• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian tindakan kelas. Tindakan yang diberikan berupa pendekatan PBL dan model TPS. Kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan PBL dan model TPS adalah KD 3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat provinsi, KD 4.1 menyajikan hasil identifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat provinsi dan KD 3.2 mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama diprovinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang dan KD 4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

Prosedur tindakan penelitian menggunakan 2 siklus. Kondisi pembelajaran IPS saat pra siklus sebelum diberi tindakan pendekatan PBL dan model TPS, hasil belajar siswa yang mencapai KKM ≥80, sebanyak 3 siswa (20% dari seluruh siswa) dengan rata-rata hasil belajar IPS yang diperoleh yakni 63.

Pembelajaran siklus 1 diberi tindakan pendekatan PBL dan model TPS, jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 9 siswa atau 60% dari seluruh siswa dengan rata-rata belajar IPS sebesar 79. Pada pembelajaran siklus 2, jumlah siswa yang mencapai KKM yakni 15 siswa (100% dari seluruh siswa). Rata-rata hasil belajar IPS yang diperoleh pada siklus 2 sebesar 85. Penelitian yang dilakukan pada siklus 2 sudah mencapai indikator kinerja.

Indikator kinerja dari hasil belajar IPS, ditetapkan bahwa hasil penelitian dengan menggunakan tindakan pendekatan PBL dan model TPS dapat dikatakan berhasil, karena pada siklus 1 ketuntasan belajar telah mencapai minimal 60% dan siklus 2 mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPS yang dilaksanakan melalui pendekatan PBL dan model TPS dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang dimulai dari Sekolah Dasar hingga SLTA, yang dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan, karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan

setiap saat. Dengan adanya kehidupan masyarakat yang selalu mengalami perubahan, maka salah satu pendekatan dan model pembelajaran di Sekolah Dasar yang sesuai dengan perubahan tersebut adalah melalui pendekatan PBL dan model TPS. Pendekatan PBL dan model TPS merupakan pembelajaran IPS yang inovatif dan kooperatif yang dirancang untuk menciptakan suasana diskusi kelas dengan mempengaruhi pola interaksi siswa dan melibatkan keaktifan siswa, untuk belajar berfikir memecahkan masalah nyata, berdiskusi dengan pasangan, bekerja sama dan berkelompok agar dapat mengintegrasikan pengetahuan baru, kemudian hasil diskusi di share kan keteman-teman sekelas. Tindakan penelitian ini, didukung oleh Wardani Naniek Sulistya (2016: 81), yang menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk berfikir, berdiskusi dengan pasangannya dan hasil diskusi di share kan kepada teman-teman di kelas. Dalam pembelajaran siswa harus aktif dan terlibat, sehingga hasil belajarnya meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Ngalimun (2014:89) yang menjelaskan bahwa PBL merupakan salah satu pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.

Pembelajaran melalui pendekatan PBL dan model TPS, siswa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas, sehingga berpengaruh pada peningkatan hasil belajar IPS siswa. Hasil penelitian telah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 yakni dari skor minimum adalah 50 : 66 : 80 ; skor maksimum adalah 80 : 91 : 95 : skor rata-rata adalah 63 : 79 : 85, dan ketuntasan adalah 20% : 60% : 100%.

Hasil penelitian terbukti bahwa tindakan PBL dan model TPS ini berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016:2 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran IPS SD diupayakan dapat terselenggara secara interaktif antara guru dan siswa, memberikan inspiratif bagi siswa, siswa melakukan aktivitas belajar sehingga belajar itu menyenangkan, belajar itu menantang, memotivasi siswa untuk belajar, dan berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan

melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan (Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016:1)

Pelaksanaan pembelajaran IPS SD, dikembangkan mendasarkan pada standar proses. Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dalam Permendikbud No 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah pada Bab III menjelaskan bahwa desain pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu dalam Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Sehingga pembelajaran di sekolah harus dirancang oleh guru agar siswa mampu menghadapi tantangan kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Salah satu pembelajaran yang mampu menghadapi tantangan kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat adalah pembelajaran melalui pendekatan PBL dan model TPS.

Penerapan melalui pendekatan PBL dan model TPS terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan belajar siswa. Peningkatan ini juga dialami penelitian yang terdahulu yakni penelitian oleh Sri Sukaptiyah 2014 dalam skripsi yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Model Problem Based Learning pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Mongkrong, Wonosegoro. Hal ini terbukti peningkatan berdasarkan presentase kenaikan ketuntasan belajar siswa dilakukan perbaikan pembelajaran dengan tindakan berupa pendekatan PBL yaitu ketuntasan belajar siswa dicapai siswa dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan, yaitu dari 8 siswa (72,7%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 11 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 3 siswa (27,3%) dan nilai rata-rata kelas dari 77,8 menjadi 83, 5 meningkat sebesar 5,7.

Penelitian lain yakni penelitian Rismaerista Rini dengan judul Peningkatan Keterampilan Proses Saintifik dan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN Slungkep 02 Tema

Peduli Terhadap Makhluk Hidup Menggunakan Model Based Learning Tahun Pelajaran 2014/2015. Kelebihan dengan menerapkan PBL adalah dapat meningkatkan keterampilan proses saintifik dan hasil belajar siswa ditunjukkan pada aktifitas mengajar guru pada siklus I mencapai kategori baik (83), dan siklus II dengan kategori baik (90). Aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai kategori cukup baik (79) dan siklus II dengan kategori baik sekali (91). Peningkatan keterampilan proses saintifik siklus I dengan kategori tinggi (71,6%) dan siklus II berada pada kategori sangat baik (83%). Hasil belajar muatan bahasa Indonesia meningkat menjadi 78 pada siklus I dan 84 pada siklus II dengan ketuntasan pada kategori tinggi (74%) dan sangat tinggi (83%). Hasil belajar Matematika meningkat pada siklus I menjadi 77 dan ketuntasan belajar pada kategori tinggi (74%). Pada siklus II hasil belajar menjadi 79 dengan ketuntasan belajar pada kategori tinggi (78%). Hasil belajar IPA pada siklus I meningkat menjadi 77 dengan ketuntasan belajar pada kategori tinggi (70%) dan siklus II sebesar 86 dengan ketuntasan belajar pada kategori sangat tinggi (87%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri Giarti yang berjudul Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model PBL Terintegrasi Penilaian Autetik Pada Siswa Kelas VI SDN 2 Bengle, Wonosegoro Tahun Pelajaran 2014/2015. Kelebihan dari hasil penelitian menunjukkan temuan bahwa model PBL terintegrasi penilaian autentik dapat: a) meningkatkan keterampilan proses pemecahan masalah matematika Persentase kenaikan keterampilan pemecahan masalah matematika sebesar 28,54% untuk siklus 1 dan 35, 46% untuk siklus 2. b) meningkatkan persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) berikut: pada kondisi awal, presentase pencapaian KKM sebesar 30,77% (4 siswa), pada siklus 1 persentase meningkat menjadi 53,84% (7 siswa), dan pada siklus 2 persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 84,61% (11 siswa).

Penerapan pembelajaran melalui pendekatan PBL dan model TPS terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas 4 SDN Sidoluhur 02 Jaken Pati semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

Dokumen terkait