• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil tes prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pembahasan hasil tersebut meliputi hasil tes. Pembahasan hasil tes penelitian mengacu pada pemerolehan skor yang dicapai siswa ketika diminta untuk menulis teks drama. Aspek-aspek yang dinilai dalam menulis teks drama meliputi lima aspek, yaitu aspek tenia, aspek setting, aspek alur, aspek penokohan atau perwatakan, dan aspek bahasa.

Peneliti dalam mengawali proses pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I dan silkus II, dengan mengucapkan salamterlebih dahulu kepada siswa. Kemudian peneliti melakukan apersepsi dengan menanyakan keadaan siswa dan mengarahkan perhatian siswa agar siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh peneliti. Setelah itu peneliti meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai lima orang.

Kemudian peneliti membagikan teks drama kepada semua siswa. Siswa mulai membaca dan mengamati teks drama tersebut, kemudian disusul dengan berdiskusi untuk menemukan unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama tersebut.

Selanjutnya, peneliti meminta perwakilan dari satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya.

Peneliti meminta siswa berdiskusi untuk menentukan tema yang akandijadikan teks drama. Kemudian peneliti meminta siswa untuk menulis teks drama. Berdasarkan hasil tes menulis teks drama tersebut, peneliti dapat mengetahui

70

kemampuan menulis teks drama siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Tondong Tallasa pada siklus.

Tabel 20. Nilai Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Siswa pada Siklus I dan Siklus II

No Rentangan siklus II, 1 siswa (2,5%) yang mendapat nilai dalam kategori sangat baik. Sebanyak 9 siswa (22,5%) memperoleh nilai kategori baik, sebanyak 17 siswa (42,5%) memperoleh nilai kategori cukup, dan 13siswa (32,5%) dalam kategori kurang.

Peningkatan kemampuan siswa dalm menulis teks drama merupakan prestasi yang patut dibanggakan sebab sebelum dilakukan tindakan siklus I dan siklus II, kemampuan menulis tcks drama siswa masih kurang. Namun setelah diterapkan pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai modeldalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan.

Dengan adanya peningkatan nilai rata-rata tiap aspek pada siklus I membuktikan bahwa penggunaan teks drama sebagai model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan kemampuan

71

menulis teks drama siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Tondong Tallasa. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan teks drama sebagai model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan terbukti mampu membantu siswa dalam meningkatkan kualitas, kreativitas, produktivitas, danefektivitas pembelajaran siswa dalam menulis teks drama.

Kehadiran teks drama sebagai model pembelajaran dan penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam pembelajaran menulis teks drama siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Tondong Tallasa terbukti mampu membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran.

Penggunaan teks drama dalam pembelajaran sangat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan yang mereka alami dalam menentukan unsur-unsur teks drama.

Penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam pembelajaran dapat memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengeluarkan pendapat dan gagasannya dalam bentuk teks drama. Penggunaan model yang tepat dan pemilihan pendekatan yang tepat mampu meningkatkan minat belajar siswa dan pada akhirnya prestasi siswa juga turut meningkat. 1.2 Perubahan Perilaku

Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks drama ini diikuti pula dengan adanya perubahan perilaku siswa mulai dari prasiklus sampai siklus II.

Secara umum siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hasil ini dapat diketahui dari observasi, jurnal, dan wawancara.

72

Kondisi siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Selain itu, masih ada beberapa siswa yang belum mencapai hasil yang sudah ditentukan secara klasikal, yaitu 65.

Kondisi kelas pun pada saat itu belum kondusif, hal itu disebabkan ada beberapa siswa yang masih asyik bercanda dan berbicara sendiri dengan teman sebangku atau sekelompoknya kelika proses pembelajaran berlangsung.

Terkait dengan model yang dihadirkan olch peneliti, siswa menanggapi hal tersebut dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada jumal siswa yang sebagian besar mengemukakan bahwa dengan mcnghadirkan model dalam pembelajaran menuiis teks drama sangat membantu dan mempermudah siswa dalam menuiis teks drama.

Selain itu, siswa juga merasa termotivasi karena siswa dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui menuiis teks drama.Respon siswa ketika diminta untuk mendiskusikan teks drama maupun menentukan tema untuk menuiis teks drama cukup baik. Mereka bekerjasama untuk menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam teks drama tersebut. Namun, masih ada beberapa siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya. Mereka hanya diam saja atau asyik bercanda dan berbicara dengan teman sebangku atau satu kelompoknya.

Kemudian dari hasil observasi maupun dokumentasi foto diketahui bahwa siswa sangat antusias ketika mengamati model yang telah diberikan oleh peneliti.

