• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Menurut Sam’s (2010: 33) hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Hasil belajar sebagai perubahan dalam kapabilitas (kemampuan tertentu) sebagai akibat belajar, maka jenkins dan Unwin (Uno,2007: 17) menyatakan bahwa hasil akhir dari kegiatan belajar adalah apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil belajarnya. Hal ini serupa dengan pengertian Gagne (Uno, 2007: 17) yaitu siswa yang mampu mengerjakan sesuatu sebagai hasil belajar tentulah akibat kapabilitasnya. Berdasarkan pengertian Gagne serta jenkins dan Unwin, dapat diartikan bahwa hasil belajar merupakan pengalaman- pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan- kemampuan tertentu. Hasil belajar juga merupakan kemampuan untuk mencapai perubahan-perubahan dalam dalam jiwa seseorang seperti memperoleh pengertian tentang bahasa, bersikap susila dan lain sebagainya (Ahmadi, 1991: 14).

Berdasarkan data-data yang diperoleh dalam penelitian operasi hitung pembagian, maka diketahui bahwa penggunaan metode kooperatif tipe TGT pada pembelajaran operasi hitung pembagian dapat

siswa dapat belajar dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-5 siswa secara heterogen. Pengunaan kelompok- kelompok ini membantu siswa dalam proses pembelajaran serta dapat menyelesikan masalah yang diberikan oleh guru.

Proses pembelajaran matematika pada siswa kelas III melalui metode kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung pembagian. Berdasarkan hasil evaluasi dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa sudah banyak siswa yang mencapai indikator keberhasilan yakni:

a. Secara individu

Siswa diharapakan dapat mencapai skor ≥ 70 pada materi operasi hitung pembagian.

b. Secara Klasikal

Presentase sebanyak 80% dari total siswa dalam satu kelas mendapat nilai≥ 70.

Melalui sistem belajar dalam tim, siswa terbantu dalam memahami materi operasi hitung pembagian, dapat menjawab soal dalam game, dan dapat mengerjakan soal evalusi dengan baik serta menuntun siswa menuju keberhasilan dalam belajarnya. Setelah melakukan penelitian tindakan kelas mulai dari siklus I dan siklus II dapat diperoleh data nilai matematika operasi hitung pembagian melalui metode kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

1. Siklus I

Siklus I melalui penerapan metode kooperatif tipe TGT berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa didapat rata-rata keaktifan adalah 2,3. Siswa mencapai KKM yang telah ditentukan yakni ≥ 70 sebanyak 6 siswa atau 37,5% dan terdapat 10 siswa atau 62,5% yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Nilai rata-rata adalah 55,9 dengan perolehan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah adalah 15. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II yakni guru lebih maksimal dalam memperhatikan dan membimbing siswa terutama 10 siswa yang belum tuntas. Mengarahkan siswa dalam kelompok diskusi untuk membantu temannya yang belum paham tentang materi yang di ajarkan sehingga siswa benar-benar paham dan ada peningkatan hasil belajar pada siklus II.

2. Siklus II

Siklus II melalui penerapan metode kooperatif tipe TGT berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa didapat rata-rata 3,2. Siswa mencapai KKM yang telah ditentukan yakni ≥ 70 sebanyak 14 siswa atau 87,5% dan terdapat 2 siswa atau 12,5% yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Nilai rata-rata adalah 74,4 dengan perolehan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah adalah 50. Sisa 2 siswa yang masih belum tuntas atau belum memenuhi KKM tetap diperhatikan dengan

lagi terutama pada operasi hitung pembagian. Peneliti dalam hal ini tidak lantas lepas tangan akan tetapi meminta bantuan kepada guru kelas III untuk membantu mengawasi kegiatan belajar 2 siswa tersebut agar hasil belajar matematika terutama operasi hitung pembagian meningkat.

3. Data ketuntasan siswa yang mencapai nilai KKM per Siklus

Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Siklus I dan Siklus II Kriteria Siklus I Siklus II

Jumlah siswa Persen % Jumlah siswa Persen %

Tuntas 6 37,5 14 87,5

Tidak tuntas 10 62,5 2 12,5

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Nilai Matematika Siswa Per Siklus

Uraian di atas menggambarkan kondisi siswa dari siklus I ke siklus 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Siklus I Siklus II Tidak Tuntas Tuntas

dari 16 siswa. Siklus II dengan rata-rata keaktifan 3,2 terdapat 14 siswa dari 16 siswa. Dilihat dari hasil tersebut bahwa metode kooperatif tipe TGT baik digunakan untuk siswa yang belum tuntas maupun siswa yang sudah tuntas. Pembelajaran yang dilakukan menunjukan bahwa hasil belajar siswa meningkat karena sudah banyak siswa yang mencapai indikator keberhasilan.

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT membutuhkan partisipasi dan kerjasama siswa. Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (Hamruni, 2011: 120) adalah salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok. Slavin mengemukakan dua alasan mengapa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.

Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Selain dapat memotivasi siswa, metode kooperatif tipe TGT memiliki dimensi kegembiraan karena menggunakan permainan-permainan, ini yang membedakan TGT dengan model kooperatif lainnya. Sependapat

bahwa siswa kelas III SDN Candigaron 02 juga antusias terhadap pembelajaran kooperatif. Buktinya hasil belajar mengalami peningkatan, mereka terlatih untuk bekerjasama dalam kelompok serta mereka tidak canggung dengan perbedaan yang ada pada kelompoknya. Mereka berusaha memecahkan masalah yang ada dalam kelompok, seperti pada siklus I mereka memecahkan masalah bagaimana menghitung pembagian dengan cara pengurangan berulang, membuat tabel pembagian, dan lain sebagainya. Usaha pemecahan masalah pada siklus I ini belum berhasil karena siswa belum terbiasa dalam memecahkan masalah dalam kelompok. Selanjutnya pada siklus II, siswa berusaha memecahkan masalah yang diberikan guru, yakni bagaimana menyesesaikan pembagian dengan cara bersusun. Pembelajaran pada siklus II ini memang sedikit sulit akan tetapi siswa begitu antusias belajar dengan metode kooperatif tipe TGT ini, guru berusaha membimbing siswa bagaimana menyelesaikan masalah yang ada dalam kelompok. Usaha pemecahan pada siklus II ini mengalami perubahan yang lebih baik dibandingkan pada siklus I, sehingga berakibat pada hasil belajar siswa selama pembelajaran menghitung pembagian dengan cara bersusun.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih menekankan pada aktivitas dan kerjasama siswa dalam kegiatan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN Candigaron 02 semester I tahun pelajaran 2014/2015.

Dokumen terkait