• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2018

TESIS

OLEH :

ROSMEI YUNITA SIBARANI 187007031

MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)

Telah diuji pada

Tanggal : 13 Nopember 2020

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Nisrul Irawati, M.B.A

Anggota :1. Dr. Iskandar muda, SE, M.Si, Ak, CA, CSRS, CRP, CPA 2. Prof. Dr. Isfenti Sadalia,ME

3. Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, Sp, M.Ec 4. Dr. Ir. Chairul Muluk, MBA

(4)
(5)

ABSTRAK

Penurunan harga dan permintaan dunia terhadap komoditas minyak sawit mentah pada tahun 2014-2016 menyebabkan kemampuan kinerja perusahaan sub sektor perkebunan kelapa sawit menurun. Hal ini terlihat dari menurunnya kapasitas penjualan, bertambahnya beban operasional, dan meningkatnya beban persediaan yang berdampak pada menurunnya kinerja keuangan perusahaan yaitu laba bersih perusahaan. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka konsekuensinya perusahaan sub sektor perkebunan kelapa sawit dapat mengalami kondisi financial distress. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi tingkat kondisi financial distress, mengetahui hubungan signifikansi dengan menggunakan variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) dan Debt to Equity Ratio (DER). Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti menggunakan purposive sampling sehingga diperoleh sampel sebesar 10 perusahaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan sub sektor perkebunan kelapa sawit di BEI. Data diuji dengan menggunakan regresi logistic dalam menjelaskan pengaruh antar variabel tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress sedangkan Return On Asset (ROA), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress.

Kata kunci: Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) dan financial distress

(6)

ANALYSIS OF FINANCIAL RATIO TO PREDICT FINANCIAL DISTRESS IN THE SUB SECTOR OF PLANTATION COMPANY ON INDONESIA

STOCK EXCHANGE PERIOD 2010-2018

ABSTRACT

The decline of crude palm oil commodity prices and world demand in 2014 to 2016 lead to decline the capability of plantation companies performance. This is apparent from the declining sales capacity, increase of operating expenses, and inventory expenses and the impact is declining financial performance such as net profit. If this is allowed continuously then the consequences is the plantation sub sector companies possibly can get into the financial distress condition. This research aims to predict the level of financial distress condition and to know the relationship significance using Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) and Debt to Equity Ratio (DER). The research population was plantation sub sector companies listed in Indonesia Stock Exchange. Researcher using purposive sampling in order to obtain a sample of 10 companies. This research uses secondary data from annual financial report of plantation sub sector companies in Indonesia Stock Exchange. Data were tested using logistic regression to explain the influence between these variables. The results of this research indicate that the Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), and Debt to Equity Ratio (DER) did not significantly influence financial distress while Return On Asset (ROA), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) significantly influence financial distress.

Keywords : Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) and financial distress

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA, yang telah memberikan kasih dan pertolonganNya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2018”. esis ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Isfenti Sadalia, M.E. selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr.Nisrul Irawati, M.B.A. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan arahan, masukan dan saran yang sangat berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis iniselama masa pandemi Covid-19.

5. Bapak Dr. Iskandar muda, SE, M.Si, Ak, CA, CSRS, CRP, CPA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan arahan, masukan dan saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan tesis iniselama masa pandemi Covid-19.

(8)

iv

6. Seluruh dosen yang ada di lingkungan Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara yang telah membekali berbagai ilmu.

7. Staf dan pegawai administrasi Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

8. Para pimpinan dan seluruh pegawai Bursa Efek Indonesia Perwakilan Sumatera Utara.

9. Ayahanda Pardomuan Sibarani dan Ibunda tercinta Renita Sitohang S.Pd, serta Abang dan adik penulis yang selalu menasihati dan memberikan dukungan kepada penulis.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 44 Universitas Sumatera Utara Magister Manajemen.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 13 Nopember 2020 Penulis,

Rosmei Yunita Sibarani 187007031

(9)

RIWAYAT HIDUP PENULIS DATA PRIBADI

Nama : Rosmei Yunita Sibarani

Tempat/Tgl. Lahir : Damuli Kebun, 28 Mei 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Anak Kandung dari : Pardomuan Sibarani (Ayah Kandung) Renita Sitohang, S.Pd (Ibu Kandung) Alamat : Perumahan Johor Riverside No.48 Medan

Email : [email protected]

No. HP : 085360633310

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2000 -2006 : SDN 118192 Bukit Dame

Tahun 2005 -2008 : SMP Sultan Hasanuddin Aek Kanopan 2008 -2011 : SMA RK Bintang Timur Pematang Siantar

Tahun 2011 -2016 : S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas HKBP Nommensen Medan

Tahun 2018 -2020 : S2 Magister Manajemen, Sekolah Pascasarjana UniversitasSumatera Utara

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup ... 13

1.6. Asumsi-Asumsi ... 14

BAB II LANDASAN TEORI . . . 1 5 2.1. Deskripsi Teori ... 15

2.1.1. Financial Distress ... 15

2.1.2. Laporan Keuangan ... 21

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan ... 22

2.2. Penelitian Terdahulu ... 26

2.3. Resume Landasan Teori ... 32

2.4. Kerangka Konseptual ... 32

2.5. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 36

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1.Populasi ... 36

3.3.1. Sampel ... 37

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

3.6. Metode Analisis data ... 43

3.6.1. Regresi Logistik ... 43

3.6.2. Uji multikolinearitas ... 44

3.7. Pengujian Hipotesis... 45

(11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 47

4.2. Analisis Statistik Deskriptif ... 51

4.3. Uji Multikolinearitas ... 55

4.4. Regresi Logistik ... 55

4.5. Pengujian Hipotesis ... 58

4.5.1. 2log-likelihood ... 58

4.5.2. Hosmer and Lemeshows Goodness of fit test ... 60

4.5.3. McFadden R-squared ... 60

4.5.4. Omnibus Test ... 61

4.5.5. Uji Wald ... 62

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

4.7. Implikasi Manajerial ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 74

5.3. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(12)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 28