Namun, ada juga siswa yang kurang antusias dengan model yang dihadirkan oleh peneliti. Hal ini disebabkan mereka merasa malas untuk membaca dan memahami model tersebut. Ada juga siswa yang hanya diam saja dan acuh terhadap model yang

73

dipcrlihatkan. Hal ini disebabkan siswa kurang berminat dengan pembelajaran pada hari itu.

Meskipun hasil tes kemampuan menuiis teks drama pada siklus I belum termasuk pada kategori baik. Setidaknya ada upaya yang dilakukan oleh siswa, yaitu dengan memperbaiki kesulitan yang dialami. Adapun usaha yang dilakukan oleh siswa dengan cara mengamati dan mencoba untuk memahami teks drama yang telah diberikan oleh peneliti.

Dengan cara seperti itu siswa berharap dapat memiliki gambaran yang lebih jelasmengenai teks drama, sehingga memudahkan siswa untuk menuiis teks drama.

Kondisi yang digambarkan pada siklus I ini merupakan permasalahan yang harus dipecahkan untuk upaya perbaikan pada siklus II.

Rencana pembelajaran pada siklus II harus lebih matang daripada siklus I. Pola pembelajaran pada siklus II juga merupakan hasil pertimbangan pendapat dari siswa yang tercantum dalam jurnal dan wawancara. Secara umum siswa sudah merasa senang dengan adanya model dalam pemebelajaran menuiis teks drama karena lebih memudahkan siswa untuk menuiis teks drama, sehingga siswa merasa termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Akan tetapi, ada beberapa siswa yang menginginkan agar pada siklus II teks drama yang digunakan sebagai model dalam pembelajaran menuiis adalah teks drama yang utuh, sehingga lebih memudahkan siswa dalam mcmahami unsur-unsur yang terdapat di dalam drama tersebut. Karena dalam hal ini siswa masih merasa

74

kesulitan dalam menenrukan konflik yang tajam dan jelas dan penokohan yang dapat digambarkan secara jelas.

Hasil dari penerapan siklus II ini ternyata membawa pengaruh yang positif dan cukup memuaskan. Suasana pada siklus II terlihat lebih kondusif. Siswa merespon dengan baik pembelajaran menuiis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran tersebut. Siswa sangat antusias dan lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti. Namun. ada juga siswa yang merasa bosan dengan pembelajaran menuiis teks drama akan tetapi pada akhirnya siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran menulis teks drama. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata kemarnpuan siswa dalam menulis teks drama mengalami peningkatan dan teks drama yang diliasilkan semakin baik.

Kenyataan ini dibuktikan pada hasil tes menulis teks drama dari siklus I, sampai siklus II yang semakin meningkat, meskipun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai batas ketuntasan yang ditentukan akan tetapi dalam hal ini siswa sudah dapat dikatakan telah berhasil menulis teks drama dengan baik.

Terkait dengan penggunaan teks drama sebagai model dalam pembelajaran menulis teks drama, secara umum siswa merespon dengan baik. Sebagain besar siswa mengemukakan bahwa model yang digunakan dalam pembelajaran tersebut sangat membantu siswa dalam menulis teks drama. Dengan model tersebut siswa menjadi lebih paham mengenai unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama, sehingga memudahkan siswa untuk menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk

75

teks drama. Selain itu, siswa juga merasa termotivasi utnuk menulis teks drama yang lebih baik.

Respon yang ditunjukkan siswa pada saat mendiskusikan unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama tersebut sangat baik dibandingkan dengan kegiatan pada siklus I. Mereka kelihatan lebih serius dalam menghayati dan memahami teks drama tersebut. Mereka mengerjakan tugas dengan serius dan tenang. Siswa juga terlihat lebih mudah dalam memahaini teks drama sehingga siswa dapat menghasilkan teks drama yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mulai mampu untuk menulis teks drama.

Berdasarkan analisis data dan situasi pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami perubahan.

Perubahan perilaku ini mengarah pada perubahan perilaku yang baik. Siswa semakin aktif dan bersungguh-sungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan karena mereka merasa senang dan dapat belajar dengan santai Suasana pun menjadi lebih terkendali dan kondusif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran menulis teks drama melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat menarik, karena memudahkan siswa dalam menulis teks drama.

Selain itu, siswa juga dapat pengetahuan yang lebih dalam lagi mengenai teks drama.

Dan siswa pun merasa termotivasi untuk mengekspresikan kreativitasnya dalam menulis teks drama, sehingga siswa dapat menghasilkan teks drama yang lebih baik.

76

BABV

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait