• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 38-42)

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pada hasil observasi sebelum adanya tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Kalicacing 02 Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar IPA siswa masih rendah, hal ini terbukti dari 18 jumlah siswa kelas IV terdapat 8 siswa tuntas dengan persentase 44% dan 10 siswa belum tuntas dengan

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tuntas 8 12 17 Tidak Tuntas 10 6 1 Ju m lah Si swa Hasil Perolehan

persentase 56%. Meskipun sebagian siswa tuntas tetapi rata-rata kelas yang didapat hanya sebesar 64,72 karena siswa yang tuntas tidak begitu jauh atau tidak begitu tinggi dari KKM yang ditetapkan.

Hal ini disebabkan cara guru mengajar selalu menggunakan metode konvensional atau ceramah yang mengakibatkan siswa pasif sehingga hasil belajar siswa rendah. Proses pembelajaran sebelum adanya tindakan siswa lebih cenderung mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan. Siswa masih bekerja secara individual, tidak nampak selama pembelajaran aktivitas siswa dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan sosial (bekerja sama) dalam sebuah kelompok kecil. Adanya perbandingan antara siswa tuntas dan siswa belum tuntas dikarenakan 8 siswa yang tuntas sudah mencapai ketuntasan mampu menangkap materi yang disajikan oleh guru meskipun dengan metode ceramah saja. Akan tetapi untuk 10 siswa yang belum tuntas karena ketidakmampuan menerima materi yang disajikan dengan metode ceramah, belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru hanya dengan ceramah saja karena daya tangkap mereka yang kurang bila menerima materi ajar dalam bentuk ceramah, sehingga diperlukan tindakan sesuai dengan usia anak sekolah dasar yang masih dalam tahapan operasional konkrit (7- 11 th).

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Miftahul Huda, 2013 bahwa take and give Take and Give adalah strategi pembelajaran yang didukung oleh penyajian data yang diawali dengan pemberian kartu kepada siswa. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, akan tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. Oleh karena itu sangat tepat digunakan dalam proses pembelajaran IPA SD karena siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan

Teori dari Miftahul Huda di atas juga selaras dengan apa yang peneliti terapkan pada saat melaksanakan tindakan di kelas IV SD Negeri Kalicacing 02 Salatiga

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give. Siswa tidak lagi terlihat pasif dan tidak bosan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, siswa terlibat aktif bekerja dalam pasangannya untuk memberi dan menerima sesuatu yang diberikan oleh guru. Akhirnya hal tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar IPA siswa.

Peningkatan hasil belajar IPA didapatkan dari hasil perolehan nilai siswa di siklus I dan siklus II.

1. Siklus I

Siklus I dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give, siswa yang mencapai KKM yaitu 70 sebanyak 12 siswa atau 67% dan 6 siswa atau 33% yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata siswa adalah 79,28 sedangkan nilai tertinggi adalah 93 dan nilai terendah adalah 53.

2. Siklus II

Siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Take and Give, siswa yang mencapai KKM yaitu 70 sebanyak 17 siswa atau 94% dan 1 siswa atau 6% yang mendapatkan nilai di bawah nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Nilai rata-rata adalah 92,67 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 67.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka didapatkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give pada materi “sumber daya alam dan teknologi yang digunkan”, di kelas IV SD Negeri Kalicacing 02 Salatiga yang pada akhirnya mengalami peningkatan hasil belajar IPA siswa. Melalui penggunaan model kooperatif tipe Take and Give ini seluruh siswa akan terlibat dalam proses pemerolehan informasi dalam penguassaan materi belajar. Sehingga antara guru dan siswa dapat saling berinteraksi, begitu juga antara siswa dengan siswa juga dapat saling berinteraksidengan saling memberi dan menerima materi dalam kartu. Selain itu melalui model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give di kelas IV SD Negeri Kalicacing 02 mengalami peningkatan aktivitas dalam belajar. Karena dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Take and Give siswa tidak sebatas hanya menghafal materi tetapi siswa juga memperoleh informasi baru dalam belajar IPA lewat pengalaman belajar menyenangkan di dapat melalui saling memberi dan menerima kartu berisi sub materi.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan Miftahul Huda (2013:243) yang menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe take and give antara lain:

1. Dapat dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan keinginan dan situasi pembelajaran.

2. Melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain. 3. Melatih siswa untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelas.

4. Memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui kartu yang dibagikan. 5. Meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab masing-masing siswa dibebani

pertanggungjawaban atas kartunya masing-masing.

4.7 Implikasi

Penerpan model Take and Give dapat menjadi referensi yang menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian dalam meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak untuk memiliki keterampilan sosial. Dalam merencanakan penerapan metode

Take and Give, sebaiknya disusun dengan matang, semenarik mungkin dan sesuai

dengan langkah-langkah mencari pasangan memberi dan menerima informasi.

Sekolah harus mendukung upaya guru dalam menggunakan strategi atau metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui mencari pasangan. Sekolah memberikan dan menyediakan fasilitas yang mendukung dalam menerapkan model pembelajaran, yaitu dengan memfasilitasi media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan anak.

Guru hendaknya berperan hanya sebagai fasilitator, motivator dan evaluator saja, bukan sebagai pusat pembelajaran sehingga anak-anak dapat mengeksplorasi sendiri berbagai peran yang dimainkannya. Guru harus terampil dalam menggunakan metode pembelajaran yang variatif. Dengan penggunaan metode pembelajaran secara variatif dituntut dapat menciptakan ide-ide yang kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Guru juga sudah dapat melaksanakan prosedur dalam merencanakan dan melaksanakan metode mencari pasangan. Pada siklus II, siswa sudah dapat mencari pasangan, turut serta dalam memberi dan menerima informasi teman-temannya. siswa juga sudah dapat mewakili dirinya dalam imajinasi tertentu. Penerapan metode Take

and Give cukup berhasil dilaksanakan karena bagi guru dan siswa metode ini belum

pernah mereka gunakan dan sangat menarik, sehingga siswa dapat terlibat aktif untuk mengembangkan keterampilan sosial yang mereka peroleh.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 38-42)

Dokumen terkait