan

dilakukan langsung (Suiraoka & Supariasa, 2012).

Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi media audio

visual dimana media tersebut berfungsi sebagai penyalur pesan dalam

pembelajaran. Menurut Setiawati (2012), media audio visual merupakan jenis

media yang mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyampaikan pesan,

karena media ini memiliki unsur suara dan gambar. Media audio visual adalah

media yang menyampaikan pesan dalam bentuk audio dan visual dimana dapat

memberikan stimulus terhadap pandangan dan pendengaran, media ini disajikan

(27)

8

behavioristik dan kognitif contoh media audio visual dapat berupa film, televisi

dan video (Dermawan & Setiawati, 2008 dalam Kapti, 2010). Berdasarkan

pernyataan tersebut, media audio visual adalah salah satu media pembelajaran

yang lebih baik dan nyata dalam penyampaikan pesan karena memiliki unsur

suara dan gambar.

Media audio visual sangat berperan penting dalam proses pembelajaran

karena dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan sehingga dapat

mengoptimal kemampuan dan potensi siswa (Haryoko, 2009). Media audio visual

dibagi menjadi dua yaitu media audio visual diam dimana media tersebut hanya

menampilkan suara dan gambar diam contoh slide, dan media audio visual gerak

dimana dapat menampilkan suara dan gambar yang bergerak contoh film suara

dan video cassette. Menurut Munadi (2008), media audio visual dibagi menjadi 2

jenis yaitu yang pertama media audio visual murni yaitu dilengkapi dengan unsur

gambar dan suara contoh film gerak bersuara, video, TV. Yang kedua yaitu media

audio visual tidak murni yakni seperti slide, opaque, OHP dan perangkat visual

lainnya yang diberi suara.

2.1.2 Macam-macam media audio visual

Dalam kegiatan pembelajaran media audio visual dapat membantu guru

dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa. Media audio visual

terdiri dari bermacam-macam yaitu :

a. Media audio visual tidak bergerak

Media audio visual yaitu media yang dalam penyampaian pesan

(28)

9

memiliki unsur sedikit gerak (Suiraoka & Supariasa, 2012). Jenis media ini antara

lain media sound slide (slide bersuara) dan film strip bersuara.

b. Film

Menurut Suiraoka & Supariasa (2012), film disebut juga gambar hidup yaitu

gambar diam yang meluncur secara cepat dan di proyeksikan sehingga

menimbulkan kesan hidup dan bergerak, oleh karena itu film memberikan kesan

yang impresif bagi pemirsanya.

Kelebihan media film adalah mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, lebih

realistis, pesan yang disampaikan mudah dan singkat, mengembangkan pikiran

dan pendapat para siswa, menambahkan minat dan motivasi siswa dalam belajar

dan lain-lain. Film juga dapat digunakan sebagai media penghibur untuk siswa

dalam kegiatan belajar dan juga bisa memberikan pesan.

Menurut Ommar Hammalik yang dikutip Asnawir (2002:98) mengatakan

bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Dapat menarik minat siswa

2) Benar dan dapat dipercaya

3) Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungannya.

4) Sesuai dengan tingkatan kematangan pendengarnya

5) Menggunakan bahasa yang benar

6) Kesatuan dan sequence nya cukup teratur.

7) Teknik yang digunakan memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.

Film diklasifikasikan menjadi 10 jenis yakni film informasi, film kecakapan,

film apresiasi, film dokumenter, film rekreasi, film episode, film sains, film berita,

(29)

10

Munadi, 2008:119). Film yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya

berdurasi pendek dan membahas satu konsep saja (Anderson, 1987:100-101).

c. Video

Video merupakan salah satu media audio visual yang digunakan dalam

pembelajaran disekolah yang menampilkan suara, gambar dan gerak sekaligus

sehingga efektif untuk disajikan dalam pembelajaran agar siswa tidak sulit dalam

menerima informasi (Setiawati, 2012).

Pemanfaaatan video dalam pembelajaran sebaiknya bertujuan untuk

meningkatkan perkembangan kognitif, psikomotor, dapat mempengaruhi sikap

dan emosi (Anderson, 1987:104-105 dalam buku karangan Munadi, 2008).

d. Televisi

Televisi merupakan media yang dapat menampilkan pesan secara audio

visual dan gerak (sama dengan film). Menurut Omar Hamalik (1985:134), “television is an electronic motion picture with conjoined or attend sound; both

picture and sound reach the eye and ear silmutaneously from a remote broadcast

point”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi adalah perlengkapan

elektronik, yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar

dan suara yakni dapat dilihat dan didengar (Munadi, 2008).

Televisi dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu telivisi terbuka, media

telivisi siaran terbatas (TVST), media cassette recorder (VCR). Televisi sebagai

media pengajaran mengandung keuntungan yaitu;

1. Bersifat langsung dan nyata.

2. Memperluas tinjauan kelas.

(30)

11

4. Menunjukkan keanekaragaman.

5. Banyak mempergunakan sumber masyarakat.

6. Dapat melatih guru dalam inservice training.

7. Menarik minat anak

8. Dan masyarakat diajak berpartisipasi dalam meningkatkan perhatian mereka

terhadap sekolah.

