• Tidak ada hasil yang ditemukan

Self-efficacy mahasiswa dalam mengerjakan skripsi dan implikasinya terhadap upaya peningkatan self-efficacy : studi deskriptif pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Self-efficacy mahasiswa dalam mengerjakan skripsi dan implikasinya terhadap upaya peningkatan self-efficacy : studi deskriptif pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010 - USD Repository"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

i

SELF-EFFICACY MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP UPAYA PENINGKATAN SELF-EFFICACY

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

DisusunOleh:

Yohana Fransiska Dora Liwu NIM: 101114011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Aku telah belajar bahwa sukses bukan diukur dengan posisi yang dicapai seseorang di dalam hidupnya tetapi oleh hambatan yang telah diatasinya

ketika ia berusaha meraih sukses”

“Orang lain selalu melihat hal-hal yang ada dan berkata, Mengapa? Tetapi aku memimpikan hal yang tidak pernah ada dan berkata Mengapa tidak?”

Skripsi ini ku persembahkan bagi:

Tuhan Yesus Kristus,

Kedua orang tuaku,

Saudara-saudaraku,

Sahabat-sahabatku,

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

SELF-EFFICACY MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP UPAYA PENINGKATAN SELF-EFFICACY

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2010)

Yohana Fransiska Dora Liwu Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan tingkat self-efficacy mahasiswa dalam mengerjakan skripsi (2) mengidentifikasi item pengukuran self-efficacy yang tergolong sedang, rendah dan sangat rendah serta upaya untuk dapat membantu meningkatkan self-efficacy..

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 40 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner self-efficacy. Kuesioner disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek self-efficacy menurut Bandura (1997) dengan 70 pernyataan. Data dianalisis dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal) menurut Azwar (2007). Kategorisasi tingkat self-efficacy mahasiswa semester 8 angkatan 2010 Program Studi Bimbingan dan Konseling digolongkan menjadi 5 yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

(8)

viii

ABSTRACT

SELF-EFFICACY OF THE STUDENT IN THE PROCESS OF WRITING THESIS AND THE IMPLICATION TOWARD THE INCREASING OF SELF-EFFICACY

EFFORT

(Descriptive Study on Student of Guidance and Counselling Program of Sanata Dharma University 2010) measurement items of self-efficacy which are grouped into average, low and very low in order to help increasing the self-efficacy.

Samples of the research are 40 students of Guidance and Counselling Programs of Sanata Dharma University. Instrument of research is in a form of self-efficacy questionnaire and the questionnaire is made by the researcher based on aspects of self-efficacy according to Bandura (1997) with 70 statements. The data is analyzed using ordinal categorization according to Azwar (2007). The categorization

of student’s self-efficacy level is grouped into five levels, those are: very high, high, average, low and very low.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang di

limpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini

merupakan tugas akhir dalam masa studi di jenjang Universitas. Melalui penulisan

skripsi, penulis mendapatkan banyak pembelajaran serta pengalaman baru selama

prosesnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dan

berjalan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah

dengan setia mendampingi penulis. Oleh karena itu secara khusus penulis

mengucapkan terimakasih secara tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang telah memberikan ijin penelitian dan dukungan selama

penyelesaian skripsi.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang telah bersedia membantu dalam persiapan menjelang ujian

skripsi.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan dukungan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi.

4. Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah mengajarkan teori serta pengetahuan baru selama

proses perkuliahan.

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

(12)

xii

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. SELF-EFFICACY ... 8

1. Pengertian Self-efficacy ... 8

2. Proses Psikologis Dalam Self-efficacy ... 9

a. Proses Kognitif ... 9

b. Proses Motivasi ... 10

c. Proses Afeksi ... 11

d. Proses Seleksi ... 11

3. Aspek-aspek Self-efficacy ... 12

a. Tingkatan ... 13

b. Keadaan Umum ... 13

c. Kekuatan... 13

4. Karakteristik Individu yang Memiliki Self-efficacy Tinggi dan Self-efficacy Rendah ... 14

5. Faktor yang Mempengaruhi Self-efficacy ... 15

a. Pencapaian Kinerja (performance attainment) ... 15

b. Pengalaman Orang Lain (vicarious experience) ... 16

c. Persuasi Verbal (verbal persuasion) ... 17

d. Keadaan dan Reaksi Fisiologis (physiological state) ... 18

6. Fungsi Self-efficacy ... 18

(13)

xiii

b. Usaha yang Dilakukan dan Daya Tahan ... 20

c. Pola Berpikir dan Reaksi Emosi ... 21

B. Skripsi... 22

1. Definisi Skripsi ... 22

2. Syarat Penulisan Skripsi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 23

C. Mahasiswa ... 24

1. Definisi Mahasiswa ... 24

2. Ciri-ciri Mahasiswa ... 25

BAB III: METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Variabel Penelitian ... 27

C. Subyek Penelitian ... 28

D. Alat Pengumpul Data ... 29

E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 33

1. Validitas Kuesioner ... 33

2. Reliabilitas Kuesioner ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 36

1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data ... 36

2. Menentukan Kategori ... 37

G. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian ... 40

(14)

xiv

A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44

C. Upaya Meningkatkan Self-efficacy... 54

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan... 57

B. Saran-saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Skoring Kuesioner self-efficacy ... 31

Tabel 2: Kisi-kisi Kuesioner self-efficacy ... 32

Tabel 3: Rincian Item Valid dan Gugur Pada Kuesioner ... 34

Tabel 4: Kriteria Guilford ... 35

Tabel 5: Norma Kategorisasi... 37

Tabel 6: Hasil Analisis Data Skor Subyek ... 39

Tabel 7: Kategorisasi Tingkat Self-efficacy Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2010 Dalam Mengerjakan Skripsi ... 41

Tabel 8: Hasil Analisis Item Pengukuran Self-efficacy ... 44

(16)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1: Tingkat Self-efficacy Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

Lampiran 2: Tabulasi Pengolahan Data Kuesioner

Lampiran 3: Hasil Analisis Uji Validitas

Lampiran 4: Hasil Reliabilitas

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel.

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa umumnya berada pada masa dewasa awal dalam tahap

perkembangan manusia. Pada masa ini mereka memiliki kebutuhan yang

bisa memunculkan masalah dalam pemenuhannya. Masalah-masalah yang

umumnya dihadapi mahasiswa adalah masalah studi, hambatan ekonomi,

masalah keluarga, kesehatan dan hubungan dengan lawan jenis atau pacar.

Menurut penelitian Jung (1993) masalah akademis menunjukkan

persentase yang paling besar dibandingkan masalah yang lainnya.

Masalah akademik yang paling kompleks yang dirasakan

mahasiswa adalah menyusun skripsi. Saat mahasiswa telah menempuh

semester akhir dan telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya,

mahasiswa diwajibkan untuk membuat suatu karya ilmiah yaitu skripsi.

