• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Hasil analisis kemampuan pemahaman level Van-Hiele

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil wawancara terhadap soal kemampuan pemahaman level Van-Hiele yang diberikan kepada subjek yang terpilih, dapat dianalisis penguasaan kemampuan pemahaman level Van-Hiele. Analisis dilakukan kepada setiap langkah pada proses jawaban siswa disesuaikan dengan indikator kemampuan pemahaman berdasarkan level Van-Hiele siswa dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Kelompok Prestasi Tinggi

Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil tes tertulis dan hasil wawancara dalam menyelesaikan masalah siswa yang kelompok prestasi tinggi mampu menyelesaikan soal yang mengandung indikator pemahaman visualization (visual), analysis (analisis), informal deduction (deduksi informal), deduction (deduksi) dan Rigor (ketepatan).

Tingkatan kemampuan pemahaman berdasarkan level Van-Hiele yang paling rendah adalah visualization (visual). Siswa yang masuk dalam level 4, keduanya mampu mengerjakan soal kemampuan pemahaman visual dengan tepat. Terbukti keduanya mampu membuat jaring-jaring bangun ruang gabungan. Berdasarkan hasil wawancara, siswa mampu menjelaskan langkah-langkah dalam membentuk jaring-jaring bangun ruang gabungan tersebut. Tingkatan kemampuan pemahaman selanjutnya adalah analysis

136

(analisis). Kedua siswa mampu menyebutkan sifat-sifat bangun ruang, baik sifat-sifat pada limas maupun prisma. Hasil wawancara, siswa mampu menyebutkan sifat-sifat dari bangun ruang limas segiempat dan prisma segienam.

Tingkatan kemampuan pemahaman ketiga berdasarkan level Van-Hiele adalah informal deduction (deduksi informal). Kedua siswa mampu memproyeksikan titik pada bidang dan memproyeksikan garis pada bidang. Hasil wawancara, siswa mampu menjelaskan langkah-langkah dalam memproyeksikan titik terhadap bidang dan langkah-langkah dalam memproyeksikan garis terhadap bidang. Siswa juga mampu menyebutkan syarat-syarat memproyeksikan titik terhadap bidang. Tingkatan kemampuan pemahaman yang keempat berdasarkan level Van-Hiele adalah deduction (deduksi). Siswa yang masuk dalam level 4, keduanya mampu mengerjakan soal kemampuan pemahaman deduksi dengan tepat. Terbukti dari hasil jawaban keduanya mampu menentukan jarak titik pada garis dan besar sudut dalam bangun ruang. Hasil wawancara, siswa mampu menjelaskan langkah-langkah dalam

137

pemahaman ketepatan dengan tepat. Terbukti dari hasil jawaban siswa mampu membuktikan dua garis yang saling tegak lurus dalam bangun ruang. Namun salah satu siswa merasa kesulitan dalam menjelaskan langkah-langkah dalam membuktikan garis dan bidang yang sejajar dalam bangun ruang. Hasil wawancara, siswa mampu menjelaskan langkah-langkah dalam membuktikan garis AH tegak lurus dengan hasil proyeksi garis FC pada bidang ADHE.

Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diungkap Van De Walle (2006) bahwa penekanan pada level visual terdapat pada bangun-bangun ruang yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Sedangkan hasil pemikiran pemahaman pada level analisis adalah pembuktian kebenaran sifat-sifat dalam bangun ruang melalui satu atau beberapa contoh. Hasil pemikiran pemahaman pada level deduksi informal adalah mampu memahami hubungan yang terkait antara sifat-sifat bangun ruang. Sedangkan pemahaman deduksi adalah kemampuan untuk membuktikan dimana penggunaan rumus tertentu untuk membantu memilih cara yang memadai dalam pembuktian matematika. Pemahaman ketepatan berkaitan dengan siswa mengetahui pentingnya aksioma-aksioma dari geometri Euclid.

138

c. Kelompok Prestasi Sedang

Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil tes tertulis dan hasil wawancara dalam menyelesaikan masalah siswa yang masuk kedalam level 2 mampu menyelesaikan soal yang mengandung indikator visualization (visual), analysis (analisis) dan informal deduction (deduksi informal). Namun siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang mengandung indikator deduction (deduksi), dan Rigor (ketepatan).

Tingkatan kemampuan pemahaman berdasarkan level Van-Hiele yang paling rendah adalah visualization (visual). Kedua siswa mampu mengerjakan soal kemampuan pemahaman visual dengan tepat. Terbukti dari hasil jawaban keduanya mampu membuat jaring-jaring bangun ruang gabungan. Berdasarkan hasil wawancara, siswa mampu menjelaskan langkah-langkah dalam membentuk jaring-jaring bangun ruang gabungan tersebut. Tingkatan kemampuan pemahaman selanjutnya adalah analysis (analisis). Kedua siswa mampu menyebutkan sifat-sifat bangun ruang, baik sifat-sifat pada limas maupun prisma.

139

terhadap bidang dan langkah-langkah dalam memproyeksikan garis terhadap bidang. Siswa juga mampu menyebutkan syarat-syarat memproyeksikan titik terhadap bidang. Tingkatan kemampuan pemahaman keempat berdasarkan level Van-Hiele adalah deduction (deduksi). Siswa yang masuk dalam level 2, keduanya merasa kesulitan dalam mengerjakan soal kemampuan pemahaman deduksi dengan tepat. Terbukti dari hasil jawaban keduanya belum dapat menentukan jarak titik pada garis dan besar sudut 2 bidang dalam bangun ruang. Hasil wawancara siswa merasa kesulitan dalam menjelaskan langkah-langkah dalam menentukan jarak titik H ke garis FS dan merasa kesulitan dalam menjelaskan langkah-langkah untuk menentukan besar sudut β.

Tingkatan kemampuan pemahaman yang terakhir berdasarkan level Van-Hiele adalah rigor (ketepatan). Siswa yang masuk dalam prestasi sedang, keduanya merasa kesulitan dalam mengerjakan soal kemampuan pemahaman ketepatan dengan tepat. Terbukti dari hasil jawaban keduanya belum dapat membuktikan dua garis yang saling tegak lurus dan, garis dan bidang yang saling sejajar dalam bangun ruang. Hasil wawancara siswa merasa kesulitan dalam menjelaskan garis AH tegak lurus dengan hasil proyeksi garis FC pada bidang ADHE dan mampu menjelaskan langkah-langkah dalam membuktikan bidang AFH sejajar dengan garis GS.

140

Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diungkap Van De Walle (2006) bahwa penekanan pada level visualization terdapat pada bangun-bangun ruang yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Sedangkan hasil pemikiran pemahaman pada level analisis adalah pembuktian kebenaran sifat-sifat dalam bangun ruang melalui satu atau beberapa contoh. Hasil pemikiran pemahaman pada level deduksi informal adalah mampu memahami hubungan yang terkait antara sifat-sifat bangun ruang.

d. Kelompok Prestasi Rendah

Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil tes tertulis dan hasil wawancara dalam menyelesaikan masalah siswa prestasi rendah mampu menyelesaikan soal yang mengandung indikator visualization (visual) dan analysis (analisis). Namun siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang mengandung indikator, informal deduction (deduksi informal), deduction (deduksi), dan Rigor (ketepatan).

