PENGEMBANGAN KECERDASAN I
LAYANAN BIMB
Diajukan Untuk Meme Guna Memperoleh
PROGRAM
JURUSAN PSIKOLOGI P FAKULTAS I UNIVERSITAS
BANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TENTANG KECERDASAN INTERPERSONAL DALAM
LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII DI
SMP NEGERI 1 MLATI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Firla Dyah Lutvitasari NIM 06104241034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI 2013
TENTANG
MOTTO
"Jadilah orang yang gembira. Jangan memikirkan kegagalan hari ini, tapi pikirkan sukses yang mungkin datang di hari esok. Anda bisa jadi mendapatkan tugas yang sulit, tapi Anda akan sukses jika tekun dan gigih, dan merasakan kesenangan dalam mengatasi hambatan. Ingatlah, tidak ada hal yang sia-sia untuk meraih sesuatu yang indah" – (Helen Keller)
Berangkat dengan penuh keyakinan, Berjalan dengan penuh keikhlasan, Istiqomah dalam menghadapi cobaan. “ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “
HALAMAN PERSEMBAHAN
Rasa syukur yang tak terhingga senantiasa terpanjatkan kepada Alloh SWT atas izinNya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Maka dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya ini kepada:
1. Kedua orangtuaku, atas doa dan dukungannya
2. Suamiku tercinta, Azhar Hazbullah atas doa dan kesabarannya 3. Buah hatiku, M. Affathar Rizqi Azhar
4. Kedua kakakku, Eka dan Firly atas kasih sayang dan doanya 5. Almamater
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF
TENTANG KECERDASAN INTERPERSONAL DALAM LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII
DI SMP NEGERI 1 MLATI
Oleh
Firla Dyah Lutvitasari NIM 06104241034
ABSTRAK
Berangkat dari adanya permasalahan kecerdasan interpersonal di SMP Negeri 1 Mlati karena rendahnya pemahaman dan kesadaran siswa akan pentingnya kecerdasan interpersonal dalam interaksi sosial serta keterbatasan kemampuan guru dari segi waktu dan rasio yang tidak sebanding antara jumlah guru dan siswa dalam memberikan layanan bimbingan pribadi sosial, sehingga dibutuhkan sebuah media yang didukung audio visual yang dapat memperinci penyampaian bentuk keterampilan interpersonal yang diperlukan oleh siswa dan dapat digunakan siswa kapan saja.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia interaktif dalam layanan bimbingan pribadi sosial tentang kecerdasan interpersonal. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) yang meliputi 11 tahap pengembangan, yakni tahap penelitian awal dan pengumpulan data, tahap perencanaan, tahap pengembangan produk awal, tahap validasi materi, tahap validasi media, tiga tahap uji coba, dan empat tahap revisi. Uji coba lapangan awal (6 orang siswa), uji coba lapangan (30 orang siswa), dan uji pelaksanaan lapangan (40 orang siswa). Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mlati. Penentuan subyek dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara dan angket.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa multimedia interaktif yang dikembangkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terkait pentingnya kecerdasan interpersonal dalam layanan bimbingan pribadi sosial dan berdasarkan hasil validasi ahli yang dilanjutkan pada tiga tahap uji coba dengan beberapa tahap revisi yang telah dilakukan, multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal hasil pengembangan ini memenuhi kriteria layak sebagai media layanan bimbingan pribadi sosial di SMP Negeri 1 Mlati sesuai standar penilaian yang meliputi aspek validitas, praktis serta efektivitas berdasarkan dari hasil penilaian ahli media, ahli materi, siswa dan guru BK di SMP Negeri 1 Mlati.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kenikmatan untuk menikmati segala yang ada di bumi-Nya dan hanya dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengembangan Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal Dalam Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Mlati” disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sungguh suatu perjalanan yang panjang dengan segala hambatan dan perjuangan dalam penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu, keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin dalam pengambilan data awal dan penelitian sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
2. Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan atau motivasi agar penulis segera dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Bapak A. Ariyadi Warsito, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Sigit Sanyata, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar dan teliti memberikan arahan, bimbingan, motivasi, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dina Utami, M.Sc selaku ahli media yang sudah sangat banyak memberikan masukan yang berarti dalam pengembangan multimedia interaktif ini.
7. Bapak Ariyawan Agung Nugroho, ST selaku ahli media pengganti yang dengan sabar dan teliti membantu mengevaluasi produk multimedia interaktif yang dikembangkan dalam penelitian ini.
8. Kepala SMP Negeri 1 Mlati, yang telah memberikan ijin dan fasilitas untuk melaksanakan penelitian.
9. Ibu Mulasih, S,Pd selaku guru BK yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung
10. Bapak Sudiyono, yang telah membantu mempersiapkan laboratorium komputer sebelum penelitian berlangsung
11. Annisa Affida dan mahasiswa KKN UPY, yang telah membantu selama proses penelitian
12. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mlati yang telah bersedia menjadi subyek dalam penelitian ini.
13. Bapak dan Ibu, terima kasih atas doanya yang tak pernah terhenti dipanjatkan untukku dalam sujud kalian.
14. Saudaraku, Mas Ham, Mbak Eka, saudara kembarku Firly, liliput kecilku Aqila dan Yasmin, terima kasih yang tak terhingga atas kasih saying, doa serta dukungannya selama ini.
15. Suamiku tercinta, Azhar Hazbullah, atas kesabarannya, yang tidak pernah lelah mengingatkan, memberikan semangat dan bantuan yang tak terkira. 16. Temanku Aulya, Mas Sapto, Ika Widyastuti dan Anggi, yang telah banyak
direpotkan selama penyusunan skripsi ini.
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii
HALAMAN PERNYATAAN ……… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……… iv
HALAMAN MOTTO ………. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vi
ABSTRAK ………. vii
KATA PENGANTAR ……… viii
DAFTAR ISI……… xi
DAFTAR TABEL ………... xv
DAFTAR GAMBAR ……….. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Identifikasi Masalah ……….. 9
C. Batasan Masalah ……… 10
D. Rumusan Masalah ……….. 10
E. Tujuan Penelitian……… 10
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ………. G. Pentingnya Penelitian Pengembangan ……… 11 12 H. Manfaat Penelitian ………..……… 12
I. Definisi Istilah ……… 13
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence) ………... 15
2. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal ……… 18 3. Aspek Kecerdasan Interpersonal ………... 20
4. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal
Tinggi dan Rendah ……… 23
5. Fungsi Kecerdasan Interpersonal ………. 27 6. Upaya Mengembangakan Kecerdasan Interpersonal ………… 28 B. Kajian Tentang Keterampilan Interpersonal Sebagai Aplikasi dari
Kecerdasan Interpersonal ……….. 29 1. Gambaran Tentang Macam-macam Keterampilan
Interpersonal………. 29
C. Kajian tentang Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa………. 34
A. Program Bimbingan dan Konseling Probadi Sosial …………. 34 B. Tujuan Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial ……… 35 C. Komponen Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial……… 37 D. Tahap-Tahap Pengembangan Program ………. 39 E. Intervensi Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan
Kecerdasan Interpersonal Siswa ………... 42 D. Kajian tentang Karakteristik Siswa SMP sebagai Remaja ……… 49
1. Pengertian Remaja ……… 49
2. Siswa SMP dan Perkembangan Remaja ………... 51 E. Kajian tentang Multimedia Interaktif ……… 63
1. Kebutuhan Multimedia Interaktif Dalam Mendukung Kegiatan Bimbingan dan Konseling ……… 63 2. Unsur-unsur Multimedia Interaktif ………. 67 3. Model-model Pembelajaran Multimedia Interaktif ……… 70 F. Kajian tentang Pembelajaran Kontekstual dalam Layanan
Bimbingan dan Konseling ……….. 72
1. Keterkaitan Antara Layanan Pembelajaran dan Layanan
Bimbingan Konseling ………. 72
2. Konsep Pembelajaran Kontekstual dalam Konteks Layanan
BK ……….. 74
3. Penerapan Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
dalam Layanan BK ……… 75
G.
