BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling angkatan 2010
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang diperoleh
peneliti, tampak perilaku dan pernyataan yang mengidentifikasikan
bahwa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 memiliki self-efficacy
rendah. Namun hasil penelitian yang tergambar dalam tabel, terdapat
11 mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy dalam kategori sangat
tinggi. Terdapat 28 mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy dalam
kategori tinggi. Terdapat 1 mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy
dalam kategori sedang. Sedangkan tidak terdapat mahasiswa yang
berada dalam kategori self-efficacy rendah dan sangat rendah.
Berdasarkan paparan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 memiliki
self-efficacy yang tinggi dan sebagian kecil memiliki self-efficacy yang
sedang.
Tingkat tinggi atau rendah self-efficacy yang di miliki
seseorang tergantung pada dimensi self-efficacy Bandura (1997). Tiga
dimensi self-efficacy pada mahasiswa yang menyusun skripsi dapat di
merupakan tingkat keyakinan individu akan derajat kesulitan tugas.
Maksudnya adalah tingkat keyakinan individu akan derajat kesulitan
dari skripsi dan tuntutan selama mengerjakan skripsi.
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
kemungkinan mempunyai level yang tinggi dalam menyusun skripsi.
Mahasiswa mampu menilai hambatan-hambatan dalam menyelesaikan
skripsi, mengetahui hambatan-hambatan dan tantangan yang dihadapi
dalam menyelesaikan skripsi, dapat mengatur motivasi dan aktivitas
belajar untuk dapat mempunyai keterampilan dalam menyelesaikan
skripsi, sehingga mahasiswa dapat menentukan minat dan target dalam
menyelesaikan skripsi.
Dimensi kedua adalah kekuatan atau strength. Mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki strength yang
tinggi dalam menyusun skripsi yakin memiliki kompetensi yang
dibutuhkan dalam mengerjakan skripsi, mempunyai konsistensi dalam
menyusun skripsi, mahasiswa yakin dapat memfokuskan dirinya untuk
menyelesaikan skripsinya, dengan yakin memiliki konsistensi yang
tinggi dalam menyusun skripsi, mahasiswa yakin dapat meningkatkan
usaha-usahanya ketika ia mengalami kegagalan atau ketika mengalami
kesulitan dalam menyusun skripsi.
Dimensi terakhir adalah Generality yang dapat mengukur
tugas-tugas dan pengalam-pengalaman sebelumnya untuk dijadikan
sebagai suatu pengalaman yang dapat membantu ketika menyusun
skripsi saat ini. Kemungkinan mahasiswa yang mempunyai Generality
tinggi dalam menyusun skripsi dapat menggeneralisasikan
pengalaman-pengalaman menyelesaikan tugas yang terdahulu sebagai
pengalaman yang dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi.
Mahasiswa dapat menjadikan cara-cara atau strategi-strategi
menyelesaikan tugas masa lalu untuk diterapkan di dalam menyusun
skripsi, sehingga dalam menyusun skripsi mempunyai strategi-strategi
yang dapat memperlancar dalam menyusun skripsi. Walaupun
pengalaman masa lalu dalam menyelesaikan tugas mengalami
kegagalan, tidak menjadikan pengalaman menyelesaikan tugas tersebut
sebagai hambatan, namun menjadi pengalaman untuk mengkoreksi
cara-cara atau strategi-strategi tersebut agar lebih baik dan dapat
memperlancar proses penyusunan skripsi.
Tinggi atau rendahnya self-efficacy juga dipengaruhi oleh
beberapa proses psikologis. Menurut Bandura (1997) ada beberapa
proses psikologis dalam self-efficacy. Proses tersebut adalah kognitif
yang merupakan proses berpikir, motivasi yang merupakan dorongan
bagi diri untuk mengarahkan tindakan, afeksi yaitu proses pengaturan
kondisi emosi dan reaksi emosional, dan seleksi yaitu kemampuan
memilih aktivitas dan situasi tertentu yang turut mempengaruhi efek
Pertama adalah proses kognitif. Proses kognitif merupakan
proses berpikir, di dalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian,
dan penggunaan informasi, dimana tindakan individu bermula dari
sesuatu yang dipikirkan terlebih dahulu. Mahasiswa membayangkan
keberhasilan yang akan dicapainya jika menyelesaikan penulisan
skripsi tepat waktu tanpa mengulur-ulur. Hal ini akan terlihat dari
perilaku yang ditunjukkan melalui berbagai bentuk usaha untuk
mencapai keberhasilan tersebut. Usaha-usaha dari beberapa mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 terlihat dari
cara mereka yang aktif bertanya ke dosen pembimbing, berkumpul di
kampus dengan beberapa teman-teman yang dapat diajak berdiskusi,
dan mencari reverensi di perpustakaan serta sumber media lainnya.