Bagi mahasiswa, penulisan skripsi merupakan tugas akhir yang sangat

membutuhkan motivasi belajar untuk menyelesaikannya. Menurut Danim

(1997) bentuk masalahnya adalah kesulitan merumuskan masalah secara

jelas, kesulitan dalam menemukan referensi yang up-to-date, penelusuran

pustaka yang tidak akurat, dan ketidaksesuaian antara permasalahan

(19)

mahasiswa dalam proses penyelesaian skripsi, selain keterampilan untuk

menemukan permasalahan yang menarik, kemampuan untuk memahami

teori, pemilihan metode penelitian yang tepat, mahasiswa juga dituntut

menulis laporan yang ilmiah. Menulis laporan ilmiah, menurut Dominice

dalam bukunya yang berjudul “Learning from our lives” merupakan

sebuah kewajiban rutin bagi seseorang yang menempuh pendidikan pada

jenjang universitas. Menulis laporan ilmiah dapat menimbulkan

kecemasan bagi kebanyakan mahasiswa, yang oleh Dominice disebut

writing anxiety. Hal ini bisa saja terjadi karena mahasiswa yang

bersangkutan merasa terbebani dengan tugas pembuatan skripsi yang akan

menjadi bahan evaluasi kelulusan.

Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi umumnya merasa

tegang dan tertekan jika tidak direspon secara proporsional bisa

memunculkan reaksi yang lebih parah seperti depresi. Depresi dirasakan

mahasiswa akibat dari tuntutan serta kurangnya usaha yang dilakukan

dalam mengatasi tututan yang dihadapi. Maka dari itu, mahasiswa tidak

bisa menyelesaikan studinya sesuai dengan target waktu yang telah

ditetapkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amalia Erit Rina

Fadillah yang berjudul Stres dan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa

menyatakan bahwa Stres pada mahasiswa Psikologi Universitas

Mulawarman Samarinda yang sedang menyusun skripsi termasuk pada

kategori stres tingkat tinggi. Hal ini disebabkan berbagai hambatan seperti

(20)

buku, lingkungan yang kurang kondusif dan adanya rasa lelah saat

menyusun skripsi dikarenakan terlalu lama menyusun skripsi. Menurut

wawancara peneliti dengan beberapa mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang sedang

mengerjakan skripsi menyatakan bahwa beberapa mahasiswa memiliki

perasaan yang berbeda-beda. Ada yang merasa bahwa skripsi sebagai

suatu hal yang memang harus dilewati sebagai bagian dari pendewasaan

diri, ada yang merasa bahwa skripsi adalah “momok” dan menyebabkan

ketakutan, ada pula yang berupaya mengerjakan secara cepat sehingga

dapat cepat terbebas dari beban yang ada, sampai ada yang terkesan seperti

“melarikan diri dari kenyataan.”

Terkait dengan pengerjaan skripsi, seringkali mahasiswa memiliki

persepsi bahwa dia tidak mampu untuk menyelesaikan tugas pembuatan

skripsinya, sehingga timbullah perasaan cemas. Persepsi atau keyakinan

terhadap diri yang tidak mampu ini berkaitan erat dengan tinggi atau

rendahnya tingkat self-efficacy mahasiswa tersebut. Self-efficacy adalah

penilaian seseorang tentang apa yang dapat dilakukan dengan ketrampilan

apapun yang dimilikinya sehingga nantinya akan berpengaruh pada cara

mengatasi situasi tersebut untuk mencapai tujuan tertentu dengan berhasil.

Penilaian atau perasaan itu berkaitan dengan kompetensi dan efektifitas

yang berakhir pada cara/usaha khususnya dalam mengerjakan skripsi.

Kecemasan dasar yang dialami oleh mahasiswa merupakan salah

(21)

timbulkan jika seseorang memiliki self-efficacy rendah antara lain adalah

menghindari tugas yang sulit, merasa tidak mampu, kurang berani

mengambil resiko, dan rentan mengalami gangguan emosional seperti

stress dan depresi. Oleh karena itu, berdasarkan keadaan nyata serta

wawancara, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

SELF-EFFICACY MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP UPAYA PENINGKATAN

SELF-EFFICACY (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2010).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui butir-butir self-efficacy yang

tergolong sedang, rendah dan sangat rendah sehingga dapat menjadi bahan

evaluasi diri maupun program studi melalui upaya untuk meningkatkan

self-efficacy mahasiswa dalam menghadapi skripsi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini

adalah:

1. Seberapa tinggi self-efficacy mahasiswa Bimbingan dan Konseling

angkatan 2010 dalam mengerjakan skripsi?

2. Berbagai upaya apa yang dapat membantu untuk meningkatkan

self-efficacy mahasiswa angkatan 2010 Bimbingan dan Konseling dalam

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan tingkat self-efficacy diri mahasiswa Bimbingan

dan Konseling angkatan 2010 dalam mengerjakan skripsi.

2. Merumuskan upaya yang bisa dilakukan untuk membantu

meningkatkan self-efficacy mahasiswa angkatan 2010 Program

Studi Bimbingan dan Konseling dalam mengerjakan skripsi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk menambah kekayaan

pengetahuan konseptual berkaitan dengan self-efficacy.

2. Manfaat praktis

a. Bagi subyek

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi

tentang tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 dalam mengerjakan

skripsi serta upaya untuk dapat meningkatkan self-efficacy.

b. Bagi program studi Bimbingan dan Konseling

Mengetahui sejauh mana tingkat self-efficacy mahasiswa

(23)

masukan upaya untuk meningkatkan self-efficacy yang masih

tergolong sedang, rendah, dan sangat rendah.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

berlatih melakukan penelitian deskriptif kuantitatif serta

melihat lebih jauh keadaan sebenarnya tentang tingkat

self-efficacy mahasiswa dalam mengerjakan skripsi khususnya

Program Studi Bimbingan dan konseling angkatan 2010.

E. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dari judul penelitian ini, maka

peneliti merasa perlu memberikan penegasan batasan istilah dalam judul,

yaitu:

1. Self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang apa yang dapat

dilakukan dengan ketrampilan dimilikinya dan akan berpengaruh

pada cara mengatasi situasi untuk mencapai tujuan tertentu dengan

berhasil. Penilaian atau perasaan itu berkaitan dengan kompetensi

dan efektifitas yang berakhir pada cara/usaha khususnya dalam

mengerjakan skripsi.

2. Skripsi adalah merupakan karangan ilmiah serta proses

pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan

analisisnya dalam mengkaji, menganalisis, memecahkan, dan

(24)

3. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma angkatan 2010 adalah individu yang sedang belajar

di perguruan tinggi dan memasuki masa transisi dimana mereka

menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan

(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memuat secara singkat tentang kajian pustaka relevan yang

mendasari bangunan konseptual penelitian ini yang meliputi: teori self-efficacy,

pengertian skripsi, dan hakikat mahasiswa.