Kajian Tentang Desain Pesan Pembelajaran ……….. 78 1. Pengertian Desain Pesan Pembelajaran ………. 78 2. Prinsip-prinsip Desain Pesan Pembelajaran ……….. 80 H. Pengembangan Multimedia Interaktif tentang Kecerdasan
Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Mlati……….. 84
I. Pertanyaan Penelitian ………... 89
BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN A. Model Pengembangan ……… 90
B. Prosedur Pengembangan ……… 91
C. Tempat dan Waktu Pengembangan ……….. 95
D. Uji Coba Produk ………. 95
1. Desain Uji Coba ………. 95
2. Subyek Uji Coba………. 97
3. Jenis Data ………...……… 97
4.Teknik Pengumpulan Data ……… 98
5. Teknik Analisis Data ………. 103
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Awal dan Pengumpulan Informasi ……… 106
B. Perencanaan ………... 108
C. Pengembangan Draf Produk ……….. 109
D. Validasi Ahli ……….. 112
E. Revisi Produk Awal ………... 115
F. Uji Coba Lapangan Awal ……….. 124
G. Revisi Produk Uji Coba Lapangan Awal ……….. 126
H. Uji Coba Lapangan ……… 126
I. Revisi Produk Uji Coba Lapangan ……… 128
J. Uji Pelaksanaan Lapangan ………. 131
K. Revisi Produk Uji Pelaksanaan Lapangan ………. 133
L. Pembahasan ………...………. 134
M. Temuan Penelitian ……….. 144
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……… 147
B. Saran ……….. 148
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Antara Pembelajaran Dengan Layanan Bimbingan
………... 73
Tabel 2. Kisi-Kisi dan Penyebaran Item Angket Penilaian Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal Untuk Ahli
Materi ……… 100
Tabel 3. Kisi-Kisi dan Penyebaran Item Angket Penilaian Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal Untuk Ahli
Media ……… 101
Tabel 4. Kisi-Kisi dan Penyebaran Item Angket Penilaian Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal Untuk Ahli
Siswa ………... 102
Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif Pada Uji Coba Lapangan Awal……. 124 Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Pada Uji Coba Lapangan …….…… 127 Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif Pada Uji Coba Pelaksanaan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Flowchart Multimedia Interaktif tentang Kecerdasan
Interpersonal ……….... 88
Gambar 2. Bagan Rancangan Pengembangan Multimedia Interaktif Tentang Kecerdasan Interpersonal... 94
Gambar 3. Tampilan label CD draf 1………. 116
Gambar 4. Tampilan label CD draf 1 setelah revisi ……….. 116
Gambar 5. Tampilan cover CD draf 1 ……….. 116
Gambar 6. Tampilan cover CD draf 1 setelah revisi ………... 116
Gambar 7. Tampilan cover CD draf 1 sebelum revisi 2 ……… 117
Gambar 8. Tampilan cover CD draf 1 setelah revisi 2 ……….. 117
Gambar 9. Tampilan posisi petunjuk penggunaan draf 1………... 117
Gambar 10. Tampilan posisi petunjuk penggunaan setelah revisi ……... 118
Gambar 11. Tampilan petunjuk penggunaan sebelum revisi 2 ………… 118
Gambar 12. Tampilan petunjuk penggunaan setelah revisi 2 ………….. 119
Gambar 13. Tampilan menu utama draf 1 ………... 119
Gambar 14. Tampilan menu utama setelah revisi ……….... 119
Gambar 15. Tamplan game2 draf 1 ……… 120
Gambar 16. Tampilan game2 setelah revisi ……… 120
Gambar 17. Tampilan posisi tombol next dan backdraf 1 ………... 120
Gambar 18. Tampilan posisi tombol next dan backsetelah revisi ……… 121
Gambar 19. Tampilan intro draf 1 ……… 121
Gambar 20. Tampilan intro setelah revisi ………. 122
Gambar 21. Tampilan menu materi draf 1……… 122
Gambar 22. Tampilan menu materi setelah revisi ………. 122
Gambar 23. Tampilan petunjuk game 1 draf 1 ………. 123
Gambar 24. Tampilan petunjuk game 1 setelah revisi ………. 123
Gambar 25. Tampilan soal game 1 draf 1 ……… 123
Gambar 26. Tampilan soal game 1 setelah revisi ………. 123
Gambar 28. Tampilan menu utama setelah revisi ………. 129
Gambar 29. Tampilan cover CD draf 3 ……… 130
Gambar 30. Tampilan cover CD setelah revisi ………. 130
Gambar 31. Tampilan label CD draf 3 ………. 131
Gambar 32. Tampilan label CD setelah revisi ………. 131
Gambar 33. Tampilan cover CD draf 4 ……… 134
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Angket Ahli Materi……… 154
Lampiran 2. Angket Ahli Media ……… 160
Lampiran 3. Angket Uji Coba Siswa ………. 166
Lampiran 4. Hasil Penilaian Ahli Materi I ……… 171
Lampiran 5. Hasil Penilaian Ahli Media 1 ……… 177
Lampiran 6. Hasil Penilaian Ahli Materi 2………. 183
Lampiran 7. Hasil Penilaian Ahli Media 2 ……… 189
Lampiran 8. Hasil Penilaian Ahli Media 3 ……… 195
Lampiran 9. Surat Pernyataan Validasi Ahli Materi ……….. 201
Lampiran 10. Surat Pernyataan Validasi Ahli Media ……….. 202
Lampiran 11. Hasil Skor Uji Coba Lapangan Awal ……… 203
Lampiran 12. Hasil Skor Uji Coba Lapangan ………. 204
Lampiran 13. Hasil Skor Uji Pelaksanaan Lapangan ………. 206
Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian FIP ……… 208
Lampiran 15. Surat Ijin Penelitian Sekretariat Daerah DIY ………… 209
Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA Sleman ………... 210
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media pencapaian kemajuan dalam segala bidang kehidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan terasa gersang jika tidak berhasil mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill). Melihat sangat pentingnya pendidikan, maka sudah seharusnya sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal mengupayakan peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan potensi individu secara optimal.
Penelitian Gardner (Campbell, 2002: 2) menyatakan kecerdasan manusia tidak hanya didasarkan pada skor tes standar tetapi pada: (1) kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia; (2) kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru; dan (3) kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Kecerdasan interpersonal juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berlangsung antar dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul sebagai suatu hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya.
Sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kecerdasan interpersonal siswa. Hal ini dikarenakan pemahaman tentang kecerdasan interpersonal dan kemampuan siswa dalam menerapkan beberapa keterampilan interpersonal sangat menentukan kualitas hubungan sosial siswa di sekolah. Demi tujuan tersebut, setiap siswa diharapkan memiliki beberapa keterampilan dasar dalam menjalin hubungan interpersonal. Siswa seyogyanya mengerti dan peka terhadap kondisi perasaan orang lain, mampu berkomunikasi dengan cara yang baik dengan orang lain, mampu menyelesikan konflik interpersonal dengan teman sebayanya serta memiliki berbagai keterampilan interpersonal lainnya, sehingga akan memudahkan siswa saat bersosialisasi dengan teman sebayanya di sekolah. Namun, kenyataannya belum sesuai dengan harapan.
Permasalahan rendahnya kecerdasan interpersonal terjadi pula di SMP Negeri 1 Mlati. Menurut hasil penelitian awal dalam kegiatan wawancara dengan guru BK di SMP Negeri 1 Mlati, Sri Mulasih, S.Pd pada tanggal 27 Desember 2011, ada beberapa siswa yang dianggap kasar oleh teman-temannya, mereka tidak mampu mengontrol emosi, sehingga setiap kali bermain dengan teman-temannya baik ucapan atau tindakan selalu memunculkan konflik. Ada juga siswa yang datang mengeluhkan ketidak nyamanannya karena merasa ditolak oleh teman-temannya sehingga membuat kesehariannya di sekolah selalu menyendiri di dalam kelas dan malas berkumpul dengan teman-temannya, dia merasa minder dan tidak setara dengan teman-temannya yang lain serta ada pula beberapa kasus terkait penyelesaian konflik interpersonal dimana siswa merasa tidak mampu menyelesaikannya sendiri dan meminta bantuan dari guru BK.
Kondisi ini menunjukkan belum adanya sikap keterbukaan dengan setiap siswa dalam satu kelas, jadi interaksi antar siswa masih sangat terbatas dengan teman-teman yang dianggap dekat saja.
Rendahnya kemampuan siswa dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal mengakibatkan masalah dalam perkembangan pribadi sosial siswa. Siswa yang kecerdasan interpersonalnya rendah, akan menjadi takut dan malas bergabung dengan teman sebayanya karena sering diejek oleh teman-temannya. Siswa menjadi kurang percaya diri, merasa tidak berdaya menghadapi situasi yang menekan, serta kurang mampu menghadapi konflik dengan teman-temannya. Pada akhirnya untuk menghindari permasalahan tersebut, mereka memilih untuk mengisolasi diri dari lingkungan sosialnya.
Menanggapi permasalahan yang terjadi di sekolah, sudah seharusnya informasi tentang kecerdasan interpersonal disampaikan kepada siswa. Tujuannya untuk menunjang pemahaman untuk meningkatkan keterampilan interpersonal siswa. Sementara ini, penggunaan metode dalam memberikan layanan bimbingan di SMP Negeri 1 Mlati belum memenuhi harapan dan minat siswa. Siswa membutuhkan variasi dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling agar lebih menarik perhatian siswa. Metode yang lazim digunakan seperti pemberian penjelasan materi maupun praktik, tetap saja masih harus didukung oleh media audio visual agar dapat memperinci penyampaian bentuk keterampilan interpersonal yang diperlukan oleh siswa.
Kesesuaian media dengan siswa menjadi dasar pertimbangan utama pemilihan media, sebab hampir tidak ada satu media yang dapat memenuhi semua tingkatan usia, dalam hal ini Barbara B. Seels (1994:98) mengatakan bahwa diperlukan informasi tentang gaya belajar siswa atau learning style. Beberapa
learning style yang dapat diidentifikasi dari siswa, meliputi: (1)
bahasa lisan. Hasil belajar diiperoleh melalui mendengarkan ceramah kuliah dan mengambil bagian pada diskusi kelompok. (4) Aktif versus Reflektif Aktif: Pelajar cenderung untuk mempertahankan dan memahami informasi yang terbaik apa dengan melakukan sesuatu secara aktif dengan mendiskusikan atau menerapkannya dan menjelaskannya pada orang lain. (5) Reflektif : Pelajar suka memikirkan sesuatu dengan tenang "Mari kita fikirkan terlebih dulu" adalah tanggapan pelajar yang yang reflektif. (6) Seqwential Versus Global Seqwential: Pelajar menyukai untuk berproses step-by-step, terhadap suatu cara dan hasil akhir yang sempurna. (7) Global: Pelajar menyukai suatu ikhtisar atau " gambaran besar" dari apa yang mereka akan lakukan sebelum menuju pembelajaran dengan proses yang kompleks.
Menjawab kebutuhan siswa akan media yang tepat, maka perlu sebuah media yang dapat menyampaikan secara rinci beberapa keterampilan interpersonal. Johnson (Safaria, 2005: 17), mengungkapkan bahwa agar mampu memulai, mengembangkan, dan mengembangkan dan memelihara hubungan interpersonal serta komunikasi yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, maka perlu sejumlah keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut meliputi, sikap saling memahami atau empati, terbuka, inisiatif, prososial, serta memecahkan konflik interpersonal dengan cara yang konstruktif. Selain itu, media yang dikembangkan haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
peningkatan kualitas hasil belajar dan kompetensi siswa. Beberapa contoh diantaranya, perkembangan teknologi pembelajaran berbasis audio visual, menjamurnya perangkat lunak (software), permainan edukatif untuk anak-anak yang dinilai cukup signifikan dalam meningkatkan keterampilan motorik dan kognitif dengan desain yang menarik untuk menunjang proses belajar yang dibutuhkan siswa
Selain itu, saat ini telah banyak dikembangkan multimedia interaktif sebagai sebuah layanan informasi dalam layanan bimbingan konseling, diantaranya mengenai Konsep Diri bagi siswa kelas XI SMA oleh Mega Putriyanti Sudibyo dalam penelitian skripsi yang dilakukan pada tahun 2009. Hasil penelitian tersebut dapat dikategorikan baik untuk digunakan sebagai media dalam pelaksanaan layanan informasi tentang Konsep Diri bagi siswa kelas XI SMA. Selain itu masih ada pula pengembangan multimedia interaktif untuk ibu-ibu usia produktif mengenai program KB oleh Beta Budi Susilo dalam penelitian skripsi yang dilakukan pada tahun 2008. Hasil penelitian skripsi tersebut menyatakan penggunaan multimedia interaktif dapat dikategorikan baik untuk digunakan sebagai media dalam pelaksanaan layanan informasi tentang program keluarga berencana.
kecerdasan interpersonal, dianggap mampu memenuhi kebutuhan siswa akan layanan bimbingan yang juga menarik perhatian siswa serta relevan dengan kemampuan siswa. Pengembangan ini didukung dengan adanya sarana yang memadai di SMP Negeri 1 Mlati, yakni: 2 ruang laboratorium komputer dengan jumlah total komputer yang tersedia sebanyak 40 unit komputer serta dilengkapi dengan perangkat OHP.
B. Identifikasi Masalah
1. Masih rendahnya kemampuan siswa dalam membina hubungan interpersonal.
2. Adanya indikasi perilaku siswa di SMP Negeri 1 Mlati yang mengarah pada rendahnya pemahaman siswa akan kecerdasan interpersonal.