Harapan keberhasilan yang dicapai misalnya saja orangtua
akan merasa bangga jika dapat menyelesaikan penulisan skripsi tepat
waktu dan mereka juga sesegera mungkin dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya maupun bekerja di instansi yang
diinginkan. Hal tersebut semakin diperkuat dengan keyakinan individu
dalam menggunakan kemampuannya sebagai skill yang dapat
dikembangkan dalam situasi yang dihadapi. Mahasiswa yang
mengalami peningkatan self-efficacy karena proses kognitif akan yakin
dengan sepenuh hati dan usaha yang telah dilakukan bahwa dia mampu
menyelesaikan skripsi sesuai dengan taget yang ditentukan sehingga
Menurut Bandura (1997) peran self-efficacy sebagai
mekanisme kognitif memunculkan fungsi kontrol individu dalam
bereaksi terhadap stress. Individu yang yakin dengan kemampuannya
mengontrol stress secara efektif cenderung tidak gelisah. Hal ini berarti
bahwa self-efficacy berpengaruh pada emosi individu, yang
berimplikasi pula pada kemampuannya menghadapi stresor. Dalam
proses motivasi dan afeksi saling berkaitan erat karena berpengaruh
pada keyakinan individu akan coping (pengentasan masalah)
khususnya dalam proses penyelesaian skripsi. Mahasiswa
membutuhkan orang yang dapat menjadi model bagi dirinya yang turut
mempengaruhi level stres dan depresi. Saat mahasiswa berada pada
situasi yang sulit seperti tantangan yang sedang atau akan dihadapi saat
proses penyelesaian skripsi kondisi emosi akan berubah-ubah. Maka ia
membutuhkan motivasi yang lebih sebagai dorongan bagi diri mereka
sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran
sebelumnya.
Menurut Bandura, ada tiga teori yang menjelaskan tentang
proses motivasi. Teori pertama adalah causal attributions (atribusi
penyebab). Teori ini fokus pada sebab-sebab yang mempengaruhi
motivasi, usaha, dan reaksi-reaksi individu.. Bagi mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 sebab yang
mempengaruhi motivasi dan usaha ada bermacam-macam seperti
semangat, dan kemampuan intelegen. Kemungkinan mahasiswa yang
memiliki self-efficacy tinggi bila mengahadapi kegagalan cenderung
menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak
cukup memadai dan mereka akan meningkatkan lagi usaha untuk
mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi. Teori
kedua, outcomes experience (harapan akan hasil), yang menyatakan
bahwa motivasi dibentuk melalui harapan-harapan. Seperti yang
dijelaskan di awal paragraf bahwa sebagian besar mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 memiliki self-efficacy
tinggi karena memiliki pikiran akan keberhasilan yang berakhir pada
usaha. Biasanya mereka akan berperilaku sesuai dengan keyakinan
mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan. Hal ini berkaitan
dengan goal theory (teori tujuan). Teori tujuan menyatakan dimana
dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan
motivasi.
Proses selanjutnya yaitu proses seleksi. Seleksi yang
dimaksudkan adalah kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan
situasi tertentu yang turut mempengaruhi efek dari suatu kejadian.
Mahasiswa yang percaya akan kemampuannya untuk mengontrol
situasi, cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Mahasiswa
yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami
level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka,
membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil. Pada
penelitian ini mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
angkatan 2010 sebagian besar mungkin mampu mengontrol situasi
sehingga memiliki self-efficacy tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban
butir item di kuesioner self-efficacy. Misalnya saja pada butir nomor
68 yang berisi pernyataan “Saya mengabaikan emosi-emosi negatif
yang dapat menghambat dalam mengerjakan skripsi.” Pada butir ini sebagian mahasiswa menjawab sangat setuju. Hal ini menjadi indikasi
bahwa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling dapat
mengontrol emosi-emosi negatif yang dapat menggangu proses
penyelesaian skripsi. Ini menunjukkan juga bahwa mahasiswa
memiliki self-efficacy yang tinggi.