A. Self-Efficacy

1. Pengertian Self-efficacy

Menurut Schultz (1991), self-efficacy adalah perasaan terhadap

kecukupan, efisiensi, dan kemampuan dalam mengatasi kehidupan.

Selanjutnya, Bandura (Salim, 2001) menyatakan bahwa self-efficacy

adalah keyakinan, persepsi, kekuatan untuk mempengaruhi perilaku bahwa

“aku bisa” untuk dapat mengatasi situasi dan menghasilkan hasil yang

positif lalu akan mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap

situasi dan kondisi tertentu. Papalia, Olds, dan Feldman (2009)

menyatakan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan seseorang bahwa ia

memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk meraih keberhasilan.

Selanjutnya, Feist dan Feist (2010) mengungkapkan bahwa self-efficacy

merupakan keyakinan individu bahwa ia mampu melakukan suatu

tindakan atau perilaku yang dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan

atau diinginkan dalam suatu situasi.

Panjares (Woolfolk, 2004) menambahkan bahwa self-efficacy

(26)

kompetensi untuk mengerjakan sebuah tugas spesifik. Woolfolk (2004)

juga menyebutkan bahwa self-efficacy adalah kepercayaan mengenai

kompetensi personal dalam sebuah situasi khusus. Berdasarkan pengertian

di atas, dapat disimpulkan bahwa Self-efficacy adalah penilaian seseorang

tentang apa yang dapat dilakukan dengan ketrampilan dimilikinya dan

akan berpengaruh pada cara mengatasi situasi untuk mencapai tujuan

tertentu dengan berhasil. Penilaian atau perasaan itu berkaitan dengan

kompetensi dan efektifitas yang berakhir pada cara/usaha khususnya

dalam mengerjakan skripsi.

2. Proses Psikologis Dalam Self-efficacy

Menurut Bandura (1997: 200), proses psikologis dalam

Self-efficacy yang turut berperan dalam diri manusia ada 4 yakni proses

kognitif, motivasional, afeksi dan proses pemilihan atau seleksi.

a. Proses Kognitif

Proses kognitif merupakan proses berpikir, di dalamya

termasuk pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi.

Kebanyakan tindakan manusia bermula dari sesuatu yang dipikirkan

terlebih dahulu. Individu yang memiliki Self-efficacy yang tinggi

lebih senang membayangkan kesuksesan. Sebaliknya individu yang

memiliki Self-efficacy rendah lebih banyak membayangkan kegagalan

(27)

tujuan personal dipengaruhi oleh penilaian kemampuan diri. Semakin

seseorang mempersepsikan dirinya mampu, individu yang

bersangkutan akan semakin membentuk usaha-usaha dalam mencapai

tujuannnya dan semakin kuat komitmen individu terhadap tujuannya

(Bandura, 1997).

b. Proses Motivasi

Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif.

Individu memberi motivasi/ dorongan bagi diri mereka sendiri dan

mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran

sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi

motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah

ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa

tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan

mereka dalam menghadapi kegagalan (Bandura, 1997). Menurut

Bandura (1997), ada tiga teori yang menjelaskan tentang proses

motivasi. Teori pertama adalah causal attributions (atribusi

penyebab). Teori ini fokus pada sebab-sebab yang mempengaruhi

motivasi, usaha, dan reaksi-reaksi individu. Individu yang memiliki

Self-efficacy tinggi bila menghadapi kegagalan cenderung

menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak

cukup memadai. Sebaliknya, individu yang Self-efficacy-nya rendah,

cenderung menganggap kegagalanya diakibatkan kemampuan mereka

(28)

Teori kedua, outcomes experience (harapan akan hasil), yang

menyatakan bahwa motivasi dibentuk melalui harapan-harapan.

Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka

tentang apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga, goal theory

(teori tujuan), dimana dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat

meningkatkan motivasi.

c. Proses Afeksi

Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan

reaksi emosional. Menurut Bandura (1997), keyakinan individu

akan coping mereka turut mempengaruhi level stres dan depresi

seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi

Self-efficacy tentang kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki

peranan penting dalam timbulnya kecemasaan.

Individu yang percaya akan kemampuannya untuk mengontrol

situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Individu

yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami

level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka,

memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman,

membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang

sebenarnya jarang terjadi (Bandura, 1997).

d. Proses Seleksi

Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi

(29)

cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang diluar batas

kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka

mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak

menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat,

individu kemudian dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan

hubungan sosial mereka (Bandura, 1997).

3. Aspek Self-efficacy

Menurut Bandura (1997) ada dua aspek, aspek tersebut adalah;

keyakinan diri (efficacy belief atau efficacy expectation) dan pengharapan

hasil (outcome expectation).

Elliot (2000) menjelaskan Outcome expectation merupakan

estimasi seseorang tentang konsekuensi dan tindakan yang dilakukan.

Outcome expectation terdiri dari tiga sub aspek yaitu pengharapan positif

yang bertindak sebagai pendorong, pengharapan negatif yang bertindak

sebagai penghambat, dan dampak.

Bandura (1997) menjelaskan efficacy expectation merupakan

keyakinan seseorang untuk bisa menguasai dengan baik perilaku yang

dibutuhkan dalam mencapai suatu prestasi. Efficacy expectation terdiri

dari sub aspek yaitu tingkatan (level), kekuatan (strength) dan keadaan

(30)

a. Tingkatan (level)

Dimensi level mengacu pada perbedaan self-efficacy yang

dihayati oleh masing-masing individu dikarenakan perbedaan tuntutan

yang dihadapi. Tuntutan tugas mempresentasikan bermacam-macam

tingkat kesulitan atau kesukaran untuk mencapai tuntutan itu sedikit,

maka aktivitas lebih mudah untuk dilakukan, sehingga kemudian

individu akan memiliki self-efficacy yang tinggi.

b. Keadaan Umum (generality)

Individu mungkin akan menilai dan merasa yakin melalui

bermacam-macam aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi tertentu.

Keadaan umum bervariasi dalam jumlah dari dimensi yang

berbeda-beda, diantaranya tingkat kesamaan aktivitas, perasaan dimana

kemampuan ditunjukkan (tingkah laku, kognitif, afektif), ciri kualitatif

situasi dan karateristik individu menuju kepada siapa perilaku itu

ditujukan. Pengukuran berhubungan dengan daerah aktivitas dan

konteks situasi yang menampakkan pola dan tingkat generality yang

paling mendasar berkisar tentang apa yang individu susun pada

kehidupan mereka.

c. Kekuatan (strength)

Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang

diyakini seseorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan

(31)

kemampuan mereka akan teguh dan berusaha untuk

mengenyampingkan kesulitan yang dihadapi.