3. Kebutuhan siswa akan peningkatan pemahaman tentang kecerdasan interpersonal.
4. Kebutuhan akan media yang dapat menyampaikan materi bimbingan pribadi sosial dan mengajarkan keterampilan secara lebih rinci terkait masalah-masalah yang berhubungan dengan kecerdasan interpersonal sebagai layanan bimbingan pribadi sosial,
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada pengembangan multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal dalam layanan bimbingan pribadi sosial bagi siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Mlati.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah model multimedia interaktif yang dapat digunakan dalam membantu meningkatkan pemahaman tentang kecerdasan interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mlati?
2. Apakah multimedia interaktif ini layak untuk digunakan untuk mengatasi permasalahan siswa tentang kecerdasan interpersonal siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk :
1. Menghasilkan produk berupa multimedia interaktif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang kecerdasan interpersonal dalam layanan bimbingan pribadi sosial di SMP Negeri 1 Mlati.
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut.
1. Produk yang dihasilkan berisi materi tentang kecerdasan interpersonal yang dilengkapi dengan aktivitas dalam bentuk tes kecerdasan interpersonal. Rangkuman materi inti meliputi pengertian kecerdasan interpersonal, karakteristik kecerdasan interpersonal tinggi, alasan individu membutuhkan teman sebaya, masalah - masalah yang muncul pada individu dengan kecerdasan interpersonal yang rendah, faktor penyebab masalah interpersonal, macam-macam keterampilan interpersonal, tahap-tahap penyelesaian konflik interpersonal, tips pengembangan kecerdasan interpersonal, game sebagai bahan refleksi untuk siswa dalam mememecahkan masalah-masalah interpersonal.
2. Multimedia interaktif ini dapat digunakan sebagai layanan informasi bimbingan pribadi sosial dalam rangka membantu mengatasi permasalahan siswa terkait pemahaman siswa tentang pentingnya kecerdasan interpersonal.
penggunanya yakni siswa. Peran guru BK dalam kegiatan ini hanya mendampingi siswa.
G. Pentingnya Penelitian Pengembangan
Adanya indikasi perilaku rendahnya kecerdasan interpersonal siswa di sekolah yang berdampak negatif pada perkembangan pribadi sosial siswa serta keterbatasan pemahaman siswa mengenai pentingnya kecerdasan interpersonal, maka perlu adanya upaya peningkatan pemahaman siswa tentang kecerdasan interpersonal. Salah satu media yang mampu mendukung upaya tersebut adalah multimedia interaktif. Pemilihan penggunaan multimedia interaktif adalah agar pemahaman tentang kecerdasan interpersonal dapat diberikan semenarik mungkin, serta dapat menampilkan beberapa keterampilan terkait kemampuan interpersonal secara lebih rinci.
H. Manfaat Penelitian
Pengembangan multimedia interaktif tentang kecerdasan interpersonal ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu: 1. Secara Teoritis
b. Hasil pengembangan multimedia interaktif ini mampu memberikan gambaran bagi pengembangan selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti, yaitu dapat menambah wawasan serta memberi bekal pengalaman dengan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah.
b. Bagi guru BK, yaitu dapat menggunakan manfaat dari hasil produk pengembangan multimedia interaktif dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa terutama tentang kecerdasan interpersonal
c. Bagi siswa, yaitu adanya pemahaman serta pengalaman yang akhirnya mampu memunculkan kesadaran bagi siswa tentang pentingnya kecerdasan interpersonal dalam upaya meraih kesuksesan di masa depan.
I. Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan tentang apa yang dimaksudkan dalam penelitian ini, maka peneliti memberi definisi istilah sebagai berikut:
2. Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan dan mempertahankan relasi sosialnya, yaitu: kemampuan berhubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi efektif dengan orang lain, kemampuan berempati dengan baik, serta kemampuan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain.
3. Keterampilan interpersonal: keterampilan yang dimiliki individu dalam rangka membina hubungan interpersonal dengan orang lain sebagai aplikasi dari kecerdasan interpersonal. Meliputi kemampuan untuk berinisiatif, bersikap asertif, bersikap empati dan simpati, serta kemampuan untuk mengatasi konflik interpersonal.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intellegence)
1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal atau kecerdasan sosial dikemukakan pertama
kali oleh Thorndike pada tahun 1920. Thorndike membagi kecerdasan
manusia menjadi tiga, yaitu 1). kecerdasan Abstrak yaitu kemampuan
memahami simbol matematis atau bahasa, 2). Kecerdasan Kongkrit yaitu
kemampuan memahami obyek nyata dan 3). Kecerdasan Sosial yaitu
kemampuan seseorang untuk memahami, mengelola dan beradaptasi saat
berinteraksi dengan orang lain.
Kecerdasan interpersonal merupakan suatu kemampuan mencirikan
proses-proses yang timbul sebagai hasil dari interaksi individu dengan
individu lainnya. Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan
seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung
untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah
bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya (Amstrong, 2002: 4).
Chaplin (2000: 257), mengungkapkan bahwa kecerdasan interpersonal
menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang
lain. Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan yang dibangun atas
kemampuan inti untuk mengenali perbedaan, seperti perbedaan dalam hal
Pengertian tersebut menekankan bahwa dengan kecerdasan
interpersonal memungkinkan seseorang memiliki keterampilan tinggi
dalam membaca kehendak dan keinginan orang lain. Kecerdasan
interpersonal juga dapat membantu seseorang untuk mempunyai
kemampuan dalam memahami dan bekerja dengan orang lain.
Kecerdasan interpersonal juga merupakan kemampuan untuk
memahami dan berinteraksi dengan baik terhadap orang lain. Kemampuan
ini melibatkan penggunaan berbagai keterampilan yaitu verbal dan non
verbal, kemampuan dalam bekerja sama, manajemen konflik, strategi
membangun konsensus, kemampuan untuk percaya, menghormati, memimpin dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama
(Williams English, 2005: 163).
Menurut Amstrong (2002: 21), kecerdasan interpersonal melibatkan
kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, mulai dari
kemampuan berempati pada orang lain sampai kemampuan memanipulasi
sekelompok besar orang menuju pencapaian tujuan bersama. Dr. John
Elliot, seorang guru besar dari Maryland University menyamakan
kecerdasan interpersonal dengan kecerdasan sosial. Elliot memaparkan
secara eksplisit dari ketujuh macam kecerdasan yang dikemukakan oleh
Gardner, ada satu kecerdasan yang disebutnya dengan kecerdasan sosial.
Sebagaimana halnya kecerdasan interpersonal, Elliot menjelaskan
membaca orang lain dengan akurat, b) mampu memprediksi orang lain
secara tepat isi hati orang lain, suasana hati, dan keinginan orang lain, c)
mampu menyesuaikan diri, mengambil hati, mempengaruhi orang lain,
dan memimpin orang lain, d) memiliki keahlian dalam meminimalisir
konflik, ketidak harmonisan hubungan, dan pertengkaran dengan orang
lain.
Individu yang cerdas secara interpersonal akan mampu menjalani
komunikasi efektif dengan orang lain, mampu untuk mengerti dan menjadi
peka terhadap perasaan, suasana hati, intense (maksud dan keinginan), motivasi, watak, temperamen orang lain, dan menanggapinya secara layak.
Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga masuk
dalam inteligensi ini. Semua kemampuan ini akan membuat mereka lebih
berhasil dalam berinteraksi dengan orang lain.