2. Butir pengukuran self-efficacy yang rendah kemunculannya
Berdasarkan analisis skor item pengukuran self-efficacy
terdapat 24 item yang tergolong kategori sangat tinggi, 31 item yang
tergolong kategori tinggi, 3 item yang tergolong kategori sedang, dan
tidak terdapat item yang tergolong rendah dan sangat rendah. 3 item
yang tergolong kategori sedang yaitu item dengan pernyataan “saya
menunda mengerjakan revisi skripsi, saat waktu kosong saya lebih
memilih main bersama teman-teman dari pada mengerjakan skripsi,
saya sangat lambat mengerjakan skripsi di banding dengan
Ada dua aspek dalam self-efficacy yang berpengaruh terhadap
tinggi dan rendah self-efficacy yang dimiliki seseorang. Aspek tersebut
adalah keyakinan diri (efficacy belief atau efficacy expectation) dan
pengharapan hasil (outcome expectation). Dalam diri setiap mahasiswa
Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 memiliki kedua aspek ini
untuk menentukan tinggi atau rendah self-efficacy yang dimiliki.
Khusus dalam aspek keyakinan diri memiliki tiga sub aspek yaitu
tingkatan, keadaan umum dan kekuatan. Pada sub aspek tingkatan,
mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki
kewajiban untuk mengerjakan skripsi dan menyelesaikan tepat waktu.
Lalu jika dihubungkan dengan sub aspek keadaan umum maka dengan
kewajiban untuk mengerjakan skripsi berpengaruh pada tingkat
aktivitas serta perasaan yang akan berakhir pada apa yang akan
direncanakan kedepannya dalam kehidupan. Contoh hal yang
direncanakan seperti harapan, perasaan bahagia jika dapat
menyelesaikan tepat waktu, dan lainnya. Pada sub aspek ketiga yaitu
kekuatan. Kekuatan ini akan menjadi dasar bagi setiap mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 dalam
menentukan tingkat self-efficacy. Individu yang memiliki keyakinan
kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh dan berusaha untuk
mengenyampingkan kesulitan yang dihadapi.
Beberapa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
menyelesaikan skripsi, tidak dapat mengetahui hambatan-hambatan
dan tantangan yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi sehingga
keyakinan diri mereka berkurang. Selain itu, beberapa mahasiswa
menganggap pengalaman-pengalaman masa lalu dalam menyelesaikan
tugas sebagai hambatan, sehingga mahasiswa tersebut memperlambat
dalam menyelesaikan skripsi, dan tidak memakai cara-cara atau
strategi pengalaman-pengalaman masa lalu dalam menyelesaikan tugas
untuk dipakai dalam menyusun skripsi, sehingga proses menyusun
skripsi terhambat. kemungkinan mereka cenderung menganggap
kegagalanya diakibatkan kemampuan mereka yang terbatas. Biasanya
mereka tidak mengerahkan diri untuk melakukan usaha yang lebih
untuk memperbaiki. Mereka lebih cenderung pasrah, dan tidak mencari
jalan keluar dari kegagalan yang dihadapi. Sebagai contoh, beberapa
mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010
ketika menghadapi dosen pembimbing lalu mendapatkan kritikan pada
proposal skripsi dan diminta untuk merevisi, mereka cenderung
menunda untuk merevisi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya motivasi
yang menyebabkan tidak ada usaha untuk sesegera mungkin merevisi
proposal skripsi.
Mahasiswa kemungkinan memiliki fungsi kontrol kurang baik
dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan sehingga
cenderung akan mengalami stress. Stress ini akan menghasilkan
yang dialami mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
adalah mahasiswa cenderung memperlambat proses mengerjakan
skripsi, mahasiswa malas melakukan bimbingan skripsi dan mahasiswa
menyerah dan tidak berusaha mencari jalan keluar dari situasi yang
mengakibatkan stress.