4. Karakteristik Individu yang Memiliki self-efficacy Tinggi dan Self-efficacy

Rendah

a. Karakteristik Individu yang Memiliki Self-efficacy yang Tinggi

Menurut Bandura (1997) adalah:

1) Ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu

menangani sesecara efektif peristiwa dan situasi yang mereka

hadapi

2) Tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas

3) Percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki

4) Memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka

mencari situasi baru

5) Menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan

komitmen yang kuat terhadap dirinya

6) Menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakukanya dan

meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan

7) Berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi

kesulitan

8) Cepat memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan

9) Menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa

(32)

b. Karakteristik Individu yang Memiliki Self-efficacy yang Rendah

Menurut Bandura (1997) adalah:

1) Individu yang merasa tidak berdaya

2) Cepat sedih, apatis, cemas

3) Menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit

4) Cepat menyerah saat menghadapi rintangan

5) Aspirasi yang rendah

6) Komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin di capai

7) Dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan

mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari

kegagalanya

8) Serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah

mengalami kegagalan.

5. Faktor yang Mempengaruhi Self-efficacy

Menurut Bandura (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi

self-efficacy dapat diperoleh dari empat prinsip sumber informasi

yaitu: pencapaian kinerja (performance attainment), pengalaman orang

lain (vicarious experience), persuasi verbal (verbal persuasion), dan

keadaan dan reaksi fisiologis (physiological state).

a. Pencapaian Kinerja (performance attainment)

Hasil yang didapatkan secara nyata merupakan sumber

(33)

pengalaman otentik yang telah dikuasai (Bandura, Adam, dan

Beyer; Biran dan Wilson; Feltz, Landers, dan Raeder, dalam

Bandura, 1986). Keberhasilan yang diperoleh akan membawa

seseorang pada tingkat self-efficacy yang lebih tinggi, sedang

kegagalan akan merendahkan self-efficacy, terutama jika kegagalan

tersebut terjadi pada awal pengerjaan tugas dan bukan disebabkan

oleh kurangnya usaha atau juga karena hambatan dari faktor

eksternal. Besarnya nilai yang diberikan dari pengalaman baru

tergantung pada sifat dan kekuatan dari persepsi diri yang ada

sebelumnya. Setelah self-efficacy terbentuk karena keberhasilan

yang berulang, kegagalan yang muncul tidak memberikan dampak

yang besar terhadap penilaian individu terhadap kemampuannya.

b. Pengalaman Orang Lain (vicarious experience).

Self-efficacy dapat juga dipengaruhi karena pengalaman

dari orang lain. Individu yang melihat atau mengamati orang lain

yang mencapai keberhasilan dapat menimbulkan persepsi

self-efficacy-nya. Dengan melihat keberhasilan orang lain, individu

dapat meyakinkan dirinya bahwa ia juga bisa untuk mencapai hal

yang sama dengan orang yang dia amati. Ia juga meyakinkan

dirinya bahwa jika orang lain bisa melakukannya, ia juga harus

dapat melakukannya. Jika seseorang melihat bahwa orang lain

yang memiliki kemampuan yang sama ternyata gagal meskipun ia

(34)

terhadap kemampuan dia sendiri dan juga akan mengurangi usaha

yang akan dilakukan (Brown dan Inouye, dalam Bandura, 1986).

Self-efficacy dapat diubah melalui pengaruh modeling yang

relevan ketika seseorang memiliki sedikit pengalaman sebagai

dasar penilaian kemampuannya. Karena pengetahuan yang dimiliki

tentang kemampuan diri sendiri sangat terbatas, maka hal tersebut

lebih bergantung pada indikator yang dicontohkan (Takata dan

Takata, dalam Bandura, 1986). Selanjutnya adalah penilaian

self-efficacy selalu berdasarkan kriteria dimana kemampuan dievaluasi

(Festinger; Suls dan Miller, dalam Bandura, 1986). Kegiatan yang

bisa memberikan informasi eksternal mengenai tingkat kinerja

dijadikan dasar untuk menilai kemampuan seseorang. Tetapi,

sebagian besar kinerja tidak memberikan informasi yang cukup

memenuhi, sehingga penilaian self-efficacy diukur melalui

membandingkannya dengan kinerja dari orang lain (Bandura,

1986).

c. Persuasi Verbal (verbal persuasion)

Persuasi verbal digunakan untuk memberikan keyakinan

kepada seseorang bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang

memadai untuk mencapai apa yang diinginkan. Seseorang yang

berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukkan suatu usaha

yang lebih keras jika dibandingkan dengan individu yang memiliki

(35)

menghadapi suatu kesulitan. Namun, peningkatan keyakinan

individu yang tidak realistis mengenai kemampuan diri hanya akan

menemui kegagalan. Hal ini dapat menghilangkan kepercayaan

orang lain kepada orang yang mempersuasi dan juga akan

mengurangi self-efficacy orang yang dipersuasi.

d. Keadaan dan Reaksi Fisiologis (physiological state)

Seseorang menjadikan keadaan fisiologisnya sebagai

sumber informasi untuk memberikan penilaian terhadap

kemampuan dirinya. Individu merasa gejala-gejala somatik atau

ketegangan yang timbul dalam situasi yang menekan sebagai

pertanda bahwa ia tidak dapat untuk menguasai keadaan atau

mengalami kegagalan dan hal ini dapat menurunkan kinerjanya.

Dalam kegiatan yang membutuhkan kekuatan dan stamina tubuh,

seseorang merasa bahwa keletihan dan rasa sakit yang dia alami

merupakan tanda - tanda kelemahan fisik, dan hal ini menurunkan

keyakinan akan kemampuan fisiknya.

6. Fungsi Self-efficacy

Self-efficacy yang dipersepsikan tidak hanya sekedar perkiraan

tentang tindakan apa yang akan dilakukan pada masa mendatang

(Bandura, 1986). Keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri juga

berfungsi sebagai suatu determinan bagaimana individu tersebut

(36)

situasi-situasi yang sedang dialami. Keyakinan diri juga memberikan

kontribusi terhadap kualitas dari fungsi psikososial seseorang. Bandura

(1986) menjelaskan fungsi dan berbagai dampak dari penilaian

self-efficacy antara lain sebagai berikut:

a. Perilaku Memilih.