Moss dan Hunt mengungkapkan kecerdasan interpersonal merupakan
kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain secara terus
menerus. Ahli berikutnya adalah Vernon, yang menyatakan kecerdasan
interpersonal sebagai kemampuan pribadi yang relatif menetap dalam diri
seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Kemampuan
diwujudkan dengan suatu teknik sosial guna membangun ketentraman
masyarakat dan menjaga keberlangsungan hubungan dengan orang lain.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli, disimpulkan bahwa
kecerdasan interpersonal adalah kemampuan individu dalam pemahaman
sosial, kepekaan sosial, dan keterampilan menjalin komunikasi sosial,
guna untuk mempertahankan suatu hubungan antar pribadi (sosial) yang
sehat dan saling menguntungkan. Semua individu dapat memiliki
kecerdasan interpersonal yang tinggi. Siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang tinggi dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
2. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal
Adi W. Gunawan (2005:118) menjabarkan karakteristik dari individu
yang memiliki kecerdasan interpersonal, antara lain: (1) membentuk dan
mempertahankan suatu hubungan sosial; (2) mampu berinteraksi dengan
orang lain; (3) mengenali dan menggunakan berbagai cara untuk
berhubungan dengan orang lain; (4) mampu mempengaruhi pendapat atau
tindakan orang lain; (5) turut serta dalam upaya bersama dan mengambil
berbagai peran yang sesuai, mulai dari menjadi seorang pengikut hingga
menjadi seorang pemimpin; (6) mengamati perasaan, pikiran, motivasi,
perilaku, dan gaya hidup orang lain; (7) mengerti dan berkomunikasi
dengan efektif baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal; (8)
mengembangkan keahlian untuk menjadi penengah dalam suatu konflik,
mampu bekerja sama dengan orang yang mempunyai latar belakang yang
seperti pengajar, manajemen, dan politik; (10) peka terhadap perasaan,
motivasi, dan keadaan mental seseorang.
Karakteristik individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang
tinggi menurut Safaria (2005: 25-26) yaitu:
a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara
efektif
b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain
c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga
tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin
intim/mendalam/penuh makna
d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal yang
dimunculkan orang lain, dengan kata lain sensitif terhadap
perubahan situasi sosial dan tuntutan-tuntutannya. Sehingga anak
mampu menyesuaikan dirinya secara efektif dalam segala macam
situasi.
e. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya
dengan pendekatan win-win solution, serta yang paling penting
adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya.
f. Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan
mendengarkan, dan menulis secara efektif. Termasuk pula
didalamnya mampu menampilkan penampilan fisik (model busana)
Dari berbagai penjelasan ahli disimpulkan bahwa secara umum
individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi mempunyai
karakteristik mampu membina relasi dengan orang lain, mampu menjalin
komunikasi verbal dan non verbal dengan orang lain, mampu memahami
perasaan orang lain, serta mampu memecahkan permasalahan
interpersonal secara efektif.
3. Aspek Kecerdasan Interpersonal
Hatch dan Gardner (Goleman 2006:166) mengidentifikasi aspek
kecerdasan interpersonal diantaranya:
a. Mengorganisasi kelompok; kemampuan individu dalam memimpin
sesuatu yang menyangkut memprakarsai dan mengkoordinasi dalam
menggerakkan orang lain.
b. Merundingkan pemecahan masalah; keterampilan memecahkan
konflik, menjadi penengah atau mediator sehingga mencapai suatu
kesepakatan.
c. Hubungan pribadi; keterampilan empati dan menjalin hubungan
dengan orang lain sehingga mampu masuk kedalam suatu pergaulan
d. Analisis Sosial; kemampuan memahami perasaan orang lain sehingga
tercipta suatu kebersamaan.
Anderson (T.Safaria, 2005:24) menyatakan kecerdasan sosial atau
1) Social sensitivity (kepekaan sosial) yaitu kemampuan siswa untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang
lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal. Siswa
yang memiliki Sensitivitas sosial akan mudah memahami dan
menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, baik reaksi
positif maupun reaksi negatif. Sensitivitas sosial meliputi:
a. Sikap empati. Empati adalah sejenis pemahaman perspektif yang
mengacu pada “respon emosi yang dianut bersama dan dialami
individu ketika ia mempersepsikan reasi emosi orang lain”. Empati
memiliki dua komponen yaitu kognitif dan efektif. Komponen
kognitif itu pertama adalah kemampuan individu untuk
mengidentifikasikan dan melabelkan perasaan orang lain. Kedua
kemampuan individu mengasumsikan perspektif orang lain.
Komponen afektif adalah kemampuan dalam keresponsifan emosi
(fesbech, 1978).
b. Sikap prososial. perilaku proposial adalah tindakan moral yang harus
dilakukan secara cultural seperti berbagi, membantu seseorang yang
membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain dan mengungkapkan
simpati (corey G,1995:23)
2) Social insight (wawasan sosial) yaitu kemampuan siswa untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu
menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun siswa. Pondasi dasar
dari social insight adalah berkembangnya kesadaran diri siswa secara
baik. Kesadaran diri yang berkembang akan membuat siswa mampu
memahami dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti
menyadari emosi-emosi yang muncul (internal) atau menyadari cara
berbicara dan intonasi suaranya (eksternal). Pemahaman sosial ini
meliputi:
a) Kesadaran diri. Kesadaran diri adalah mampu menyadari dan
menghayati totalitas keberadaannya di dunia seperti menyadari
keinginan-keinginannya, cita-citanya, harapan-harapannya dan
tujuan-tujuannya dimasa depan. Kesadaran diri ini sangat penting
dimiliki oleh siswa karena kesadaran diri memiliki fungsi
monitoring dan fungsi kontrol dalam diri.
b) Pemahaman situasi sosial dan etika sosial. Untuk sukses dalam
membina dan mempertahankan sebuah hubungan, individu perlu
memahami norma-norma moral dan social yang berlaku di
masyarakat (T.Safaria, 2005: 65). Didalam norma moral dan sosial
terdapat ajaran yang membimbing individu bertingkah laku yang
benar dalam situasi sosial.
c) Pemecahan masalah efektif. Setiap individu membutuhkan
keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif. Apalagi
Menurut Safaria T (2005:77) “semakin tinggi kemampuan individu
dalam memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang
akan didapatkannya dari penyelesaian konflik antar pribadi
tersebut”. Sedangkan menurut Azwar S (1997:75), “individu yang
memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi memiliki
keterampilan memecahkan masalah konflik antara pribadi yang
efektif, dibandingkan individu yang kecerdasan interpersonalnya
rendah”.
3) Social comunication atau keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam
menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat.
Keterampilan komunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan
mendengarkan efektif, dan keterampilan berbicara dengan orang lain
(Anderson, 1999)
Ketiga dimensi kecerdasan interpersonal tersebut merupakan satu
kesatuan utuh dan ketiganya saling mengisi satu sama lain. Salah satu
dimensi timpang maka akan melemahkan dimensi yang lainnya.
4. Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi Dan Rendah
Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal adalah jenis orang
menyenangkan individu. Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal
membuat orang lain merasa tentram dan menimbulkan komentar
“menyenangkan sekali bergaul dengannya”.
