• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya miskonsepsi IPA Fisika kelas V SD Negeri semester 2 se-kecamatan Minggir. Data dalam penelitian diperoleh dari hasil tes tertulis yang disebarkan kepada seluruh siswa SD Negeri kelas V di kecamatan Minggir. Tes tertulis tersebut terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 5 soal essai. Data penelitian kemudian dideskripsikan satiap kompetensi dasar, pada instrumen pilihan ganda siswa dianggap mengalami miskonsepsi apabila jawaban siswa salah tetapi yakin benar sedangkan pada instrumen essai siswa mengalami miskonsepsi jika jawaban siswa tidak sesuai dengan konsep dan jawaban yang telah ditentukan.

Deskripsi hasil penelitian dari soal pilihan ganda menunjukan bahwa siswa kelas V di SD Negeri se kecamatan Minggir masih mengalami miskonsepsi. Siswa mengalami miskonsepsi pada semua kompetensi dasar. Besarnya angka miskonsepsi tersebut bervariasi pada tiap kompetensi dasarnya. Miskonsepsi yang tertinggi terjadi pada nomor soal 13 dengan 49,98%. Soal nomor 13 mewakili kompetensi dasar 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dan indikator 6.1.2 Menjelaskan sifat bayangan pada cermin. Sedangkan miskonsepsi yang terendah terjadi pada soal nomor 9 dengan 2,27%. Soal nomor 9 mewakili kompetensi dasar 5.2 menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dan indikator 5.2.3 menyebutkan penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Peneliti kemudian membahas terjadinya miskonsepsi melalui soal essai. Siswa tersebut dikatakan mengalami miskonsepsi dapat dilihat dari jawaban siswa yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Miskonsepsi yang tertinggi terjadi pada nomor soal 4 dengan 87,12%. Soal nomor 4 mewakili kompetensi dasar 6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dan indikator 6.1.2 menjelaskan sifat bayangan pada cermin. Sedangkan miskonsepsi yang terendah terjadi pada soal nomor 5 dengan 62,88%. Soal nomor 5 mewakili kompetensi dasar 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan indikator 7.1.1 Menggolongkan jenis-jenis batuan.

Penelitian yang dilakukan ini senada dengan penelitian Suryanto dan Hewindati (2002) dengan judul Pemahaman Murid Sekolah Dasar (SD) terhadap Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi dengan Menggunakan Teknik Wawancara. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Ramadhani (2015) dengan judul “Miskonsepsi yang Terjadi pada Pembelajaran Matematika Materi Bangun Ruang Limas Siswa Kelas VI Sekolah Dasar”. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Norika (2014) yang berjudul “Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gaya pada Siswa di Empat SMA Swasta di Yogyakarta”. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan juga deskriptif kualitatif.. Hasil dari penelitian ini menunjukkan siswa diempat SMA swasta di Yogyakarta kurang memahami secara keseluruhan mengenai konsep gaya. Konsep yang paling dipahami mengenai konsep Hukum Newton II dan konsep ang paling tidak dipahami adalah konsep superposisi.

Penelitian Kusuma (2014) yang berjudul “Miskonsepsi tentang Fotosintesis pada Siswa Kelas V SDN 4 Trebungan Situbondo Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa miskonsepsi pada siswa SDN 4 Trebungan tentang materi fotosintesis terjadi pada setiap soal yang diberikan. Penelitian yang kelima dilakukan oleh Siwi (2013) yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas VII pada Konsep Sistem Pencernaan dan Pernapasan (Penelitian Deskriptif di MTsN 1 Kota Bekasi)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa kelas VII MTsN 1 Kota Bekasi pada konsep sistem pencernaan dan pernapasan. Berdasarkan hasil penelitian miskonsepsi secara keseluruhan didapat untuk konsep pencernaan sebesar 16,5% dan konsep pernapasan sebanyak 21,9%. Penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab miskonsepsi pada siswa berasal dari pemahaman siswa, metode pembelajaran, guru serta buku referensi.

