i
SELF-EFFICACY MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP UPAYA PENINGKATAN SELF-EFFICACY
(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
DisusunOleh:
Yohana Fransiska Dora Liwu NIM: 101114011
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Aku telah belajar bahwa sukses bukan diukur dengan posisi yang dicapai seseorang di dalam hidupnya tetapi oleh hambatan yang telah diatasinya
ketika ia berusaha meraih sukses”
“Orang lain selalu melihat hal-hal yang ada dan berkata, Mengapa? Tetapi aku memimpikan hal yang tidak pernah ada dan berkata Mengapa tidak?”
Skripsi ini ku persembahkan bagi:
Tuhan Yesus Kristus,
Kedua orang tuaku,
Saudara-saudaraku,
Sahabat-sahabatku,
vii
ABSTRAK
SELF-EFFICACY MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP UPAYA PENINGKATAN SELF-EFFICACY
(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2010)
Yohana Fransiska Dora Liwu Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan tingkat self-efficacy mahasiswa dalam mengerjakan skripsi (2) mengidentifikasi item pengukuran self-efficacy yang tergolong sedang, rendah dan sangat rendah serta upaya untuk dapat membantu meningkatkan self-efficacy..
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 40 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner self-efficacy. Kuesioner disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek self-efficacy menurut Bandura (1997) dengan 70 pernyataan. Data dianalisis dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal) menurut Azwar (2007). Kategorisasi tingkat self-efficacy mahasiswa semester 8 angkatan 2010 Program Studi Bimbingan dan Konseling digolongkan menjadi 5 yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
viii
ABSTRACT
SELF-EFFICACY OF THE STUDENT IN THE PROCESS OF WRITING THESIS AND THE IMPLICATION TOWARD THE INCREASING OF SELF-EFFICACY
EFFORT
(Descriptive Study on Student of Guidance and Counselling Program of Sanata Dharma University 2010) measurement items of self-efficacy which are grouped into average, low and very low in order to help increasing the self-efficacy.
Samples of the research are 40 students of Guidance and Counselling Programs of Sanata Dharma University. Instrument of research is in a form of self-efficacy questionnaire and the questionnaire is made by the researcher based on aspects of self-efficacy according to Bandura (1997) with 70 statements. The data is analyzed using ordinal categorization according to Azwar (2007). The categorization
of student’s self-efficacy level is grouped into five levels, those are: very high, high, average, low and very low.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang di
limpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini
merupakan tugas akhir dalam masa studi di jenjang Universitas. Melalui penulisan
skripsi, penulis mendapatkan banyak pembelajaran serta pengalaman baru selama
prosesnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dan
berjalan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah
dengan setia mendampingi penulis. Oleh karena itu secara khusus penulis
mengucapkan terimakasih secara tulus kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling yang telah memberikan ijin penelitian dan dukungan selama
penyelesaian skripsi.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling yang telah bersedia membantu dalam persiapan menjelang ujian
skripsi.
3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan dukungan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi.
4. Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah mengajarkan teori serta pengetahuan baru selama
proses perkuliahan.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
xii
BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. SELF-EFFICACY ... 8
1. Pengertian Self-efficacy ... 8
2. Proses Psikologis Dalam Self-efficacy ... 9
a. Proses Kognitif ... 9
b. Proses Motivasi ... 10
c. Proses Afeksi ... 11
d. Proses Seleksi ... 11
3. Aspek-aspek Self-efficacy ... 12
a. Tingkatan ... 13
b. Keadaan Umum ... 13
c. Kekuatan... 13
4. Karakteristik Individu yang Memiliki Self-efficacy Tinggi dan Self-efficacy Rendah ... 14
5. Faktor yang Mempengaruhi Self-efficacy ... 15
a. Pencapaian Kinerja (performance attainment) ... 15
b. Pengalaman Orang Lain (vicarious experience) ... 16
c. Persuasi Verbal (verbal persuasion) ... 17
d. Keadaan dan Reaksi Fisiologis (physiological state) ... 18
6. Fungsi Self-efficacy ... 18
xiii
b. Usaha yang Dilakukan dan Daya Tahan ... 20
c. Pola Berpikir dan Reaksi Emosi ... 21
B. Skripsi... 22
1. Definisi Skripsi ... 22
2. Syarat Penulisan Skripsi Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 23
C. Mahasiswa ... 24
1. Definisi Mahasiswa ... 24
2. Ciri-ciri Mahasiswa ... 25
BAB III: METODE PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Variabel Penelitian ... 27
C. Subyek Penelitian ... 28
D. Alat Pengumpul Data ... 29
E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 33
1. Validitas Kuesioner ... 33
2. Reliabilitas Kuesioner ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 36
1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data ... 36
2. Menentukan Kategori ... 37
G. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian ... 40
xiv
A. Hasil Penelitian ... 41
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44
C. Upaya Meningkatkan Self-efficacy... 54
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Kesimpulan... 57
B. Saran-saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Skoring Kuesioner self-efficacy ... 31
Tabel 2: Kisi-kisi Kuesioner self-efficacy ... 32
Tabel 3: Rincian Item Valid dan Gugur Pada Kuesioner ... 34
Tabel 4: Kriteria Guilford ... 35
Tabel 5: Norma Kategorisasi... 37
Tabel 6: Hasil Analisis Data Skor Subyek ... 39
Tabel 7: Kategorisasi Tingkat Self-efficacy Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2010 Dalam Mengerjakan Skripsi ... 41
Tabel 8: Hasil Analisis Item Pengukuran Self-efficacy ... 44
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1: Tingkat Self-efficacy Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
Lampiran 2: Tabulasi Pengolahan Data Kuesioner
Lampiran 3: Hasil Analisis Uji Validitas
Lampiran 4: Hasil Reliabilitas
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel.
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswa umumnya berada pada masa dewasa awal dalam tahap
perkembangan manusia. Pada masa ini mereka memiliki kebutuhan yang
bisa memunculkan masalah dalam pemenuhannya. Masalah-masalah yang
umumnya dihadapi mahasiswa adalah masalah studi, hambatan ekonomi,
masalah keluarga, kesehatan dan hubungan dengan lawan jenis atau pacar.
Menurut penelitian Jung (1993) masalah akademis menunjukkan
persentase yang paling besar dibandingkan masalah yang lainnya.
Masalah akademik yang paling kompleks yang dirasakan
mahasiswa adalah menyusun skripsi. Saat mahasiswa telah menempuh
semester akhir dan telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya,
mahasiswa diwajibkan untuk membuat suatu karya ilmiah yaitu skripsi.
