• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Implementasi Gadai Syariah

Pada PT Pegadaian Persero produk gadai syariah menggunakan akad rahn yaitu adalah pemberian pinjaman kepada Rahin atau peminjam dengan menahan sejumlah harta yang dimiliki sebagai jaminan atau marhun sampai pinjaman tersebut dapat dilunasi oleh Rahin dalam jangka maksimum 120 hari yang mana pinjaman dapat diperpanjang atau dicicl. Marhun yang dititipkan kepada Pegadaian akan dikenakan biaya pemeliharaan atau disebut Mu’nah.

2. Proses Manajemen Risiko Operasional

Adapun Proses Manajemen risiko yang dilakukan oleh PT Pegadaian (Persero) yaitu :

a. Identifikasi risiko

Dalam proses identifikasi dan penilaian risiko pegadaian menerapkan sistem Risk Control Self Assesment (RSCA) yang mana membantu perusahaan dalam membuat kerangka kerja dan digunakan

dalam menganalisis risiko yang dilakukan secara langsung oleh seluruh unit kerja. Sistem ini diberlakukan pada seluruh unit kerja perusahaan.

Berdasarkan proses tersebut, unit kerja menentukan langkah-langkah mitigasi risiko yang dibutuhkan untuk memantau, mengontrol, dan meminimalkan terjadinya risiko, yang selanjutnya dikaji dan disetujui oleh Unit Manajemen Risiko dan kemudian hasil yang didapat akan dilaporkan setiap 3 bulan sekali.

Dilihat dari annual report 2016 risiko opersional yang terjadi pada PT Pegadaian (Persero) adalah:

1. Tindakan kecurangan atas wewenang jabatan yang dilakukan oleh pemimpin cabang, penaksir, pengelola UPC.

2. Pengisian formasi jabatan dan penaksir yang belum sesuai dengan standar sehingga dapat mengganggu operasional perusahaan

3. Kurangnya integritas karyawan terhadap perusahaaan seperti penggelapan uang dan barang jaminan serta penyalahgunaan password

4. Batas kewenangan untuk mengeluarkan uang dan pemutus kredit belum dilakukan melalui sistem IT sehingga masih sering disalahgunakan.

5. Pelanggaran oleh karyawan yang disebabkan karena belum dilakukan evaluasi dan efektifitas sanksi atas kode etik dan PKB

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pihak Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin, pihak manajemen melakukan dua langkah kebijakan, yaitu :

1) Pengendalian atau pengelolaan risiko (risk control) yang mana hal ini dilakukan dengan menerima risiko dalam tingkatan tertentu, misalnya tidak berfungsinya sistem aplikasi yang disebabkan oleh pemadaman listrik sehingga mengganggu proses operasional perusahaan maka pihak manajemen telah melakukan pengadaan mesin genset atau terjadi kesalahan dalam penaksiran barang jaminan yang disebabkan oleh kelalaian penaksir maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh penaksir.

2) Pengalihan risiko (risk transfer) pengalihan risiko ini dilakukan dengan mengalihkan risiko pada pihak lain yaitu pihak asuransi, misalnya dalam produk gadai terjadi kemacetan pelunasan oleh nasabah maka barang jaminan nasabah akan dilelang, apabila jumlah uang lelang tersebut belum memenuhi kewajiban nasabah maka nasabah harus membayar kekurangan tersebut namun jika nasabah tersebut tidak dapat dihubungi atau ditemui maka kerugian atas transaksi tersebut akan diasuransikan.

b. Pengendalian risiko

Pengendalian adalah suatu kebijakan atau prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen sudah dilaksanakan,

aktivitas pengendalian dilakukan berkaitan dengan review terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan tugas. Dalam hal pengendalian perusahaan sudah menetapkan kebijakan

clustering, dimana barang jaminan disimpan di cabang induk.

Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin juga sudah menetapkan kebijakan clustering yang mana barang jaminan hasil transaksi di UPS akan disimpan di kantor cabang, pimpinan cabang melakukan pengawasan melekat (waskat) terhadap operasional cabang dan UPS dengan melakukan pemeriksaan atau taksir ulang barang jaminan serta dokumen nasabah diisi dan dilengkapi dengan baik.

c. Informasi dan Komunikasi

Langkah ini adalah proses pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam bentuk dan waktu guna mengetahui apakah unit kerja telah melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

Dalam hal ini Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin telah membuat laporan keuangan atau transaksi yang dilakukan setiap bulannya serta melakukan kordinasi kordinas kepada semua unit kerja setiap harinya.

d. Pemantauan

Proses ini dilakukan untuk melakukan kualitas pengendalian intern sepanjang waktu yang mana dilakukan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi terpisah atau kombinasi keduanya.

Dalam proses ini pimpinan sudah melakukan pemantauan terhadap transaksi cabang maupun UPS nya dengan cara melakukan pengawasan melekat (waskat) terhadap barang jaminan, binaan unit kerja terutama untuk pegawai baru.

Untuk mengatasi risiko operasional, PT Pegadaian Persero telah: 1) Memiliki kebijakan, prosedur dan limit yang bermanfaat dalam

memantau, mengukur dan memitigasi risiko operasional.

2) Senantiasa mengkinikan kebijakan dan prosedur sesuai dengan perkembangan organisasi serta perubahan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

3) Memiliki Business Continuity Management System (BCMS), yaitu proses manajemen terpadu dan menyeluruh untuk memastikan kelangsungan operasional Perseroan dalam menjalankan bisnis ketika ada bencana

4) Memiliki sistem pengendalian internal, dimana dalam

pelaksanaannya telah memperhatikan prinsip pemisahan fungsi four eyes principle dan penerapan sistem rotasi untuk menghindari potensi self-dealing atau penyembunyian transaksi tidak wajar ((Persero), 2016)

e. Kebijakan Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin 1. Kebijakan barang gadai

Untuk barang jaminan yang digadaikan ditaksir sesuai dengan harga pasar saat terjadinya akad, untuk barang gadai elektronik maksimal

pemakaian 1 tahun dengan kelengkapan seperti nota pembelian dan box, sedangkan untuk gadai berupa kendaraan bermotor maka dilakukan survei terlebih dahulu.

2. Kebijakan jika terjadi kerugian akibat operasional

Dalam hal ini Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin melakukan evaluasi terlebih dahulu apakah kerugian tersebut dikarenakan oleh kelalaian yang disengaja atau tidak. Apabila kesalahan tersebut dilakukan secara sengaja maka pihak terkait harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut, namun apabila kerugian tersebut buka karena unsur kesengajaan seperti barang jaminan sulit untuk diidentifikasi karena terdiri dari bahan campuran atau kesalahan input yang diakibatkan oleh terjadinya sistem error maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh perusahaan.

3. Kesesuaian Penerapan Manajemen Risiko Operasional produk gadai pada PT Pegadaian (Persero) dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.05/2015

a. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris

Dewan komisaris dan direksi bertanggung jawab atas efektivitas penerapan manajemen risiko dengan melakukan pengawasan minimal 1 kali dalam setahun

Pengawas aktif dilakukan oleh Pimpinan cabang kepada seluruh unit kerja dengan mengembangkan budaya sadar risiko kepada seluruh unit kerja, mengikuti seminar atau pelatihan tentang manajemen risiko.

Adapun wewenang pimpinan cabang yaitu mengatur dan mengambil keputusan jalannya operasional perusahaan agar tidak mengalami kerugian contohnya dengan melakukan pengawasan terhadap unit kerja, melakukan otorisasi apabila transaksi melebihi Rp. 20.000.000,-

b. Kecukupan Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit

Penerapan manajemen risiko yang efektif harus didukung dengan kerangka yang mencakup kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta limit risiko yang telah ditetapkan untuk tercapainya Visi, Misi dan strategi bisnis yang mana penetapan limit tersebut dilakukan pengkajian ulang secara berkala per triwulan. Dalam hal penerapan kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit, Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin telah menerapkan berdasarkan pedoman POJK serta kebijakan-kebijakan manajemen perusahaan.