Van-141

analysis (analisis). Kedua siswa mampu menyebutkan sifat-sifat bangun ruang, baik sifat-sifat pada limas maupun prisma. Hasil wawancara, siswa mampu menyebutkan sifat-sifat dari bangun ruang limas segiempat dan prisma segienam Tingkatan kemampuan pemahaman ketiga berdasarkan level Van-Hiele adalah informal deduction (deduksi informal). Kedua siswa merasa kesulitan dalam memproyeksikan titik terhadap bidang dan memproyeksikan garis pada bidang. Siswa level 1 mulai memahami hubungan yang terkait antara sifat-sifat bangun ruang. Hasil wawancara siswa merasa kesulitan pada saat menjelaskan langkah-langkah dalam memproyeksikan titik terhadap bidang dan menjelaskan langkah-langkah dalam memproyeksikan garis terhadap bidang.

Tingkatan kemampuan pemahaman keempat berdasarkan level Van-Hiele adalah deduction (deduksi). Siswa dengan prestasi rendah, keduanya merasa kesulitan dalam mengerjakan soal kemampuan pemahaman deduksi dengan tepat. Terbukti dari hasil jawaban keduanya belum dapat menentukan jarak titik pada garis dan besar sudut dalam bangun ruang. Hasil wawancara siswa merasa kesulitan dalam menjelaskan langkah-langkah dalam menentukan jarak titik H ke garis FS dan merasa kesulitan dalam menjelaskan langkah-langkah untuk menentukan besar sudut β.

Tingkatan kemampuan pemahaman yang terakhir berdasarkan level Van-Hiele adalah rigor (ketepatan). Siswa dengan

142

prestasi rendah, keduanya merasa kesulitan dalam mengerjakan soal kemampuan pemahaman ketepatan dengan tepat. Terbukti dari hasil jawaban keduanya belum dapat membuktikan dua garis yang saling tegak lurus dan, garis dan bidang yang saling sejajar dalam bangun ruang. Hasil wawancara siswa merasa kesulitan dalam menjelaskan garis AH tegak lurus dengan hasil proyeksi garis FC pada bidang ADHE dan mampu menjelaskan langkah-langkah dalam membuktikan bidang AFH sejajar dengan garis GS.

Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diungkap Van De Walle (2006) bahwa penekanan pada level visualization terdapat pada bangun-bangun ruang yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Sedangkan hasil pemikiran pemahaman pada level analisis adalah pembuktian kebenaran sifat-sifat dalam bangun ruang melalui satu atau beberapa contoh.

Berdasarkan pembahasan di atas hasil yang diperoleh menunjukkan: siswa dengan prestasi tinggi mampu menyelesaikan soal yang mengandung indikator visualization (visual), analysis (analisis),

143

mengandung indikator deduction (deduksi) dan Rigor (ketepatan). Terakhir siswa dengan prestasi rendah baru dapat menyelesaikan soal yang mengandung indikator visualization (visual) dan analysis (analisis). Siswa prestasi rendah belum dapat menyelesaikan soal yang mengandung indikator informal deduction (deduksi informal), deduction (deduksi) dan Rigor (ketepatan). Hal ini sesuai dengan karakteristik level Van-Hiele yang diungkap Van De Walle (2006:155) empat karakteristik dalam level Van-Hiele, yaitu: 1) tingkatan-tingkatan pada setiap level Van-Hiele bertahap, untuk sampai pada tiap-tiap tingkatan di atas 0 siswa harus menempuh tingkatan sebelumnya, 2) tingkatan-tingkatan pada level Van-Hiele tidaklah bergantung pada usia seperti tahap perkembangan Piaget, 3) pengalaman geometri merupakan faktor tunggal terbesar dalam mempengaruhi perkembangan dalam tingkatan-tingkatan tersebut, 4) ketika instruksi atau bahasa yang digunakan pada tingkatan yang lebih tinggi daripada yang siswa miliki, akan ada komunikasi yang kurang. 2. Hasil analisis sikap percaya diri

Berdasarkan hasil triangulasi dari observasi, angket dan wawancara kepada siswa kelas X–A SMA Negeri 1 Bukateja, dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Kelompok Prestasi Tinggi

Siswa dengan prestasi tinggi mulai menunjukkan sikap percaya diri yang dimiliki. Indikator pertama sikap percaya diri yaitu merasa optimis dalam melaksanakan tugas. Siswa tetap tenang dalam

144

mengerjakan tugas, namun salah satu siswa pada level ini terlihat gelisah dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Indikator kedua yaitu merasa bebas dan tidak bergantung dari pendapat orang lain. Terlihat siswa tidak berusaha mencontek saat mengerjakan soal-soal geometri ruang yang diberikan. Siswa menjelaskan ketika ulangan siswa mengerjakan sendiri, namun ketika ada tugas siswa lebih suka kerja kelompok.

