HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kematangan E-Learning Guru Matematika a. Aspek context
Kematangan e-learning guru matematika dari aspek context
memperoleh rata-rata sebesar 36,630 dari skor maksimal 56. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 62,96%. Skor tersebut menunjukkan bahwa guru matematika telah mampu menerapkan pembelajaran berbasis e-learning.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, guru matematika SMA Kota Yogyakarta telah mengetahui tujuan dan manfaat pembelajaran berbasis e-
learning dengan baik. Namun belum dapat menerapkannya dengan baik.
Aspek context kematangan e-learning guru matematika akan lebih baik
pelatihan/workshop mengenai pembelajaran matematika berbasis e-
learning. Selain guru, sekolah atau pemerintah perlu memberikan
dorongan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan TIK-nya. Dorongan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan/workshop secara rutin atau memfasilitasi guru untuk mengikuti
pelatihan/workshop.
b. Aspek input
Kematangan e-learning guru matematika dari aspek input
memperoleh rata-rata sebesar 21,611 dari skor maksimal 44. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 48,15%. Skor tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan konten e-learning
yang dilakukan oleh guru matematika kurang baik.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, banyak guru matematika SMA Kota Yogyakarta belum memanfaatkan fitur layanan aplikasi online
assessment. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran seperti pengumpulan
tugas, pengumuman nilai, dan tes/ulangan harian masih dilakukan secara manual.
Peningkatan aspek input dilakukan dengan meningkatkan
kemampuan guru matematika dalam menyusun konten e-learning. Setiap
guru memiliki kesempatan untuk menggunggah bahan ajar di situs e-
secara maksimal. Tidak jarang guru matematika hanya menggunakan bahan ajar yang telah diunggah oleh guru lain.
Selain menyusun konten, peningkatan aspek input juga dilakukan
dengan meningkatkan kemampuan guru matematika dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran yang berbasis e-learning. Evaluasi dapat berupa
pengumpulan tugas maupun tes/ulangan yang dilakukan secara serempak atau yang telah ditentukan tenggang waktu pelaksanaannya.
c. Aspek process
Kematangan e-learning guru matematika dari aspek process
memperoleh rata-rata sebesar 10,430 dari skor maksimal 24. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori sangat rendah dengan persentase sebesar 48,15%. Skor tersebut menunjukkan bahwa transaksi dan pemanfaatan fitur-fitur dalam situs e-learning yang dilakukan oleh guru
matematika sangat buruk.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, banyak guru yang belum menerapkan pembelajaran berbasis e-learning ketika jam pelajaran
sekolah. Selain itu, penerapan pembelajaran berbasis e-learning di luar
jam pelajaran sekolah juga jarang dilakukan oleh guru meskipun skor yang diperoleh lebih tinggi daripada penerapan ketika jam pelajaran. Pengelolaan e-learning melalui komputer, laptop, atau smartphone juga
Guru matematika SMA Kota Yogyakarta belum memanfaatkan fitur- fitur layanan aplikasi yang tersedia di situs e-learning secara maksimal.
Fitur-fitur tersebut adalah online learning, online assessment, forum dan
chat, latihan soal, recording grades dan lain-lain. Sangat sedikit guru yang
menggunakan fasilitas chatting dan forum diskusi untuk berdiskusi dengan
guru lain atau peserta didik. Bagi guru matematika, diskusi hanya dapat berlangsung dengan tatap muka secara langsung.
Transaksi dalam menerapkan pembelajaran berbasis e-learning yang
dilakukan oleh guru matematika masih sebatas di luar jam pelajaran sekolah. Seharusnya guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis e-
learning ketika jam pelajaran sekolah dengan sangat baik karena sarana
dan prasarana yang mendukung telah tersedia secara lengkap di sekolah. Selain itu, pemanfaatan fitur-fitur di situs e-learning harus dimanfaatkan
secara maksimal supaya pembelajaran dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
d. Aspek product
Kematangan e-learning guru matematika dari aspek product
memperoleh rata-rata sebesar 7,796 dari skor maksimal 12. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 61,11%. Skor tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika berbasis e-learning memiliki pengaruh yang baik.