Suparno (2005: 29) menyatakan bahwa penyebab miskonsepsi adalah siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Penelitian ini memperlihatkan bahwa penyebab miskonsepsi siswa kelas V semester 2 se- Kecamatan Minggir dari siswa dan guru.

5) Siswa

Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain:

i) Prakonsepsi atau Konsep Awal Siswa

Banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering kali mengandung miskonsepsi. Salah konsep awal ini jelas akan menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran fisika berikutnya, sampai kesalahan itu diperbaki. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari orang tua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa.Jelas sekali bahwa orang tua mempengaruhi prakonsepi siswa. Suparno (2005: 35) juga menegaskan bahwa miskonsepsi akan lebih banyak lagi, jika yang mempengaruhi pembentukan konsep pada anak tersebut mempunyai banyak miskonsepsi, seperti orang tua, tetangga, dan lain-lain.

j) Pemikiran Asosiatif Siswa

Marshall dan Gilmour (dalam Suparno, 2005: 36) menjelaskan bahwa pengertian yang berbeda dari kata-kata antar siswa dan guru juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Kata atau istilah yang digunalan oleh guru dalam proses pembelajaran diasosiasikan lain oleh siswa, karena pada kehidupan sehari-hari mereka menggunakan istilah lain

k) Pemikiran humanistik

Osborne, dkk (dalam Suparno 2005: 36) siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi. Benda-benda dipikirkan dalam proses pengalaman orang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup sehingga tidak cocok.

l) Reasoning (penalaran) yang tidak lengkap /salah

Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap disebabkan karena informasi yang didapatkan juga tiak lengkap. Akibatnya, siswa menarik kesimpulan secara salah dan ini yang menyebakan miskonsepsi siswa.

m) Intuisi yang salah

Intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Contoh siswa kadang- kadang mempunyai intuisi bahwa benda yang besar akan jatuh bebas lebih cepat daripada benda yang kecil. Pemikiran intuitif ini sering membuat siswa tidak kritis dan mengakibatkan miskonsepsi.

n) Tahap perkembangan kognitif siswa

Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Secara umum, siswa yang masih dalam tahap operational concrete bila mempelajari sesuatu bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang konsep tersebut.

o) Kemampuan siswa

Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh pada miskonsepsi siswa. Siswa yang kurang berbakat fisika atau kurang mampu dalam mempelajari fisika, sering mengalami kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar.

p) Minat belajar siswa

Berbagai studi menunjukkan bahwa minat siswa terhadap fisika juga berpengaruh pada miskonsepsi. Secara umum dapat dikatakan, siswa yang berminat pada fisika cenderung mempunyai miskonsepsi lebih rendah daripada siswa yang tidak berminat pada fisika.

6) Guru

Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru fisika. Guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti bahan fisika secara tidak benar, akan menyebabkan siswa mendapatkan miskonsepsi (Suparno, 2005: 42).

Berdasarkan kelima penelitian di atas dan teori dari ahli maka menguatkan penelitian yang peneliti laksanakan yang berjudul Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri Semester 2 Se-Kecamatan Minggir Sleman Tahun 2015.

102

BAB V PENUTUP

Peneliti akan menguraikan tiga hal, yaitu kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran dalam bab V ini.

A. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei kuantitaif yang dilakukan oleh peneliti dari bulan Maret 2015 sampai Maret 2016. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk mengetahui miskonsepsi IPA siswa kelas V semester 2 SD se Kecamatan Minngir Kabupaten Sleman.

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terjadi miskonsepsi yang pada siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Miskonsepsi terjadi pada seluruh kompetensi dasar. Pada instrumen soal pilihan ganda miskonsepsi yang tertinggi terjadi pada konsep menjelaskan sifat bayangan pada cermin dengan persentase miskonsepsi sebesar 49,98%. Sedangkan miskonsepsi yang terendah terjadi pada konsep pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan persentase miskonsespsi sebesar 2,27%.

