• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis diketahui bahwa dari 6 rasio keuangan yang digunakan dalam meneliti pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap financial distress, ternyata ada 4 rasio keuangan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress rasio-rasio tersebut adalah Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Debt to Equity Ratio (DER), dan ada 2 rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap financial distress rasio-rasio tersebut adalah Return On Asset (ROA), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) .

Diketahui nilai Prob. dari ROA adalah 0,0037 < 0,05, maka ROA berpengaruh signifikan terhadap financial distres. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Indriaty, Setiawan dan Pravasanti (2019) yang mengatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap

financial distress. Tetapi Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Jamaludin, Maslichah dan Mawardi (2015) yang mengatakan bahwa Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Rasio ini sering disebut sebagai rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan, dan dan juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan dan dapat menilai apakah perusahaan efisien memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasionalnya perusahaan. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi financial distress atau non financial distress. Hasil penelitian nilai ROA pada perusahaan perkebunan memiliki nilai yang rendah bahkan negatif yang artinya perusahaan belum bisa melakukan pengelolaan aktiva dengan efektif dan efisien untuk menghasilkan laba bersih atas penjualan, sehingga diperoleh nilai ROA yang rendah dan beberapa menunjukkan angka negatif yang mengindikasikan kesulitan keuangan yang berpengaruh pada tingkat kondisi financial distress.

Perusahaan yang sehat akan memiliki rasio ROA yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak sehat. Dengan efisiensi dan produktivitas yang tinggi akan menghasilkan ketersediaan laba (akumulasi laba yang meningkat) sebagai sumber penyelesaian kewajiban perusahaan. Hal inilah yang menjadi sinyal perusahaan untuk mencegah terjadinya kemungkinan kesulitan keuangan melalui pemantauan jumlah ROA pada tiap periode untuk memprediksi situasi keuangan yang diharapkan. Perusahaan perlu mempertimbangkan

upaya-65

upaya dalam mengatasi kemungkinan terjadinya financial distress manakala terjadi peningkatan ataupun penurunan ROA perusahaan untuk dapat mengantisipasi resiko perusahaan dalam hal keputusan menjual atau menjaga aset perusahaan sesuai dengan hasil riil laporan keuangan.

Diketahui nilai Prob. dari ROE adalah 0,3958 > 0,05, maka ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Jumirin Asyikin, Grahita Chandrarin, & Harmono (2018) yang mengatakan bahwa Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Tetapi Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Indriaty, Setiawan dan Pravasanti (2019) yang mengatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Rasio ini ternyata tidak berpengaruh terhadap financial distress hal ini kemungkinan disebabkan karena perusahaan menggunakan modal sendiri atau memaksimalkan aset yang ada dalam menjalankan usahanya atau dengan kata lain perusahaan tidak menggunakan hutang dalam mengelola perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rasio ini membuat manajemen dapat melihat secara fokus besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan dari jumlah modal yang ditanam oleh parapemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham. memiliki nilai current ratio yang rendah yang menunjukkan perusahaan. Return on Equity (ROE) ini merupakan pengukuran penting bagi

calon investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan laba bersih. ROE juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efektifitas manajemen dalam menggunakan pembiayaan ekuitas untuk mendanai operasi dan menumbuhkan perusahaannya.

Diketahui nilai Prob. dari CR adalah 0,7083 > 0,05, maka CR tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Sirait (2016) yang mengatakan bahwa secara parsial variabel current ratio (CR) yaitu tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusdy (2011) mengatakan hal yang sama yaitu current ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Tetapi Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Dewi, Jack dan Tumpal (2017) yang mengatakan bahwa secara parsial variabel current ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

Rasio ini ternyata tidak berpengaruh terhadap financial distress hal ini kemungkinan disebabkan karena biaya relatif rendah seperti biaya utang lancar yang rendah atau dengan kata lain perusahaan memiliki hutang jangka panjang yang lebih besar sehingga ketika perusahaan memiliki hutang jangka pendek tidak terlalu berpengaruh.

Current ratio (rasio lancar ) yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.

Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui

67

seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas. Dilihat dari nilai current ratio perusahaan sub sektor perkebunan, beberapa perusahaan memiliki nilai current ratio yang rendah yang menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan yang rendah dalam melunasi kewajiban operasional. Penggunaan Current Ratio dinilai belum memberikan efek pemicu financial distress. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh biaya relatif seperti biaya utang lebih kecil. Perusahaan dengan keputusan penggunaan utang dalam neracanya secara umum dapat meningkatkan profitabilitasnya, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham serta membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar dan mengecilkan potensi financial distress. Perusahaan perkebunan perlu memastikan keberadaan kas agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan dana tunai. Terlebih lagi untuk tujuan transaksi guna melaksanakan operasi sehari-hari dan operasi yang bersifat musiman guna memenuhi kebutuhan pembelian bahan baku dan persediaaan. Baiknya nilai rasio ini tidaklah suatu penentu yang mutlak akan terjadinya financial distress karena ada faktor-faktor lain yang bisa lebih mempengaruhi contohnya bagaimana perusahaan mengelola harta lancar lebih efisien sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.

Diketahui nilai Prob. dari DAR adalah 0,0634 > 0,05, maka DAR tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Rusdy (2011) yang mengatakan bahwa Debt to Asset

Ratio (DAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Namun ada juga hasil penelitian yang bertentangan dengan hasil penelitian ini yaitu penelitian dari Ardian, Andini dan Kharis (2017) yang mengatakan bahwa Debt to Asset Ratio (DAR) memiliki pengaruh signifikan untuk memprediksi financial distress.

Rasio ini ternyata tidak berpengaruh terhadap financial distress hal ini kemungkinan disebabkan karena aktiva yang ada tidak diperoleh melalui hutang melainkan melalui modal sendiri atau dari para investor sehingga DAR tidak berpengaruh terhadah Financial Distress. Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen.

Diketahui nilai Prob. dari CLAR adalah 0,0043 < 0,05, maka CLAR berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Rusdy (2011) yang mengatakan bahwa Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

Rasio ini berpengaruh terhadap financial distress hal ini kemungkinan disebabkan

69

karena hutang lancar yang ada masih mampu dibayarkan atau dilunasi dengan pengelolaan aktiva secara maksimal atau dengan kata lain perusahaan memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajiban hutangnya. Current Liabilities to Assets Ratio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi hutang lancar dengan menggunakan keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) yang merupakan gambaran kemampuan perusahaan membayar hutang hutang lancar. Investor akan menggunakan rasio tersebut untuk mengevaluasi apakah perusahaan memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajiban hutangnya saat ini dan untuk menilai apakah perusahaan dapat membayar pengembalian investasinya.

Diketahui nilai Prob. dari DER adalah 0,3914 > 0,05, maka DER tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Desiyanti, Soedarmono dan Kristian Chandra (2019) yang mengatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Tetapi Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Nurhayati, Mufidah dan Asna Nur Kholidah (2017) yang mengatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DAR) berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Rasio ini ternyata tidak berpengaruh terhadap financial distress hal ini kemungkinan disebabkan karena hutang atau kewajiban pada perusahaan lebih kecil dari pada seluruh aset dan modal yang dimilki oleh perusahaan, sehingga jika dalam kondisi yang tidak diinginkan terjadi seperti bangkrut atau kesulitan keuangan perusahaan masih dapat melunasi seluruh hutang atau kewajibannya.

Debt to Equity Ratio atau DER adalah rasio keuangan utama dan digunakan untuk

menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio ini juga merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Rasio Debt to Equity ini merupakan rasio penting untuk diperhatikan pada saat memeriksa kesehatan keuangan perusahaan. Jika rasionya meningkat, ini artinya perusahaan dibiayai oleh kreditor (pemberi hutang) dan bukan dari sumber keuangannya sendiri yang mungkin merupakan trend yang cukup berbahaya. Pemberi pinjaman dan Investor biasanya memilih Debt to Equity Ratio yang rendah karena kepentingan mereka lebih terlindungi jika terjadi penurunan bisnis pada perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio atau Rasio Hutang terhadap Ekuitas yang tinggi mungkin tidak dapat menarik tambahan modal dengan pinjaman dari pihak lain.

Dokumen terkait