Meskipun aspek input dan process termasuk dalam kategori rendah
dan sangat rendah, guru matematika menyadari bahwa pembelajaran berbasis e-learning memberikan pengaruh yang baik bagi guru maupun
bagi peserta didik. Pengaruh bagi guru yaitu pembelajaran berbasis e-
learning dapat membantu guru dalam membantu penguasaan materi
peserta didik. Sedangkan pengaruhnya bagi peserta didik yaitu dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar peserta didik.
Secara keseluruhan, kematangan e-learning guru matematika SMA Kota
Yogyakarta memperoleh rata-rata sebesar 19,034. Skor tersebut termasuk dalam kategori rendah yang berarti bahwa kematangan e-learning yang dimiliki oleh
guru matematika SMA Kota Yogyakarta kurang baik. Guru belum memanfaatkan fitur-fitur yang ada di situs e-learning secara maksimal sehingga penerapan
pembelajaran berbasis e-learning belum dapat berjalan sesuai yang diinginkan.
2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung a. Perangkat TIK
Perangkat TIK yang mendukung pembelajaran berbasis e-learning di
SMA Yogyakarta memperoleh rata-rata sebesar 20 dari nilai maksimal sebesar 24. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 90,91%. Skor tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan perangkat keras TIK yang mendukung pembelajaran berbasis TIK di SMA Yogyakarta sangat baik.
Tidak tersedianya smartboard di SMA menjadi penyebab utama
perangkat TIK tidak mencapai nilai maksimal. Hanya tiga dari sebelas sekolah yang memiliki smartboard, yaitu SMAN 2 Yogyakarta, SMAN 7
Yogyakarta, dan SMAN 11 Yogyakarta. Smartboard yang dimiliki juga
hanya satu buah di masing-masing sekolah tersebut dan diletakkan di laboratorium komputer.
b. Infrastruktur jaringan
Infrastuktur jaringan untuk mendukung pembelajaran berbasis e-
learning memperoleh rata-rata sebesar 12 dari nilai maksimal sebesar 12.
Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 100%. Skor tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan infrastuktur jaringan untuk mendukung pembelajaran berbasis TIK di SMA Yogyakarta sangat baik. Seluruh SMAN telah memiliki infrastuktur jaringan yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis e-learning.
c. Laboratorium komputer
Laboratorium komputer yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran berbasis e-learning memperoleh rata-rata sebesar 15 dari
nilai maksimal sebesar 19. Skor yang diperoleh ini termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 100%. Skor tersebut
menunjukkan bahwa laboratorium komputer yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran berbasis e-learning di SMA Kota Yogyakarta
sangat baik.
Luas ruangan laboratorium yang tidak memenuhi standar menjadi penyebab utama laboratorium komputer tidak mencapai nilai maksimal. Hanya tiga dari sebelas sekolah yang memiliki luas ruang laboratorium sesuai ketentuan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, yaitu SMAN 2 Yogyakarta, SMAN 7 Yogyakarta, dan SMAN 11 Yogyakarta. Selain luas ruang laboratorium yang tidak sesuai ketentuan, ada tiga sekolah yang tidak memiliki papan tulis di ruang laboratorium, yaitu SMAN 2 Yogyakarta, SMAN 7 Yogyakarta, dan SMAN 10 Yogyakarta. Secara keseluruhan, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran berbasis e-learning SMA Kota Yogyakarta memperoleh rata-rata
sebesar 16,54. Skor tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi yang berarti bahwa ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran berbasis e-
learning SMA Kota Yogyakarta sangat baik. Aset yang dimiliki tersebut harus
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Karena sekolah akan rugi jika aset besar tersebut hanya dimanfaatkan pada batas minimalnya.
Berdasarkan pembahasan, diperoleh tingkat kematangan e-learning guru
matematika berada pada tingkat rendah sedangkan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana pendukungnya berada pada tingkat sangat tinggi. Terjadi kesenjangan (gap) antara dua komponen tersebut. Untuk itu, perlu adanya perbaikan terhadap
guru matematika agar pembelajaran berbasis e-learning dapat berjalan seperti
yang telah direncanakan.