• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERSEPSI HAMBATAN DAN PERSEPSI MANFAAT DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PERSEPSI HAMBATAN DAN PERSEPSI MANFAAT DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI HAMBATAN DAN PERSEPSI MANFAAT DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN

Studi Observasional pada Ibu Bayi di Wilayah Puskesmas Gadang Hanyar Tahun 2017 CORRELATION BETWEEN PERCEIVED BARRIERS AND PERCEIVED BENEFITS WITH

HANDWASHING WITH SOAP BEHAVIOR

Observational Study on Infant Mother at Puskesmas Gadang Hanyar Area 2017

Gusti Arnia Nurvira1, Syamsul Arifin2, Nita Pujianti2 1

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

2

Departemen AKK dan Promkes Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

Email: arnia.nurvira@gmail.com

Abstrak

Standar nasional capaian indikator PHBS cuci tangan pakai sabun adalah sebesar 47,01%, sedangkan capaian Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 32,35%. Dalam profil pencapaian PHBS Kota Banjarmasin tahun 2015, terdapat satu wilayah kerja Puskesmas dengan capaian paling rendah yaitu sebesar 24,76% di Puskesmas Gadang Hanyar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara persepsi hambatan dan persepsi manfaat terhadap perilaku cuci tanngan pada ibu bayi di Puskesmas Gadang Hanyar. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Besar sampel yang digunakan adalah sebanyak 50 responden. Instrumen penellitian ini menggunakan kuesioner. Analisis Bivariat menggunakan uji chi square. Didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara persepsi hambatan dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi (Pvalue 0,033) dan ada hubungan antara persepsi manfaat dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi (Pvalue 0,014). Saran yang diberikan adalah ibu agar meningkatkan persepsi mengenai hambatan dan manfaat tentang pentingnya mencuci tangan pakai sabun khususnya untuk ibu bayi melalui kegiatan pendidikan kesehatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan.

Kata kunci: persepsi hambatan, persepsi manfaat, cuci tangan pakai sabun Abstract

National standard of indicator of PHBS handwashing with soap is 47.01%, while South Kalimantan Province achieves 32.35%. In the achievement profile of PHBS Kota Banjarmasin in 2015, there is one work area of Puskesmas with the lowest achievement that is equal to 24.76% in Puskesmas Gadang Hanyar. This research is analytic observational with the research design used is cross-sectional. The sample size used is 50 respondents. The research instrument uses questionnaires. Bivariate analysis using chi square test, if not qualified then the test used is fisher exact test test. The result shows that there is a correlation between perceived barriers with handwashing with soap behavior on infant mothers (P-value 0.033) and there is correlation between perceived benefits with hand washing behavior with soap in infant mother (P-value 0.014). The advice given is mother to improve perceived barriers and benefits about the importance of handwashing with soap especially for infant mothers through health education activities conducted by health workers.

Keywords: perceived barriers, perceived benefits, handwashing with soap

PENDAHULUAN

Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Di Indonesia diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua umur. Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian.

(2)

Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2,47%) (1, 2).

Keterkaitan perilaku mencuci tangan pakai sabun dan penyakit diare, melalui penelitian intervensi, kasus kontrol dan lintas sektor dilakukan menggunakan data yang terkumpul menunjukkan bahwa risiko relatif yang didapat dari tidak mencuci tangan pakai sabun dari percobaan intervensi adalah 95% menderita diare, dan dengan mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi risiko diare hingga 45% (1).

Menurut data dari Riskesdas 2013, standar nasional capaian indikator PHBS cuci tangan pakai sabun yang seharusnya dicapai adalah sebesar 47,01%, sedangkan capaian Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 32,35%. Untuk Kota Banjarmasin, capaian indikator PHBS cuci tangan pakai sabun adalah sebesar 32,37%, hanya 0,02% lebih besar dibandingkan dengan capaian Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini menandakan bahwa capaian indikator PHBS cuci tangan pakai sabun Kota Banjarmasin juga masih berada di bawah capaian standar nasional. Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, pada tahun 2015 standar nasional untuk capaian PHBS adalah sebesar 60%. Sedangkan capaian Provinsi Kalimantan Selatan hanya mencapai sebesar 51,2% (3, 4).