2.1.3 Kelebihan dan kekurangan media audio visual

Karakteristik dan manfaat media audio visual sangat berbeda-beda. Media

audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a. Film

Kelebihan film menurut Suiraoka & Supariasa (2012) adalah :

1) Sasaran akan memperoleh pesan yang sama meskipun latar belakang

kecerdasannya berbeda.

2) Film sangat bagus untuk menerangakan suatu proses.

3) Dapat menampilkan dan menyajikan kembali sejarah masa lampau.

4) Dapat menyajikan teori dan praktek bersifat umum ke khusus dan

sebaliknya.

5) Dapat menampilkan seorang ahli atau tokoh.

6) Dapat menggunakan tehnik-tehnik seperti warna, gerak lambat, animasi

dan lain-lain.

7) Film lebih realistis dan dapat mengatasi keterbatasan indera

(penglihatan).

(31)

12

Kekurangan film menurut Suiraoka & Supariasa (2012) adalah :

1) Daya jangkauannya terbatas.

2) Biaya produksinya mahal.

3) Penggunaanya perlu ruangan gelap.

b. Video

Menurut Munadi (2008), kelebihan video mirip dengan media film yaitu :

1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

2) Dapat diulang dan diperjelas.

3) Pesan dapat disampaikan cepat dan mudah di ingat.

4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

5) Mengembangkan imajinasi peserta didik.

6) Memperjelas hal-hal abstrak dan memberikan gambar realistik.

7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

8) Sangat baik menjelaskan proses dan ketrampilan, mampu menunjukkan

rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari

siswa.

9) Dapat digunakan semua peserta didik, menumbuhkan minat dan

motivasi belajar.

10) Penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk di evaluasi.

Kekurangan media video menurut Munadi ( 2008) adalah:

1) Lebih menekankan pentingnya materi dari pada proses

pengembangannya.

2) Ketersediaan video untuk pembelajaran disekolah sedikit sekali

(32)

13

3) Produksi sendiri video membutuhkan waktu dan biaya yang cukup

banyak.

c. Televisi

Menurut Suiraoka & Supariasa (2012) kelebihan televisi adalah:

1) TV dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau membatasi

semua bentuk media yang lain, menyesuaikan dengan tujuan-tujuan

yang dicapai.

2) TV merupakan medium yang menarik, modern, dan selalu siap

diterima.

3) Dapat memikat perhatian sepenuhnya, karena menyajikan informasi

visual dan lisan secara simultan.

4) Mempunyai realitas dan immediacy (karena objek yang baru saja

ditangkap oleh kamera dapat segera dipertontonkan).

5) Sifatnya langsung dan nyata.

Kekurangan televisi menurut Suiraoka & Supariasa (2012) adalah :

1) Sifat komunikasinya satu arah.

2) Besar gambar dilayar relatif lebih kecil dari pada film.

2.2 Konsep kemampuan

2.2.1 Pengertian kemampuan

Kemampuan (ability) adalah daya untuk melakukan suatu tindakan atau

ketrampilan seseorang dimana hal tersebut sebagai hasil dari pembawaan dan

latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan

(33)

14

2.2.2 Macam- macam kemampuan

Menurut Guilford kemampuan dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Kemampuan perseptual

Kemampuan perseptual adalah kemampuan dalam mengadakan persepsi atau

pengamatan antara lain mencakup faktor kepekaan indra, perhatian, kecepatan

persepsi dan sebagainya.

b. Kemampuan psikomotor

Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang mencakup beberapa faktor

antara lain, kekuatan, kecepatan, ketelitian, keluwesan dan lain- lain.

c. Kemampuan intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang cenderung menekankan

pada kemampuan akal dimana mencakup beberapa faktor seperti ingatan,

pengenalan, evaluasi, berfikir dan lain-lain.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi kemampuan

Menurut Robbins & Timothy, 2008 (dalam Rohma, 2015), faktor yang

mempengaruhi kemampuan seseorang terdiri dari 2 yaitu :

a. Kemampuan intelektual (intelektual ability), yaitu dimana kemampuan

tersebut digunakan untuk aktivitas mental (berfikir, menalar, memecahkan

(34)

15

b. Kemampuan fisik (physical ability), yaitu dimana kemampuan tersebut

berguna untuk melakukan tugas-tugas yang membutuh stamina,

ketrampialan, kekuatan dan karakteristik serupa.

Sedangkan, faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan melakukan cuci

tangan pakai sabun secara epidemologis yaitu :

a. Host adalah faktor yang berasal dari internal yaitu seperti karakteristik

manusia (umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin) dan motivasi yang akan

meningkatkan pengetahuan, sikap, kepercayaan sehingga membuat

seseorang melakukan tindakan.

b. Environment adalah faktor yang berasal dari eksternal seperti lingkungan

fisik, lingkungan sosial dan sarana kesehatan.

c. Agens adalah gaya hidup seperti penggunaan sabun, peraturan sekolah, pola

asuh orang tua, ketersediaan media pendidikan, informasi, dan keberadaan

UKS (Kushartanti, 2012 dalam Kusbiantoro, 2015).