Menurut Mayke S. Tedjasaputra (2005: 3) individu yang memiliki
kecerdasan interpersonal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memahami dan berinteraksi dengan orang lain didalam situasi
‘menang-menang’
b. Mampu berkomunikasi secara berkesan dengan memberi respon
lisan dan bukan lisan
c. Mendengarkan tanpa membuat penilaian atau judgemen
d. Berupaya memotivasi orang lain
e. Percaya pada orang lain
f. Memiliki sikap empati
g. Senang berhubungan dengan orang lain
h. Dapat bekerjasama dalam situasi kelompok
Yusuf Syamsu & Juntika (2006: 235-236) memaparkan mengenai
karakteristik individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik,
di antaranya :
a. Memiliki hubungan emosional yang erat dengan orang tuanya, serta
dengan orang yang ada di lingkungannya.
c. Mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan serta menerima
berbagai umpan balik terhadapnya
d. Mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal.
Juntika (2005:76) menyebutkan mengenai ciri yang menonjol dari
individu yang memiliki kecerdasan interpersonal, sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan bernegosiasi yang tinggi
b. Mahir berhubungan dengan orang lain
c. Mampu membaca maksud hati orang lain
d. Menikmati berada ditengah-tengah orang banyak
e. Memiliki banyak teman
f. Mampu berkomunikasi dengan baik
g. Menikmati kegiatan bersama
h. Suka menengahi pertengkaran
i. Mampu membaca situasi sosial yang baik.
Gardner (2003), mengemukakan individu yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang tinggi ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menunjukan empati kepada orang lain
b. Dikagumi teman-teman
c. Berhubungan baik dengan teman sebaya begitu juga dengan oran
dewasa
e. Bekerja dengan orang lain
f. Bertindak sebagai mediator dan konselor bagi orang lain
g. Memiliki kemampuan dalam memahami orang lain
h. Memiliki kemampuan dalam mengatur, berkomunikasi dan
kadang-kadang mempengaruhi orang lain.
Sedangkan individu yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal
yang rendah memiliki ciri-ciri sebagi berikut:
a. Tidak suka berbaur dengan teman yang lain atau orang lain
b. Lebih suka menyendiri
c. Tidak memiliki keterampilan sosial yang baik
d. Berprilaku agresif seperti menendang atau memukul orang lain
e. Sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan tidak
suka mendengarkan pendapat orang lain
f. Merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang baru
Menurut Goleman (2006:166) individu dengan tingkat kecerdasan
interpersonal tinggi tidak terlalu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain, baik dengan orang yang baru dikenal
maupun dengan teman lama. Dapat disimpulkan bahwa individu yang
memiliki kecerdasan interpersonal tinggi senantiasa berfikir dua kali
sebelum mengeluarkan kata-kata yang akan diucapkananya, tidak serta
merta menanggapi perkataan orang lain secara langsung tanpa dicerna
Kebanyakan individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi
pandai mempengaruhi dan tutur kata yang dimiliki lembut baik secara
lisan maupun tulisan.
5. Fungsi Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan yang sangat penting
bagi siswa, berikut fungsi kecerdasan interpersonal bagi siswa adalah :
a. Untuk menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah
menyesuaikan diri. Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah
satu akar penyebab tingkah laku yang tidak diterima secara sosial.
Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah cenderung
tidak peka, tidak peduli, egois, dan menyinggung perasaan orang
lain.
b. Menjadi berhasil dalam pekerjaan. Banyak siswa cerdas secara teknis
tidak pernah mencapai tataran tinggi dalam karirnya karena siswa
kurang mampu bergaul secara baik dengan orang lain. Sedangkan
siswa yang belum tentu memiliki IQ tinggi melaju dengan pesat
dalam karir mereka, hal ini disebabkan karena siswa mengetahui
dengan tepat dalam memanfaatkanketerampilan kerja sama mereka.
c. Demi kesejahteraan emosional dan fisik. Setiap siswa memerlukan
orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang seimbang secara
keluarga maupun dengan teman, siswa yang rentan terhadap
masalah. Siswa juga akan merasa kesulitan dalam mengatasi tuntutan
disekitar mereka dan berakhir dengan masalah psikologis.
Masih banyak alasan lain mengapa kecerdasan interpersonal perlu
dikembangkan. Kecerdasan interpersonal bukanlah sesuatu yang tidak ada
ketika individu dilahirkan, melainkan kecerdasan yang harus
dikembangkan karena kecerdasan ini sangat penting bagi individu dalam
menjalankan hidup. Kecerdasan interpersonal ini harus dikembangkan dan
dibina selama tahap pendewasaan, jika dibiarkan tanpa adanya pembinaan
yang baik, mungkin individu akan berprilaku dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan norma masyarakat. Jika individu dibiarkan terus menerus
tanpa kendali, tidak menutup kemungkinan masalah akan terus berlanjut
dan bahkan bertambah buruk.
6. Upaya Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang
dapat berkembang dan meningkat. Ada beberapa cara untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal menurut Adi W. Gunawan
(2003: 119), diantaranya:
a. Melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara verbal dan non
b. Mempelajari dan mengerti serta peka terhadap mood, motivasi, dan perasaan orang lain
c. Bekerja sama dalam suatu kelompok
d. Belajar dalam satu kelompok (belajar berkolaborasi)
e. Menjadi mediator dalam penyelesaian suatu konflik
f. Mengamati dan mengerti maksud tersembunyi dari suatu sikap,
perilaku, dan cara pandang seseorang
g. Belajar melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
h. Menciptakan dan mempertahankan sinergi
i. Simpati terhadap orang lain
j. Empati terhadap orang lain
B. Kajian tentang Keterampilan Interpersonal sebagai Aplikasi dari Kecerdasan Interpersonal
a. Gambaran tentang Macam-macam Keterampilan Interpersonal
Chaplin (2000: 257) memandang interpersonal sebagai segala sesuatu
yang berlangsung antar dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul
sebagai suatu hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya.
Seorang individu yang memiliki keterampilan interpersonal menunjukkan
kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung
mampu dan mau memahami serta berinteraksi dengan orang lain sehingga
interpersonal juga sering disebut sebagai keterampilan sosial (social skill),
selain kemampuan membina hubungan/relasi baik dengan lingkungannya,
juga mencakup kemampuan lain seperti memimpin, mengorganisir,
menangani perselisihan antar teman, dan memperoleh simpati.
Bhurmester (1988: 992) mengemukakan 5 aspek keterampilan
interpersonal yaitu (1) kemampuan untuk berinisiatif dalam memulai suatu
hubungan interpersonal; (2) kemampuan untuk membuka diri (self
disclosure): (3) kemampuan untuk bersikap asertif; (4) kemampuan untuk memberikan dukungan emosional (emotional support) kepada individu
lain dan: (5) kemampuan mengelola dan mengatasi konflik. Berikut
penjelasan dari kelima aspek tersebut:
a. Kemampuan untuk Berinisiatif
Bee (Danardono, 1997: 10), memandang inisiatif sebagai
kemampuan untuk memulai suatu bentuk kegiatan tertentu. Lebih
lanjut Buhrmester (1988: 993) memberikan definisi inisiatif dalam
konteks sosial adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan
hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih
besar. Bentuk perilaku yang mencerminkan adanya kemampuan
berinisiatif antara lain:
1) Meminta atau mengusulkan pada kenalan baru untuk melakukan aktivitas bersama, misalnya belajar bersama atau pergi bersama.