Dalam kehidupan sehari-hari, individu seringkali

dihadapkan dengan pengambilan keputusan, meliputi pemilihan

tindakan dan lingkungan sosial yang ditentukan dari penilaian

efficacy individu. Seseorang cenderung untuk menghindar dari

tugas dan situasi yang diyakini melampaui kemampuan diri

mereka, dan sebaliknya mereka akan mengerjakan tugas-tugas

yang dinilai mampu untuk mereka lakukan (Bandura, 1977).

self-efficacy yang tinggi akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam

suatu kegiatan atau tugas yang kemudian akan meningkatkan

kompetensi seseorang. Sebaliknya, self-efficacy yang rendah dapat

mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungan dan

kegiatan sehingga dapat menghambat perkembangan potensinya.

Seseorang yang memiliki penilaian self-efficacy-nya secara

berlebihan cenderung akan menjalankan kegiatan yang jelas di atas

jangkauandengan kegagalan kemampuannya. Akibatnya dia akan

mengalami kesulitan-kesulitan yang berakhir yang sebenarnya

tidak perlu terjadi, dan hal ini bisa mengurangi kredibilitasnya.

(37)

juga akan mengalami kerugian, walaupun kondisi ini lebih seperti

memberi batasan pada diri sendiri daripada suatu bentuk

keengganan. Melalui kegagalan dalam mengembangkan potensi

kemampuan yang dimiliki dan membatasi kegiatan-kegiatannya,

seseorang dapat memutuskan dirinya dari banyak pengalaman

berharga. Seharusnya ia berusaha untuk mencoba tugas-tugas yang

memiliki penilaian yang penting, tetapi ia justru menciptakan suatu

halangan internal dalam menampilkan kinerja yang efektif melalui

pendekatan dirinya pada keraguan (Bandura, 1986).

b. Usaha yang Dilakukan dan Daya Tahan

Penilaian terhadap efficacy juga menentukan seberapa besar

usaha yang akan dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan

bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak

menyenangkan. Semakin tinggi self-efficacy seseorang, maka akan

semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan. Ketika

dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki self-efficacy

tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi

tantangan tersebut. Sedangkan orang yang meragukan

kemampuannya akan mengurangi usahanya atau bahkan menyerah

sama sekali (Bandura dan Cervone; Brown dan Inouye; Schunk;

(38)

c. Pola Berpikir dan Reaksi Emosi.

Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga

mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosionalnya selama

interaksi aktual dan terantisipasi dengan lingkungan. Individu yang

menilai dirinya memiliki self-efficacy rendah, merasa tidak mampu

dalam mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan

terpaku pada kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang

mungkin timbul lebih berat dari kenyataannya (Beck; Lazarus dan

Launier; Meichenbaum; Sarason, dalam Bandura, 1986).

Sebaliknya, individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan

lebih memusatkan perhatian dan mengeluarkan usaha yang lebih

besar terhadap situasi yang dihadapinya, dan setiap hambatan yang

muncul akan mendorongnya untuk berusaha lebih keras lagi.

self-efficacy juga dapat membentuk pola berpikir kausal (Collin, dalam

Bandura, 1986). Dalam mengatasi persoalan yang sulit, individu

yang memiliki self-efficacy tinggi akan menganggap kegagalan

terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukan, sedang yang

memiliki self-efficacy rendah lebih menganggap kegagalan

disebabkan kurangnya kemampuan yang ia miliki. Perwujudan dari

keterampilan yang dimiliki. Banyak penelitian membuktikan

bahwa self-efficacy dapat meningkatkan kualitas dari fungsi

psikososial seseorang (Bandura, 1986). Seseorang yang

(39)

akan membentuk tantangan-tantangan terhadap dirinya sendiri

yang menunjukkan minat dan keterlibatan dalam suatu kegiatan.

Mereka akan meningkatkan usaha jika kinerja yang dilakukan

mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan, menjadikan

kegagalan sebagai pendorong untuk mencapai keberhasilan, dan

memiliki tingkat stres yang rendah bila menghadapi situasi yang

menekan. Individu yang memiliki self-efficacy rendah biasanya

akan menghindari tugas yang sulit, sedikit usaha yang dilakukan

dan mudah menyerah menghadapi kesulitan, mengurangi perhatian

terhadap tugas, tingkat aspirasi rendah, dan mudah mengalami

stress dalam situasi yang menekan.

B. Skripsi

1. Definisi Skripsi

Skripsi merupakan suatu bentuk karangan ilmiah yang wajib

ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan akademisnya (Kamus Besar Bahasa

Indonesia,1998). Menurut Hidayat (2008) skripsi merupakan proses

pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan

analisisnya dalam mengkaji, menganalisis, memecahkan, dan

menyimpulkan masalah yang ditelitinya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Skripsi adalah merupakan

(40)

mengasah kemampuan analisisnya dalam mengkaji, menganalisis,

memecahkan, dan menyimpulkan masalah yang ditelitinya.

2. Syarat Penulisan Skripsi Bagi Mahasiswa BK

Adapun syarat khusus yang dimiliki Program Studi Bimbingan

Konseling Universitas Sanata Dharma bagi mahasiswa yang akan

menulis skripsi. Menurut buku pedoman akademik kurikulum 2006

program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

antara lain:

a. Proposal skripsi dapat diajukan bila mahasiswa telah menempuh

dan lulus mata kuliah seminar bimbingan dan konseling, penelitian

pendidikan I, penelitian pendidikan II, dan PPL SMA. Mahasiswa

telah memperoleh sekurang kurangnya 120 sks dengan IPK 2.00

dan terdaftar sebagai mahasiswa aktif dalam semester yang

bersangkutan.

b. Prosedur pengajuan proposal skripsi:

1) Mahasiswa menyusun proposal skripsi sesuai ketentuan

pedoman usulan skripsi program studi bimbingan dan

konseling dalam priode pengumpulan proposal skripsi yang

diatur oleh program studi bimbingan dan konseling dan

menyampaikannya kepada ketua program studi bimbingan dan

(41)

2) Ketua program studi bimbingan dan konseling menilai

kelayakan proposal skripsi (sesuai bidang ilmu) dan

menentukan pembimbing skripsi.

c. Prosedur pembimbingan skripsi:

1) Mahasiswa menulis skripsi dengan bimbingan dosen dalam

jangka waktu seperti yang tertulis dalam usulan skripsi

2) Pertemuan dosen dengan mahasiswa sekurang-kurangnya 2x

perminggu

3) Dosen menuliskan laporan kemajuan penulisan skripsi tiap

mahasiswa pada kartu bimbingan skripsi pada setiap

pertemuan. Kartu bimbingan skripsi disimpan oleh mahasiswa

dan harus ditunjukkan kepada dosen setiap pembimbingan

skripsi.

C. Mahasiswa

1. Definisi Mahasiswa

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997),

mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi.

Mahasiswa termasuk dalam masa dewasa awal dan merupakan periode

penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan

harapan-harapan sosial baru. Dewasa awal diharapkan memainkan peran baru,

(42)

baru, mengembangkan sikap-sikap baru, dan nilai-nilai baru sesuai

tugas baru ini (Hurlock, 1996).