2.3 Konsep cuci tangan

2.3.1 Pengertian cuci tangan

Cuci tangan merupakan salah satu indikator perilaku hidup bersih sehat

disekolah. Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah perilaku seseorang dalam

meningkatkan kesehatan berdasarkan kesadaran, sehingga mampu berperan aktif

untuk mewujudkan lingkungan yang sehat (Notoadmojo, 2007). Menurut

Proverwati & Rahmawati (2012), perilaku hidup bersih sehat merupakan suatu

contoh pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga

(35)

16

menolong dirinya sendiri dalam menjaga kesehatan dan berperan aktif dalam

kegiatan kesehatan masyarakat.

Cuci tangan adalah salah satu tindakan untuk menjaga kebersihan yaitu

dengan cara menggosok tangan dengan sabun pada seluruh permukaan tangan

dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dengan air mengalir (Potter, 2005

dalam Setiawan 2014). Cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan sanitasi

dalam membersihkan tangan serta jari-jari dengan menggunakan sabun dan air

agar tangan menjadi bersih dan dapat memutuskan mata rantai kuman penyakit

(KEMENKERS RI, 2014). Cuci tangan adalah salah satu proses membersihkan

tangan dari kotoran dan debu dengan menggunakan air dan sabun sehingga dapat

mengurangi mikroorganisme sementara (Darmadi, 2008 dalam Edyati, 2014).

Cuci tangan merupakan proses membersihkan permukaan tangan dengan

menggosok secara bersama menggunakan sabun dan dibilas dengan air yang

mengalir (Rohmah & Soraya, 2012). Tangan merupakan pembawa utama kuman

penyakit karena tangan berhubungan langsung dengan mulut, hidung dan

lain-lain. Cuci tangan yang baik membutuhkan beberapa peralatan seperti sabun anti

septic, air bersih, handuk atau lap dan untuk hasil yang maksimal di sarankan

mencuci tangan selama 20-30 detik (Wati, 2010 dalam Setiawan, 2014). Cuci

tangan yang benar harus menggunakan air bersih dan sabun dengan

langkah-langkah yang benar. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri

(36)

17

2.3.2 Tujuan cuci tangan

Cuci tangan bertujuan menghilangkan kuman-kuman yang dapat ditularkan

kepada orang-orang. Cuci tangan merupakan kunci yang penting dalam

pencegahan penularan penyakit karena dengan mencuci tangan dengan sabun dan

air lebih efektif menghilangkan debu dan kotoran secara mekanis dan mengurangi

jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, parasit dan bakteri

lainnya yang berada di tangan (Rachmayanti, 2013). Sebagian orang sudah tebiasa

mencuci tangan pakai sabun, tapi sebagian lagi belum terbiasa cuci tangan pakai

sabun khususnya pada anak-anak pra sekolah. Cuci tangan memakai sabun dengan

benar dapat menghilangkan kuman penyakit yang dapat mengganggu saluran

pencernaan dan pernafasan contoh diare dan ISPA.

2.3.3 Manfaat cuci tangan

Salah satu anggota tubuh yang paling sering berhubungan dengan mulut,

hidung adalah tangan. Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit, jika

tangan kotor maka tubuh akan beresiko terhadap masuknya mikroorganisme. Cuci

tangan pakai sabun terbukti secara ilmiah berguna mencegah penyebaran penyakit

menular (Kusbiantoro, 2012). Cuci tangan pakai sabun dengan benar berguna

untuk membunuh kuman penyakit yang ada ditangan, tangan yang bersih akan

mencegah penyakit menular seperti ISPA, diare, tifus, cacingan dan lain-lain

2.3.4 Waktu yang efektif dalam cuci tangan

Waktu yang efektif dalam mencuci tangan yaitu sebelum atau sesudah

makan, sebelum menyiapakan makan, setelah menceboki bayi, setelah BAB atau

(37)

18

2.3.5 Penyakit yang dapat dicegah dalam mencuci tangan

Menurut KEMENKES RI (2014), cuci tangan pakai sabun sangat efektif

dalam mencegah kuman penyakit. Cuci tangan pakai sabun dengan benar dapat

mencegah penyakit- penyakit seperti berikut ini :

a. ISPA

ISPA merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak balita. Cuci

tangan pakai sabun dapat melepaskan kuman-kuman penyakit yang menyebabkan

gejala penyakit pernafasan. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa mencuci

tangan pakai pakai sabun sebelum dan sesudah makan/ buang air besar dan kecil

dapat menurunkan infeksi sekitar 25%, sedangkan penelitian di Pakistan

membuktikan bahwa mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi ISPA yang

terkait dengan pneumonia pada anak hingga 50%. Karakteristik penduduk ISPA

terjadi sekitar umur 1-4 tahun (25%), menurut jenis kelamin tidak berbeda antara

laki-laki dan perempuan.

b. Diare

Diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak-anak balita. Sekitar

30% penelitian terkait cuci tangan mengemukakan bahwa cuci tangan pakai sabun

dapat menurunkan angka penderita diare. Penyakit diare disebabkan karena

keadaan air, namun seharusnya harus diperhatikan juga penanganan-penanganan

kotoran manusia seperti tinja dan kencing karena kuman-kuman penyakit

disebabkan oleh kotoran tersebut. Tangan merupakan pembawa utama kuman

penyakit, karena tangan adalah anggota tubuh yang sering berhubungan langsung

dengan mulut dan hidung. Kuman-kuman penyakit akan masuk kedalam tubuh

(38)

19

terkontaminasi, makanan mentah, dan tempat makanan yang tidak dicuci dahulu

bila kotor.

c. Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit radang paru-paru yang disebakan oleh bakteri

dengan gejala panas tinggi, batuk berdahak, nafas cepat (frekuensi nafas > 50 kali/

menit), sesak, dan gejala lainnya seperti sakit kepala, gelisah dan nafsu makan

menurun.

d. Infeksi cacing, mata dan kulit

Penelitian lain membuktikan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat mencegah

penyakit infeksi cacing, mata dan kulit.