2) Menawarkan sesuatu pada kenalan baru yang terlihat menarik dan atraktif.
4) Menjadi individu yang menarik dan menyenangkan ketika berkenalan dengan orang lain.
5) Mengenalkan diri pada orang yang ingin kita kenal
Kemampuan berinisiatif merupakan kemampuan memulai suatu
bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain dengan cara meminta
atau mengusulkan pada kenalan baru untuk melakukan aktivitas
bersama, menawarkan sesuatu pada kenalan baru yang terlihat menarik
dan atraktif, serta menjadi individu yang menarik dan menyenangkan
ketika berkenalan dengan orang lain.
b. Kemampuan untuk Bersikap Terbuka (Self Disclosure)
Bentuk tingkah laku yang menggambarkan adanya kemampuan
untuk bersikap terbuka adalah sebagai berikut:
1) Mengemukakan hal-hal yang bersifat pribadi ketika berbincang-bincang dengan orang yang baru dikenal.
2) Mengatakan pada sahabat tentang hal-hal yang membuat diri merasa malu.
3) Mempercayai seorang kenalan baru dan membiarkannya mengetahui bagian dari diri yang paling sensitif.
4) Memberikan kesempatan pada teman baru untuk mengenal secara mendalam.
5) Melepaskan pertahanan diri untuk mempercayai seorang sahabat.
6) Mengungkapkan secara terbuka apa yang sedang dirasakan. (Buhrmester, 1988:994).
Ini berarti kemampuan untuk bersikap terbuka adalah kemampuan
untuk terbuka kepada orang lain, menyampaikan informasi yang
kepada orang lain sebagai bentuk penghargaan yang akan memperluas
kesempatan terjadinya curah pendapat dan atau diskusi.
c. Kemampuan untuk Bersikap Asertif
Seseorang yang asertif akan menunjukkan perilaku atau sikap
diantaranya: (1) mampu untuk mempertahankan hak-hak pribadi secara
tegas; (2) terampil dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan
keyakinan; serta (3) mampu berkomunikasi secara jelas dengan cara
yang sesuai (Danardono, 1997: 14).
d. Kemampuan untuk Memberikan Dukungan Emosional
Shepard & Voss (Danardono, 1997: 14) mengatakan kemampuan
untuk memberikan dukungan secara emosional merupakan
kemampuan untuk memberikan afeksi. Afeksi merupakan suatu bentuk
emosi, dan salah satu bentuk ekspresi afektif adalah empati. Empati
merupakan komponen penting dalam membangun hubungan dengan
orang lain.
Hoffman (Suparno, 2004: 40) menandaskan bahwa empati
merupakan kemampuan untuk memahami orang lain dan berusaha
menolong orang lain. Goleman (1996 : 173) menegaskan empati yang
penuh membutuhkan pemahaman akan makna dan perasaan dari
pengalaman-pengalaman orang lain. Lebih lanjut Goleman
menjelaskan empati merupakan komponen aktif dari perubahan yang
ini berarti wujud dari dukungan emosional adalah dengan empati.
Dapat disimpulkan kemampuan untuk memberikan dukungan
emosional yaitu kemampuan untuk memberikan empati dan
kemampuan untuk menenangkan serta memberikan rasa nyaman bagi
orang lain.
e. Kemampuan dalam Mengatasi Konflik Interpersonal
Konflik senantiasa muncul dalam kehidupan manusia karena
berbagai sebab. Oleh karena itu diperlukan suatu kecakapan pada diri
setiap individu untuk mampu mengatasi konflik tersebut. Grasha
(Danardono, 1997: 15) menyebutkan kemampuan mengatasi konflik
meliputi sikap-sikap untuk menyusun suatu penyelesaian masalah,
mempertimbangkan kembali penilaian atas suatu masalah dan
mengembangkan konsep harga diri yang baru. Buhrmester (1988: 995)
menambahkan kemampuan mengatasi konflik yang muncul dalam
hubungan interpersonal adalah suatu upaya agar konflik yang muncul
tidak semakin memanas.
Berdasarkan pada gambaran di atas dengan mempertimbangkan
aspek kecerdasan interpersonal, maka peneliti menggunakan ragam
keterampilan interpersonal menurut teori di atas untuk diaplikasikan
dalam mengembangkan kemampuan interpersonal siswa dengan
menggunakan multimedia interaktif yang yang dikembangkan yang
kemampuan bersikap asertif, kemampuan empati, serta kemampuan
dalam menghadapi konflik interpersonal.
C. Kajian tentang Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa
1. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial
Bimbingan sebagai salah satu aspek dari program pendidikan, yang
diarahkan terutama untuk membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri
dengan situasi yang dihadapinya saat ini dan dapat merencanakan masa
depannya sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan sosialnya.
Program bimbingan adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang
direncanakan secara sistematik, terarah, dan terpadu untuk mencapai tujuan
yang tertentu yang diselaraskan dengan kebutuhan siswa yang telah
teridentifikasi dengan tujuan yang diemban oleh sekolah.
Bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah layanan yang membantu
siswa agar menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, mantap, mandiri, sehat jasmani dan
rohani serta mampu mengenal dengan baik dan berinteraksi lingkungan
sosialnya secara bertanggung jawab.
Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian
dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani
pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan
karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu,
dengan mempertimbangkan nilai (value), keterampilan pengambilan
keputusan untuk penyesuaian sosial yang memadai sebagai suatu
keterampilan hidup (life skills).
Program bimbingan dan konseling pribadi sosial dibutuhkan dalam
mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa, karena bimbingan
konseling merupakan bimbingan yang dapat membantu siswa agar memiliki
pemahaman situasi sosial dan etika sosial, kesadaran diri, sikap empati,
dapat memecahkan masalah yang terjadi antarpribadi, memiliki sikap
prososial, dan mampu berkomunikasi dengan baik, Sehingga dapat terjalin
suatu hubungan yang sehat dan saling menguntungkan antar siswa.
Bimbingan dan konseling pribadi-sosial diberikan dengan cara
menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,
mengembangkan sistem pemahaman diri, serta keterampilan-keterampilan
pribadi-sosial yang tepat.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial dilaksanakan dengan cara menciptakan
lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,
mengembangkan system pemahaman diri dan sikap-sikap positif serta
Tujuan bimbingan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial
menurut ABKIN (2007 : 18), yaitu sebagai berikut.