3.1. Populasi ... 37

3.2. Sampel ... 38

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 40

4.1. Statistik Deskriptif ... 52

4.2. Daftar Perusahaan Kondisi Sehat dan Tidak Sehat ... 53

4.3. Uji Multikolinearitas ... 55

4.4. Regresi Logistik ... 56

4.5. 2log-likelihood (Uji Keseluruhan Model) ... 58

4.6. Menguji Model Fit ... 59

4.7. Hosmer and Lemeshows Goodness of fit test ... 60

4.8. McFadden R-squared (Uji Koefisien Determinasi) ... 61

4.9. Omnibus Test (Pengujian Simultan) ... 61

4.10. Uji Wald (Uji Signifikansi Pengaruh Parsial) ... 62

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 1.1. Harga Rata-rata CPO/ MT(Metric Ton) ... 7 2.1. Proses Terjadinya Financial Distress ... 17 2.2. Kerangka Konseptual ... 34

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan didirikan dengan harapan mampu menghasilkan keuntungan sehingga mampu bertahan atau berkembang dalam jangka panjang dan tidak mengalami likuidasi. Kenyataannya, asumsi tersebut tidak selalu terjadi sesuai dengan harapan. Seringkali perusahaan yang telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu terpaksa bubar atau dilikuidasi karena mengalami kinerja keuangan yang buruk yang berujung pada kebangkrutan.

Alasan penulis melakukan penelitian mengenai financial distress ini adalah melihat kondisi perekonomian secara global. Kondisi keuangan dunia yang tidak menentu menciptakan ketidak pastian dikalangan perusahaan. Perlambatan ekonomi dari negara-negara maju yang merupakan episentrum dari krisis keuangan global yang akan merambat cepat ke negara-negara berkembang.

Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah adalah salah satu industri yang dominan yang memberikontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia terlebih lagi Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia. Tanaman kelapa sawit juga merupakan sumber minyak nabati, pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, baik sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, penyumbang devisa terbesar berasal dari ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya, penyedia lapangan kerja, maupun sebagai pemicu dan pemacu pertumbuhan

(15)

sentra-sentra ekonomi baru, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit (CPO) di Indonesia.

Sampai pada saat ini industri kelapa sawit mengalami booming dengan beberapa alasan terutama kebutuhan investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Faktor pendukung di luar itu adalah tekanan terhadap pengurangan bahan bakar fosil secara global. Dengan paradigma pertumbuhan ekonomi, pemerintah melihat bahwa industri kelapa sawit mampu menyerap tenaga kerja dan menghasilkan devisa negara dari pajak. Ekspansi perkebunan kelapa sawit pada saat ini telah meluas hampir ke semua kepulauan besar di Indonesia.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan), lahan sawit Indonesia yang tercatat hingga saat ini seluas 14,03 juta hektare yang telah ditanami kelapa sawit.

Sumber : www.sahamok.com

Gambar 1.1

Harga Rata-rata CPO/ MT(Metric Ton)

(16)

3

Berdasarkan data grafik tersebut dari tahun 2010 hingga awal tahun 2014 hasil produksi kelapa sawit yaitu CPO (crude palm oil) mengalami lonjakan harga yang sangat signifikan. Pertengahan tahun 2014 hingga awal 2016 harga CPO mulai menurun secara terus menerus dan pada tahun 2017 hingga tahun 2019 harga CPO mengalami penurunan yang sangat signifikan sehingga menyebabkan harga TBS ( tandan buah segar ) dan PKO (palm kernel oil) juga mengalami penurunan. Penurunan harga komoditas di pasar internasional yang mulai terjadi beberapa tahun belakangan ini telah berdampak tidak baik pada perusahaan- perusahaan sektor perkebunan di Indonesia khususnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perlambatan ekonomi negara-negara tujuan ekspor komoditas Indonesia membuat permintaan menurun yang menyebabkan harga komoditas perkebunan ikut tertekan.

Seperti ditulis di https://money.kompas.com, penurunan harga komoditas yang terjadi disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh politik seperti pemilu, faktor eksternal yang mempengaruhi kejatuhan harga CPO beberapa diantaranya adalah melemahnya permintaan dari negara importir utama seperti Eropa, India, China dan Timur Tengah. Data yang diperoleh, ekspor CPO dan produk turunannya ke Eropa dan Timur Tengah turun masing-masing sebesar 6% dan 7% dalam Januari-Oktober 2015. Tekanan terhadap CPO juga ditunjukan oleh Perancis yang menerapkan pajak progresif pada produk sawit yaitu sebesar 300 euro/ton pada tahun 2017, 500 euro/ton tahun 2018, dan 700 euro/ton pada tahun 2019 bahkan akan naik menjadi 900 euro/ton pada tahun 2020, Berlarutnya perang dagang dua perekonomian terbesar dunia ini

(17)

Amerika Serikat – China yang menekan harga minyak kedelai berimbas minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil), serta kejatuhan harga minyak mentah dunia, kampanye hitam (blackcampaign) terhadap biofuel berbasis sawit di Uni Eropa yang akan menetapkan kelapa sawit sebagai tanaman pangan berisiko tinggi terhadap perubahan fungsi lahan dan deforestasi. Menurut Uni Eropa perkebunan kelapa sawit selama ini dianggap telah mengorbankan hutan, lahan basah, dan lahan gambut. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi pergerakan saham emiten kelapa sawit di Tanah Air yang sebagian besar berorientasi ekspor.

Pasalnya, Uni Eropa selama ini menjadi salah satu tujuan ekspor utama minyak kelapa sawit Indonesia. Seperti ditulis di https://gapki.id, ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2018 tercatat sebesar 4,78 juta ton atau berada di urutan kedua terbesar setelah India sebesar 6,71 juta ton. Dengan banyaknya sentimen negatif terhadap komoditas perkebunan khususnya CPO terlihat penurunan harga pada komoditas ini selama beberapa tahun kebelakang.