2.3.6 Langkah - langkah dalam cuci tangan

Menurut KEMENKES RI (2014) terdapat 6 langkah dalam mencuci tangan

(39)

20

1) Basahi kedua tangan dengan air mengalir, ambil sabun kemudian gosok dan

ratakan pada kedua telapak tangan.

2) Gosok kedua punggung tangan dan sela- sela jari secara bergantian dengan

bersih.

(40)

21

4) Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling mengunci.

5) Gosok ibu jari kiri dengan memutar dalam genggaman telapak tangan kanan,

begitu sebaliknya.

6) Gosok ujung kuku tangan kiri dengan memutar pada genggaman telapak

tangan kanan, begitu sebaliknya. Kemudian bilas seluruh bagian seluruh

(41)

22

2.4 Konsep anak prasekolah

2.4.1 Pengertian anak prasekolah

Anak pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun,

dimana anak mulai mengenal dirinya sebagai pria atau wanita dan dapat mengatur

diri dalam toilet training, mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (Yusuf

& Junaedi, 2014).

Pada masa ini anak mulai berkenalan dengan lingkungan diluar rumah dan

anak mulai senang bermain diluar rumah sehingga dibutuhkan suasana yang

bersahabat bagi anak. Anak juga dipersiakan untuk sekolah, maka panca indera

dan penerima rangsangan serta memori anak sudah siap, sehingga anak dapat

belajar dengan baik. Orang-orang yang dekat dalam lingkungan anak adalah orang

utama yang harus memberi dukungan pada anak khusunya orang tua. Anak dalam

masa ini membutuhkan tiga kebutuhan pokok yaitu kebutuhan fisik-biomedis

(asuh), kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih) dan kebutuhan stimulasi mental

(asah).

Taman kanak-kanak merupakan masa persiapan anak untuk memulai

pendidikan formal dikelas satu sekolah dasar (Soetjeningsih, 2012). Kematangan

penyesuaian sosial anak akan terbantu apabila anak dimasukkan ditaman kanak-kanak. TK sebagai “jembatan bergaul” merupakan tempat untuk memperluas

pergaulan sosial anak dan menaati kedisiplinan anak (Yusuf & Junaedi, 2014).

2.4.2 Tugas perkembangan kanak-kanak

Menurut Havighurst (dalam Monks dkk, 2001) tugas perkembangan pada

(42)

23

a. Mencapai stabilitas fisiologis.

b. Belajar berbicara/ berbahasa.

c. Belajar mengatur dan mengurangi gerak-gerik tubuh yang tidak perlu.

d. Belajar mengenal aturan dan jenis kelamin dengan ciri-cirinya.

e. Membentuk konsep sederhana mengenai realitas sosial dan fisik.

f. Belajar tentang benar salah.

Dengan memahami tugas-tugas perkembangan ini diharapkan orang tua

mampu melakukan tindakan dalam mengarahkan dan membantu anak mencapai

perkembangan sesuai usianya (Soetjiningsih, 2012).

2.4.3 Perkembangan fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan

berikutnya dan meningkatnya pertumbuhan tubuh memungkinkan anak untuk

lebih mengembangkan ketrampilannya dan mengeksplorasi lingkungannya tanpa

bantuan dari orang lain (Yusuf & Junaedi, 2014). Pola pertumbuhan anak sangat

bervariasi karena berbagai faktor bawaan, kurangnya hormon, gizi buruk, infeksi

kronis dan gangguan emosional. Namun seiring kemajuan kedokteran, hambatan

ini masih bisa diatasi dengan baik sehingga kebutuhan berikutnya dimungkinkan

berlangsung dengan baik juga.

Perkembangan fisik anak ditandai dengan berkembangnya kemampuan dan

ketrampilan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus (Yusuf & Junaedi,

2014). Pada usia 3-4 tahun, anak mempunyai motorik kasar mampu naik turun

tangga, meloncat dengan dua kaki, melempar bola, sedangkan motorik halus anak

(43)

24

pada motorik kasar anak mampu meloncat, mengendarai sepeda, menangkap bola,

bermain olah raga, sedangkan pada motorik halus anak mampu menggunakan

pensil, menggambar, memotong dengan gunting dan menulis huruf cetak.