Bagi mahasiswa, penulisan skripsi merupakan tugas akhir yang sangat
membutuhkan motivasi belajar untuk menyelesaikannya. Menurut Danim
(1997) bentuk masalahnya adalah kesulitan merumuskan masalah secara
jelas, kesulitan dalam menemukan referensi yang up-to-date, penelusuran
pustaka yang tidak akurat, dan ketidaksesuaian antara permasalahan
mahasiswa dalam proses penyelesaian skripsi, selain keterampilan untuk
menemukan permasalahan yang menarik, kemampuan untuk memahami
teori, pemilihan metode penelitian yang tepat, mahasiswa juga dituntut
menulis laporan yang ilmiah. Menulis laporan ilmiah, menurut Dominice
dalam bukunya yang berjudul “Learning from our lives” merupakan
sebuah kewajiban rutin bagi seseorang yang menempuh pendidikan pada
jenjang universitas. Menulis laporan ilmiah dapat menimbulkan
kecemasan bagi kebanyakan mahasiswa, yang oleh Dominice disebut
writing anxiety. Hal ini bisa saja terjadi karena mahasiswa yang
bersangkutan merasa terbebani dengan tugas pembuatan skripsi yang akan
menjadi bahan evaluasi kelulusan.
Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi umumnya merasa
tegang dan tertekan jika tidak direspon secara proporsional bisa
memunculkan reaksi yang lebih parah seperti depresi. Depresi dirasakan
mahasiswa akibat dari tuntutan serta kurangnya usaha yang dilakukan
dalam mengatasi tututan yang dihadapi. Maka dari itu, mahasiswa tidak
bisa menyelesaikan studinya sesuai dengan target waktu yang telah
ditetapkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amalia Erit Rina
Fadillah yang berjudul Stres dan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa
menyatakan bahwa Stres pada mahasiswa Psikologi Universitas
Mulawarman Samarinda yang sedang menyusun skripsi termasuk pada
kategori stres tingkat tinggi. Hal ini disebabkan berbagai hambatan seperti
buku, lingkungan yang kurang kondusif dan adanya rasa lelah saat
menyusun skripsi dikarenakan terlalu lama menyusun skripsi. Menurut
wawancara peneliti dengan beberapa mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang sedang
mengerjakan skripsi menyatakan bahwa beberapa mahasiswa memiliki
perasaan yang berbeda-beda. Ada yang merasa bahwa skripsi sebagai
suatu hal yang memang harus dilewati sebagai bagian dari pendewasaan
diri, ada yang merasa bahwa skripsi adalah “momok” dan menyebabkan
ketakutan, ada pula yang berupaya mengerjakan secara cepat sehingga
dapat cepat terbebas dari beban yang ada, sampai ada yang terkesan seperti
“melarikan diri dari kenyataan.”
Terkait dengan pengerjaan skripsi, seringkali mahasiswa memiliki
persepsi bahwa dia tidak mampu untuk menyelesaikan tugas pembuatan
skripsinya, sehingga timbullah perasaan cemas. Persepsi atau keyakinan
terhadap diri yang tidak mampu ini berkaitan erat dengan tinggi atau
rendahnya tingkat self-efficacy mahasiswa tersebut. Self-efficacy adalah
penilaian seseorang tentang apa yang dapat dilakukan dengan ketrampilan
apapun yang dimilikinya sehingga nantinya akan berpengaruh pada cara
mengatasi situasi tersebut untuk mencapai tujuan tertentu dengan berhasil.
Penilaian atau perasaan itu berkaitan dengan kompetensi dan efektifitas
yang berakhir pada cara/usaha khususnya dalam mengerjakan skripsi.
Kecemasan dasar yang dialami oleh mahasiswa merupakan salah
timbulkan jika seseorang memiliki self-efficacy rendah antara lain adalah
menghindari tugas yang sulit, merasa tidak mampu, kurang berani
mengambil resiko, dan rentan mengalami gangguan emosional seperti
stress dan depresi. Oleh karena itu, berdasarkan keadaan nyata serta
wawancara, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“SELF-EFFICACY MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP UPAYA PENINGKATAN
SELF-EFFICACY (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2010).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui butir-butir self-efficacy yang
tergolong sedang, rendah dan sangat rendah sehingga dapat menjadi bahan
evaluasi diri maupun program studi melalui upaya untuk meningkatkan
self-efficacy mahasiswa dalam menghadapi skripsi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini
adalah:
1. Seberapa tinggi self-efficacy mahasiswa Bimbingan dan Konseling
angkatan 2010 dalam mengerjakan skripsi?
2. Berbagai upaya apa yang dapat membantu untuk meningkatkan
self-efficacy mahasiswa angkatan 2010 Bimbingan dan Konseling dalam
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan tingkat self-efficacy diri mahasiswa Bimbingan
dan Konseling angkatan 2010 dalam mengerjakan skripsi.
2. Merumuskan upaya yang bisa dilakukan untuk membantu
meningkatkan self-efficacy mahasiswa angkatan 2010 Program
Studi Bimbingan dan Konseling dalam mengerjakan skripsi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk menambah kekayaan
pengetahuan konseptual berkaitan dengan self-efficacy.
2. Manfaat praktis
a. Bagi subyek
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
tentang tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 dalam mengerjakan
skripsi serta upaya untuk dapat meningkatkan self-efficacy.
b. Bagi program studi Bimbingan dan Konseling
Mengetahui sejauh mana tingkat self-efficacy mahasiswa
masukan upaya untuk meningkatkan self-efficacy yang masih
tergolong sedang, rendah, dan sangat rendah.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
berlatih melakukan penelitian deskriptif kuantitatif serta
melihat lebih jauh keadaan sebenarnya tentang tingkat
self-efficacy mahasiswa dalam mengerjakan skripsi khususnya
Program Studi Bimbingan dan konseling angkatan 2010.
E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dari judul penelitian ini, maka
peneliti merasa perlu memberikan penegasan batasan istilah dalam judul,
yaitu:
1. Self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang apa yang dapat
dilakukan dengan ketrampilan dimilikinya dan akan berpengaruh
pada cara mengatasi situasi untuk mencapai tujuan tertentu dengan
berhasil. Penilaian atau perasaan itu berkaitan dengan kompetensi
dan efektifitas yang berakhir pada cara/usaha khususnya dalam
mengerjakan skripsi.
2. Skripsi adalah merupakan karangan ilmiah serta proses
pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan
analisisnya dalam mengkaji, menganalisis, memecahkan, dan
3. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma angkatan 2010 adalah individu yang sedang belajar
di perguruan tinggi dan memasuki masa transisi dimana mereka
menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memuat secara singkat tentang kajian pustaka relevan yang
mendasari bangunan konseptual penelitian ini yang meliputi: teori self-efficacy,
pengertian skripsi, dan hakikat mahasiswa.