Turunnya harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil) dapat memberikan efek domino kepada ekonomi dalam negeri. "Berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi terutama di daerah seperti Sumatera, Riau, Kalimantan dan penghasil sawit lainnya. Puluhan perusahaan pengolahan kelapa sawit terancam bangkrut akibat kegiatan produksi mandek dan penjualan yang menurun tajam.

Ratusan ribu ton stok tandan buah segar dan crude palm oil atau CPO kini menumpuk di pabrik karena mayoritas importir mengurangi dan membatalkan pembelian. Pemutusan hubungan kerja terhadap buruh harian lepas juga sudah dilakukan berbagai perusahaan kelapa sawit.

(18)

5

Tahun 2014 sampai 2016, perusahaan sub-sektor perkebunan mengalami penurunan laba bersih yang salah satu penyebabnya yaitu beban umum, beban penjualan, dan beban lainnya meningkat yang diikuti dengan turunnya harga penjualan di setiap hasil sub-sektor perkebunan. Penurunan laba bersih perusahaan ini terjadi di hampir semua emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di tahun 2017 Sektor perkebunan menjadi sektor dengan kinerja terburuk di Bursa Efek Indonesia. Koreksi pada sektor agrikultur banyak disumbang oleh pelemahan harga saham emiten-emiten CPO, anjloknya harga saham emiten-emiten CPO tak lain disebabkan oleh anjloknya harga CPO di pasar internasional. Sektor ini masih mencatat penurunan 6,34% sejak awal tahun. Bandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 12,28% pada periode yang sama. Sektor perkebunan masih menghadapi tantangan di tengah prospek harga minyak sawit mentah (crude palm oil) yang berpotensi naik. Hingga tahun 2018, terdapat 18 perusahaan yang bergerak di sub sektor perkebunan dan produk turunannya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kinerja pasar saham merupakan refleksi dari kondisi perekonomian dan industri secara umum. Demikian pula dengan kinerja perusahaan-perusahaan berbasis Sub sektor perkebunan, juga terefleksi dalam harga saham dari perusahaan- perusahaan berbasis Sub sektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pasar modal menjadi alternatif pendanaan dalam pengembangan lahan perkebunan di Indonesia, karena melalui pasar modal, dana dapat diperoleh

(19)

dalam jumlah besar dibandingkan dari perbankan. Bagi investor sendiri, pasar modal selain sebagai wahana investasi juga merupakan diversifikasi.

Setiap investor dapat memilih berbagai investasi yang ada, dimana setiap jenis investasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal tingkat pengembalian (return) dan resiko. Seperti ditulis di https://finance.detik.com, sentimen positif kelapa sawit mulai muncul sejak pemerintah menerapkan kebijakan program biodiesel B20 yang merupakan program penggunaan bahan bakar solar dengan campuran 20% minyak nabati berupa minyak kelapa sawit, pada penerapan B20 pelaku pasar menilai hal itu menjadi sentimen positif bagi emiten-emiten sub sektor perkebunan. Terutama bagi mereka yang memproduksi CPO. Setelah berhasil menerapkan bahan bakar campuran biodiesel 20% atau dikenal B20 berhasil, pemerintah akan meningkatkan menjadi B30. Rencananya B30 mulai diterapkan di awal 2020 sehingga harga CPO dan sahamnya juga langsung bergerak yang artinya ada respons dari pelaku pasar dan investor secara langsung. Selain itu, harga CPO juga bisa terdongkrak seiring dengan rencana pemerintah untuk mendorong penerapan kebijakan biodiesel 100% atau B100.

jika nantinya kebijakan B100 benar-benar jadi diterapkan maka permintaan CPO dalam negeri tentu akan kian melesat. Ditengah banyaknya tekanan terhadap bursa saham Indonesia saat ini, tentu sektor-sektor yang memiliki sokongan fundamental kuat seperti agrikultur menjadi layak dilirik oleh investor.

Dari data yang diperoleh melalui https://gapki.id, saat ini terdapat 644 perusahaan perkebunan minyak kelapa sawit di Indonesia menurut Gerakan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Perusahaan-perusahaan tersebut

(20)

7

milik pemerintah, swasta nasional dan asing, serta petani yang tergabung dalam koperasi. Terdapat 305 perusahaan di Sumatera, 307 perusahaan di Kalimantan, dan 32 perusahaan di daerah lain (Gapki 2016). Dari sejumlah perusahaan yang terdaftar di GAPKI, 18 perusahaan sudah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Terkait dengan Financial distress ada beberapa perusahaan yang bangkrut atau terancam bangkrut karena masalah keuangan. Menurut data yang diperoleh dari https://industri.kontan.co.id Beberapa diantaranya seperti PT Palma Group yang bergerak di bidang kelapa sawit berada di ujung tanduk atau terancam bangkrut dan mengalami kerugian yang ditaksir mencapai Rp300 miliar. PT Bima Agri Sawit (BAS) yang mencetak kerugian sebesar Rp 13,61 miliar per 30 Juni 2018, total kewajibannya juga mencapai Rp 657,09 miliar, bahkan ekuitasnya masih tercatat negatif Rp 120,42 miliar. PT Bima Palma Nugraha (BPN) perusahaan membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 50,19 miliar. Sementara total liabilitasnya mencapai Rp 868,32 miliar. PT Golden Plantation Tbk, perusahaan sawit berkode emiten GOLL ini juga mengalami kesulitan keuangan bahkan terancam bangkrut karena dua anak usahanya, yakni PT Bumiraya Investindo (BRI) dan PT Airlangga Sawit Jaya (ASJ) telah dinyatakan pailit pada tahun 2018.