2.4.4 Perkembangan kognitif

Pada masa ini, cara berpikir anak di tandai dengan kreativitas, bebas dan

penuh imaginasi, contohnya anak menggambar langit dengan warna hijau, pohon

warna ungu dan mobil berjalan diatas awan. Salah satu perkembangan kognitif

yang terkenal yaitu dari Jeans piaget (1896-1980). Pada teori piaget, masa

kanak-kanak awal disebut juga pada tahap pra-operasional, karena pada masa ini anak

belum mampu menguasai operasi mental secara logis (Soetjiningsih, 2012). Pada

tahap ini pemikiran anak semakin kompleks dan mampu menggunakan pemikiran

simbolis (fungsi simbolis). Anak pra sekolah menunjukkan fungsi simbolis

melalui imitasi tertunda (deffered imitation), bermain sandiwara (pretend play),

dan kemampuan menggunakan simbolis (kata) untuk berkomunikasi (Papalia dkk,

2008).

Menurut Yusuf & Junaedi (2014), secara ringkas pada perkembangan

kognitif anak pra sekolah yaitu :

a. Mampu berpikir secara simbolis.

b. Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsinya, mereka meyakini apa yang di

lihatnya dan cara berpikir mereka bersifat memusat.

c. Berpikirnya masih kaku tidak fleksibel, dimana berfokus pada keadaan awal

atau akhir dari suatu tranformasi.

(44)

25

2.4.5 Perkembangan bahasa

Menurut Yusuf & Junaedi (2014), perkembangan bahasa anak pra sekolah

dapat diklasifikasikan menjadi dua tahap yaitu :

a. Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan : anak mulai bisa menyusun kalimat

tunggal yang sempurna, memahami perbandingan. Anak juga banyak

bertanya nama, tempat, dimana, darimana dan sudah banyak menggunakan

kata-kata berawalan dan berakhiran.

b. Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan : anak mulai dapat menggunakan

kalimat majemuk beserta anak kalimatnya. Pada masa ini tingkat berpikir

anak sudah mulai maju, anak banyak menanyakan waktu dan akibat.

Perkembangan bahasa anak dapat melalui guru dan orang tua, sehingga

diharapkan guru dan orang tua mampu memfasilitasi anak dengan cara dapat

bertutur kata dengan baik pada anak, mau mendengarkan pembicaraan anak,

menjawab pertanyaan anak, mengajak berdialog dalam hal sederhana, dan

ditaman kanak-kanak, anak dibiasakan untuk bertanya, mengespresikan

keinginannya, melantunkan lagu dan puisi.

2.4.6 Perkembangan bermain

Pada masa ini dikatakan anak prasekolah sebagai masa bermain, karena

setiap waktunya di isi dengan kegiatan bermain. Menurut Abu Ahmadi, 1977

(dalam Yusuf & Junaedi, 2014) terdapat beberapa macam permainan pada anak

yaitu permainan fungsi (permainan gerak), permainan fiksi, permainan respetif,

(45)

26

Bermain mempunyai nilai yang sangat berharga pada anak, karena anak

memperoleh perasaan senang, puas, dan bangga. Anak juga dapat

mengembangkan percaya diri, tanggung jawab, kooperatif serta kreatif.

2.4.7 Perkembangan emosional

Pada perkembangan ini anak mulai menyadari bahwa tidak semua

keinginannya dipenuhi oleh orang lain. Anak juga mulai mempunyai perasaan

harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika anak diperlakukan

keras atau tidak disayangi anak juga akan berkembang sikap-sikap keras kepala,

tidak penurut.

Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak yaitu takut, cemas,

marah, cemburu, gembira, senang, kasih sayang, phobia, dan ingin tahu.

Perkembangan emosi yang sehat akan membantu keberhasilan belajar, oleh sebab

itu guru dan orang tua diharapkan dapat memberi bimbingan agar mereka mampu

mengenal, menerima, berbicara tentang perasaannya, menyadari bahwa ada

hubungannya antara emosi dengan tingkah laku sosial, mampu menyalurkan

keinginannya tanpa menggagu perasaan orang lain serta peka terhadap perasaan

dan kebutuhan orang lain.

2.4.8 Pekembangan sosial

Pada perkembangan sosial, anak pra sekolah mulai aktif berhubungan dengan

teman sebayanya. Anak mulai mengetahui dan mulai tunduk pada aturan-aturan

dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan bermain. Anak mulai menyadari

(46)

27

Menurut Soetjiningsih (2012), perkembangan sosial anak dapat dipengaruhi

oleh keluarganya. Apabila dalam keluarga tercipta suasana harmonis, saling

membantu, saling memperhatikan, terjalin komunikasi yang baik, maka anak akan

memiliki kemapuan atau dapat menyesuaikan diri dalam berhubungan dengan

orang lain. Kematangan sosial anak akan terbantu bila anak mulai dimasukkan ke

taman kanak-kanak, dimana anak dapat belajar memperluas pergaulan sosialnya

dan menaati peraturan.

2.4.9 Perkembangan moral

Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap

kelompok sosialnya. Anak dapat belajar memahami perilaku baik/ boleh/

diterima/ disetujui atau buruk/ tidak boleh/ tidak diterima/ tidak disetujui melalui

pengalamannya dalam berinteraksi dengan orang lain. Pada masa ini anak harus

dilatih dibiasakan mengenai bagaimana dia harus bertingkah laku seperti mencuci

tangan sebelum makan, membaca basmallah sebelum makan, menggosok gigi

sebelum tidur dan lain-lain.