Dalam profil pencapaian PHBS Kota Banjarmasin tahun 2015, rata-rata angka capaian untuk PHBS cuci tangan dengan benar mencapai angka diatas 80%. Namun, terdapat satu wilayah kerja puskesmas dengan capaian paling rendah yaitu hanya sebesar 24,76% di Puskesmas Gadang Hayar Kelurahan Pekapuran Laut. Angka tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan angka wilayah kerja puskesmas lain di Kota Banjarmasin (5).

Menurut Notoatmodjo (2005) dalam penelitian Amalia (2009), perilaku hidup seseorang termasuk kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari orang itu sendiri, pengaruh orang lain yang mendorong untuk berperilaku baik atau buruk, maupun kondisi lingkungan sekitar yang dapat mendukung terhadap perubahan perilaku (6).

Rosenstock percaya bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa mempedulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas. Persepsi hambatan (perceived barriers) adalah aspek negatif dari suatu tindakan kesehatan yang menghalanginya untuk dapat melakukan tindakan tersebut, misalnya mahal. Persepsi manfaat (perceived benefits) adalah dimana walaupun seseorang yakin bahwa ia rentan terhadap suatu penyakit, ia tidak akan begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan kepadanya, kecuali bila ia yakin bahwa tindakan tersebut dapat mengurangi ancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Rooswidiawati (2016) bahwa perceived barrier dan perceived benefit berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan higiene tangan pada paramedis di ruang rawat inap RSUD Ratu Zalecha Martapura tahun 2015 (7, 8, 9).

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan persepsi hambatan dan persepsi manfaat dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi di Puskesmas Gadang Hanyar.

METODE

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Populasi dari penelitian ini merupakan ibu yang memiliki bayi yang berkunjung ke Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin yaitu sebesar 109 orang pada periode bulan Mei-Juli tahun 2016. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling systematic random sampling dengan interval 3 dengan sampel sebesar 50 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Analisis data dala penelitian ini menggunakan uji Chi Square untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5% (derajat kepercayaan 95%).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Persepsi Hambatan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi hambatan yang disajikan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Hambatan

No. Persepsi Hambatan Jumlah Responden (N) Persentase (%)

1. Baik 17 34.0

2. Cukup 25 50.0

3. Kurang 8 16.0

(3)

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden, diperoleh hasil responden dengan persepsi hambatan paling banyak adalah cukup yaitu sebanyak 25 orang responden (50%). Sedangkan responden dengan persepsi hambatan baik sebanyak 17 orang responden (34%) dan responden dengan persepsi hambatan kurang adalah sebanyak 8 orang responden (16%).

2. Persepsi Manfaat

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi manfaat yang disajikan pada tabel 2 berikut:

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Manfaat

No. Persepsi Manfaat Jumlah Responden (N) Persentase (%)

1. Baik 22 44.0

2. Cukup 19 38.0

3. Kurang 9 18.0

Total 50 100.0

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden, diperoleh hasil responden dengan persepsi manfaat paling banyak adalah baik yaitu sebanyak 22 orang responden (44%). Sedangkan responden dengan persepsi manfaat cukup sebanyak 19 orang responden (38%) dan responden dengan persepsi manfaat kurang adalah sebanyak 9 orang responden (18%).

3. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan perilku cuci tangan pakai sabun ibu bayi yang disajikan pada tabel 3 berikut:

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Ibu

No. Perilaku CTPS Ibu Bayi Jumlah Responden (N) Persentase (%)

1. Baik 34 68.0

2. Buruk 16 32.0

Total 50 100.0

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden, diperoleh hasil responden dengan perilaku ibu paling banyak adalah baik yaitu sebanyak 34 orang responden (68%). Sedangkan responden dengan perilaku ibu buruk adalah sebanyak 16 orang responden (32%).