Hal ini ditunjukkuan dari pemberian pinjaman yang melebihi dari Rp. 20.000.000,- harus dengan persetujuan atau otorisasi dari pimpinan cabang dan melakukan limit batasan pemberian pinjaman.

c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko operasional

Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin memiliki prosedur kegiatan operasional sesuai SOP dan diatur secara jelas baik menurut peraturan direksi maupun surat edaran dalam proses manajemen risiko. Hal ini tercermin dari pelaksanaan penaksiran secara teliti kepada barang jaminan sebelum melakukan proses pemberian pinjaman

d. Sistem Informasi Manajemen Risiko Operasional

Dalam hal sistem informasi manajemen Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin telah melaksanakan sistem pengendalian intern sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.05/2015 tentang penerapan Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank. Dapat dilihat dengan pengendalian intern yang dilakukan sesuai dengan jenis risiko, penetapan pemantauan kepatuhan terhadap kebijakan serta prosedur yang digunakan, serta pembuatan laporan keuangan atas transaksi yang dilakukan setiap hari dalam penentuan limit serta penerapan sistem rotasi guna menghindari self dealing atau penyembunyian transaksi tidak wajar. Namun sistem informasi manajemen risiko operasional harus selalu ditingkatkan guna mencegah timbulnya risiko kerugian.

e. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin telah melakukan sistem pengendalian sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari pengendalian intern yang dilakukan sesuai dengan jenis risiko, penetapan pemantauan kepatuhan terhadap kebijakan serta prosedur yang digunakan dalam penentuan limit, sistem informasi operasional yang memadai seperti laporan dari setiap UPS menunjukkan bahwa pengawasan pimpinan cabang sudah berjalan dengan baik pada risiko operasional.

4. Analisis penerapan manajemen risiko pada Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin

Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin secara garis besar sudah menerapkan manajemen risiko dengan baik namun harus tetap melakukan pengawasan lebih lagi terutama dalam :

a) Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi telah dilakukan dengan baik minimal 1 kali dalam setahun.

b) Pengawasan melekat (waskat) yang dilakukan oleh pimpinan cabang, seperti melakukan penaksiran ulang setiap hari, melakukan pengawasan terhadap kinerja unit kerja

c) Memperbaiki prasarana kantor yang dapat menunjang operasional seperti pengadaan mesin genset agar tidak mengganggu operasional pada saat pemadaman listrik.

d) Untuk mengantisipasi kecurangan dalam pengeluaran uang maka pimpinan cabang melakukan otorisasi terlebih dahulu terutama transaksi melebihi Rp. 20.000.000

e) Agar membangun budaya sadar risiko pimpinan cabang bersama unit kerja mengikuti seminar atau pelatihan tentang manajemen risiko f) Agar meminimalisir kecurangan yang dilakukan unit kerja maka

dilakukan rolling per UPS dan wajib cuti setiap tahun.

g) Ketelitian dalam menaksir barang jaminan sangat diperlukan, adapun kesalahan dalam menaksir dikarenakan oleh penaksir yang masih baru

atau suasana kantor yang sangat ramai membuat konsentrasi penaksir jadi terganggu.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh PT Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin sudah baik dan sesuai dengan peraturan yang diterapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan pihak manajemen, namun hal yang perlu mendapat perhatian khusus ada pada sumber daya manusia (unit kerja) terutama pada pimpinan cabang sebagai pengawas unit kerja yang ada dalam Pegadaian cabang Syariah Kebun Bunga Banjarmasin dan penaksir sebagai pengambil keputusan atas pinjaman. Agar operasional berjalan baik dan tidak mengalami kerugian seperti yang terlihat pada annual report 2016 perlu ketelitian dalam melakukan pekerjaan dan pemilihan unit kerja harus berkompeten dibidangnya serta perlu adanya sistem IT dalam pengeluaran uang.

67 BAB V

Dokumen terkait