Menurut Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa

transisi, baik transisi secara fisik, transisi secara intelektual, serta

transisi peran sosial.

Jadi mahasiswa prodi BK angkatan 2010 yang merupakan

responden dari penelitian ini adalah individu yang sedang belajar di

perguruan tinggi dan memasuki masa transisi dimana mereka

menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan sosial

baru termasuk salah satunya adalah mengerjakan skripsi.

2. Ciri-ciri Mahasiswa

Dalam bukunya, Kartono (1985) menjelaskan bahwa

mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri,

antara lain:

a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di

perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum

intelegensia.

b. Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin

yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat

ataupun dalam dunia kerja.

c. Mahasiswa juga diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang

(43)

d. Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga

(44)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, variabel penelitian,

subjek penelitian, alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas, teknik

analisis data penelitian, prosedur pengumpulan dan analisis data

penelitian.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (2003) metode

deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian

pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat

penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang

masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi

yang rasional dan akurat. Dengan demikian penelitian ini akan

menggambarkan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan

menjelaskan serta mencoba menganalisis kebenarannya berdasarkan data

yang diperoleh.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah variabel

tunggal yaitu self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010 dalam

mengerjakan skripsi. Variabel ini akan diuraikan secara operasional demi

(45)

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang berada pada

semester 8 dan sedang menempuh skripsi. Sebelum penelitian

dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu menentukan populasi yang akan

diteliti. Menurut Sugiono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan

mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Bimbingan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 80 orang. Syarat

responden dari penelitian adalah mahasiswa yang terdaftar aktif kuliah,

mengambil mata kuliah tugas akhir/skripsi, berada pada semester 8 dan

mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma. Dari 80 populasi, peneliti mengambil sampel untuk dijadikan

bahan penelitian.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik solvin,

dimana:

n = Sampel

N = Jumlah populasi

(46)

Rumus:

Maka,

n = 80

1+80 (0,05)2

n = 80

82 (0,025)

n = 39,5

Jadi jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 39,5. Jika

dibulatkan batas minimal sampel adalah 40 responden (50%). Maka, pada

penelitian ini penelti mengambil 40 responden sebagai sampel dengan

pertimbangan 40 respoden dapat mewakili populasi.

D. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner yang disusun peneliti mengacu pada

prinsip-prinsip skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

(47)

Item pernyataan yang terdapat pada kuesioner self-efficacy terdiri

dari pernyataan favorable (pernyataan positif) dan pernyataan unfavorable

(pernyataan negatif). Pernyataan favorable mendukung variabel yang

diukur sedangkan pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang

tidak mendukung variabel.

Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban.

Alternatif jawaban yang dimaksud adalah Sangat Setuju (SS), Setuju

(ST), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan

diminta untuk menjawab pernyataan yang terdapat pada kuesioner

self-efficacy dengan memilih salah satu alternatif jawaban dengan memberikan

tanda centang (√) pada lembar jawaban. Dengan demikian dapat diketahui

tingkat self-efficacy pada responden. Jika skor yang di dapatkan tinggi,

maka tinggi pula self-efficacy subyek begitu pula sebaliknya jika skor yang

di dapatkan rendah maka renda pula self-efficacy yang dimiliki.

Pada instrument ini peneliti tidak mencantumkan alternatif

jawaban ragu-ragu karena mengurangi kecenderungan responden

memberikan jawaban netral. Norma skoring yang digunakan dalam

(48)

Tabel 1

Skoring Kuesioner self-efficacy

Alternatif Jawaban Skor Item yang Favorable

Skor Item yang Unfavorable Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Alternatif jawaban pada skor favorable sangat setuju mendapat

skor 4, setuju mendapat skor 3, tidak setuju mendapat skor 2 dan

sangat tidak setuju mendapat skor 1. Alternatif jawaban pada skor

unfavorable sangat setuju mendapat skor 1, setuju mendapat skor 2,

tidak setuju mendapat skor 3, dan sangat tidak setuju mendapat skor 4.

Penelitian ini menggunakan konstruk kuesioner sebagai dasar

pembuatan kuesioner. Kisi-kisi kuesioner di buat berdasarkan

aspek-aspek self-efficacy Bandura (1997) yaitu dimensi keyakinan diri dan

pengharapan hasil. Oprasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan

(49)

Tabel 2

1. Mengerahkan banyak usaha 11, 12, 13 14,15

2. Lebih barani mengambil

skill yang dapat dikembangkan

46, 47, 48 49,50

3. Mengatribusikan kegagalan pada kurangnya skill/usaha

51, 52, 53 54, 55

2. Membayangkan keberhasilan 21, 22, 23 24, 25

(50)

E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

1. Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu

mengukur apa yang ingin diukur. Pada penelitian ini menggunakan

validitas konstruk. Validitas konstruk adalah validitas yang

berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam menggukur

pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel

validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang

terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena

melibatkan banyak prosedur temasuk validasi isi dan validasi

kriteria. Rumus yang digunakan untuk uji validitas menggunakan

teknik korelasi product moment.

Keterangan rumus:

n : jumlah responden

x : skor variabel (jawaban responden)

y : skor total variabel untuk responden n

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program

komputerisasi SPSS, di peroleh hasil dari 70 item terdapat 58 item

valid dan 12 item gugur. Menurut peneliti 12 item yang gugur tidak

(51)

isi dari beberapa item yang gugur. Rincian item valid dan gugur

terdapat pada tabel 3 dibawah ini:

Tabel 3

Rincian Item Valid dan Gugur pada Kuesioner

No Aspek Sub Aspek Indikator Item

2. Melihat kemampuan sebagai skill yang dapat dikembangkan

(52)

2. Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten. Teknik pengukuran reliabilitas yang

digunakan pada penelitian ini adalah teknik alpha cronbach. Adapun

rumus koefisien reliabilitas alpha cronbach (α) adalah sebagai berikut:

α = 2[1- S 2

Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan

kriteria Guilford (Masidjo, 1995). Kriteria Guilford tersaji dalam tabel.

Tabel 4 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

(53)

Syarat suatu alat ukur yang dinyatakan reliable adalah

menghasilkan angka ≥ 0, 70. Dilihat dari tabel hasil pengolahan data alat

ukur ini berdasarkan perhitungan reliabilitas menggunakan koefisiensi

Alpha Cronbach dan dibantu oleh program SPSS 17.0 for Windows,

dihasilkan angka sebesar 0.949 dari 58 item yang menunjukan bahwa alat

ukur ini dapat digunakan.

F. Teknik Analisis Data Penelitian

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap

variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah, Sugiyono (2011). langkah-langkah teknik analisis

data yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Penentuan skor pada item kuesioner.