Secara umum, ukuran yang sering digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan manajemen perusahaan adalah dengan melihat laba yang diperoleh perusahaan. Laba perusahaan diharapkan setiap periode akan mengalami kenaikan. Pertumbuhan laba dari perusahaan merupakan hal yang penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Kemampuan manajeman perusahaan

(21)

dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut kegiatan operasional perusahaan memegang peranan penting di dalam meningkatkan laba perusahaan.

Di samping itu, peningkatan laba yang diperoleh merupakan gambaran meningkatnya kinerja dari perusahaan yang bersangkutan.

Carolina (2017) menyatakan financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress dapat diprediksikan berdasarkan ketidakmampuan perusahaan atau tidak tersedianya suatu dana untuk membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo.

Financial distress (Kesulitan keuangan) suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui rasio-rasio yang ada dilaporan keuangan. Ukuran yang lazim dipakai dalam analisis laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis Financial distress merupakan analisis yang dapat membantu perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah-masalah keuangan.

Analisis financial distress dilakukan untuk memperoleh peringatan awal tanda- tanda kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut diketahui, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan agar kebangkrutan tersebut tidak terjadi dan perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar- benar menimpa perusahaan.

(22)

9

Peristiwa Financial Distress yang diteliti oleh Alifiah dan Tahir (2019) pada Companies in the Manufacturing Sector in Bursa Malaysia dengan variabel total assets turnover ratio, current ratio, net income to total assets ratio and money supply, memberikan pengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Kamaluddin, Ishak dan Mohammed (2019) juga menganalisis peristiwa Financial Distress pada industrial and consumer product companies in Bursa Malaysia. Hal yang sama juga dilakukan oleh Shilpa dan Amulya (2017) Analysis Financial Distress of Indian Automobile Industry dengan menggunakan variabel working capital/total assets, retained earnings/total assets, earnings before interest and taxes/total assets, market value equity/book value of total liabilities, sales/total assets. Hillary, Nyang’au dan Ngacho (2018) menganalisis financial distress pada sektor Manufacturing Firms Listed in Nairobi Securities Exchange dengan menggunakan variabel Financial Performance.

Penelitian-penelitian mengenai Financial distress di Bursa Efek juga pernah dilakukan di Indonesia. Rahayu dan Sopian (2016) pada perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi Financial distress. Sulistyani dan Ismanto (2017) melakukan penelitian terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI dengan menggunakan variabel Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Pasar. Hasil penelitian hanya Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap Financial distress. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Carolina, Elyzabet dan Pratama (2017) Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Sirait (2016)

(23)

menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi kondisi Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan variable CR, QR, WCTA, TDA, NPM, ROE.

Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan sebuah perusahaan adalah untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan. Kondisi financial distress atau bahkan kebangkrutan dapat dikenali lebih awal sebelum terjadi dengan menggunakan suatu metode. Salah satu metode yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan adalah analisis diskriminan yang kemudian dikenal dengan metode Z-Score yang diperkenalkan oleh Edward L Altman.

Pengelompokan rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio leverage/Solvabilitas. Rasio profitabilitas terdiri dari Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) dan Debt to Equity Ratio (DER)

Dengan melihat peranan rasio keuangan yang begitu penting untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan maka penulis tertarik memilih judul “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2018”.

(24)

11

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka pokok permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini ialah ketidak stabilan pertumbuhan laba pada pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang ada di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2018 yang dapat menyebabkan financial distress.

Sehubungan dengan masalah tersebut maka beberapa pertanyaan yang perlu dijawab ialah sebagai berikut :

1. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan dalam memprediksi Financial Distress ?

2. Apakah Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan dalam memprediksi Financial Distress ?

3. Apakah Current ratio (CR) berpengaruh signifikan dalam memprediksi Financial Distress ?

4. Apakah Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh signifikan dalam memprediksi Financial Distress ?

5. Apakah Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) berpengaruh signifikan dalam memprediksi Financial Distress ?

6. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan dalam memprediksi Financial Distress ?

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah penelitian diatas maka tujuan dari penelitian ini ialah

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Financial Distress ?

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Financial Distress ?

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Current ratio (CR) terhadap Financial Distress ?

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR)terhadap Financial Distress ?

5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) terhadap Financial Distress ?

6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Financial Distress ?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun dengan tercapainya tujuan penelitian, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat. Manfaat atau kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan berharga atau referensi

(26)

13

2. Bagi Mahasiswa

Memberikan pengalaman berharga dalam memecahkan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah.

3. Bagi Investor dan Calon Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para investor sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan untuk memilih dan mengambil keputusan investasi pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kondisi financial distress suatu perusahaan.

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup

Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian ini digunakan agar masalah yang diteliti lebih terarah dan terfokus, sehingga penelitian dapat dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan. Pembatasan ruang lingkup yang digunakan pada pembahasan dan penyelesaian masalah ini adalah sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini, hanya membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan rasio-rasio keuangan dengan menganalisa Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR),

(27)

Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) untuk memprediksi Financial Distress.

2. Data-data yang di analisa adalah laporan keuangan yang diperoleh melalui situs www.idx.co.id dan www.ticmi.co.id

1.6. Asumsi-Asumsi

Asumsi-asumsi dalam penelitian ini.

1. Perkebunan kelapa sawit adalah sektor yang berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga dalam pemodelan data dari laporan keuangan bisa membantu kita menyusun prediksi terukur mengenai kesehatan suatu perusahaan dan diharapkan membantu melakukan perencanaan yang lebih baik pada saat ini maupun dimasa yang akan datang.

2. Dengan memetakan skenario yang dapat terjadi atau yang akan terjadi, kita bisa belajar dari masa lalu dalam menentukan apa yang dapat kita lakukan saat ini dan dimasa depan.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1. Financial Distress

Carolina (2017) menyatakan financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo karena tidak tersedianya dana untuk membayar. Artinya perusahaan berada dalam posisi yang tidak aman dari ancaman kebangkrutan atau kegagalan pada usaha perusahaaan tersebut.