A. Self-Efficacy
1. Pengertian Self-efficacy
Menurut Schultz (1991), self-efficacy adalah perasaan terhadap
kecukupan, efisiensi, dan kemampuan dalam mengatasi kehidupan.
Selanjutnya, Bandura (Salim, 2001) menyatakan bahwa self-efficacy
adalah keyakinan, persepsi, kekuatan untuk mempengaruhi perilaku bahwa
“aku bisa” untuk dapat mengatasi situasi dan menghasilkan hasil yang
positif lalu akan mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap
situasi dan kondisi tertentu. Papalia, Olds, dan Feldman (2009)
menyatakan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan seseorang bahwa ia
memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk meraih keberhasilan.
Selanjutnya, Feist dan Feist (2010) mengungkapkan bahwa self-efficacy
merupakan keyakinan individu bahwa ia mampu melakukan suatu
tindakan atau perilaku yang dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan
atau diinginkan dalam suatu situasi.
Panjares (Woolfolk, 2004) menambahkan bahwa self-efficacy
kompetensi untuk mengerjakan sebuah tugas spesifik. Woolfolk (2004)
juga menyebutkan bahwa self-efficacy adalah kepercayaan mengenai
kompetensi personal dalam sebuah situasi khusus. Berdasarkan pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa Self-efficacy adalah penilaian seseorang
tentang apa yang dapat dilakukan dengan ketrampilan dimilikinya dan
akan berpengaruh pada cara mengatasi situasi untuk mencapai tujuan
tertentu dengan berhasil. Penilaian atau perasaan itu berkaitan dengan
kompetensi dan efektifitas yang berakhir pada cara/usaha khususnya
dalam mengerjakan skripsi.
2. Proses Psikologis Dalam Self-efficacy
Menurut Bandura (1997: 200), proses psikologis dalam
Self-efficacy yang turut berperan dalam diri manusia ada 4 yakni proses
kognitif, motivasional, afeksi dan proses pemilihan atau seleksi.
a. Proses Kognitif
Proses kognitif merupakan proses berpikir, di dalamya
termasuk pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi.
Kebanyakan tindakan manusia bermula dari sesuatu yang dipikirkan
terlebih dahulu. Individu yang memiliki Self-efficacy yang tinggi
lebih senang membayangkan kesuksesan. Sebaliknya individu yang
memiliki Self-efficacy rendah lebih banyak membayangkan kegagalan
tujuan personal dipengaruhi oleh penilaian kemampuan diri. Semakin
seseorang mempersepsikan dirinya mampu, individu yang
bersangkutan akan semakin membentuk usaha-usaha dalam mencapai
tujuannnya dan semakin kuat komitmen individu terhadap tujuannya
(Bandura, 1997).
b. Proses Motivasi
Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif.
Individu memberi motivasi/ dorongan bagi diri mereka sendiri dan
mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran
sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi
motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah
ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan, seberapa
tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan
mereka dalam menghadapi kegagalan (Bandura, 1997). Menurut
Bandura (1997), ada tiga teori yang menjelaskan tentang proses
motivasi. Teori pertama adalah causal attributions (atribusi
penyebab). Teori ini fokus pada sebab-sebab yang mempengaruhi
motivasi, usaha, dan reaksi-reaksi individu. Individu yang memiliki
Self-efficacy tinggi bila menghadapi kegagalan cenderung
menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak
cukup memadai. Sebaliknya, individu yang Self-efficacy-nya rendah,
cenderung menganggap kegagalanya diakibatkan kemampuan mereka
Teori kedua, outcomes experience (harapan akan hasil), yang
menyatakan bahwa motivasi dibentuk melalui harapan-harapan.
Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka
tentang apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga, goal theory
(teori tujuan), dimana dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat
meningkatkan motivasi.
c. Proses Afeksi
Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan
reaksi emosional. Menurut Bandura (1997), keyakinan individu
akan coping mereka turut mempengaruhi level stres dan depresi
seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi
Self-efficacy tentang kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki
peranan penting dalam timbulnya kecemasaan.
Individu yang percaya akan kemampuannya untuk mengontrol
situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Individu
yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami
level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka,
memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman,
membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang
sebenarnya jarang terjadi (Bandura, 1997).
d. Proses Seleksi
Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi
cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang diluar batas
kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka
mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung tidak
menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat,
individu kemudian dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan
hubungan sosial mereka (Bandura, 1997).
3. Aspek Self-efficacy
Menurut Bandura (1997) ada dua aspek, aspek tersebut adalah;
keyakinan diri (efficacy belief atau efficacy expectation) dan pengharapan
hasil (outcome expectation).
Elliot (2000) menjelaskan Outcome expectation merupakan
estimasi seseorang tentang konsekuensi dan tindakan yang dilakukan.
Outcome expectation terdiri dari tiga sub aspek yaitu pengharapan positif
yang bertindak sebagai pendorong, pengharapan negatif yang bertindak
sebagai penghambat, dan dampak.
Bandura (1997) menjelaskan efficacy expectation merupakan
keyakinan seseorang untuk bisa menguasai dengan baik perilaku yang
dibutuhkan dalam mencapai suatu prestasi. Efficacy expectation terdiri
dari sub aspek yaitu tingkatan (level), kekuatan (strength) dan keadaan
a. Tingkatan (level)
Dimensi level mengacu pada perbedaan self-efficacy yang
dihayati oleh masing-masing individu dikarenakan perbedaan tuntutan
yang dihadapi. Tuntutan tugas mempresentasikan bermacam-macam
tingkat kesulitan atau kesukaran untuk mencapai tuntutan itu sedikit,
maka aktivitas lebih mudah untuk dilakukan, sehingga kemudian
individu akan memiliki self-efficacy yang tinggi.
b. Keadaan Umum (generality)
Individu mungkin akan menilai dan merasa yakin melalui
bermacam-macam aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi tertentu.
Keadaan umum bervariasi dalam jumlah dari dimensi yang
berbeda-beda, diantaranya tingkat kesamaan aktivitas, perasaan dimana
kemampuan ditunjukkan (tingkah laku, kognitif, afektif), ciri kualitatif
situasi dan karateristik individu menuju kepada siapa perilaku itu
ditujukan. Pengukuran berhubungan dengan daerah aktivitas dan
konteks situasi yang menampakkan pola dan tingkat generality yang
paling mendasar berkisar tentang apa yang individu susun pada
kehidupan mereka.
c. Kekuatan (strength)
Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang
diyakini seseorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan
kemampuan mereka akan teguh dan berusaha untuk
mengenyampingkan kesulitan yang dihadapi.