Penentuan dilakukan dengan cara memberikan skor dari

angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku

dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable.

Selanjutnya memasukkannya ke dalam tabulasi data dan

menghitung total jumlah skor serta jumlah skor item. Tahap

selanjutnya adalah menganalisis validitas serta reliabilitas data

secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS.

(54)

2. Kategorisasi

Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu

ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang

menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur

(Azwar, 2009). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah

dari sangat rendah sampai dengan sangat tinggi.

Norma kategorisasi disusun berdasar pada norma

kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009:108). Tingkat

self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010 dalam

mengerjakan skripsi terdiri atas lima kategori: sangat rendah,

rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan norma

kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 5 Norma Kategorisasi

Norma/Kriteria Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ Sangat Tinggi

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Tinggi

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Sedang

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Rendah

(55)

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh

subjek penelitian berdasarkan

perhitungan skala

Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh

subjek penelitian menurut

perhitungan skala

Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentanggan yang dibagi

dalam 6 satuan deviasi sebaran

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum

dan minimum

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan

tinggi rendah tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010

dalam mengerjakan skripsi. Jumlah item 58 setelah menghapus item yang

gugur, diperoleh perhitungan skor subjek sebagai berikut:

Skor maksimum empiris : 4 x 58= 232

Skor minimum empiris : 1 x 58= 58

Luas jarak : 232-58=174

Standar deviasi (σ / sd) : 174:6=29

(56)

Hasil perhitungan analisis data skor subjek yang disajikan dalam

norma kategorisasi tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

angkatan 2010 dalam mengerjakan skripsi adalah:

Tabel 6

Hasil Analisis Data Skor Subjek

Norma/Kriteria Skor Rentangg Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ >188 Sangat Tinggi

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 159-187 Tinggi

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 130-158 Sedang

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 101-129 Rendah

µ +1,5 σ <X <100 Sangat Rendah

Jadi, tabel di atas menunjukkan bahwa rentang skor diatas 188

termasuk dalam kategori sangat tinggi. Rentang skor 159 sampai 187

termasuk dalam kategori tinggi. Rentang skor 130 sampai 158 termasuk

dalam kategori sedang. Rentang skor 101 sampai 129 termasuk dalam

kategori rendah dan di bawah skor 100 termasuk dalam kategori sangat

(57)

G. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian

Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan dan

analisis data:

1. Menyusun kuesioner self-efficacy

2. Pengumpulan data melalui kuesioner

3. Pengolahan data

a. Editing: Proses pengecekan atau pemeriksaan data yang telah

berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena kemungkinan data

yang dikumpulkan tidak memenuhi syarat atau tidak

dibutuhkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses

editing adalah pengambilan sampel yang memenuhi kriteria,

kejelasan data, dan kelengkapan isian.

b. Tabulasi: Proses penempatan data kedalam bentuk tabel yang

telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis.

4. Analisis data penelitian menggunakan sistem komputerisasi dengan

program SPSS 17.0 for Windows.

5. Mendeskripsikan hasil penelitian melalui pembahasan dan

penenentuan upaya peningkatan

(58)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN UPAYA

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan. Penyajian hasil

penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan

penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling angkatan 2010

Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan

dengan menggunakan kuesioner self-efficacy, dilakukan analisis data

dengan teknik deskriptif kategoris dan presentase yang di sajikan

dalam tabel dan grafik.

Tabel 7

Kategorisasi tingkat Self-efficacymahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 dalam mengerjakan skripsi

(59)

Dalam prespektif grafis, komposisi dan sebaran subyek berdasarkan tingkat

self-efficacy maka tergambar grafik sebagai berikut:

Grafik 1

Tingkat Self-efficacyMahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2010

0 5 10 15 20 25 30

Sangat Tinggi Tinggi Sedang

Pengamatan pada tabel maupun grafik menunjukkan:

a. Terdapat 11 mahasiswa (27%) yang memiliki self-efficacy

sangat tinggi

b. Terdapat 28 mahasiswa (70%) yang memiliki self-efficacy

tinggi

c. Terdapat 1 mahasiswa (3%) yang memiliki self-efficacy

(60)

d. Tidak terdapat mahasiswa (0%) yang memiliki self-efficacy

rendah

e. Tidak terdapat mahasiswa (0%) yang memiliki self-efficacy

sangat rendah

Jadi, sebagian besar mahasiswa Bimbingan dan Konseling

angkatan 2010 memiliki self-efficacy dalam kategori tinggi dan hanya

3% saja dari jumlah subyek yang diteliti teridentifikasi memiliki

self-efficacy pada tingkat sedang.

2. Mengidentifikasi butir-butir pengukuran self-efficacy yang rendah

frekuensi kemunculannya

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menghapus item yang

gugur maka, analisis skor item pengukuran self-efficacy diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 8

Hasil Analisis Item Pengukuran Self-efficacy

(61)

Data yang terdapat dalam tabel di atas menunjukkan bahwa item dengan

skor yang berada dalam ketegori sangat tinggi berjumlah 24 item, item dengan

skor yang berada dalam kategori tinggi berjumlah 31 item, item dengan skor yang

berada dalam kategori sedang berjumlah 3 item, dan tidak ada satupun item yang

berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Oleh karena itu, item yang

teridentifikasi dalam kategori sedang, digunakan menjadi dasar untuk

merumuskan upaya peningkatan self-efficacy. Item yang masuk dalam kategori

sedang, di uraikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 9

Item-item pernyataan yang tergolong dalam kategori sedang

No Aspek Sub aspek Nomor item dan pernyataan Skor item Rank

19. Saat waktu kosong saya lebih memilih tidur, main,

2.4 Dampak 61. Saya lebih cepat mengerjakan skripsi dibanding dengan teman-teman saya lainnya

110

(62)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling angkatan 2010

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang diperoleh

peneliti, tampak perilaku dan pernyataan yang mengidentifikasikan

bahwa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 memiliki self-efficacy

rendah. Namun hasil penelitian yang tergambar dalam tabel, terdapat

11 mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy dalam kategori sangat

tinggi. Terdapat 28 mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy dalam

kategori tinggi. Terdapat 1 mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy

dalam kategori sedang. Sedangkan tidak terdapat mahasiswa yang

berada dalam kategori self-efficacy rendah dan sangat rendah.

Berdasarkan paparan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 memiliki

self-efficacy yang tinggi dan sebagian kecil memiliki self-efficacy yang

sedang.

Tingkat tinggi atau rendah self-efficacy yang di miliki

seseorang tergantung pada dimensi self-efficacy Bandura (1997). Tiga

dimensi self-efficacy pada mahasiswa yang menyusun skripsi dapat di

(63)

merupakan tingkat keyakinan individu akan derajat kesulitan tugas.