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan
pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, maupun
masyarakat pada umumnya.
b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.
c. Memahami pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
antara yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta mampu
merespon secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan dan kelemahan baik
fisik maupun psikis.
e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
g. Bersikap respek terhadap orang lain, tidak melecehkan martabat atau
harga dirinya.
h. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau
silaturahim dengan sesama manusia.
j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik yang bersifat
internal maupun eksternal.
k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
3. Komponen Layanan Bimbingan Pribadi Sosial
Muro dan Kottman, (Syamsu Yusuf, 2001: 26-31) mengemukakan
bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif
diklasifikasikan ke dalam empat komponen layanan, yaitu :
a. Layanan dasar
Merupakan pelayanan bantuan bagi siswa melalui kegiatan-kegiatan
kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka
membantu siswa memperoleh perkembangan yang normal, memiliki
mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar dalam
hidupnya, dengan kata lain membantu siswa agar dapat mencapai tugas
perkembangan. Strategi layanan dasar adalah bimbingan klasikal dan
bimbingan kelompok.
b. Layanan responsif
Merupakan pelayanan bantuan bagi para siswa yang memiliki
segera. Tujuan pelayanan responsif membantu siswa agar dapat
memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah masalah yang
dialami siswa. Pelayanan ini mencakup pendekatan krisis, remedial,
serta preventif. Strategi dalam layanan responsif adalah konseling,
referal, bimbingan teman sebaya, konferensi kasus, dan kunjungan
rumah (home visit).
c. Layanan perencanaan individual
Diartikan sebagai pelayanan untuk siswa agar mampu membuat dan
merencanakan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan
dan kelemahan dirinya. Tujuan perencanaan individual adalah upaya
memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karir, dan pengembangan pribadi sosial oleh siswa
sendiri.
d. Dukungan sistem
Adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan,
memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh
melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf,
konsultasi dengan guru, staf ahli atau penasehat, masyarakat yang lebih
luas; manajemen program penelitian dan pengembangan. Selain empat
komponen tersebut, ada hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
unsur-unsur yang ada dalam program bimbingan serta prinsip-prinsip program
bimbingan.
Dari keempat komponen layanan bimbingan pribadi sosial yang telah
dijelaskan , dalam penelitian pengembangan ini peneliti menerapkan
layanan responsif dalam rangka membantu siswa memecahkan
permasalahannya terkait kecerdasan interpersonal demi memenuhi
kebutuhan siswa.
4. Tahap-Tahap Pengembangan Program
Menurut Gysbers dan Henderson (Muro & Kottman, 1995: 55-61),
terdapat empat tahap pengembangan program bimbingan dan konseling di
sekolah, yaitu :
a. Perencanaan (planning)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan adalah : (a)
identifikasi target populasi layanan (siswa, orang tua, dan guru), (b) isi
pokok program (tujuan dan ruang lingkup program), (c) organisasi
program layanan (pengorganisasian layanan bimbingan). Perumusan
perencanaan ini sebaiknya didasarkan kepada hasil identifikasi tentang
kebutuhan siswa. Hal penting lainnya dalam proses perencanaan ini
adalah menyangkut penempatan dan pengembangan staf, serta
b. Perancangan (designing)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan ini adalah
menyangkut : (1) kompetensi dan tujuan yang manakah yang perlu
diprioritaskan, (2) siapa saja yang harus diberi layanan : apakah semua
siswa dengan pendekatan pengembangan, atau beberapa siswa dengan
pendekatan kuartif, (3) keterampilan apa yang sebaiknya dilakukan oleh
pembimbing : mengajar, membimbing, konsultasi, konseling, koordinasi,
atau menyebarkan informasi dengan mempertimbangkan prioritas
tertentu, dan (4) bagaimana hubungan antara program bimbingan dengan
program pendidikan lainnya? Apakah tujuan program bimbingan itu
mendukung program pengajaran?
c. Penerapan (implementing)
Dalam menerapkan program, pembimbing sebaiknya perlu memiliki
kesiapan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dirancang
sebelumnya sehingga terdapat kesesuaian antara program yang telah
dirancang dengan pelaksanaan di lapangan dan program terlaksan dengan
baik.
d. Evaluasi (evaluating)
Evaluasi menjadi umpan balik secara berkesinambungan bagi semua
tahap pelaksanaan program. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh
data yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan
juga dimaksudkan untuk menguji keberhasilan atau pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Aspek yang dievaluasi baik proses maupun hasil
antara lain meliputi:
1. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
2. Keterlaksanaan program
3. Hambatan-hambatan yang dijumpai
4. Dalam pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa tahap
pengembangan program layanan bimbingan konseling yaitu:
1. Perencanaan. Perencanaan dilakukan setelah mengidentifikasi
permasalahan siswa, sehingga ditemukan apa yang dibutuhkan siswa
selanjutnya memikirkan fasilitas apa akan diberikan untuk memenuhi
kebutuhan siswa tersebut.
2. Perancangan (designing). Pada tahap perancangan program layanan
bimbingan peneliti merumuskan tujuan diadakannya layanan,
keterampilan yang digunakan dan komponen layanan apa yang
digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini
menyangkut penentuan isi materi dan media yang akan digunakan
dalam pemberian layanan.
3. Penerapan. Pada tahap penerapan, terkait pertimbangan kesiapan guru
dalam hal ini adalah peneliti saat menerapkan program layanan yang
4. Evaluasi. Pada tahap ini melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan
peneliti saat pelaksanaan penelitian yakni mengevaluasi tentang
kesesuaian program yang dikembangkan dengan pelaksanaan,
keefektifan program yang dikembangkan serta hambatan apa saja
yang dijumai saat pelaksanaan.
5. Intervensi Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Siswa
Kebutuhan untuk dapat diterima oleh lingkungan bagi siswa
merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai makhluk sosial. Siswa
akan dihadapkan pada permasalahan penyesuaian sosial, salah satunya
adalah masalah hubungan antar pribadi. Pembentukan sikap, tingkah laku,
dan perilaku sosial siswa banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan
ataupun teman-teman sebaya. Apabila lingkungan sosial memberikan
peluang terhadap siswa secara fasilitatif, maka siswa akan mencapai
perkembangan sosial secara matang. Siswa dianggap memiliki kematangan
sosial, jika perilaku siswa mencerminkan keberhasilan dalam proses
sosialisasi sehingga cocok dengan tempat siswa menggabungkan diri dan
diterima sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan maka siswa memerlukan bimbingan yang lebih berfokus pada
pribadi dan hubungannya dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu
Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah rupanya disadari
maupun tidak memiliki dan memberikan andil yang cukup berarti bagi
siswa untuk membantu mengatasi masalah hubungan antar pribadi.
Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan bagi siswa untuk mengatasi
kesulitannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh
Rochman Natawijawa (Syamsu Yusuf, 2009: 38) yang menyatakan
bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
siswa yang dilakukan secara berkesinambungan supaya siswa dapat
memahami dirnya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan
dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Bimbingan juga
membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai
mahluk sosial.
Berdasarkan aspek potensi dan arah perkembangan siswa, bimbingan
yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa adalah
bimbingan pribadi sosial. Menurut Syamsu Yusuf (2010: 37-38), bimbingan
pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial serta
memecahkan masalah-masalah pribadi sosial. yang tergolong dalam aspek
pribadi sosial ini seperti: hubungan dengan sesama teman, dengan guru, staf
minat, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
tempat para siswa tinggal, dan penyelesaian konflik (pribadi atau sosial).
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan yang sangat penting
bagi siswa, berikut manfaat bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal bagi siswa adalah :
a. Untuk menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah
menyesuaikan diri. Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah satu
akar penyebab tingkah laku yang tidak diterima secara sosial. Siswa yang
memiliki kecerdasan interpersonal rendah cenderung tidak peka, tidak
peduli, egois, dan menyinggung perasaan orang lain.
b. Agar siswa kelak berhasil dalam pekerjaan. Banyak siswa cerdas secara
teknis tidak pernah mencapai tataran tinggi dalam karirnya karena siswa
kurang mampu bergaul secara baik dengan orang lain. Sedangkan siswa
yang belum tentu memiliki IQ tinggi melaju dengan pesat dalam karir
mereka, hal ini disebabkan karena siswa mengetahui dengan tepat dalam
memanfaatkanketerampila