4. Karakteristik Individu yang Memiliki self-efficacy Tinggi dan Self-efficacy
Rendah
a. Karakteristik Individu yang Memiliki Self-efficacy yang Tinggi
Menurut Bandura (1997) adalah:
1) Ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu
menangani sesecara efektif peristiwa dan situasi yang mereka
hadapi
2) Tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas
3) Percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki
4) Memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka
mencari situasi baru
5) Menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan
komitmen yang kuat terhadap dirinya
6) Menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakukanya dan
meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan
7) Berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi
kesulitan
8) Cepat memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan
9) Menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa
b. Karakteristik Individu yang Memiliki Self-efficacy yang Rendah
Menurut Bandura (1997) adalah:
1) Individu yang merasa tidak berdaya
2) Cepat sedih, apatis, cemas
3) Menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit
4) Cepat menyerah saat menghadapi rintangan
5) Aspirasi yang rendah
6) Komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin di capai
7) Dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan
mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari
kegagalanya
8) Serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah
mengalami kegagalan.
5. Faktor yang Mempengaruhi Self-efficacy
Menurut Bandura (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi
self-efficacy dapat diperoleh dari empat prinsip sumber informasi
yaitu: pencapaian kinerja (performance attainment), pengalaman orang
lain (vicarious experience), persuasi verbal (verbal persuasion), dan
keadaan dan reaksi fisiologis (physiological state).
a. Pencapaian Kinerja (performance attainment)
Hasil yang didapatkan secara nyata merupakan sumber
pengalaman otentik yang telah dikuasai (Bandura, Adam, dan
Beyer; Biran dan Wilson; Feltz, Landers, dan Raeder, dalam
Bandura, 1986). Keberhasilan yang diperoleh akan membawa
seseorang pada tingkat self-efficacy yang lebih tinggi, sedang
kegagalan akan merendahkan self-efficacy, terutama jika kegagalan
tersebut terjadi pada awal pengerjaan tugas dan bukan disebabkan
oleh kurangnya usaha atau juga karena hambatan dari faktor
eksternal. Besarnya nilai yang diberikan dari pengalaman baru
tergantung pada sifat dan kekuatan dari persepsi diri yang ada
sebelumnya. Setelah self-efficacy terbentuk karena keberhasilan
yang berulang, kegagalan yang muncul tidak memberikan dampak
yang besar terhadap penilaian individu terhadap kemampuannya.
b. Pengalaman Orang Lain (vicarious experience).
Self-efficacy dapat juga dipengaruhi karena pengalaman
dari orang lain. Individu yang melihat atau mengamati orang lain
yang mencapai keberhasilan dapat menimbulkan persepsi
self-efficacy-nya. Dengan melihat keberhasilan orang lain, individu
dapat meyakinkan dirinya bahwa ia juga bisa untuk mencapai hal
yang sama dengan orang yang dia amati. Ia juga meyakinkan
dirinya bahwa jika orang lain bisa melakukannya, ia juga harus
dapat melakukannya. Jika seseorang melihat bahwa orang lain
yang memiliki kemampuan yang sama ternyata gagal meskipun ia
terhadap kemampuan dia sendiri dan juga akan mengurangi usaha
yang akan dilakukan (Brown dan Inouye, dalam Bandura, 1986).
Self-efficacy dapat diubah melalui pengaruh modeling yang
relevan ketika seseorang memiliki sedikit pengalaman sebagai
dasar penilaian kemampuannya. Karena pengetahuan yang dimiliki
tentang kemampuan diri sendiri sangat terbatas, maka hal tersebut
lebih bergantung pada indikator yang dicontohkan (Takata dan
Takata, dalam Bandura, 1986). Selanjutnya adalah penilaian
self-efficacy selalu berdasarkan kriteria dimana kemampuan dievaluasi
(Festinger; Suls dan Miller, dalam Bandura, 1986). Kegiatan yang
bisa memberikan informasi eksternal mengenai tingkat kinerja
dijadikan dasar untuk menilai kemampuan seseorang. Tetapi,
sebagian besar kinerja tidak memberikan informasi yang cukup
memenuhi, sehingga penilaian self-efficacy diukur melalui
membandingkannya dengan kinerja dari orang lain (Bandura,
1986).
c. Persuasi Verbal (verbal persuasion)
Persuasi verbal digunakan untuk memberikan keyakinan
kepada seseorang bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang
memadai untuk mencapai apa yang diinginkan. Seseorang yang
berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukkan suatu usaha
yang lebih keras jika dibandingkan dengan individu yang memiliki
menghadapi suatu kesulitan. Namun, peningkatan keyakinan
individu yang tidak realistis mengenai kemampuan diri hanya akan
menemui kegagalan. Hal ini dapat menghilangkan kepercayaan
orang lain kepada orang yang mempersuasi dan juga akan
mengurangi self-efficacy orang yang dipersuasi.
d. Keadaan dan Reaksi Fisiologis (physiological state)
Seseorang menjadikan keadaan fisiologisnya sebagai
sumber informasi untuk memberikan penilaian terhadap
kemampuan dirinya. Individu merasa gejala-gejala somatik atau
ketegangan yang timbul dalam situasi yang menekan sebagai
pertanda bahwa ia tidak dapat untuk menguasai keadaan atau
mengalami kegagalan dan hal ini dapat menurunkan kinerjanya.
Dalam kegiatan yang membutuhkan kekuatan dan stamina tubuh,
seseorang merasa bahwa keletihan dan rasa sakit yang dia alami
merupakan tanda - tanda kelemahan fisik, dan hal ini menurunkan
keyakinan akan kemampuan fisiknya.
6. Fungsi Self-efficacy
Self-efficacy yang dipersepsikan tidak hanya sekedar perkiraan
tentang tindakan apa yang akan dilakukan pada masa mendatang
(Bandura, 1986). Keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri juga
berfungsi sebagai suatu determinan bagaimana individu tersebut
situasi-situasi yang sedang dialami. Keyakinan diri juga memberikan
kontribusi terhadap kualitas dari fungsi psikososial seseorang. Bandura
(1986) menjelaskan fungsi dan berbagai dampak dari penilaian
self-efficacy antara lain sebagai berikut:
a. Perilaku Memilih.
