• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

L. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menunjang

meningkatkan pemahaman yang digunakan dalam pengembangan (R&D

Gambar 33. Sebelum revisi

Gambar 34. Setelah revisi

ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah multimedia menunjang kegiatan layanan bimbingan dan konseling

pemahaman siswa tentang kecerdasan interpersonal digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

R&D) yang dalam proses pengembangannya menggunakan multimedia interaktif konseling dalam interpersonal. Metode penelitian dan menggunakan

strategi pengembangan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall yang meliputi 10 langkah pengembangan produk.

Tahapan pengembangan produk multimedia interaktif telah dilakukan sampai pada tahap uji pelaksanaan lapangan. Sampai pada tahap ini, produk multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal secara umum memperoleh penilaian baik. Akan tetapi kekurangan dan kelemahan dari multimedia ini masih cukup banyak. Oleh karena itu, masih perlu adanya perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan.

Multimedia interaktif ini berisi materi tentang kecerdasan interpersonal yang dilengkapi dengan aktivitas dalam bentuk tes kecerdasan interpersonal. Rangkuman materi inti meliputi pengertian kecerdasan interpersonal, karakteristik kecerdasan interpersonal tinggi, alasan individu membutuhkan teman sebaya, masalah - masalah yang muncul pada individu dengan kecerdasan interpersonal yang rendah, faktor penyebab masalah interpersonal, macam-macam keterampilan interpersonal, tahap-tahap penyelesaian konflik interpersonal, tips pengembangan kecerdasan interpersonal, game sebagai bahan refleksi untuk siswa dalam mememecahkan masalah-masalah interpersonal.

Tes kecerdasan interpersonal dibuat untuk membantu siswa mengetahui tingkat kecerdasan interpersonalnya sebelum mereka mempelajari multimedia interaktif yang dikembangkan. Selain tes kecerdasan interpersonal, disediakan pula dalam isi multimedia interaktif ini aktifitas pelatihan keterampilan dalam memecahkan permasalahan interpersonal yang dikemas dalam bentuk game.

Hal ini bertujuan agar siswa lebih tertarik untuk mengerjakan aktifitas tersebut. Game ini berisi kasus-kasus interpersonal yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pengembangan multimedia interaktif ini, kontribusi bimbingan pribadi sosial dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal dapat diidentifikasikan dari:

1. Teknik dan metode yang digunakan adalah bimbingan pribadi sosial, dengan media bimbingan berupa multimedia interaktif

2. Materi yang disajikan dalam layanan bimbingan tentang kecerdasan interpersonal siswa.

3. Langkah kegiatan bimbingan pribadi sosial untuk membantu mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa, terdiri dari beberapa tahap, sebagai berikut:

a. Perencanaan, meliputi: analisis kebutuhan siswa, penentuan tujuan kegiatan bimbingan, metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan bimbingan, persiapan media yang digunakan. b. Pelaksanaan, meliputi: pemberian layanan bimbingan dengan

menggunakan media, pemberian materi bimbingan melalui media, adanya kerja sama dengan pihak lain yang mendukung proses kegiatan bimbingan.

4. Evaluasi: evaluasi dilakukan melalui pengamatan saat proses bimbingan, meliputi keefektifan terhadap teknik dan metode, serta penggunaan sarana, dan media. Dari hasil evaluasi diketahui adanya

keterlibatan siswa dalam pemecahan permasalahan yang terdapat pada multimedia melalui kegiatan diskusi kecil antar siswa untuk memperoleh penyelesaian masalah, dimana itu merupakan salah satu tujuan layanan bimbingan pribadi sosial.

Multimedia interaktif yang telah dikembangkan divalidasi oleh ahli untuk mengetahui tingkat kelayakannya sebelum dilakukan uji coba di lapangan. Validasi dilakukan oleh ahli materi dan ahli media. Validasi ahli materi dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dikembangkan dari segi content. Sementara validasi ahli media dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dikembangkan dari segi media.