Sirait (2016) menyatakan kondisi yang paling mudah dilihat dari perusahaan yang mengalami financial distress adalah pelanggaran komitmen pembayaran hutang diiringi dengan penghilangan pembayaran dividen terhadap investor. Perusahaan akan mengalami financial distress jika arus kas operasi perusahaan tidak mampu mencukupi pemenuhan kewajiban jangka pendek seperti pembayaran bunga kredit yang telah jatuh tempo. Semakin besar kewajiban yang dimiliki perusahaan, akan menyebabkan semakin besarnya risiko terjadinya financial distress. Sirait (2016) menyatakan bahwa financial distress juga dapat didefinisikan suatu kondisi keuangan perusahaan yang mengalami kesulitan

(29)

likuiditas yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik.

Financial distress dapat terjadi di berbagai perusahaan dan bisa menjadi penanda atau sinyal dari kebangkrutan yang mungkin akan dialami perusahaan.

Jika perusahaan sudah masuk dalam kondisi financial distress, maka manajemen harus berhati-hati karena bisa saja masuk pada tahap kebangkrutan. Manajemen dari perusahaan yang mengalami financial distress harus melakukan tindakan untuk mengatasi masalah keuangan tersebut dan mencegah terjadinya kebangkrutan.

Financial distress yang cukup mengganggu kegiatan operasional perusahaan merupakan suatu kondisi yang harus segera diwaspadai dan diantisipasi. Menurut Juyneo (2016), Financial distress dapat terjadi karena kekurangan pengetahuan operasional dan manajerial, manajemen yang tidak kompeten, penyelewengan uang, bencana, dan kesulitan arus kas. Menurut Rusli dan rida (2019) apabila ditinjau dari kondisi keuangan ada tiga keadaan yang menyebabkan financial distress yaitu faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal, besarnya beban utang dan bunga dan menderita kerugian.

Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu harus dijaga keseimbangannya agar perusahaan terhindar dari kondisi financial distress yang mengarah kepada kebangkrutan.

Maka dapat disimpulkan financial distress adalah keadaan perusahaan dimana memiliki potensi untuk mengalami kebangkrutan karena perusahaan tidak

(30)

17

mampu membayar kewajibankewajibannya dan menghasilkan laba yang kecil yang memberikan dampak pada perubahan modal sehingga perlu restrukturisasi pada perusahaan yang bersangkutan.

Florentina (2018) menyatakan untuk menilai Kondisi financial distress perusahaan dapat dilakukan dengan menilai rasio keuangan. Salah satu metode untuk menganalisis kebangkrutan suatu perusahaan telekomunikasi adalah analisis Multivariate Discriminant Analysis (MDA) dengan model analisis kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman dkk yaitu Model Altman Z-score

2.1.1.1 Proses Terjadinya Financial Distress

Menghadapi kesulitan keuangan atau financial distress merupakan kondisi yang pasti dialami oleh perusahaan.financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan.

Sumber : www.edusaham.com

Gambar 2.1

Proses Terjadinya Financial Distress

(31)

Berdasarkan data yang diperoleh dari www.edusaham.com, seperti pada gambar 2.1. proses terjadinya financial distress dimulai dari terjadinya early inpairment, deterioration of performance, cash flow problem, failure, default, insolvency hingga terjadinya bankruptcy.

2.1.1.2 Memprediksi Financial Distress

Rumus Z-score untuk memprediksi kebangkrutan dikembangkan pada tahun 1968 oleh seorang ekonom keuangan Edward I. Altman, yang pertama sekali dibuat untuk dunia perbankan. Z-skor digunakan untuk memprediksi default perusahaan dan ukuran kontrol yang mudah dihitung untuk status kesulitan keuangan perusahaan dalam studi akademis. Menurut Altman (1973), Altman Z- score adalah salah satu model prediksi paling dikenal yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan yang akan terjadi pada sebuah perusahaan. Model Altman z-score merupakan indikator untuk mengukur potensi kebangkrutan suatu perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

Model kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa negara. Altman (1983,1984) melakukan survey model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swis, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Perancis. Salah satu masalah yang bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan untuk semua negara, ataukah mempunyai kekhususan. Nilai Z-Score yang dikembangkan Altman, yaitu: Z = 1,2 X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5.

Altman kemudian mengembangkan model alternatif untuk dapat digunakan oleh

(32)

19

perusahaan manufaktur, persamaan yang diperoleh adalah:

Z = 0,717Xl + 0,847X2 + 3,l07X3 + 0,420X4 + 0,998X5. Model Altman Z-score tersebut mempunyai kemampuan prediksi yang cukup baik yaitu (95% benar atau 63 benar dari 66 sampel).

Setelah mengalami beberapa pengembangan model Altman Z-score, ada tiga macam model prediksi Altman yang digunakan saat ini, model pertama digunakan untuk memprediksi perusahaan manufaktur pribadi yang belum go public, model yang kedua digunakan untuk memprediksi perusahaan manufaktur yang telah go public, dan model ketiga digunakan untuk perusahaan bukan manufaktur. Dengan berdasarkan penelitian analisa diskriminan, Altman melakukan penelitian untuk mengembangkan model baru untuk memprediksikan kebangkrutan perusahaan. Model yang dinamakan z-score dalam bentuk aslinya adalah model linier dengan rasio keuangan yang diberi bobot untuk memaksimalkan kemampuan model tersebut dalam memprediksi. Model ini pada dasarnya hendak mencari nilai “Z” yaitu nilai yang menunjukkan kondisi perusahaan, apakah dalam keadaan sehat atau tidak dan menunjukkan kinerja perusahaan yang sekaligus merefleksikan prospek perusahaan dimasa mendatang.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan model untuk memprediksi perusahaan manufaktur yang telah go public, persamaannya sebagai berikut

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Keterangan:

X1= Modal kerja terhadap total aset (Working Capital to Total Assets).