Dalam kehidupan sehari-hari, individu seringkali
dihadapkan dengan pengambilan keputusan, meliputi pemilihan
tindakan dan lingkungan sosial yang ditentukan dari penilaian
efficacy individu. Seseorang cenderung untuk menghindar dari
tugas dan situasi yang diyakini melampaui kemampuan diri
mereka, dan sebaliknya mereka akan mengerjakan tugas-tugas
yang dinilai mampu untuk mereka lakukan (Bandura, 1977).
self-efficacy yang tinggi akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam
suatu kegiatan atau tugas yang kemudian akan meningkatkan
kompetensi seseorang. Sebaliknya, self-efficacy yang rendah dapat
mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungan dan
kegiatan sehingga dapat menghambat perkembangan potensinya.
Seseorang yang memiliki penilaian self-efficacy-nya secara
berlebihan cenderung akan menjalankan kegiatan yang jelas di atas
jangkauandengan kegagalan kemampuannya. Akibatnya dia akan
mengalami kesulitan-kesulitan yang berakhir yang sebenarnya
tidak perlu terjadi, dan hal ini bisa mengurangi kredibilitasnya.
juga akan mengalami kerugian, walaupun kondisi ini lebih seperti
memberi batasan pada diri sendiri daripada suatu bentuk
keengganan. Melalui kegagalan dalam mengembangkan potensi
kemampuan yang dimiliki dan membatasi kegiatan-kegiatannya,
seseorang dapat memutuskan dirinya dari banyak pengalaman
berharga. Seharusnya ia berusaha untuk mencoba tugas-tugas yang
memiliki penilaian yang penting, tetapi ia justru menciptakan suatu
halangan internal dalam menampilkan kinerja yang efektif melalui
pendekatan dirinya pada keraguan (Bandura, 1986).
b. Usaha yang Dilakukan dan Daya Tahan
Penilaian terhadap efficacy juga menentukan seberapa besar
usaha yang akan dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan
bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak
menyenangkan. Semakin tinggi self-efficacy seseorang, maka akan
semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan. Ketika
dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki self-efficacy
tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi
tantangan tersebut. Sedangkan orang yang meragukan
kemampuannya akan mengurangi usahanya atau bahkan menyerah
sama sekali (Bandura dan Cervone; Brown dan Inouye; Schunk;
c. Pola Berpikir dan Reaksi Emosi.
Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga
mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosionalnya selama
interaksi aktual dan terantisipasi dengan lingkungan. Individu yang
menilai dirinya memiliki self-efficacy rendah, merasa tidak mampu
dalam mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan
terpaku pada kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang
mungkin timbul lebih berat dari kenyataannya (Beck; Lazarus dan
Launier; Meichenbaum; Sarason, dalam Bandura, 1986).
Sebaliknya, individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan
lebih memusatkan perhatian dan mengeluarkan usaha yang lebih
besar terhadap situasi yang dihadapinya, dan setiap hambatan yang
muncul akan mendorongnya untuk berusaha lebih keras lagi.
self-efficacy juga dapat membentuk pola berpikir kausal (Collin, dalam
Bandura, 1986). Dalam mengatasi persoalan yang sulit, individu
yang memiliki self-efficacy tinggi akan menganggap kegagalan
terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukan, sedang yang
memiliki self-efficacy rendah lebih menganggap kegagalan
disebabkan kurangnya kemampuan yang ia miliki. Perwujudan dari
keterampilan yang dimiliki. Banyak penelitian membuktikan
bahwa self-efficacy dapat meningkatkan kualitas dari fungsi
psikososial seseorang (Bandura, 1986). Seseorang yang
akan membentuk tantangan-tantangan terhadap dirinya sendiri
yang menunjukkan minat dan keterlibatan dalam suatu kegiatan.
Mereka akan meningkatkan usaha jika kinerja yang dilakukan
mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan, menjadikan
kegagalan sebagai pendorong untuk mencapai keberhasilan, dan
memiliki tingkat stres yang rendah bila menghadapi situasi yang
menekan. Individu yang memiliki self-efficacy rendah biasanya
akan menghindari tugas yang sulit, sedikit usaha yang dilakukan
dan mudah menyerah menghadapi kesulitan, mengurangi perhatian
terhadap tugas, tingkat aspirasi rendah, dan mudah mengalami
stress dalam situasi yang menekan.
B. Skripsi
1. Definisi Skripsi
Skripsi merupakan suatu bentuk karangan ilmiah yang wajib
ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan akademisnya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,1998). Menurut Hidayat (2008) skripsi merupakan proses
pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan
analisisnya dalam mengkaji, menganalisis, memecahkan, dan
menyimpulkan masalah yang ditelitinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Skripsi adalah merupakan
mengasah kemampuan analisisnya dalam mengkaji, menganalisis,
memecahkan, dan menyimpulkan masalah yang ditelitinya.
2. Syarat Penulisan Skripsi Bagi Mahasiswa BK
Adapun syarat khusus yang dimiliki Program Studi Bimbingan
Konseling Universitas Sanata Dharma bagi mahasiswa yang akan
menulis skripsi. Menurut buku pedoman akademik kurikulum 2006
program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
antara lain:
a. Proposal skripsi dapat diajukan bila mahasiswa telah menempuh
dan lulus mata kuliah seminar bimbingan dan konseling, penelitian
pendidikan I, penelitian pendidikan II, dan PPL SMA. Mahasiswa
telah memperoleh sekurang kurangnya 120 sks dengan IPK 2.00
dan terdaftar sebagai mahasiswa aktif dalam semester yang
bersangkutan.
b. Prosedur pengajuan proposal skripsi:
1) Mahasiswa menyusun proposal skripsi sesuai ketentuan
pedoman usulan skripsi program studi bimbingan dan
konseling dalam priode pengumpulan proposal skripsi yang
diatur oleh program studi bimbingan dan konseling dan
menyampaikannya kepada ketua program studi bimbingan dan
2) Ketua program studi bimbingan dan konseling menilai
kelayakan proposal skripsi (sesuai bidang ilmu) dan
menentukan pembimbing skripsi.
c. Prosedur pembimbingan skripsi:
1) Mahasiswa menulis skripsi dengan bimbingan dosen dalam
jangka waktu seperti yang tertulis dalam usulan skripsi
2) Pertemuan dosen dengan mahasiswa sekurang-kurangnya 2x
perminggu
3) Dosen menuliskan laporan kemajuan penulisan skripsi tiap
mahasiswa pada kartu bimbingan skripsi pada setiap
pertemuan. Kartu bimbingan skripsi disimpan oleh mahasiswa
dan harus ditunjukkan kepada dosen setiap pembimbingan
skripsi.