Kriteria kelayakan yang digunakan peneliti untuk mengembangkan multimedia interaktif ini mengacu pada kriteria kualitas suatu material yang dikemukakan oleh Nieveen. Menurut Nieveen (1999), suatu material dikatakan baik (layak) jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Valid

Suatu perangkat pembelajaran yang baik (valid) sangatlah diperlukan bagi setiap guru. Selanjutnya dijelaskan bahwa idealnya seorang pengembang media pembelajaran perlu melakukan pemeriksa ulang kepada para ahli (validator), khususnya mengenai:

a. Petunjuk yang digunakan pada alat peraga jelas b. Ukuran alat peraga sesuai

c. Bentuk alat peraga menarik d. Pewarnaan alat peraga menarik

e. Kesesuaian media dengan materi

Berdasarkan penjelasan tersebut, suatu media berupa alat peraga dikatakan valid apabila mendapat nilai baik/sangat baik oleh para ahli. Dari hasil uji validasi, multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal dikatakan valid oleh validator dengan rata-rata total hasil penilaian validator berada pada kategori “sangat sesuai” atau “sesuai”. Namun demikian, masih terdapat skor yang kurang baik, harus dilakukan revisi atau menyempurnakan multimedia interaktif yang dikembangkan.

2. Praktis

Aspek kepraktisan dapat dipenuhi jika:

a. Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan.

b. Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.

Kepraktisan media yang dikembangkan didasarkan pada penilaian para ahli (validator) dengan cara mengisi lembar validasi media berupa alat peraga sebagai berikut:

1) Dapat diuji cobakan di lapangan tanpa revisi 2) Dapat diuji cobakan di lapangan dengan revisi 3) Belum dapat untuk diuji cobakan di lapangan

Dari penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa sesuai angket yang dibuat sebuah media dikatakan praktis jika penilaian menyebutkan bahwa media “dapat diuji cobakan di lapangan tanpa

revisi” atau “dapat di uji cobakan di lapangan dengan revisi” dan dikatakan belum praktis bila para ahli memberi penilaian “belum dapat diuji cobakan di lapangan” dan dari hasil uji ahli yang dilakukan beberapa kali, akhirnya multimedia interaktif dikatakan praktis oleh para ahli dengan penilaian “dapat diuji cobakan di lapangan tanpa revisi” oleh ahli media dan “dapat diuji cobakan di lapangan dengan revisi”.

3. Efektif

Efektivitas media berupa alat peraga adalah seberapa besar pembelajaran dengan menggunakan media berupa alat peraga yang dikembangkan mencapai indikator efektifitas pembelajaran. Berkaitan dengan aspek efektivitas, Nieveen memberikan parameter yang sudah di modifikasi oleh peneliti sebagai berikut:

a. Para ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa media berupa alat peraga tersebut efektif.

b. Secara operasional media berupa alat peraga tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Pendapat lain mengemukakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi 4 (empat) indikator, diantaranya:

a. Kualitas pembelajaran

b. Banyak informasi atau keterampilan yang disajikan sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan mudah.

d. Sejauh mana guru memastikan kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru.

Multimedia interaktif ini dikatakan efektif apabila siswa terlibat secara aktif dalam pengorganisasian dan siswa dapat menemukan hubungan dari informasi (pengetahuan) yang diberikan. Hasil pengembangan tidak saja meningkatkan pengetahuan, melainkan meningkatkan kemampuan berpikir. Semakin siswa aktif, pembelajaran semakin efektif .

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan saat penelitian terhadap aktifitas siswa serta diskusi kecil yang dilakukan terhadap siswa, setelah mengaplikasikan multimedia ini, siswa menjadi mengerti akan pentingnya kecerdasan interpersonal bagi mereka, sehingga mereka menjadi termotivasi untuk terus mengembangkan kecerdasan interpersonalnya dengan menerapkan apa yang telah diperolehnya saat mempelajari multimedia tersebut dalam kehidupan sosialnya. Sementara dari hasil wawancara dengan guru BK di SMP Negeri 1 Mlati, hingga saat ini multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal masih digunakan dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal yang dikembangkan telah memenuhi standar penilaian yang meliputi aspek kevalidan, kepraktisan serta keefektifan berdasarkan dari hasil penilaian ahli media, ahli materi, siswa dan guru BK di SMP Negeri 1 Mlati.

Keinteraktifan produk yang dihasilkan dalam penelitian ini dilihat dari dapat digunakannya secara mandiri oleh siswa. Sebagaimana tujuan utama dari sebuah multimedia yang bersifat interaktif yakni siswa dapat dengan bebas menjalankan aplikasi, berinteraksi serta mengulang kembali hal-hal yang belum bisa mereka pahami. Siswa mampu mengontrol sendiri unsur- unsur di dalam sesuai dengan materi yang diinginkan atau dibutuhkan oleh masing-masing siswa. Selain itu, dalam multimedia ini telah terdapat beberapa aktivitas yakni tes kecerdasan interpersonal dan game, dimana dari aktivitas tersebut interaksi siswa dengan media terjadi secara interaktif karena siswa memperoleh umpan balik berupa skor hasil tes dan pembenaran jawaban dalam aktivitas game.