Pada saat mengenalkan tentang konsep baik-buruk, benar-salah atau disiplin

pada anak, orang tua atau guru hendaknya memberikan alasaan agar anak

memahami, mampu mengendalikan dan mendisiplinkan diri berdasarkan

kesadaran pada anak.

2.4.10 Perkembangan kepribadian

Pada masa ini disebut masa trotzaher, periode perlawanan atau masa krisis.

Masa ini terjadi karena ada perubahan hebat pada anak yaitu dirinya mulai sadar

(47)

28

lain. Pertentangan antara kemauan diri dan tuntutan lingkungan dapat

mengakibatkan ketegangan dalam diri anak, sehingga anak jarang merespon atau

keras kepala. Pada sikap anak yang membandel ini merupakan suatu kewajaran

karena anak mengalami perkembangan kepribadian dari sikap dependen ke

independen. Untuk mencegah anak agar tidak bersikap bandel, orang tua

seharusnya menghadapi secara bijak, penuh kasih sayang dan tidak bersikap keras.

Aspek-aspek kepribadian anak meliputi dependency-self image dan initiative

vs guilt (Yusuf & Junaedi, 2014). Depency-self image yaitu dimana konsep anak

pra sekolah sulit dipahami dan dianalisis, karena ketrampilan bahasanya belum

jelas dan pandangannnya terhadap orang lain masih egosentris. Sedangkan

initiative vs guilt yaitu anak pra sekolah mengalami suatu krisis perkembangan

karena mereka menjadi kurang dependen dan mengalami konflik antara initiative

dan guilt (Erik erikson dalam Yusuf & Junaedi, 2014).

2.4.11 Perkembangan minat terhadap agama

Pada masa ini, rasa ingin tahu anak tentang masalah-masalah agama menjadi

besar dan anak senang mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Hurlock, 1980).

Konsep anak tentang agama adalah realistis, dalam arti anak menafsirkan apa

yang dia dengar dan di lihatnya sesuai dengan apa yang dia ketahui (Soetjiningsih,

2012).

Untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada anak usia ini, sebaiknya apabila

orang tua menyekolahkan anaknya ke TK/ TPA. TK/ TPA ini mempunyai

(48)

29

Zakiyah Daradjat (1970:111), umur taman kanak-kanak adalah umur yang paling

subur untuk menanamkan agama pada anak, umur penumbuhan

kebiasan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama melalui permainan dan perlakuan dari

(49)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan antara

variabel satu dengan variabel lainnya dari masalalah yang akan diteliti

(Notoadmojo, 2012). Konsep harus dijabarkan kedalam variabel – variabel

sehingga dapat diamati dan diukur .

Media audio visual cuci tangan

Kemampuan cuci tangan pakai sabun :

Faktor yang mempengaruhi 1) Basahi kedua tangan dengan air mengalir, ambil

kemampuan cuci tangan : sabun kemudian ratakan pada kedua telapak

1. Host (faktor internal)

tangan.

2) Usap, gosok kedua punggung tangan dan sela

2. Environment (faktor jari-jemari secara bergantian dengan bersih.

eksternal) 3) Gosok kedua telapak tangan dan sela – sela jari.

4) Gosok punggung jari pada kedua tangan dengan

3. Agent (gaya hidup)

posisi tangan saling mengunci.

a. Penggunaan sabun 5) Gosok ibu jari kiri dengan memutar dalam

b. Peraturan sekolah genggaman telapak tangan kanan, begitu

c. Pola asuh sebaliknya.

d. Ketersediaan media 6) Gosok ujung kuku tangan kiri dengan memutar

pada genggaman telapak tangan kanan, begitu

pendidikan sebaliknya. Kemudian bilas seluruh bagian

e. Informasi seluruh tangan dengan air mengalir dan bersih,

f. UKS lalu keringkan dengan tisu atau lap

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

(50)

31

Penjelasan kerangka konseptual :

Media audio visual merupakan salah satu media pembelajaran pada anak

sekolah dengan menggunakan unsur suara dan gambar. Media audio visual dibagi

menjadi tiga macam yaitu media audio visual tidak bergerak, film, video, dan

telivisi. Manfaat media dalam pembelajaran yaitu dapat membantu guru dalam

menyampaikan pesan atau komunikasi pada siswa. Media audio visual sangat

efektif dan tidak membosankan untuk kegiatan pembelajaran pada anak pra

sekolah karena biasanya anak akan berperilaku sesuai apa yang dilihat dan dia

dengar. Dengan menggunakan media audio visual cuci tangan dapat

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anak dalam cuci tangan pakai sabun.

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dari rumusan masalah

yang akan diteliti (Nursalam, 2015).

H0 : Tidak ada Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tanagan Terhadap

Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah.

H1 : Ada Pengaruh Media Audio Visual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan

(51)

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan dan pemecahan suatu masalah dengan metode ilmiah (Notoadmojo,

2012). Pada bab ini akan menguraikan tentang desain penelitian, waktu dan

tempat penelitian, populasi, sampel dan sampling, kerangka kerja, identifikasi

variabel, definisi operasional, pengumpulan dan analisa data serta etika penelitian.