(33)

X2= Laba yang ditahan terhadap total aset (Retained Earnings to Total Assets).

X3= Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total aset (Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets).

X4= Nilai pasar modal terhadap nilai buku hutang (market Value of Equity to Book Value of Total Debt).

X5 = Penjualan terhadap total aset (Sales to Total Assets).

Klasifikasi perusahaan yang sehat dan Tidak Sehat didasarkan pada nilai Z-score model Altman Modifikasi yaitu:

a. Jika nilai Z > 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat.

b. Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan tidak sehat (mengalami financial Distress )

Menurut Sari (2016), adapun dasar menggunakan model Altman Z-score karena Altman Z-score merupakan salah satu model prediksi yang popular digunakan pada penelitian tentang kebangkrutan, prediksi yang dihasilkan model ini sangat tinggi sebesar 95%. Model ini menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis (MDA). Dasar pemikiran Altman menggunakan analisa diskriminan untuk mengatasi kekurangan dari analisa beberapa rasio maka perlu kombinasikan berbagai rasio agar menjadi suatu model prediksi yang berarti.

Model Altman Z-score tidak hanya digunakan pada perusahaan swasta tetapi juga digunakan oleh Kementrian Keuangan untuk mendeteksi kesehatan Badan Usaha

(34)

21

2.1.2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan. Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Kasmir (2017), Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Menurut Hery (2018), Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi para penggunanya, terutama dalam rangka pengambilan keputusan. Laporan keungan akan menjadi lebih bermanfaat apabila informasi yang terjandung dalam laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang melalui suatu proses perbandingan, evaluasi, dan analisis trend. Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk "membedah" laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya dan menelaah masing-masing dari unsur-unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik atas laporan keuangan itu sendiri. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu analis dalam menginterpretasikan berbagai hubungan kunci antar pos laporan keuangan, serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam menilai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang.

(35)

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan- catatan dan bagian integral dari laporan keuangan. Seluruh laporan keuangan pada dasarnya adalah dokumen historis. Laporan tersebut menjelaskan apa yang telah terjadi selama periode waktu tertentu. Padahal, sebagian besar pengguna laporan keuangan berkepentingan terhadap sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Para pemegang saham berkepentingan terhadap future earning dan dividen. Manajer berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk mendanai ekspansi di masa depan. Meskipun fakta menunjukkan bahwa laporan keuangan adalah dokumen historis, laporan tersebut juga masih memberikan informasi yang bernilai untuk memecahkan masalah masalah tersebut.

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan

Menurut Ikhwani dan Marwati (2018) analisis rasio merupakan suatu teknik analisis yang menggambarkan hubungan antara satu pos dengan pos-pos lainnya yang terdapat dalam laporan keuangan. Analisis rasio menjelaskan dan memberikan gambaran dan posisi keuangan suatu perusahaan.

Menurut Muflihah (2017) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos-pos tersebut. Dengan penyederhanaan ini pemakai laporan keuangan dapat menilai

(36)

23

secara cepat hubungan antara pos-pos tersebut dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga dapat diperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Maka dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah proses pengamatan indeks yang berhubungan dengan akuntansi pada laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas dengan tujuan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan bisnis.

Pengelompokan rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Sawir (2005) menyatakan Rasio priftabilitas ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran tentang efektivitas manajemen perusahaan dan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Rasio profitabilitas yang umumnya digunakan adalah:

a. Return On Asset (ROA).

Rasio ini juga sering disebut sebagai rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan.

(37)

Rasio ini memberikan indikasi kepada kita tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya.

Semakin besar nilai rasio ini semakin baik karena berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total Asset

b. Return On Equity (ROE)

Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan darinvestasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham. ROE dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas

2. Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu entitas dalam menutupi kewajiban lancar perusahaan dengan memanfaatkan aktiva lancarnya. Perusahaan yang likuid biasanya memilki kinerja yang bagus dan akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan terjadinya financial distress. Untuk mampu mempertahankan agar perusahaan tetap dalam kondisi likuid, maka perusahaan

(38)

25

Rasio likuiditas yang digunakan adalah rasio lancar (current ratio) dan rasio cair (quick ratio). Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah rasio lancar current ratio.

a. Current ratio

Current ratio (rasio lancar ) yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.

Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas, namun sebaliknya apabila rasio lancarnya terlalu besar menunjukkan bahwa pengelolaan aktiva lancar kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Current ratio = aktiva lancar

hutang lancar

3. Rasio Solvabilitas (Leverage)

Rasio Solvabilitas ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Rasio-rasio solvabilitas yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt to Asset Ratio atau disebut juga leverage atau debt ratio. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Nilai rasio yang tinggi

(39)

menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. DAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

DAR = Total Hutang Total Aktiv

b. Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR).

Current Liabilities to Assets Ratio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi hutang lancar dengan menggunakan keseluruhan aktiva yang dimilikinya. CLAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CLAR = Hutang Lancar Total Aktiva c. Debt to Equity Ratio (DER)

debt to equity ratio sebagai ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Adapun rumus debt to equity ratio:

DER = Total Hutang Total Modal

2.2. Penelitian Terdahulu

Telaah terhadap penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan yang dapat memperjelas pembahasan. Studi Peristiwa Financial Distress umumnya menaruh perhatian pada perubahan rasio-rasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan.

(40)

27

Peristiwa Financial Distress yang diteliti oleh Alifiah dan Tahir (2019) pada Companies in the Manufacturing Sector in Bursa Malaysia dengan variabel total assets turnover ratio, current ratio, net income to total assets ratio and money supply, memberikan pengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Kamaluddin, Ishak dan Mohammed (2019) juga menganalisis peristiwa Financial Distress pada industrial and consumer product companies in Bursa Malaysia. Hal yang sama juga dilakukan oleh Shilpa dan Amulya (2017) Analysis Financial Distress of Indian Automobile Industry dengan menggunakan variabel working capital/total assets, retained earnings/total assets, earnings before interest and taxes/total assets, market value equity/book value of total liabilities, sales/total assets.Hillary, Nyang’au dan Ngacho (2018) menganalisis financial distress pada sektor Manufacturing Firms Listed in Nairobi Securities Exchange dengan menggunakan variabel Financial Performance.