Multimedia interaktif yang dikembangkan menggunakan model tutorial yaitu penyajian penjelasan materi sebagai informasi baru bagi siswa. Siswa yang sebelumnya belum memahami tentang kecerdasan interpersonal menjadi paham tentang kecerdasan interpersonal melalui multimedia interaktif ini. Sementara karakteristik yang lain dari pembelajaran tutorial yakni adanya latihan, panduan bimbingan siswa, dan respon dari hasil belajar siswa.

Pada pengembangan multimedia interaktif ini latihan dibuat dalam bentuk tes kecerdasan interpersonal dan game untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan interpersonal siswa. Selain itu terdapat pula panduan bimbingan siswa dan respon siswa yang dievaluasi komputer. Panduan disampaikan dalam bentuk petunjuk penggunaan yang terdapat pada setiap tampilan. Hal ini ditujukan agar siswa dapat dengan mudah mencari

tahu kembali simbol-simbol atau penjelasan yang yang mungkin mereka lupa. Sedangkan untuk respon siswa yang dievaluasi komputer yaitu berupa pemberian skor pada tes kecerdasan interpersonal dan pembenaran jawaban pada game.

Pada dasarnya memang terdapat perbedaan antara pembelajaran oleh guru dengan layanan bimbingan oleh konselor dari beberapa dimensi. Namun dalam pengembangan multimedia interaktif ini terdapat pula penerapan prinsip dan strategi pembelajaran kontekstual dengan batasan yang dirasa perlu untuk diterapkan. Beberapa prinsip dan strategi pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan ini meliputi:

1) Pengalaman langsung (Experiencing)

Dalam mengoperasikan multimedia interaktif ini siswa benar-benar memperoleh pengalaman langsung melalui kegiatan secara mandiri yakni dalam memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk aktivitas di dalamnya secara aktif meliputi mencari tahu tingkat kecerdasan interpersonal mereka serta memainkan game yang tersedia. Penggunaan prinsip dan strategi ini bertujuan untuk mendorong daya tarik dan motivasi siswa.

2) Aplikasi (Applying)

Dalam kegiatan ini siswa dilibatkan secara langsung untuk menerapkan apa yang telah mereka dapatkan/pelajari dari multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal melalui aktivitas. Jadi setelah siswa membaca materi, dan menguasai materinya kemudian siswa dihadapkan dalam

sebuah studi kasus yang dikemas dalam bentuk game, dimana siswa harus menerapkan materi yang telah dipelajari dalam menyelesaikan masalah melalui studi kasus tersebut. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan dalam situasi yang lain yang berbeda inilah yang disebut dengan strategi aplikasi atau penggunaan.

3) Kerjasama (Cooperating)

Kerjasama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan narasumber yakni media bimbingan, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pokok dalam pembelajaran kontekstual. Sehingga dalam kegiatan layanan bimbingan pribadi sosial ini, sedikit banyak siswa juga terlibat dalam beberapa kegiatan di atas.

4) Alih pengetahuan (Transferring)

Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimilki pada situasi lain. Jadi setelah melakukan kegiatan ini diharapkan siswa tidak hanya mengetahui tetapi juga mampu mengaplikasikan apa yang diperolehnya untuk pengembangan dirinya dan menyelesaikan masalah- masalah dalam kehidupannya.

Dengan kata lain, melalui konsep pembelajaran kontekstual dari segi metode dan teknik, pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki bukan

sekedar untuk dihafal tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari dalam memecahkan masalah-masalah baru merupakan penguasaan strategi kognitif.

Dalam pengembangan multimedia interaktif ini peneliti hanya menggunakan beberapa prinsip desain pembelajaran. Prinsip kesiapan dan motivasi ditunjukkan dengan cara menyampaikan penjelasan terlebih dahulu tentang pentingnya mengembangkan kecerdasan interpersonal pada intro sebelum program ini dijalankan. Penggunaan gambar, audio dan video adalah sebagai alat pemusat perhatian. Sementara prinsip partisipasi aktif dan umpan balik disampaikan dalam multimedia interaktif ini melalui aktivitas pada menu game dan tes kecerdasan interpersonal. Dan yang terakhir adalah adanya kebebasan siswa untuk mengulang materi kembali. Hal ini merupakan prinsip perulangan. Penggunaan kelima prinsip tersebut dimaksudkan agar siswa dapat meningkatkan kesadarannya akan pentingnya kecerdasan interpersonal serta melatih keterampilannya dalam menghadapi masalah- masalah interpersonal dengan kemampuannya sendiri.

Dokumen terkait