Indikator ketiga yaitu tidak mudah putus asa. Siswa terlihat tetap berusaha menyelesaikan soal-soal geometri yang diberikan. Siswa menjelaskan jika menemui kesulitan siswa akan bertanya pada teman. Indikator keempat dalam sikap percaya diri yaitu bertanggung jawab. Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu. Siswa menjelaskan selalu mengumpulkan tugas tepat waktu.

b. Kelompok Prestasi Sedang

Siswa yang masuk kedalam level 3 menunjukkan sikap percaya diri yang dimiliki. Indikator pertama sikap percaya diri yaitu merasa optimis dalam melaksanakan tugas. Siswa terlihat tenang dalam mengerjakan soal-soal geometri yang diberikan. Siswa

145

diberikan dan siswa menjelaskan ketika ulangan siswa mengerjakan soal geometri ruang sendiri, namun ketika ada tugas siswa lebih suka mengerjakannya secara berkelompok.

Indikator ketiga yaitu tidak mudah putus asa. Siswa terlihat tetap berusaha menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Siswa menjelaskan ketika siswa menemukan soal yang sulit maka siswa akan berusaha bertanya pada teman atau guru. Indikator keempat dalam sikap percaya diri yaitu bertanggung jawab. Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu. Siswa menjelaskan selalu mengumpulkan tugas tepat waktu.

c. Kelompok Prestasi Rendah

Siswa yang masuk kedalam level 1 mulai menunjukkan sikap percaya diri yang dimiliki. Indikator pertama sikap percaya diri yaitu merasa optimis dalam melaksanakan tugas. Siswa terlihat gelisah dalam mengerjakan soal yang diberikan. Siswa sering merasa kesulitan dalam mengerjakan soal geometri. Siswa menjelaskan merasa kesulitan dalam mengerjakan soal terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang rumit. Indikator kedua yaitu merasa bebas dan tidak bergantung dari pendapat orang lain. Siswa terlihat tidak berusaha mencontek teman. Siswa menjelaskan ketika mengerjakan soal geometri ruang siswa lebih suka mengerjakan secara berkelompok.

146

Indikator ketiga yaitu tidak mudah putus asa. Siswa terlihat tetap berusaha menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Siswa menjelaskan ketika dihadapkan pada soal yang sulit siswa akan berusaha menyelesaikan, jika masih belum dapat menyelesaikan maka siswa akan berusaha bertanya pada guru. Namun salah satu siswa pada level ini ketika siswa dihadapkan pada soal yang sulit maka siswa akan berusaha menyelesaikan, jika masih belum dapat menyelesaikan maka siswa akan mencontek teman. Indikator keempat yaitu bertanggung jawab. Siswa terlihat terlambat dalam mengumpulkan tugas yang diberikan. Siswa menjelaskan siswa terkadang terlambat dalam mengumpulkan tugas.

Berdasarkan pembahasan sikap percaya diri di atas, hasil yang diperoleh menunjukkan: baik siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah, siswa memiliki sikap percaya diri dengan indikator merasa bebas dan tidak bergantung dari pendapat orang lain, terlihat siswa tidak berusaha mencontek pekerjaan teman. Namun salah satu siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah, belum menunjukkan sikap percaya diri dengan indikator merasa optimis dalam melakukan tugas ditunjukkan

Dokumen terkait