• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1. Data Penelitian

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan lewat berbagai pengujian tersebut di atas, dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh variabel independen dan dependen serta variabel moderating adalah sebagai berikut: a. Pengaruh Struktur Aktiva, Return On Assets, Pertumbuhan Penjualan,

Ukuran Perusahaan, Price Earning Ratio, dan Likuiditas terhadap Struktur Pendanaan.

Hasil pengujian hipotesis melalui Uji t pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa Struktur Aktiva memiliki nilai t hitung < t tabel yaitu -2,794 < 1,9744 dan memiliki nilai signifikansi 0,12 < α = 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Struktur Aktiva berpengaruh signifikan terhadap Struktur Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Nilai negatif pada t hitung menunjukkan bahwa Struktur Aktiva berlawanan arah dengan Struktur Pendanaan. Hal ini mengandung arti bahwa semakin tinggi struktur aktiva maka struktur pendanaan akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Adanya pengaruh negatif antara struktur aktiva dan struktur pendanaan dikarenakan perusahaan manufaktur tidak memiliki keinginan untuk menggunakan aktiva tetapnya sebagai agunan hutang. Menurut Riyanto (2011:298), perusahaan industri seperti manufaktur sebagian besar pendanaannya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets) sehingga akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pendanaannya dari internal financing sedangkan hutang sifatnya hanya

sebagai pelengkap. Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah aktiva tetap maka perusahaan akan cenderung lebih banyak menggunakan pendanaan internal sehingga penggunaan hutang semakin kecil atau dengan kata lain struktur pendanaannya semakin rendah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Bayrakdaroghlu et al. (2013) yang berpendapat bahwa kemungkinan struktur aktiva bernilai negatif dikarenakan ketidakmampuan perusahaan untuk menyediakan aktiva tetap yang akan digunakan sebagai agunan hutang. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Raza et al. (2013) yang menyatakan bahwa Strukur Aktiva memiliki hasil yang signifikan dan berbanding terbalik terhadap Struktur Pendanaan.

Return On Assets memiliki t hitung < t tabel yaitu -2,632 < 1,9744 dengan nilai signifikansi 0,009 < α = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa Return On Assets berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Hal ini berarti bahwa kenaikan Return On Assets akan menurunkan Struktur Pendanaan, begitu juga sebaliknya. Hal ini menandakan bahwa Perusahaan Manufaktur lebih menyukai pendanaan internal yaitu berupa laba ditahan sebagai sumber pendanaannya dibandingkan dengan hutang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2001:39) bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi

menggunakan hutang yang relatif kecil. Hal ini juga sejalan dengan Pecking Order Theory yang menerangkan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang dalam jumlah sedikit. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Raza et al. (2013) yang menyatakan bahwa Return On Assets memiliki hasil yang signifikan dan berbanding terbalik terhadap Struktur Pendanaan.

Pertumbuhan penjualan dalam penelitian dihitung sebagai persentase perubahan penjualan pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya. Dengan nilai t hitung < t tabel yaitu 0,723 < 1,9744 dan nilai signifikansi 0,471 > α = 5%, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Pendanaan. Hal ini disebabkan karena penjualan pada perusahaan manufaktur banyak yang berbentuk piutang, sehingga kreditur tidak mempertimbangkan Pertumbuhan Penjualan dalam memberikan kredit. Selain itu, ketika penjualan meningkat, maka laba yang diperoleh perusahaan pun juga akan meningkat, sehingga perusahaan akan lebih meningkatkan dana internalnya untuk membiayai kegiatan operasionalnya dibandingkan harus menggunakan hutang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Raza et al. (2013) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan Penjualan memiliki hasil yang tidak signifikan terhadap Struktur Pendanaan.