4.1 Desain penelitian

Desain atau rancangan penilitian adalah suatu strategi dalam penelitian untuk

pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu

hasil penelitian (Nursalam, 2015). Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimen

dengan rancangan one group pre test post test design. Penelitian pra-eksperimen

merupakan suatu rancangan penilitian yang digunakan untuk mencari sebab akibat

dengan adanya keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap

variabel bebas (Nursalam, 2015). Rancangan one group pre test post test design

merupakan desain penelitian eksperimen dimana tidak menggunakan kelompok

pembanding (kontrol), namun sebelumnya peneliti sudah melakukan observasi pre

test pada kelompok tersebut sehingga peneliti dapat membandingkan perubahan

setelah dilakukan eksperimen (Notoadmojo, 2012).

4.2 Waktu dan tempat penelitian

4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal sampai

penyusunan laporan akhir, sejak bulan Februari sampai bulan Juni 2017.

(52)

33

4.2.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Cendana Murni, Desa Cendono,

Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro.

4.3 Populasi, sampel dan sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau yang akan diteliti

(Notoadmojo, 2012). Populasi dalam penelitian harus sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan (Nursalam, 2015). Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa di

TK Cendana Murni, Desa Cendono, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro

dengan jumlah 35 siswa.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,

2010). Sampel adalah bagian populasi yang dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling yang harus mewakili kriteria (Nursalam, 2015).

Sampel responden pada penelitian ini adalah sebagian siswa di TK Cendana

Murni sebanyak 32 siswa yang sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.

Menurut Nursalam (2015) untuk menentukan besaran jumlah sampel dengan

rumus :

Keterangan :

n : besar sampel

N: jumlah populasi

(53)

34

Jadi untuk menghitung penentuan besar sampel adalah :

n =

n= = = 32,1 = 32

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana yang perlu dipenuhi oleh seluruh

anggota populasi yang dapat dipilih sebagai sampel (Notoadmojo, 2012).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Bersedia menjadi responden.

2) Usia 4 tahun sampai 6 tahun.

3) Dapat berkomunikasi dengan baik.

4) Sehat jasmani dan rohani.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah kriteria angggota populasi yang tidak dapat dijadikan

sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah

siswa yang tidak masuk sekolah atau sakit dan siswa yang hiperaktif.

4.3.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses menyeleksi dari populasi agar dapat mewakili

populasi (Nursalam, 2015). Pada penelitian ini, cara pengambilan sampel yaitu

dengan tehnik probability sampling dengan metode simple random sampling.

Probability sampling yaitu dimana setiap subjek dalam populasi mempunyai

kesempatan untuk terpilih dan tidak terpilih sebagai sampel. Metode simple

random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak sehingga setiap

(54)

35

sebagai sampel (Notoadmojo, 2012). Tehnik pengambilan simple random

sampling dengan cara undian yaitu dengan menulis nama seluruh populasi di

potongan kertas seperti arisan, kemudian kertas dikocok dan di keluarkan sampai

32 sampel. Nama yang keluar tersebut akan dijadikan sebagai responden dalam

(55)

36

4.4 Kerangka kerja

Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam penelitian untuk

menyelesaikan atau memenuhi target yang sudah ditetapkan (Nursalam, 2015).

Identifikasi Masalah

Populasi

Semua murid di TK Cendana Murni, Desa Cendono, Kecamatan Padangan Bojonegoro sebanyak 35 siswa.

Sampel

Sebagian murid di TK Cendana Murni, Desa Cendono,Kecamatan Padangan Bojonegoro sebanyak 32 siswa.

Sampling

Simple random sampling.

Desain Penelitian

Pra Eksperimen One group pre test post test

Pengumpulan Data

Observasi dan check list

Pengolahan Data Dan Analisa Data

Editing, coding, scoring, tabulating

Analisa Data

Univariate, Bivariate ( Uji Wilcoxon)

Kesimpulan dan saran

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Media Audio Visual cuci tangan

(56)

37

4.5 Identifikasi variabel

Variabel adalah karakteristik atau ciri yang dipilih oleh suatu anggota

kelompok (orang, benda atau situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki

kelompok lain (Nursalam, 2015).

a. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, (2015). Dalam penelitian ini

variabel bebasnya adalah media audio visual cuci tangan.

b. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh

variabel lain (Nursalam, 2015). Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah kemampuan cuci tangan pakai sabun.

4.6 Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

(di ukur) dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2015). Definisi

operasional penting dan diperlukan untuk pengukuran variabel agar konsisten

antara sumber data (responden) yang satu dengan yang lainnya (Notoadmojo,

(57)

38

Tabel 4.1 Definisi operasional pengaruh media audio visual cuci tangan terhadap

kemampuan cuci tangan pakai sabun anak pra sekolah.

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor dengan air mengalir, ambil benar mendapat uan cuci seseorang sabun kemudian ratakan dan R skor 1 dan pada kedua telapak tangan. jawaban salah tangan dalam mencuci 8) Usap, gosok kedua check list D mendapat skor 0,

punggung tangan dan sela

pakai tangan pakai jari-jemari secara I kemudian bergantian dengan bersih. kriteria skor sabun sabun dengan 9) Gosok kedua telapak N dikategorikan genggaman telapak tangan 75% jawaban kanan, begitu sebaliknya. benar. 12) Gosok ujung kuku 3. Kurang jika

tangan kiri dengan nilai < 56% memutar pada genggaman jawaban telapak tangan kanan, benar. begitu sebaliknya. (Nursalam, Kemudian bilas seluruh 2015) bagian seluruh tangan

(58)

39

4.7 Pengumpulan dan analisa data

4.7.1 Instrument penelitian

Instrumen dalam pengumpulan data yaitu dengan observasi dan lembar

check list, tehnik pengumpulan data dengan lembar observasi dilakukan karena

berhubungan langsung dengan ketrampilan atau aktivitas manusia.