C. Mahasiswa
1. Definisi Mahasiswa
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997),
mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi.
Mahasiswa termasuk dalam masa dewasa awal dan merupakan periode
penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan
harapan-harapan sosial baru. Dewasa awal diharapkan memainkan peran baru,
baru, mengembangkan sikap-sikap baru, dan nilai-nilai baru sesuai
tugas baru ini (Hurlock, 1996).
Menurut Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa
transisi, baik transisi secara fisik, transisi secara intelektual, serta
transisi peran sosial.
Jadi mahasiswa prodi BK angkatan 2010 yang merupakan
responden dari penelitian ini adalah individu yang sedang belajar di
perguruan tinggi dan memasuki masa transisi dimana mereka
menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan sosial
baru termasuk salah satunya adalah mengerjakan skripsi.
2. Ciri-ciri Mahasiswa
Dalam bukunya, Kartono (1985) menjelaskan bahwa
mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri,
antara lain:
a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di
perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum
intelegensia.
b. Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin
yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat
ataupun dalam dunia kerja.
c. Mahasiswa juga diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang
d. Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, variabel penelitian,
subjek penelitian, alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas, teknik
analisis data penelitian, prosedur pengumpulan dan analisis data
penelitian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (2003) metode
deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian
pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat
penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang
masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi
yang rasional dan akurat. Dengan demikian penelitian ini akan
menggambarkan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan
menjelaskan serta mencoba menganalisis kebenarannya berdasarkan data
yang diperoleh.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah variabel
tunggal yaitu self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010 dalam
mengerjakan skripsi. Variabel ini akan diuraikan secara operasional demi
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang berada pada
semester 8 dan sedang menempuh skripsi. Sebelum penelitian
dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu menentukan populasi yang akan
diteliti. Menurut Sugiono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan
mahasiswa angkatan 2010 Program Studi Bimbingan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 80 orang. Syarat
responden dari penelitian adalah mahasiswa yang terdaftar aktif kuliah,
mengambil mata kuliah tugas akhir/skripsi, berada pada semester 8 dan
mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma. Dari 80 populasi, peneliti mengambil sampel untuk dijadikan
bahan penelitian.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik solvin,
dimana:
n = Sampel
N = Jumlah populasi
Rumus:
Maka,
n = 80
1+80 (0,05)2
n = 80
82 (0,025)
n = 39,5
Jadi jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 39,5. Jika
dibulatkan batas minimal sampel adalah 40 responden (50%). Maka, pada
penelitian ini penelti mengambil 40 responden sebagai sampel dengan
pertimbangan 40 respoden dapat mewakili populasi.
D. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner yang disusun peneliti mengacu pada
prinsip-prinsip skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
Item pernyataan yang terdapat pada kuesioner self-efficacy terdiri
dari pernyataan favorable (pernyataan positif) dan pernyataan unfavorable
(pernyataan negatif). Pernyataan favorable mendukung variabel yang
diukur sedangkan pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang
tidak mendukung variabel.
Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban.
Alternatif jawaban yang dimaksud adalah Sangat Setuju (SS), Setuju
(ST), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Responden akan
diminta untuk menjawab pernyataan yang terdapat pada kuesioner
self-efficacy dengan memilih salah satu alternatif jawaban dengan memberikan
tanda centang (√) pada lembar jawaban. Dengan demikian dapat diketahui
tingkat self-efficacy pada responden. Jika skor yang di dapatkan tinggi,
maka tinggi pula self-efficacy subyek begitu pula sebaliknya jika skor yang
di dapatkan rendah maka renda pula self-efficacy yang dimiliki.
Pada instrument ini peneliti tidak mencantumkan alternatif
jawaban ragu-ragu karena mengurangi kecenderungan responden
memberikan jawaban netral. Norma skoring yang digunakan dalam
Tabel 1
Skoring Kuesioner self-efficacy
Alternatif Jawaban Skor Item yang Favorable
Skor Item yang Unfavorable Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Alternatif jawaban pada skor favorable sangat setuju mendapat
skor 4, setuju mendapat skor 3, tidak setuju mendapat skor 2 dan
sangat tidak setuju mendapat skor 1. Alternatif jawaban pada skor
unfavorable sangat setuju mendapat skor 1, setuju mendapat skor 2,
tidak setuju mendapat skor 3, dan sangat tidak setuju mendapat skor 4.
Penelitian ini menggunakan konstruk kuesioner sebagai dasar
pembuatan kuesioner. Kisi-kisi kuesioner di buat berdasarkan
aspek-aspek self-efficacy Bandura (1997) yaitu dimensi keyakinan diri dan
pengharapan hasil. Oprasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan
Tabel 2
1. Mengerahkan banyak usaha 11, 12, 13 14,15
2. Lebih barani mengambil
skill yang dapat dikembangkan
46, 47, 48 49,50
3. Mengatribusikan kegagalan pada kurangnya skill/usaha
51, 52, 53 54, 55
2. Membayangkan keberhasilan 21, 22, 23 24, 25
E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
1. Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang ingin diukur. Pada penelitian ini menggunakan
validitas konstruk. Validitas konstruk adalah validitas yang
berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam menggukur
pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel
validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang
terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena
melibatkan banyak prosedur temasuk validasi isi dan validasi
kriteria. Rumus yang digunakan untuk uji validitas menggunakan
teknik korelasi product moment.
Keterangan rumus:
n : jumlah responden
x : skor variabel (jawaban responden)
y : skor total variabel untuk responden n
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program
komputerisasi SPSS, di peroleh hasil dari 70 item terdapat 58 item
valid dan 12 item gugur. Menurut peneliti 12 item yang gugur tidak
isi dari beberapa item yang gugur. Rincian item valid dan gugur
terdapat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3
Rincian Item Valid dan Gugur pada Kuesioner
No Aspek Sub Aspek Indikator Item
2. Melihat kemampuan sebagai skill yang dapat dikembangkan
2. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten. Teknik pengukuran reliabilitas yang
digunakan pada penelitian ini adalah teknik alpha cronbach. Adapun
rumus koefisien reliabilitas alpha cronbach (α) adalah sebagai berikut:
α = 2[1- S 2
Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan
kriteria Guilford (Masidjo, 1995). Kriteria Guilford tersaji dalam tabel.
Tabel 4 Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi
1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi
2 0,71 – 0,90 Tinggi
3 0,41 – 0,70 Cukup
4 0,21 – 0,40 Rendah
Syarat suatu alat ukur yang dinyatakan reliable adalah
menghasilkan angka ≥ 0, 70. Dilihat dari tabel hasil pengolahan data alat
ukur ini berdasarkan perhitungan reliabilitas menggunakan koefisiensi
Alpha Cronbach dan dibantu oleh program SPSS 17.0 for Windows,
dihasilkan angka sebesar 0.949 dari 58 item yang menunjukan bahwa alat
ukur ini dapat digunakan.
F. Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah, Sugiyono (2011). langkah-langkah teknik analisis
data yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Penentuan skor pada item kuesioner.
Penentuan dilakukan dengan cara memberikan skor dari
angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku
dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable.
Selanjutnya memasukkannya ke dalam tabulasi data dan
menghitung total jumlah skor serta jumlah skor item. Tahap
selanjutnya adalah menganalisis validitas serta reliabilitas data
secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS.
2. Kategorisasi
Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu
ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang
menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur
(Azwar, 2009). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah
dari sangat rendah sampai dengan sangat tinggi.
Norma kategorisasi disusun berdasar pada norma
kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009:108). Tingkat
self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010 dalam
mengerjakan skripsi terdiri atas lima kategori: sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan norma
kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 5 Norma Kategorisasi
Norma/Kriteria Skor Kategori
X≤ µ -1,5σ Sangat Tinggi
µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Tinggi
µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Sedang
µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Rendah
Keterangan:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh
subjek penelitian berdasarkan
perhitungan skala
Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh
subjek penelitian menurut
perhitungan skala
Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentanggan yang dibagi
dalam 6 satuan deviasi sebaran
µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum
dan minimum
Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan
tinggi rendah tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010
dalam mengerjakan skripsi. Jumlah item 58 setelah menghapus item yang
gugur, diperoleh perhitungan skor subjek sebagai berikut:
Skor maksimum empiris : 4 x 58= 232
Skor minimum empiris : 1 x 58= 58
Luas jarak : 232-58=174
Standar deviasi (σ / sd) : 174:6=29
Hasil perhitungan analisis data skor subjek yang disajikan dalam
norma kategorisasi tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
angkatan 2010 dalam mengerjakan skripsi adalah:
Tabel 6
Hasil Analisis Data Skor Subjek
Norma/Kriteria Skor Rentangg Skor Kategori
X≤ µ -1,5σ >188 Sangat Tinggi
µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 159-187 Tinggi
µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 130-158 Sedang
µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 101-129 Rendah
µ +1,5 σ <X <100 Sangat Rendah
Jadi, tabel di atas menunjukkan bahwa rentang skor diatas 188
termasuk dalam kategori sangat tinggi. Rentang skor 159 sampai 187
termasuk dalam kategori tinggi. Rentang skor 130 sampai 158 termasuk
dalam kategori sedang. Rentang skor 101 sampai 129 termasuk dalam
kategori rendah dan di bawah skor 100 termasuk dalam kategori sangat
G. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian
Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan dan
analisis data:
1. Menyusun kuesioner self-efficacy
2. Pengumpulan data melalui kuesioner
3. Pengolahan data
a. Editing: Proses pengecekan atau pemeriksaan data yang telah
berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena kemungkinan data
yang dikumpulkan tidak memenuhi syarat atau tidak
dibutuhkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
editing adalah pengambilan sampel yang memenuhi kriteria,
kejelasan data, dan kelengkapan isian.
b. Tabulasi: Proses penempatan data kedalam bentuk tabel yang
telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis.
4. Analisis data penelitian menggunakan sistem komputerisasi dengan
program SPSS 17.0 for Windows.
5. Mendeskripsikan hasil penelitian melalui pembahasan dan
penenentuan upaya peningkatan
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN UPAYA
Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan. Penyajian hasil
penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan
penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling angkatan 2010
Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner self-efficacy, dilakukan analisis data
dengan teknik deskriptif kategoris dan presentase yang di sajikan
dalam tabel dan grafik.
Tabel 7
Kategorisasi tingkat Self-efficacymahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 dalam mengerjakan skripsi
Dalam prespektif grafis, komposisi dan sebaran subyek berdasarkan tingkat
self-efficacy maka tergambar grafik sebagai berikut:
Grafik 1
Tingkat Self-efficacyMahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2010
0 5 10 15 20 25 30
Sangat Tinggi Tinggi Sedang
Pengamatan pada tabel maupun grafik menunjukkan:
a. Terdapat 11 mahasiswa (27%) yang memiliki self-efficacy
sangat tinggi
b. Terdapat 28 mahasiswa (70%) yang memiliki self-efficacy
tinggi
c. Terdapat 1 mahasiswa (3%) yang memiliki self-efficacy
d. Tidak terdapat mahasiswa (0%) yang memiliki self-efficacy
rendah
e. Tidak terdapat mahasiswa (0%) yang memiliki self-efficacy
sangat rendah
Jadi, sebagian besar mahasiswa Bimbingan dan Konseling
angkatan 2010 memiliki self-efficacy dalam kategori tinggi dan hanya
3% saja dari jumlah subyek yang diteliti teridentifikasi memiliki
self-efficacy pada tingkat sedang.
2. Mengidentifikasi butir-butir pengukuran self-efficacy yang rendah
frekuensi kemunculannya
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menghapus item yang
gugur maka, analisis skor item pengukuran self-efficacy diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Analisis Item Pengukuran Self-efficacy
Data yang terdapat dalam tabel di atas menunjukkan bahwa item dengan
skor yang berada dalam ketegori sangat tinggi berjumlah 24 item, item dengan
skor yang berada dalam kategori tinggi berjumlah 31 item, item dengan skor yang
berada dalam kategori sedang berjumlah 3 item, dan tidak ada satupun item yang
berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Oleh karena itu, item yang
teridentifikasi dalam kategori sedang, digunakan menjadi dasar untuk
merumuskan upaya peningkatan self-efficacy. Item yang masuk dalam kategori
sedang, di uraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 9
Item-item pernyataan yang tergolong dalam kategori sedang
No Aspek Sub aspek Nomor item dan pernyataan Skor item Rank
19. Saat waktu kosong saya lebih memilih tidur, main,
2.4 Dampak 61. Saya lebih cepat mengerjakan skripsi dibanding dengan teman-teman saya lainnya
110
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Tingkat self-efficacy mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling angkatan 2010
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang diperoleh
peneliti, tampak perilaku dan pernyataan yang mengidentifikasikan
bahwa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 memiliki self-efficacy
rendah. Namun hasil penelitian yang tergambar dalam tabel, terdapat
11 mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy dalam kategori sangat
tinggi. Terdapat 28 mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy dalam
kategori tinggi. Terdapat 1 mahasiswa memiliki tingkat self-efficacy
dalam kategori sedang. Sedangkan tidak terdapat mahasiswa yang
berada dalam kategori self-efficacy rendah dan sangat rendah.