Maksudnya adalah tingkat keyakinan individu akan derajat kesulitan

dari skripsi dan tuntutan selama mengerjakan skripsi.

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

kemungkinan mempunyai level yang tinggi dalam menyusun skripsi.

Mahasiswa mampu menilai hambatan-hambatan dalam menyelesaikan

skripsi, mengetahui hambatan-hambatan dan tantangan yang dihadapi

dalam menyelesaikan skripsi, dapat mengatur motivasi dan aktivitas

belajar untuk dapat mempunyai keterampilan dalam menyelesaikan

skripsi, sehingga mahasiswa dapat menentukan minat dan target dalam

menyelesaikan skripsi.

Dimensi kedua adalah kekuatan atau strength. Mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki strength yang

tinggi dalam menyusun skripsi yakin memiliki kompetensi yang

dibutuhkan dalam mengerjakan skripsi, mempunyai konsistensi dalam

menyusun skripsi, mahasiswa yakin dapat memfokuskan dirinya untuk

menyelesaikan skripsinya, dengan yakin memiliki konsistensi yang

tinggi dalam menyusun skripsi, mahasiswa yakin dapat meningkatkan

usaha-usahanya ketika ia mengalami kegagalan atau ketika mengalami

kesulitan dalam menyusun skripsi.

Dimensi terakhir adalah Generality yang dapat mengukur

(64)

tugas-tugas dan pengalam-pengalaman sebelumnya untuk dijadikan

sebagai suatu pengalaman yang dapat membantu ketika menyusun

skripsi saat ini. Kemungkinan mahasiswa yang mempunyai Generality

tinggi dalam menyusun skripsi dapat menggeneralisasikan

pengalaman-pengalaman menyelesaikan tugas yang terdahulu sebagai

pengalaman yang dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi.

Mahasiswa dapat menjadikan cara-cara atau strategi-strategi

menyelesaikan tugas masa lalu untuk diterapkan di dalam menyusun

skripsi, sehingga dalam menyusun skripsi mempunyai strategi-strategi

yang dapat memperlancar dalam menyusun skripsi. Walaupun

pengalaman masa lalu dalam menyelesaikan tugas mengalami

kegagalan, tidak menjadikan pengalaman menyelesaikan tugas tersebut

sebagai hambatan, namun menjadi pengalaman untuk mengkoreksi

cara-cara atau strategi-strategi tersebut agar lebih baik dan dapat

memperlancar proses penyusunan skripsi.

Tinggi atau rendahnya self-efficacy juga dipengaruhi oleh

beberapa proses psikologis. Menurut Bandura (1997) ada beberapa

proses psikologis dalam self-efficacy. Proses tersebut adalah kognitif

yang merupakan proses berpikir, motivasi yang merupakan dorongan

bagi diri untuk mengarahkan tindakan, afeksi yaitu proses pengaturan

kondisi emosi dan reaksi emosional, dan seleksi yaitu kemampuan

memilih aktivitas dan situasi tertentu yang turut mempengaruhi efek

(65)

Pertama adalah proses kognitif. Proses kognitif merupakan

proses berpikir, di dalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian,

dan penggunaan informasi, dimana tindakan individu bermula dari

sesuatu yang dipikirkan terlebih dahulu. Mahasiswa membayangkan

keberhasilan yang akan dicapainya jika menyelesaikan penulisan

skripsi tepat waktu tanpa mengulur-ulur. Hal ini akan terlihat dari

perilaku yang ditunjukkan melalui berbagai bentuk usaha untuk

mencapai keberhasilan tersebut. Usaha-usaha dari beberapa mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 terlihat dari

cara mereka yang aktif bertanya ke dosen pembimbing, berkumpul di

kampus dengan beberapa teman-teman yang dapat diajak berdiskusi,

dan mencari reverensi di perpustakaan serta sumber media lainnya.

Harapan keberhasilan yang dicapai misalnya saja orangtua

akan merasa bangga jika dapat menyelesaikan penulisan skripsi tepat

waktu dan mereka juga sesegera mungkin dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang berikutnya maupun bekerja di instansi yang

diinginkan. Hal tersebut semakin diperkuat dengan keyakinan individu

dalam menggunakan kemampuannya sebagai skill yang dapat

dikembangkan dalam situasi yang dihadapi. Mahasiswa yang

mengalami peningkatan self-efficacy karena proses kognitif akan yakin

dengan sepenuh hati dan usaha yang telah dilakukan bahwa dia mampu

menyelesaikan skripsi sesuai dengan taget yang ditentukan sehingga

(66)

Menurut Bandura (1997) peran self-efficacy sebagai

mekanisme kognitif memunculkan fungsi kontrol individu dalam

bereaksi terhadap stress. Individu yang yakin dengan kemampuannya

mengontrol stress secara efektif cenderung tidak gelisah. Hal ini berarti

bahwa self-efficacy berpengaruh pada emosi individu, yang

berimplikasi pula pada kemampuannya menghadapi stresor. Dalam

proses motivasi dan afeksi saling berkaitan erat karena berpengaruh

pada keyakinan individu akan coping (pengentasan masalah)

khususnya dalam proses penyelesaian skripsi. Mahasiswa

membutuhkan orang yang dapat menjadi model bagi dirinya yang turut

mempengaruhi level stres dan depresi. Saat mahasiswa berada pada

situasi yang sulit seperti tantangan yang sedang atau akan dihadapi saat

proses penyelesaian skripsi kondisi emosi akan berubah-ubah. Maka ia

membutuhkan motivasi yang lebih sebagai dorongan bagi diri mereka

sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran

sebelumnya.

Menurut Bandura, ada tiga teori yang menjelaskan tentang

proses motivasi. Teori pertama adalah causal attributions (atribusi

penyebab). Teori ini fokus pada sebab-sebab yang mempengaruhi

motivasi, usaha, dan reaksi-reaksi individu.. Bagi mahasiswa Program

Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 sebab yang

mempengaruhi motivasi dan usaha ada bermacam-macam seperti

Gambar

Tabel 1: Skoring Kuesioner self-efficacy ........................................................
Grafik 1: Tingkat Self-efficacy Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Skoring Kuesioner Tabel 1 self-efficacy
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Self-efficacy
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

Tukar menukar informasi dengan orang dibagian organisasi lain/pihak lain untuk mengaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian lain, hubungan dengan organisasi

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah faktor usia, jenis kelamin, status ekonomi dan pendidikan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum PKU

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 14 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Sehubungan dengan Lelang Sederhana Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya (pengadaan PDH Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP) telah memasuki proses

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Berbeda halnya jika kemaslahatan itu tidak dijelaskan secara eksplisit dalam kedua sumber itu, maka peranan mujtahid sangat menentukan untuk menggali dan menemukan

Trotoar berfungsi untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Konstruksi Trotoar direncanakan sebagai pelat beton