Sedangkan pada instrumen soal essai miskonsepsi yang tertinggi terjadi pada nomor soal 4 dengan 87,12% tentang konsep sifat-sifat cahaya. Miskonsepsi yang terendah dengan 62,88% tentang konsep proses pembentukan tanah karena pelapukan.

B. Keterbatasan Penelitian

Beberapa kekurangan dan keterbatasan yang dialami oleh peneliti pada saat melakukan penelitian yaitu:

1. Keterbatasan waktu yang dialami oleh peneliti karena jumlah siswa dan sekolah yang sangat banyak sehingga peneliti tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung, sehingga soal dititipkan kepada wali kelas untuk kemudian dikerjakan oleh siswa.

2. Penelitian ini untuk melihat terjadi tidaknya miskonsepsi pada IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Minggir.

C. Saran

Berdasarkan keterbatasan yang telah didapatkan, maka peneliti akan menyampaikan saran sebagai masukan dan perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Beberapa saran untuk mengatasi permasalahan miskonsepsi adalah sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya tidak sebatas meneliti ada atau tidaknya miskonsepsi tetapi juga meneliti jenis miskonsepsi, penyebab, dan juga cara mengatasi miskonsepsi.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperhatikan waktu pelaksanaan penelitian supaya peneliti sendiri dapat mengawasi siswa yang mengerjakan. Dengan diawasi oleh peneliti langsung maka akan meminimalisir kesalahan prosedur mengerjakan.

104

DAFTAR REFERENSI

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Azmiyawati, Choiril. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pedidikan Nasional.

Azwar, Syaiffudin. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Berg, Euwe Van Den. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga. UKSW. Budi, Kartika. 1992. Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi

Yang Terjadi. Jurnal Widya Dharma volume III. IKIP Sanata Dharma Yogyakarta.

Bungin, M. Burhan. 2013. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga.

Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Dwi Siswoyo, dkk. 2012. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.

Effendi, Sofian. 2012. Metode Penelitian Survei. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan.

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa (Diakses pada 15/02/2016 pukul 10.35)

Kountur, Ronny. 2003. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: CV Teruna Grafica.

Kusuma, Dani Widya. 2014. Miskonsepsi tentang Fotosintesis pada Siswa Kelas V SDN 4 Trebungan Situbondo Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi: Universitas Jember.

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius

Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mujahidin, Adnan Mahdi. 2014. Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyususn Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.

Norika, Martina Tania. 2014. Pemahaman Dan Miskonsepsi Konsep Gaya Pada Siswa Di Empat SMA Swasta Di Yogyakarta”. Penelitian Ini Adalah Penelitian Deskriptif Kuantitatif Dan Juga Deskriptif Kualitatif. Skripsi: Universitas Sanata Dharma.

Ramadhani, Marta Dewi. 2015. Miskonsepsi yang Terjadi pada Pembelajaran Matematika Materi Bangun Ruang Limas Siswa Kelas VI Sekolah Dasar. Skripsi: Universitas Sanata Dharma.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks

Sangadji, Etta dkk. 2010. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam Penelitian. C.V Andi Offset.

Siwi, Dwi Anti Prapti. 2013. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas VII pada Konsep Sistem Pencernaan dan Pernapasan (Penelitian Deskriptif di MTsN 1 Kota Bekasi). Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Subali, Bambang. 2014. Evaluasi Pembelajaran (Proses dan Produk). Makalah disampaikan bagi dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu 23 Agustus 2014.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sulistyanto, Heri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pedidikan Nasional.

Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendididkan Fisika. Jakarta: Gramedia.

Suryanto dan Hewindati. 2002. Pemahaman Murid Sekolah Dasar (SD) Terhadap Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi Dengan Menggunakan Teknik Wawancara. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winarti, Wiwik. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pedidikan Nasional.

Wonorahardjo, Surjani. 2010. Dasar-Dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar Sains. Jakarta: Indeks.

. .

Dokumen terkait