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Persepsi Hambatan dengan Perilaku CTPS Ibu Bayi

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden diperoleh tabulasi silang persepsi hambatan dengan perilaku ibu yang disajikan pada tabel 4 berikut:

Tabel 4 Tabulasi Silang Persepsi Hambatan dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada Ibu Bayi di Puskesmas Gadang Hanyar

Persepsi Hambatan

Perilaku CTPS Ibu Bayi

Total P Value Baik Buruk n % N % n % Kurang 3 37,5 5 62,5 8 100 0,033 Cukup 16 64 9 36 25 100 Baik 15 88,2 2 11,8 17 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki perilaku baik paling banyak pada responden dengan persepsi hambatan baik yaitu sebanyak 88,2% dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi hambatan cukup yaitu sebanyak 64% dan persepsi hambatan kurang sebanyak 37,5%. Sedangkan responden yang memiliki perilaku buruk paling banyak pada responden dengan persepsi hambatan kurang yaitu sebanyak 62,5% dibandingkan responden dengan persepsi hambatan baik yaitu sebanyak 11,8% dan persepsi hambatan cukup sebanyak 36%.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi square menunjukan Pvalue 0,033 dengan derajat kemaknaan α 5 %, sehingga Pvalue lebih kecil dari nilai alpha (< 0,05) atau Ho ditolak, artinya ada hubungan antara persepsi hambatan dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi.

Menurut Theory of Planned Behavior (TPB), semakin tinggi persepsi hambatan seseorang, maka akan berdampak pada seseorang untuk melakukan sebuah perilaku karena akan memerlukan dorongan yang lebih kuat (cues to action). Persepsi hambatan merupakan salah satu faktor pemicu

(4)

terhadap persepsi kontrol. menambahkan kontrol perilaku yang dirasakan untuk memperhitungkan faktor-faktor di luar kendali individu yang dapat mempengaruhi niat dan perilaku. Kontrol yang dirasakan ditentukan oleh kepercayaan kontrol mengenai ada tidaknya fasilitator dan hambatan terhadap kinerja perilaku, yang dipengaruhi oleh kekuatan yang mereka rasakan atau dampak dari setiap faktor kontrol untuk memfasilitasi atau menghambat perilaku. Persepsi seseorang tentang kontrol atas kinerja perilaku, bersama dengan niat, diharapkan memiliki efek langsung pada perilaku (10).

Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber. Dapat juga di pengaruhi faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi hambatan merupakan konsekuensi negatif potensial yang mungkin timbul ketika mengambil tindakan tertentu, misalnya tuntutan fisik, psikologis, dan keuangan (11).

Berdasarkan fakta dilapangan, menunjukkan adanya hubungan antara persepsi hambatan dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi adalah lebih banyak responden dengan perilaku baik akan memiliki persepsi yang baik yaitu sebanyak 88,2%. Sebaliknya responden dengan perilaku baik yang memiliki persepsi kurang lebih sedikit yaitu sebanyak 11,8%. Hal ini kemungkinan dikarenakan persepsi hambatan hanya merupakan sebagian kecil dari berbagai macam persepsi yang mempengaruhi seseorang. Menurut teori Health Belief Model, persepsi yang mungkin saja mempengaruhi selain persepsi manfaat adalah persepsi kemungkinan, persepsi keseriusan, persepsi ancaman dan cues to action (7).

Menurut Green ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku yaitu kepercayaan, kebiasaan, nilai-nilai, faktor sosio-demografi, lingkungan fisik, dan sarana. Menurut Hutabarat dalam Aunurrahman (2009), bahwa kebiasaan adalah perilaku yang sudah berulang-ulang dilakukan, sehingga menjadi otomatis, artinya berlangsung tanpa dipikirkan lagi, tanpa dikomando oleh otak. Untuk dapat melatih kebiasaan dibutuhkan waktu yang cukup panjang dan juga harus didukung pengulangan yang berkelanjutan (12, 13).

Hal ini sejalan dengan penelitian Rooswidiawati Dewi (2016) yaitu terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara persepsi hambatan (perceived barriers) dengan kepatuhan higiene tangan paramedis (9).

2. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Perilaku Ibu

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden diperoleh tabulasi silang persepsi manfaat dengan perilaku cuci tangan pakai sabun ibu bayi yang disajikan pada tabel 5 berikut:

Tabel 5 Tabulasi Silang Persepsi Hambatan dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada Ibu Bayi di Puskesmas Gadang Hanyar

Persepsi Manfaat

Perilaku CTPS Ibu Bayi

Total P-Value Baik Buruk N % N % n % Kurang 3 33,3 6 66,7 9 100 0,014 Cukup 12 63,2 7 36,8 19 100 Baik 19 86,4 3 13,6 22 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang memiliki perilaku baik paling banyak pada responden dengan persepsi manfaat baik yaitu sebesar 86,4% dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi manfaat cukup yaitu sebesar 63,2% dan persepsi manfaat kurang sebesar 33,3%. Sedangkan responden yang memiliki perilaku buruk paling banyak pada responden dengan persepsi manfaat kurang yaitu sebesar 66,7% dibandingkan responden dengan persepsi manfaat baik yaitu sebesar 13,6% dan persepsi manfaat cukup yaitu sebesar 36,8%.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi square menunjukan Pvalue 0,014 dengan derajat kemaknaan α 5 %, sehingga Pvalue lebih kecil dari nilai alpha (> 0,05) atau Ho ditolak, artinya artinya ada hubungan antara persepsi manfaat dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Theory of Planned Behavior (TPB), semakin tinggi persepsi manfaat baik seseorang, maka akan meningkatkan persepsi kontrol untuk mempengaruhi faktor di luar kendali individu yang akan memberikan efek pada niat dan perilaku. Persepsi manfaat merupakan salah satu dari faktor yang akan mempengaruhi persepsi kontrol. Persepsi kontrol ditentukan oleh control beliefs tentang ada atau tidak adanya fasilitator dan hambatan untuk melakukan suatu perilaku, yang dipengaruhi oleh kekuatan yang mereka rasakan atau dampak dari setiap faktor kontrol untuk memfasilitasi atau menghambat perilaku. Persepsi kontrol seseorang untuk melakukan sebuah perilaku, bersama dengan niat, diharapkan memiliki dampak langsung pada perilaku (10).

(5)

Tindakan mencuci tangan telah terbukti secara signifikan menurunkan infeksi. Mencuci tangan merupakan tindakan yang paling efektif untuk mengontrol infeksi dan didefinisikan sebagai menggosok seluruh permukaan kedua tangan menggunakan sabun dengan kuat dan bersamaan (14). Persepsi manfaat adalah efektivitas tingkat kepercayaan terhadap strategi yang dirancang untuk mengurangi ancaman suatu penyakit. Teori HBM juga menambahkan bahwa persepsi keuntungan merupakan persepsi yang diperoleh dengan penerapan perilaku baru. Individu yang mempersepsikan keuntungan yang diperoleh dari penerapan perilaku baru akan menurunkan peluang mereka terserang penyakit (11).

Berdasarkan fakta dilapangan, menunjukkan adanya hubungan antara persepsi manfaat dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi adalah lebih banyak responden dengan perilaku baik akan memiliki persepsi yang baik yaitu sebanyak 86,4%. Sebaliknya responden dengan perilaku baik yang memiliki persepsi kurang lebih sedikit yaitu sebanyak 13,6%. Hal ini kemungkinan dikarenakan persepsi manfaat hanya merupakan sebagian kecil dari berbagai macam persepsi yang mempengaruhi seseorang. Menurut teori Health Belief Model, persepsi lain yang mungkin saja mempengaruhi selain persepsi manfaat adalah persepsi kemungkinan, persepsi keseriusan, persepsi ancaman dan cues to action. Menurut teori L Green ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku, yaitu kepercayaan, kebiasaan, nilai-nilai, faktor sosiodemografi, lingkungan fisik dan sarana (7, 12).

Hal ini sejalan dengan penelitian Rooswidiawati Dewi (2016) yaitu terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara persepsi manfaat (perceived benefits) dengan kepatuhan higiene tangan paramedis (9).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan persepsi hmbatan (perceived barriers) dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi di Puskesmas Gadang Hanyar (p-value 0,033).