Ukuran Perusahaan memiliki nilai t hitung 2,658 > t tabel 1,9744 dengan nilai signifikansi 0,009< α = 5%. Maka dapat disimpulkan

bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Hasil pengujian t tabel, menunjukkan bahwa apabila ukuran perusahaan semakin besar, maka juga akan meningkatkan struktur pendanaannya. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk membagikan informasinya kepada pihak luar perusahaan sehingga perusahaan dapat dengan mudah mendapatkan pendanaan eksternal perusahaan dari pihak luar perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Brigham dan Houston (2001:39), perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal, dan Sartono (2001:249) yang mengatakan bahwa perusahaan yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Saidi (2004) dan Raza et al. (2013) yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berkorelasi positif dan signifikan terhadap Struktur Pendanaan.

Dengan nilai t hitung < t tabel yaitu -1,191 < 1,9744 dan nilai signifikansi 0,235 > α = 5%. maka dapat disimpulkan bahwa Price Earning Ratio memiliki koefisien regresi negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Hal ini dikarenakan Price Earning Ratio tidak memiliki hubungan langsung

dengan Struktur Pendanaan. Price Earning Ratio merupakan rasio pasar (market ratio) yang biasa digunakan investor dalam mengevaluasi kinerkja perusahaan, terutama dalam pengelolaan modal saham dan pencapaian keuntungan bagi investor. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Silitonga (2014) dan Sirait (2014) yang mengatakan bahwa Price Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Pendanaan.

Likuiditas yang diproksikan dengan Currrent Ratio memiliki t hitung < t tabel yaitu -11,902 < 1,9744 dengan niali signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Likuiditas yang diproksikan dengan Currrent Ratio memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap Struktur Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013 dengan koefisien regresi negatif. Artinya, apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka perubahan variabel Current Ratio sebesar 1 akan menurunkan Struktur Pendanaan sebesar 11,902 atau 1190,2%. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin besar likuiditas perusahaan berarti perusahaan memiliki internal financing yang cukup untuk memenuhi kewajibannya sehingga perusahaan cenderung menggunakan hutang dalam jumlah yang rendah. Hal ini sejalan dengan Pecking Order Theory yang dikemukakan Myers dan Majluf (1984) yang menyatakan bahwa perusahaan lebih suka menggunakan internal financing dan hanya menggunakan sedikit hutang apabila diperlukan. Hasil penelitian

ini didukung oleh penelitian Raza et al. (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Struktur Pendanaan.

Dari hasil pengujian secara parsial diketahui variabel sebagian besar variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap Struktur Pendanaan, yaitu Struktur Aktiva, Return On Assets, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio. Hanya dua variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan, yaitu Pertumbuhan Penjualan dan Price Earning Ratio. Hal ini didukung dari nilai R Square sebesar 0,579 atau 57,9% yang artinya variabel independen mampu menjelaskan 57,9% variasi atau perubahan variabel dependen dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya sebesar 42,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Secara simultan Struktur Aktiva, Return On Assets, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Price Earning Ratio, dan Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 4.9 dengan nilai F hitung = 38,337 > F tabel = 2,065 dan nilai signifikansi = 0,000 < α = 5%. Maka Ha diterima.

b. Pengaruh Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderating

Dari uji residual didapatkan nilai koefisien parameter Kepemilikan Institusional bernilai positif yaitu 0,200 dengan nilai signifikansi

0,842> 0,05 yang berarti tidak signifikan. Suatu variabel dianggap sebagai variabel moderating apabila nilai koefisien parameternya positif dan signifikan. Oleh karena itu, Kepemilikan Institusional tidak dapat dianggap sebagai variabel moderating yang memoderasi hubungan antara variabel Struktur Aktiva, Return On Assets, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Price Earning Ratio, dan Likuiditas dengan Struktur Pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Hasil ini didukung oleh penelitian Rahayu dan Faisal (2004) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh terhadap Struktur Pendanaan. Hal ini dikarenakan pemegang saham institusional yang tinggi merupakan pengambil keputusan yang pasif sehingga kurang berpartisipasi dalam hal pengambilan keputusan pendanaan.

BAB V

Dokumen terkait