Penelitian-penelitian mengenai Financial distress di Bursa Efek juga pernah dilakukan di Indonesia. Rahayu dan Sopian (2016) pada perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi Financial distress. Sulistyani dan Ismanto (2017) melakukan penelitian terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI dengan menggunakan variabel Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Pasar. Hasil penelitian hanya Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap Financial distress. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Carolina, Elyzabet dan Pratama (2017) Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Sirait (2016)

(41)

menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi kondisi Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan variable CR, QR, WCTA, TDA, NPM, ROE. Penelitian terdahulu secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1 Wiwin

Putri Rahayu dan Dani Sopian (2016)

Pengaruh rasio keuangan dan ukuran perusahaan terhadap financial distress pada perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia.

Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan likuiditas, leverage, sales growth, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Sedangkan secara parsial likuiditas, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap financial distress. Dan sales growth

berpengaruh positif signifikan terhadap financial distress.

(42)

29

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 2 Jakaria Imam

Shidiq dan Khairunnisa (2018)

Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, Dan Rasio

Pertumbuhan Terhadap Financial Distress Menggunakan Metode Altman Z-Score Pada

Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, Dan Rasio Pertumbuhan

Hasil penelitian ini menunjukkan secara simultan

menunjukkan bahwa current ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, dan net income to total assets growth berpengaruh secara signifikan terhadap financial distress.

Secara parsial current ratio memiliki

pengaruh signifikan pada financial distress. Sedangkan variabel debt to equity ratio, total assets turnover, dan net income to total assets growth tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap financial distress.

3 Dewi, Jack dan Tumpal (2017)

Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Sub Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di BEI

Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover Ratio, Operating Profit Margin dan Net Profit Margin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover Ratio, Operating Profit Margin dan Net Profit Margin secara simultan berpengaruh terhadap Financial Distress. Secara parsial CR, DR, Total Asset Turnover Ratio, Operating Profit Margin dan NPM berpengaruh terhadap FD.

(43)

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 4 Sarida Sirait

(2016)

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

variable CR, QR, WCTA, TDA, NPM, ROE.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CR, QR, dan NPM tidak

berpengaruh signifikan terhadap financial distress sedangkan WCTA, TDA, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress.

5 Rusdy (2011) Analisis Rasio

Keuangan Dalam Memprediksi Kesehatan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Yang Terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

variabel GPM, NPM, ROA, CR, Cash Ratio, CATA, TATO, DAR, CLAR, PPM, dan CTTOR.

terdapat 6 (enam) rasio keuangan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi kesehatan perusahaan. Rasio- rasio tersebut adalah ROA, Curent Ratio, Cash Ratio,DAR, CLAR, dan Pretax Profit Margin.

6 Osoro Kombo Hillary, Dr.

Andrew Nyang’au, Prof.

Christopher Ngacho (2018)

Effects of Financial Distress on Financial Performance of Manufacturing Firms Listed in Nairobi

Securities Exchange.

Financial Performance

The study found that the changes in solvency and financial health change predicted financial

performance of firms listed at NSE was attributed to financial distress.

(44)

31

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 7 Amrizah

Kamaluddin, Norhafizah Ishak & Nor Farizal Mohammed (2019)

Financial Distress Prediction Through Cash Flow Ratios Analysis in companies, with industrial and consumer product companies in Bursa Malaysia

The liquidity ratio, solvency ratio, efficiency ratio and

profitability ratio .

The findings show mixed relationships between solvency ratio and financial distress and a negative significant relationship between profitability ratio and financial distress, whilst efficiency ratio has no relationship with the financial distress. These results suggest that cash flow ratios are reliable tools to predict financial distress for

Malaysian context.

8 Mohd Norfian Alifiah, Muhammad Sohail Tahir (2019)

Macroeconomic Variables and the Prediction of Financial

Distress Companies in the

Manufacturing Sector in Malaysia.

total assets turnover ratio, current ratio, net income to total assets ratio and money supply (M2)

The findings from the internal validation showed that the prediction model provided a more than 50% chance that the model is accurate. In addition, the findings from the external validation also showed that the model might be able to be used outside the time period that the model was estimated because the overall percentage accuracy were more than 50%

for five years before distress.

(45)

2.3. Resume Landasan Teori

Dari hasil penelitian yang telah ada beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaaa-perbedaan dari hasil penelitian. Perbedaan penelitian ini yaitu mencoba untuk meneliti ketidakkonsistenan dari variabel independent (Rasio Keuangan) terhadap variabel dependen ( Financial Distress) dari hasil penelitian terdahulu. Variabel independent tersebut adalah: Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE),Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) dan Debt to Equity Ratio (DER). Selain itu perbedaan penelitian ini adalah tahun pengamatan yang perbeda-beda.

2.4. Kerangka Konseptual

Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan sebuah perusahaan adalah untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan. Carolina (2017) menyatakan financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.

Dalam kerangka pemikiran ini dapat menjelaskan bagaimana pengaruh variable Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Current ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap kondisi financial distress Perusahaan sub sektor perkebunan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

(46)

33

Penelitian-penelitian mengenai Financial distress di Bursa Efek juga pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Rahayu dan Sopian (2016) pada perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi Financial distress. Sulistyani dan Ismanto (2017) melakukan penelitian terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI dengan menggunakan variabel Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Pasar. Hasil penelitian hanya Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap Financial distress. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Dewi, Jack dan Tumpal (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover Ratio, Operating Profit Margin dan Net Profit Margin secara simultan berpengaruh terhadap Financial Distress. Secara parsial Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover Ratio, Operating Profit Margin dan Net Profit Margin berpengaruh terhadap Financial Distress. Penelitian yang dilakukan oleh Sirait (2016) menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi kondisi Financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dengan variable CR, QR, WCTA, TDA, NPM, ROE. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CR, QR, dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress sedangkan WCTA, TDA, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress.