4.7.2 Prosedur penelitian

1. Mengurus surat izin penelitian ke Akademik STIKES ICME Jombang dan

kepala sekolah TK Cendana Murni, Desa Cendono, Kecamatan Padangan,

Bojonegoro.

2. Mengidentifikasi responden di TK Cendana Murni, Desa Cendono,

Kecamatan Padangan, Bojonegoro.

3. Melakukan pendekatan dengan responden untuk mendapatkan persetujuan

sebagai subjek penelitian. Lembar persetujuan di tanda tangani oleh orang tua

siswa.

4. Melakukan pre test dengan observasi tentang kemampuan cuci tangan pakai

sabun anak prasekolah sebelum ditampilkan media audio visual cuci tangan.

5. Menampilkan media audio visual tentang cuci tangan.

6. Melakukan post test dengan observasi dan mencatat hasil tentang

kemampuan cuci tangan pakai sabun anak prasekolah setelah ditampilkan

media audio visual cuci tangan.

(59)

40

4.7.3 Prosedur pengolahan data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007). Dalam editing ini dapat dilakukan

dengan memeriksa kelengkapan data.

2. Coding

Coding yaitu pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini peneliti menggunakan kode

tertentu untuk mempermudah waktu tabulasi dan analisa data.

(60)

41

3. Scoring

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan dalam

master tabel atau database komputer kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana (Hidayat, 2007). Pada penilitian ini, penilaian kemampuan cuci tangan

dengan lembar observasi menggunakan skala guttman yang di bagi menjadi 2

yaitu apabila jawaban benar mendapat skor 1 dan jawaban salah mendapat skor 0.

Setelah itu hasil jawaban diinterprestasikan menjadi :

a. Baik : 76-100%

b. Cukup : 56-75%

c. Kurang : <56%

(Nursalam, 2015)

4. Tabulating

Tabulating adalah pembuatan tabel-tabel data yang sesuai dengan tujuan

penelitian, tabulasi dapat dibuat dengan menggunakan distribusi frekuensi

(Notoadmojo, 2012).

Adapun hasil pengolahan data dapat diinterprestasikan dengan menggunakan

skala kumulatif sebagai berikut ini :

100% = Seluruhnya

76% - 99% = Hampir seluruhnya

51% - 75% = Sebagian besar dari responden

50% = Setengah responden

26% - 49% = Hampir dari setengahnya

(61)

42

0% = Tidak ada satupun dari responden

(Arikunto, 2010)

4.7.4 Analisa data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel (Notoadmojo, 2012). Data khusus

pada penelitian ini adalah variabel independent (media audio visual cuci tangan)

dan variabel dependent (kemampuan cuci tangan pakai sabun). Analisa

kemampuan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah ditampilkan media

audio visual cuci tangan, dapat di analisa dengan distribusi frekuensi berikut ini:

Keterangan :

P : Presentasi

f : Skor yang diperoleh.

N: Skor maksimal.

Dengan kriteria kemampuan cuci tangan pakai sabun sebagai berikut :

a. Baik : 76-100%

b. Cukup : 56-75%

c. Kurang : <56%

(Nursalam, 2015)

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariate yaitu dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

Gambar

gambar dan suara contoh film gerak bersuara, video, TV. Yang kedua yaitu media
gambar diam yang meluncur secara cepat dan di proyeksikan sehingga
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual Pengaruh Media Audiovisual Cuci Tangan Terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Pra Sekolah
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Media Audio Visual cuci tangan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Program pengabdian masyarakat dalam bentuk edukasi kesehatan tentang health edukasi perilaku cuci tangan pakai sabun (CPTS) di SD Negeri 2 Mangunjaya ini sangat

Berdasarkan fakta dilapangan, menunjukkan adanya hubungan antara persepsi manfaat dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi adalah lebih banyak

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka kami melakukan upaya sosialisasi berupa kegiatan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (Cuci tangan pakai sabun) kepada

Sebagian besar ibu balita berpengetahuan rendah sebanyak 54,9% tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS) di RW VI Kelurahan Limau Manis Selatan Kecamatan Pauh Kota Padang,

Tujuan: mengetahui pengaruh pen- didikan kesehatan dengan media puzzle terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) anak Di TK Aba Siliran Karangsewu Galur Kulon

Dan pada tabel diatas menunjukkan sikap responden terhadap cuci tangan pakai sabun (CTPS) dalam kategori sangat setuju pada pretest dengan skor sebanyak 154 poin

Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan 111 PENYULUHAN TERKAIT CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI TPA AL-IKHLAS POLRI JATISAMPURNA BEKASI Septiani1, Intan Kurniawati Pramitaningrum1,

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang berkuliah di Institut Teknologi Sumatera ITERA sudah memiliki pengetahuan yang baik mengenai cuci tangan pakai sabun