2. Ada hubungan persepsi manfaat (perceived benefits) dengan perilaku cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi di Puskesmas Gadang Hanyar (p-value 0,014).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian ini dengan menggali faktor lain seperti persepsi keseriusan, persepsi ancaman dan faktor pencetus (cues to action) menurut teori yang ada.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya petugas kesehatan bagian promosi kesehatan agar dapat melakukan pendekatan kepada masyarakat khususnya ibu agar dapat meningkatkan persepsi baik akan pentingnya mencuci tangan pakai sabun khususnya pada ibu bayi melalui penyuluhan dengan menggunakan media yang menarik dan bahasa yang mudah dipahami yang menginformasikan tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun pada ibu bayi.

3. Bagi Masyarakat

Disarankan kepada masyarakat khususnya ibu agar meningkatkan persepsi mengenai hambatan dan manfaat tentang pentingnya mencuci tangan pakai sabun khususnya untuk ibu bayi melalui kegiatan pendidikan kesehatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pasambuna FNR, dkk. Hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat tahun 2015. Pharmacon, 2016; 5(1): 371-381.

2. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta, 2015. 3. Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta, 2013.

4. Dinas Kesehatan Povinsi Kalimantan Selatan. Laporan gerakan masyarakat hidup sehat. Banjarmasin, 2015.

5. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Buku saku capaian PHBS Kota Banjarmasin. Banjarmasin, 2015.

6. Amalia I. Hubungan antara pendidikan, pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) di Pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.

(6)

8. Anies. Waspada ancaman penyakit tidak menular: solusi pencegahan dari aspek perilaku dan lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006.

9. Roosdiawati D. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap peerilaku kepatuhan higiene tangan pada paramedis sebelum dan ssudah penerapan strategi multimodal peningkatan higiene tangan tahun 2015 di Ruang Rawat Inap RSUD Ratu Zalecha Martapura. Tesis. Banjarbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, 2016.

10. Glanz K, Rimer B K, Viswanath K-ed. Health behavior and health education: theory, research and practice. San Fransisco: Jossey Bass, 2008..

11. Oktaviana MN. Hubungan antara persepsi kerentanan individu, keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan dengan penggunaan skrining inspeksi visual asam asetat pada Wanita Usia Subur. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2015.

12. Risnawaty G. Faktor determinan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada masyarakat di

Tanah Kalikedinding. Jurnal PROMKES, 2017. 4(1):70-81.

13. Siagian RE. Pengaruh minat dan kebiasaan belajar siswa terrhadap prestasi belajar matematika.

Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2015. 2(2): 122-131.

14. Suryaningtyas SS, dkk. Hubungan persepsi cuci tangan dengan kepatuhan cuci tangan keluarga pasien di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.

Gambar

Tabel 1   Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Hambatan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Manfaat
Tabel 5   Tabulasi Silang Persepsi Hambatan dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada  Ibu Bayi di Puskesmas Gadang Hanyar

Referensi

Dokumen terkait

membeli produk-produk yang sesuai dengan trend yang sedang berkembang, dimana remaja putri akan lebih mudah untuk mengeluarkan uang dalam mem- beli produk-produk fashion

Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin

Telur-telur ini dibuahi dengan cara pembuahan sendiri ( self fertilisation ) yaitu sel telur dibuahi oleh sel sperma dalam proglotid yang sama, perkawinan antara

Hasil dari penelitian ini adalah Koperasi XYZbertanggung jawab atas pengenaan berbagai macam pajak, yaitu PPh pasal 21 atas gaji 7 orang karyawan tetap, PP 46 tahun

Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman mengenai perencanaan karir yang yang matang baik dari aspek pekerjaan maupun dalam hal studi lanjutan atau (belajar),

memiliki lahan yang paling luas, petani bekerja terus jika sudah terlihat sangat luas dan merasa sangat cukup untuk dikelola maka petani tersebut berhenti, demikianlah menentukan

Atau wanita menjadi sekretaris khusus bagi seorang direktur yang karena alasan kegiatan mereka sering berkhalwat (berduaan), atau menjadi penari yang merangsang nafsu

8 Dari pendapat tersebut dapat disim- pulkan OPAC merupakan suatu sistem temu balik informasi yang berbasis teknologi in- formasi dan dapat digunakan oleh