Peristiwa Financial Distress yang diteliti oleh Alifiah dan Tahir (2019) pada Companies in the Manufacturing Sector in Bursa Malaysia dengan variabel total assets turnover ratio, current ratio, net income to total assets ratio and

(47)

money supply, memberikan pengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Rusdy (2011) juga menganalisis peristiwa Financial Distress hasilnya menunjukkan terdapat 6 (enam) rasio keuangan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi kesehatan perusahaan. Rasio-rasio tersebut adalah Return on Assets, Curent Ratio, Cash Ratio, Debt Assets Ratio, Current Liabilities to Assets Ratio, dan Pretax Profit Margin.. Hal yang sama juga dilakukan oleh Shilpa dan Amulya (2017) Analysis Financial Distress of Indian Automobile Industry dengan menggunakan variabel working capital/total assets, retained earnings/total assets, earnings before interest and taxes/total assets, market value equity/book value of total liabilities, sales/total assets.

Berdasarkan pada uraian teori yang telah dikemukakan serta permasalahan yang ada, maka perlu dibuat suatu kerangka konseptual penelitian.

Gambar 2.2.

Kerangka Konseptual ROA (X1)

ROE (X2) CR (X3)

CLAR (X5) DAR (X4)

Financial Distress

DER (X6)

(48)

35

2.5. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan yang memerlukan pengujian. Berdasarkan kerangka konsep dan rumusan masalah dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini, sebagai berikut :

H1 : Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Distress

H2 : Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Distress

H3 : Current ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Distress

H4 : Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Distress

H5 : Current Liabilities to Assets Ratio (CLAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Distress

H6 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Financial Distress

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti hubungan sebab-akibat (hubungan kausal) antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI dengan akhir tahun pembukuan pada tanggal 31 Desember 2010 sampai dengan 31 Desember 2018. Sumber data dapat diperoleh dari www.idx.co.id dan www.ticmi.co.id

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id. waktu penelitian dimulai bulan juni 2020 sampai dengan agustus 2020.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Untuk menganalisis permasalahan penelitian maka populasi yang menjadi

(50)

37

terdaftar di BEI sejak tahun 2010 sampai dengan 2018 yang berjumlah 18 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari,

Tabel 3.1 Populasi

No Kode Nama Emiten Subsektor Tanggal IPO

1 AALI Astra Agro Lestari Tbk Perkebunan 09 Desember 1997 2 ANDI Andira Agro Tbk Perkebunan 16 Agustus 2018 3 ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk Perkebunan 08 Mei 2010 4 BWPT Eagle High Plantation Tbk Perkebunan 27 Oktober 2009 5 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk Perkebunan 14 Juni 2013 6 GOLL Golden Plantation Tbk Perkebunan 23 Desember 2014 7 GZCO Gozco Plantation Tbk Perkebunan 15 Mei 2008 8 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk Perkebunan 30 Mei 2011 9 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk Perkebunan 05 Juli 1996 10 MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk Perkebunan 16 Januari 2013 11 MGRO Mahkota Group Tbk Perkebunan 12 Juli 2018 12 PALM Provident Agro Tbk Perkebunan 08 Oktober 2012 13 SGRO Sampoerna Agro Tbk Perkebunan 18 Juni 2007 14 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk Perkebunan 09 Juni 2009

15 SMAR Smart Tbk Perkebunan 20 November 1992

16 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk Perkebunan 12 Desember 2013 17 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk Perkebunan 14 Februari 2000 18 UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk Perkebunan 06 Maret 1990 Sumber: www.idx.co.id.

3.3.2. Sampel

Sehubungan dengan populasi yang terlalu luas, maka analisis dilakukan berdasakan sampel dengan pemilihan sampel ditentukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria untuk dipilih menjadi sampel adalah :

Gambar

Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu  No  Peneliti  (Tahun)  Judul  Penelitian  Variabel  Penelitian  Hasil Penelitian  1  Wiwin  Putri  Rahayu dan  Dani  Sopian  (2016)  Pengaruh rasio  keuangan  dan ukuran perusahaan terhadap   financial  distress  pada  per
Gambar 2.2.   Kerangka Konseptual ROA (X1)ROE (X2)CR (X3)CLAR (X5)DAR (X4) Financial DistressDER (X6)
Tabel 3.1  Populasi
Tabel 3.2  Sampel
+2

Referensi

Dokumen terkait

are not able to acknowledge in writing to the “Pengawal Perumahan” and confirmed as abandoned project by the Ministry of Housing and Local Government.. under section

Bagi peserta pelelangan yang merasa keberatan atas hasil pelelangan tersebut diatas diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara on line melalui portal LPSE Provinsi

bahwa untuk optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi riset budidaya rumput laut di bidang sumber daya, biologi, ekologi, bioteknologi, serta lingkungan, dan adanya perubahan

kelompok responden relaksasi aromaterapi bunga mawar dari nyeri sedang (skala 5) menjadi nyeri ringan (skala 0,9). 3) Aromaterapi bunga mawar lebih efektif dalam

jelas, meliputi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi seperti menstruasi, mimpi basah dll, pengetahuan tentang reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu usia

1) Programming learning platform helps the students to learn basic java programming by using heuristic method where the students have to solve all of the problems that the

Bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah. kebakaran hutan dan lahan di beberapa lokasi khususnya di

Semakin tinggi intensi turnover pada karyawan maka semakin rendah OCB yang dilakukan. Hal ini terjadi karena karyawan