Berdasarkan paparan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 memiliki
self-efficacy yang tinggi dan sebagian kecil memiliki self-efficacy yang
sedang.
Tingkat tinggi atau rendah self-efficacy yang di miliki
seseorang tergantung pada dimensi self-efficacy Bandura (1997). Tiga
dimensi self-efficacy pada mahasiswa yang menyusun skripsi dapat di
merupakan tingkat keyakinan individu akan derajat kesulitan tugas.
Maksudnya adalah tingkat keyakinan individu akan derajat kesulitan
dari skripsi dan tuntutan selama mengerjakan skripsi.
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
kemungkinan mempunyai level yang tinggi dalam menyusun skripsi.
Mahasiswa mampu menilai hambatan-hambatan dalam menyelesaikan
skripsi, mengetahui hambatan-hambatan dan tantangan yang dihadapi
dalam menyelesaikan skripsi, dapat mengatur motivasi dan aktivitas
belajar untuk dapat mempunyai keterampilan dalam menyelesaikan
skripsi, sehingga mahasiswa dapat menentukan minat dan target dalam
menyelesaikan skripsi.
Dimensi kedua adalah kekuatan atau strength. Mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki strength yang
tinggi dalam menyusun skripsi yakin memiliki kompetensi yang
dibutuhkan dalam mengerjakan skripsi, mempunyai konsistensi dalam
menyusun skripsi, mahasiswa yakin dapat memfokuskan dirinya untuk
menyelesaikan skripsinya, dengan yakin memiliki konsistensi yang
tinggi dalam menyusun skripsi, mahasiswa yakin dapat meningkatkan
usaha-usahanya ketika ia mengalami kegagalan atau ketika mengalami
kesulitan dalam menyusun skripsi.
Dimensi terakhir adalah Generality yang dapat mengukur
tugas-tugas dan pengalam-pengalaman sebelumnya untuk dijadikan
sebagai suatu pengalaman yang dapat membantu ketika menyusun
skripsi saat ini. Kemungkinan mahasiswa yang mempunyai Generality
tinggi dalam menyusun skripsi dapat menggeneralisasikan
pengalaman-pengalaman menyelesaikan tugas yang terdahulu sebagai
pengalaman yang dapat membantu dalam menyelesaikan skripsi.
Mahasiswa dapat menjadikan cara-cara atau strategi-strategi
menyelesaikan tugas masa lalu untuk diterapkan di dalam menyusun
skripsi, sehingga dalam menyusun skripsi mempunyai strategi-strategi
yang dapat memperlancar dalam menyusun skripsi. Walaupun
pengalaman masa lalu dalam menyelesaikan tugas mengalami
kegagalan, tidak menjadikan pengalaman menyelesaikan tugas tersebut
sebagai hambatan, namun menjadi pengalaman untuk mengkoreksi
cara-cara atau strategi-strategi tersebut agar lebih baik dan dapat
memperlancar proses penyusunan skripsi.
Tinggi atau rendahnya self-efficacy juga dipengaruhi oleh
beberapa proses psikologis. Menurut Bandura (1997) ada beberapa
proses psikologis dalam self-efficacy. Proses tersebut adalah kognitif
yang merupakan proses berpikir, motivasi yang merupakan dorongan
bagi diri untuk mengarahkan tindakan, afeksi yaitu proses pengaturan
kondisi emosi dan reaksi emosional, dan seleksi yaitu kemampuan
memilih aktivitas dan situasi tertentu yang turut mempengaruhi efek
Pertama adalah proses kognitif. Proses kognitif merupakan
proses berpikir, di dalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian,
dan penggunaan informasi, dimana tindakan individu bermula dari
sesuatu yang dipikirkan terlebih dahulu. Mahasiswa membayangkan
keberhasilan yang akan dicapainya jika menyelesaikan penulisan
skripsi tepat waktu tanpa mengulur-ulur. Hal ini akan terlihat dari
perilaku yang ditunjukkan melalui berbagai bentuk usaha untuk
mencapai keberhasilan tersebut. Usaha-usaha dari beberapa mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 terlihat dari
cara mereka yang aktif bertanya ke dosen pembimbing, berkumpul di
kampus dengan beberapa teman-teman yang dapat diajak berdiskusi,
dan mencari reverensi di perpustakaan serta sumber media lainnya.
Harapan keberhasilan yang dicapai misalnya saja orangtua
akan merasa bangga jika dapat menyelesaikan penulisan skripsi tepat
waktu dan mereka juga sesegera mungkin dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya maupun bekerja di instansi yang
diinginkan. Hal tersebut semakin diperkuat dengan keyakinan individu
dalam menggunakan kemampuannya sebagai skill yang dapat
dikembangkan dalam situasi yang dihadapi. Mahasiswa yang
mengalami peningkatan self-efficacy karena proses kognitif akan yakin
dengan sepenuh hati dan usaha yang telah dilakukan bahwa dia mampu
menyelesaikan skripsi sesuai dengan taget yang ditentukan sehingga
Menurut Bandura (1997) peran self-efficacy sebagai
mekanisme kognitif memunculkan fungsi kontrol individu dalam
bereaksi terhadap stress. Individu yang yakin dengan kemampuannya
mengontrol stress secara efektif cenderung tidak gelisah. Hal ini berarti
bahwa self-efficacy berpengaruh pada emosi individu, yang
berimplikasi pula pada kemampuannya menghadapi stresor. Dalam
proses motivasi dan afeksi saling berkaitan erat karena berpengaruh
pada keyakinan individu akan coping (pengentasan masalah)
khususnya dalam proses penyelesaian skripsi. Mahasiswa
membutuhkan orang yang dapat menjadi model bagi dirinya yang turut
mempengaruhi level stres dan depresi. Saat mahasiswa berada pada
situasi yang sulit seperti tantangan yang sedang atau akan dihadapi saat
proses penyelesaian skripsi kondisi emosi akan berubah-ubah. Maka ia
membutuhkan motivasi yang lebih sebagai dorongan bagi diri mereka
sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran
sebelumnya.
Menurut Bandura, ada tiga teori yang menjelaskan tentang
proses motivasi. Teori pertama adalah causal attributions (atribusi
penyebab). Teori ini fokus pada sebab-sebab yang mempengaruhi
motivasi, usaha, dan reaksi-reaksi individu.. Bagi mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 sebab yang
mempengaruhi motivasi dan usaha ada bermacam-macam seperti